Anda di halaman 1dari 7

STATUS LAHAN PETANI HARUS JELAS

Samarinda, 28/9/10. Gubernur Kalimantan Timur H. Awang Faroek Ishak


mengungkapkan bahwa perlu kejelasan status lahan kepemilihan pertanian maupun
perkebunan
masyarakat agar
lebih focus dalam
usaha. Hal ini
banyak keluhan
masyarakat
bahwa lahan
yang sudah
dikelola secara
turun temurun
masih
bermasalah,
misalnya
masyarakat
menanam sendiri
pohon di
lahannya namun
setelah akan dimanfaatkan menjadi masalah atau berbenturan hokum karena lahan
yang digunakan merupakan lahan produksi, ungkupnya saat memberikan paparan pada
acara Rapat Kerja Gubernur Kalimatan Timur ada hari Senin, 27/9/10 di Aula Lamin
Etam, Jl. Gajah Mada Samarinda dengan tema pada tanggal 27 September 2010
adalah Optimalisasi APBD menuju Perencanaan dan Penganggaran yang akuntabel,
efektif, dan Transparan serta Percepatan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) Kalimantan Timur. Sedangkan tema pada tanggal 28 September 2010 adalah
Percepatan pelaksanaan program prioritas pembangunan nasional di Kalimantan
Timur.

Peserta yang hadi kurang lebih 400 orang yang terdiri dari Bupati/Walikota atau
yang mewakili, serta pejabat dari eselon IV sampai eselon II dan staf baik dari
Pemerintah Kabupaten/Kota maupun di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur.

Sementara pembicara juga berasal dari Pemerintah RI diantaranya Bappenas


mempresentasikan tentang Peningkatan Kualitas Belanja Publik dan dilanjutkan dengan
pemarapan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Pemerintah RI dengan judul sosialisasi Peraturan Presiden RI Nomor 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Sedangkan pemaparan dari Kepala BAPPEDA Provinsi Kalimantan Timur
Dr.Ir.H. Rusmadi. MS dengan judul Sistim Informasi Perencanaan Pembangunan
Daerah (SIPPD), Upaya Membangun APBD yang Akuntabel, Efisien, Efektif dan
Transparan.

Rapat
Kerja Gubernur ke-
IV adalah
merupakan tindak
lanjut dari Rapat
Kerja Presiden ke-
III di Bogor pada
tgl 5-6 Agustus
2010 dimana tema
dalam Raker
Presiden tersebut
adalah
“Penyusunan
APBN dan APBD
yang sehat,
Berkualitas, dan

Berkesinambungan”. Berkenaan hal tersebut maka sebagai upaya membangun sinergitas


antara pusat dan daerah, maka Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat perlu segera
menindaklanjuti dan menyampaikan kebijakan Instruksi Presiden yang dihasilkan pada Raker
Presiden ke-III tsb, melalui Raker Gubernur Ke IV yang diselenggarakan dua hari yang dimulai
pada tanggal 27sampaidengan 28 September 2010,bertempat di Pendopo Lamin Etam
Samarinda.

Tema Rapat Kerja pada hari ini adalah “Optimalisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Menuju Perencanan Penganggaran Pembangunan yang
Akuntabel, Efektif dan Transparan”.

Seluruh mekanisme rapat akan digelar secara pleno dengan diisi pengarahan
oleh Gubernur Kalimantan Timur yang terkait dengan tema Raker dan Percepatan
Penyerapan APBD, Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/jasa Pemerintah oleh narasumber dari Lembaga Pengembangan
Kebijakan Pengandaan Pemerintah (LKPP) dan Penyusunan APBD yang Akuntabel,
Efektif dan Transparan oleh narasumber dari BAPPENAS, serta pembahasan dan
kesepakatan tentang Percepatan RTRWP Kaltim.

A. APBD yang Akuntabel, Efektif ,danTransparan.


 Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan pemerintah dalam rangka
melaksanakan pembangunan yang merata dan berkeadilan adalah melalui
penyusunan APBD yang efektif, akuntabel dan transparan. APBD merupakan
instrument utama kebijakan fiscal yang mempunyai peranan sangat strategis
dengan tiga fungsi utama yaitu fungsi alokasi, distribusi dan fungsi stabilisasi.
APBD harus disusun sebagai upaya optimalisasi pemenuhan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan program prioritas yang telah ditetapkan dalam
RPJMD. Struktur APBD sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-undang
No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 16 ayat 2) dan dijelaskan
didalam Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 20 ayat 1) adalah terdiri dari : a. pendapatan daerah,
b. belanja daerah dan c. pembiayaan daerah.

 Bagaimana rasio yang ideal dalam struktur APBD antara Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung, sampai saat ini masih belum ada ketentuan
dan rumusan yang dapat digunakan sebagai acuan agar penyusunan APBD
dapat optimal, efektif dan efisien. Kalau kitalihat dalan struktur APBD Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2007-2011(table 1) didalam pos BelanjaTidak
Langsung (BTL) teralokasi rata-rata sebesar 47,77 %, sedang Belanja Langsung
(BL) rata-rata sebesar 52,23 %.

