Pubertas
Pubertas adalah suatu masa di mana terjadi pematangan fungsi seksual. Selain fungsi seksual (terutama alat-
alat reproduksi yang mulai berfungsi), terjadi tanda-tanda sekunder yang berkembang dan membedakan
antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sebuah proses, mekanisme penentu mulainya pubertas tentu menarik
untuk diketahui. Pubertas adalah masa transisi antara anak-anak dan orang dewasa.1
Otak adalah suatu pengendali (driving force) yang mengendalikan proses maturasi organ-organ seksual dan
sekunder, seperti pematangan testes, ovarium, penginisasi proses thelarce (pertumbuhan payuudara pada
wanita), menarche (menstruasi pertama), dan karakteristik lain.1 Proses ini jelas ditunjukkan dengan sekresi
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang berasal dari hipotalamus. Mekanisme pendorong pelepasan
GnRH diduga akibat persinyalan kimiawi, seperti yang dilakukan melalui hormon, enzim, dan beberapa
neurotransmiter. Akibat adanya peningkatan aktivitas hipotalamus yang menghasilkan GnRH, pada akhirnya
akan meningkatkan produksi seks steroid (seperti androgen, estrogen) yang akan menampakkan
karakteristik pubertas.2 Walaupun demikian, belakangan ini ditemukan kelangsungan pubertas yang tanpa
dipengaruhi oleh gonadotropin, seperti anak-anak yang mengalami pubertas prekoks, beberapa diantaranya
ternyata tidak terpengaruh oleh LHRH (luteinizing hormone-releasing hormone, yang merupakan nama lain
dari GnRH) yang artinya tidak terpengaruh untuk menghasilkan hormon seks steroid.3,4
Produksi GnRH yang rendah sebelum onset pubertas dipercaya akibat pelepasan GnRH diinhibisi oleh
adanya mekanisme neuronal. Diketahui pula asam γ-aminobutirat (GABA) adalah neurotransmiter penghambat
pelepasan GnRH yang ditemui di studi menggunakan primata betina. Studi pada primata, tikus, dan manusia
menunjukkan bahwa neuron penghasil GnRH berasal dari sel-sel epitel olfaktori.
Gambar 1 – Ontogeni sistem LHRH-pituitari-gonadal (atau HPG axis) tentang onset pubertas antara primata betina
(atas) dengan manusia perempuan (bawah)5
Selain melalui mekanisme yang telah sedikit disinggung di atas, ada pengaruh lain yang dapat menimbulkan
onset pubertas. Hormon leptin yang dihasilkan oleh sel-sel adiposa lemak tubuh memengaruhi stimulasi
GnRH. Demikian juga kisspeptin, yang dihasilkan oleh neuron di otak besar juga berfungsi sebagai pemroses
utama (central processor). Melatonin, suatu sinyal inhibitor yang merespons tingkat pencahayaan, diduga
berinteraksi dengan kisspetin. Insulin dan enzim aromatase juga diduga memiliki peranan. Bahkan insulin-
like growth factor (IGF) juga belakangan dipercayai memengaruhi proses pubertas.
Leptin berperan dalam memunculkan onset pubertas. Leptin sendiri berguna untuk melaporkan kepada otak,
khususnya hipotalamus, lingkungan internal tubuh, khususnya mengenai cadangan lemak. Cadangan asam
lemak yang meningkat membuat tindak lanjut untuk menekan asupan kalori dan meningkatkan pengeluaran
energi. Pada wanita, dikarenakan proses kehamilan dan laktasi membutuhkan pengeluaran kalori yang
sangat besar, leptin berperan dalam menentukan onset pubertas (yang mana pubertas merupakan proses di
mana wanita akan mengalami kesiapan untuk kehamilan dan menyusui), sehingga menjamin bahwa pubertas
terjadi ketika cadangan energi yang cukup telah dimiliki. Oleh karena itu, pengecekan kondisi dan kematangan
fisik lebih dibutuhkan pada wanita dibandingkan pria.7 Peranan leptin diduga sebagai “pintu gerbang”,
bersama dengan faktor lain, untuk meloloskan proses pubertas.
Melatonin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal, menurun sekresinya apabila terpapar oleh
cahaya, dan sebaliknya meningkat di kegelapan. Hormon ini memiliki efek antigonadotropik. Beberapa
Kisspeptin yang dihasilkan oleh cerebrum berikatan dengan reseptor neuron GnRH di hipotalamus,
menstimulasi pelepasan GnRH. Kadar kisspeptin akan meningkat selama pubertas. Pada wanita, kadar
kisspeptin dipengaruhi oleh estradiol, sedangkan pada pria dipengaruhi oleh kadar testosteron.
Pada wanita, di usia 6-8 tahun, telah terjadi peningkatan kadar hormon steroid, khususnya DHEA (5-
dehidroepiandrosteron). Apabila dugaan pubertas diawali oleh hormon ini, maka dapatlah disimpulkan bahwa
kelenjar adrenal khususnya bagian korteks adalah faktor yang memengaruhi timbulnya pubertas. Namun
demikian, efek yang nyata dari proses ini adalah pertumbuhan rambut pubis dan aksila, aktivasi kelenjar
keringat apokrin di aksila, daerah pubis, dan sekitar areola payudara. Secara umum, proses ini disebut dengan
adrenache6. Akibat efek ini, selain HPG axis, didefinisikan pula HPA axis (hipotalamus-pituitari-adrenal).