 Didalam pos Belanja Tidak Langsung, Bantuan keuangan mendapat porsi


yang besar rata-rata sebesar19,43 % terhadap total APBD, namun cenderung
berfluktuatif, yaitu pada tahun 2009 sebesar 24,47% dan Tahun 2010 sebesar
17,75%, serta APBD murni pada tahun 2011 menjadi 13,41 %. Kemudian diikuti
oleh pos belanja pegawai rata-rata sebesar 9,11 % dan pada dua tahun terakhir
mengalami peningkatan dari 11,03% di tahun 2010 menjadi 11,80 % di tahun
2011.

 Bantuansosial sebesar rata-rata 2,14 % dan berfluktuatif, meningkat pada tahun


2010 sebesar 0,30 % menjadi sebesar 1,31% tahun 2011.

 Sedangkan Belanja Hibah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 rata-rata
7,50 %, menurun dari tahun 2010 sebesar 8,19 % menjadi 4,16 % dari total
APBD pada tahun 2011.

 Padastruktur belanja langsung pos belanja modal menempati porsi rata-rata


27,89 % dari total APBD, kemudian diikuti belanja Barang dan Jasa sebesar
10,53 %.

 Rasio belanja daerah antara Belanja Tidak Langsung (BTL) dengan Belanja
Langsung (BL) dalam struktur APBD pada thn 2007 s/d 2011 berfluktuasi. Pada
tahun anggaran 2010 proporsi BTL : BL sebesar51: 49, sedangkantahun 2009
dengan perbandingan proporsi BTL:BL = 60 : 40. Namun pada tahun 2011
APBD Provinsi Kalimantan Timur sudah mendekati angka yang cukup ideal
dengan perbandingan ratio BTL : BL sebesar 46 : 54.

 Pergeseran rasio dalam struktur APBD tersebut karena dipengaruhi oleh


dinamika dan situasi politik di daerah, khususnya pengaruh kebijakan pemerintah
daerah dalam upaya mewujudkan Misi Kaltim Bangkit 2013 sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam RPJMD.

 Dinamika politk di daerah khususnya dari pihak Legislatif juga sangat


mempengaruhi postur APBD khususnya yang terkait dengan beberapa pos
belanja daerah. Untuk itu perlu diadakan kesepakatan dan pembahasan
bersama antara pihak yang terkait, bagaimana sebaiknya postur APBD di
Provinsi Kalimantan Timur mempunyai rasio yang ideal agar benar-benar dapat
digunakan secara efektif untuk mencapai kemakmuran rakyat melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas pelayanan dasar,
mampu mereduksi kesenjangan fiscal dalam rangka otonomi yang bertanggung
jawab serta mampu menekan angka pengangguran dan kemiskinan.

 PadaRencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah 2009-2013, secara


tegas mengamanahkan untuk mencapai sasaran pembangunan padatahun
2013, sebagai berikut :Pertama, Pertumbuhan ekonomi diharapkan tumbuh
mencapai 4% tahun 2013, sementara pada tahun 2009 sebesar 2,32%; Kedua,
Penurunanang kapengangguran menjadi 7,42% tahun 2013 dariposisisaatini
158.224 (10,83%), Ketiga, Penurunanang kakemiskinan menjadi 7% diTahun
2013 dari posisi saat ini 286.400 (9,51%).

 Penyerapan APBD masih belum optimal terutama belanja modal. Padatahun


2008 terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran ( SILPA ) APBD Provinsi
Kalimantan Timur sebesar 27,61%, tahun 2009 menurun sebesar Rp. 698,446
Milyar atau 9,3%. Namun Secara nasional SILPA terbesar pada tahun 2009
adalah Provinsi Kalimantan Timur. Penyerapan rata-rata nasional 90 % dan
untuk Kalimantan Timur kurang lebih sebesar 86 % pada tahun 2009. Setelah
dievaluasi daya serap APBD Kabupaten/Kota Tahun 2009 juga rendah dengan
rata-rata 71,72% dengan SILPA sekitar 21,57% atau antara sebesar 0,45%
sampai dengan sebesar 53,42%. Bahkan SILPA Kabupaten/Kota yang sangat
signifikan ditemukan salah satu Kabupaten yang mencapai Rp. 920 Milyar, suatu
jumlah yang sangat besar. Hal ini tentu sangat disayangkan dana sebesar itu
apabila tidak dimanfaatkan. Apabila untuk membangun infrastruktur, pelabuhan
tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja
bagi masyarakat Kalimantan Timur, yang saat ini angka pengangguran masih
cukup tinggi, yaitu 10,50 % pada tahun 2009 dan diproyeksikan turun meniadi
7,21 % pada tahun 2011.
 Begitu juga dengan penyerapan APBD Kabupaten/Kota Tahun 2009 yaitu
Kabupaten Tana Tidung dengan prosentase SILPA terhadap total APBD
Kabupaten/Kota tertinggi yaitu sebesar 53,42% disusul Kabupaten Bulungan
48,48%, dan kemudian Kabupaten Berau sebesar 46,16 %.

 Progres belanja daerah biasanya menumpuk di Triwulan IV sehingga


dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah menjadi kurang maksimal.
Lambatnya penyerapan APBD disebabkan oleh beberapa hal , antara lain yaitu :

a. Masalah perencanaan anggaran dan persiapan pelaksanaan


1. Perencanaan dan Penganggaran di SKPD belum dilakukan secara
transparan;
2. Jumlah dan Kompetensi tenaga perencana;
3. RKA dan DPA ditetapkan bersama setelah penetapan RAPBD;
4. Penetapan DPA terlambat dibeberapa kabupaten/kota;
5. Keterlambatan penetapan SK Pengelola Keuangan (PA, KPA, PPK,
PPTK, dll);
6. Perencanaan kurang baik (pemaketan, DED, dok lelang, dll);
7. Keraguan dan ketakutan pengelola keuangan dalam pelaksanaan
proyek;
8. Kesulitan menerapkan KEPRES 80;
9. Belum adanya Standar Anggaran Biaya untuk satuan kegiatan
sehingga dalam pelaksanaanya tidak efektif;
10. Belum berlakunya system Perencanaan yang efektif, efisien dan
transparan.

b. Masalah eksekusi anggaran sepanjang tahun


1. Masalah pembebasan Lahan terlambat;
2. Proses lelang yang tidak sederhana;
3. Revisi Anggaran dan waktu terbatas.

c. Masalah eksekusi anggaran pada akhir tahun anggaran


1. Fleksibilitas yang terbatas dalam memanfaatkan SisaTender dan
SILPA;
2. Penetapan APBD-P terlambat sehingga jangka waktu pelaksanaan
kegiatan fisik kurang memadai.
 Memasuki triwulan ke tiga status penyerapan Bantuan Keuangan Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur kepada Kabupaten/Kota TA. 2010 yaitu 38,72% untuk
realisai keuangan.

B. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan


Jasa.

 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagai pengganti Keputusan


Presiden Nomor 80 Tahun 2003, lahir dalam upaya untuk :

a. Mempercepat proses pengadaan/penyerapan APBN/APBD


(debottlenecking)
b. Efisiensi belanja negara/daerah dan persaingan yang sehat masih belum
terwujud.
c. Menghilangkan multi tafsir dalam Keppres No. 80 Thn 2003
d. Akselesrasi penggunaan E-procurement, serta pengadaan sebelum tahun
fiskal berjalan dapat dilakukan (bulan November dan Desember sebelum
tahun fiskal berjalan)
e. Memperkenalkan aturan, sistem, metode dan prosedur yang lebih
sederhana, namun tetap menjaga koridor governance serta masih menjamin
terjadinya persaingan yang sehat dan efisien.
f. Membangun Sistem reward dan punishment yang lebih jelas

C. Percepatan Penyusunan Perda RTRWP Provinsi Kalimantan Timur.

 Maksud dari Pembahasan Percepatan Revisi RTRWP ini adalah untuk


membangun kesepahaman dan kesepakatan terhadap RTRWP Kalimantan
Timur agar sesuai dengan Program Pembangunan Strategis di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur.
 Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk merumuskan atau menetapkan
rekomendasi dengan membangun kesepakatan bersama antara Gubernur
dengan Bupati/Walikota terhadap Hasil Perbaikan Ekspose Tim Terpadu revisi
RTRWP Kalimantan Timur.

 Proses Penyelesaian RTRWP Kalimantan Timur pada saat ini telah memasuki
proses perbaikan terhadap hasil Rekomendasi Tim Terpadu yang dibentuk
Menteri Kehutanan. Berdasarkan Hasil Rekomendasi, LuasAPL/KBNK Provinsi
Kalimantan Timur yang direkomendasikan seluas 341.641 ha dari usulan awal
APL/KBNK Provinsi Kalimantan Timur seluas 1.815.574 ha.

 Dalam menindaklanjuti rekomendasi Tim Terpadu RTRWP Kalimantan Timur


dianggap belum memenuhi usulan Kabupaten/ Kota, Pemerintah
Provinsi/BKPRD Provinsi sudah memfasilitasi Pemerintah Kabupaten / Kota
dan ditentukan penambahan APL/KBNK seluas 155.655,48 Ha

 Hasilkerja dari BKPRD Provinsi Kalimantan Timur dan hasil kesepakatan dari
Rapat Kerja ini akan diajukan ke Kementerian Kehutanan melalui Tim Terpadu.

Penulis : Sukandar, S.Sos Staf Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia BAPPEDA Provinsi
Kalimantan Timur.

Anda mungkin juga menyukai