Pada penlitian di kebanyakan mamalia, pubertas terjadi lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan luar
(better understood as potentialities that respond to environmental cues that time puberty via particular neural
mechanism)2 daripada proses jam biologis dalam tubuh. Walaupun mekanisme aktivasi HPG dan HPA axis
yang pada akhirnya menimbulkan pubertas merupakan faktor hormonal intrinsik, aktivasi ini tetap dipengaruhi
oleh faktor luar. Dengan demikian, kurang bijak jika dikatakan pubertas sebagai aktivitas gonadal
murni,melainkan suatu aktivitas otak menyeluruh yang dipengaruhi oleh faktor permisif internal dan eksternal.
Kadar insulin memengaruhi proses pubertas pula. Sebagai contoh, peningkatan berat badan yang cepat
menurunkan resistensi insulin, sehingga kadar insulin meningkat sebagai kompensasi. Insulin tidak hanya
memengaruhi uptake glukosa, melainkan mengatur sekresi androgen dari kelenar adrenal. Akan terjadi
lonjakan jumlah androgen. Pada akhirnya, terjadi pubertas prekoks. Hal ini menjelaskan mengapa pada orang
dengan berat lahir rendah, akan cenderung mengalami pubertas awal. Ini disebabkan dibutuhkan peningkatan
berat badan yang cukup jauh (sebagai kompensasi berat badan lahir rendah). “In the case of pubarche, rapid
weight gain, rather than high BMI per se, appaers to be the trigger for early onset.”
Aktivitas fisik yang tinggi memengaruhi onset pubertas. Sebagai contoh, seorang pesenam, atlet khususnya
renang dan atletik, penari balet, ice skater cenderung terlambat pubertas. Perlu dikaitkan aktivitas mereka
dengan berat badan (yang mana seorang atlet tentu lebih terjaga berat badannya dibandingkan orang yang
kurang aktivitas fisik), namun fakta menunjukkan bahwa untuk berat badan yang sama, orang dengan aktivitas
fisik yang tinggi cenderung pubertas lebih terlambat. Diduga aktivitas fisik menghambat pulse generator
GnRH, di samping keseimbangan energi negatif mengubah set point GnRH sehingga menunda pubertas.
Menonton televisi dan bermain komputer juga dikaitkan dengan pubertas dini akibat kurangnya aktivitas
fisik, di samping dugaan mengenai gangguan terhadap melatonin akibat pancaran gelombang elektromagnetik
dari layar televisi dan komputer.
Pola pemberian susu formula meningkatkan insidens pubertas prekoks. Hal ini belum sepenuhnya dapat
dipahami, namun pendapat yang memungkinkan adalah: (1) ASI mengandung lebih sedikit kalori daripada
susu formula; dan (2) ASI mengandung zat-zat yang diduga dapat mencegah aktivasi HPG axis secara dini.
Yang tak kalah pentingnya adalah faktor psikologis. Anak-anak dengan tingkat stres yang tinggi, seperti anak
yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis atau mengalami kekerasan seksual akan pubertas lebih cepat.
Diduga hormon stres kortisol berperan dalam proses pubertas prekoks ini. Secara spesifik, ada hubungan
antara father absence dengan mennarche yang lebih awal.2
Paparan terhadap lingkungan (khususnya zat-zat) yang memengaruhi HPG dan HPA axis diduga kuat
memengaruhi keseimbangan endokrin dalam tubuh. Zat-zat pengganggu keseimbangan ini bisa menirukan
kerja hormon (mimicking hormones), menghambat ambilan kembali oleh reseptor, mengganggu sintesis dan
sekresi, dan/atau mengganggu proses metabolisme atau eliminasi. Pada tahun 1976, di sebuah kota kecil di
Italia, terjadi pencemaran oleh dioksin (zat-zat pencemar yang banyak ditemukan, bisa masuk ke rantai
makanan), terjadi pubertas dini pada anak-anak di sana (meskipun hanya anak-anak yang saat itu berusia di
bawah 5 tahun yang terpengaruh, sedangkan kelompok studi anak-anak di bawah 8 tahun tidak terpengaruh).
Diketahui dioksin mampu berinteraksi dengan neurotransmiter GABA di otak, sehingga memengaruhi HPG
axis. Masih banyak lagi zat-zat yang dapat memengaruhi proses pubertas.
Timbal juga dapat menyebabkan pubertas terlambat (baik thelarche, menarche, maupun pubarche).2
Referensi
1. Eunice Kennedy Shriver from National Institute of Child Health & Human Development. Tersedia dari:
www.nichd.nih.gov; diunduh pada 2 Oktober 2010.
2. Steingraber Sandra. The falling age of puberty in U.S. girls: what we know, what we need to know. Breast
Cancer Fund: San Francisco; 2007.
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
4. Brook CG. Mechanism of puberty. Horm Res 1999; 51
5. Terasawa E, Fernandez DL. Neurobiological mechanism of the onset of puberty in primates. Endocrine
Reviews 2001;22(1):111-51.
6. Said MHU. Interaksi hormonal dan kualitas kehidupan pada manusia. Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK UNSRI / RSMH Palembang.
7. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. United States: Brooks/Cole Cengage
Learning; 2010.
8. Cavallo A. Plasma melatonin rhythm in normal puberty: interactions of age and pubertal stages.
Neuroendocrinology 1992;55:372-79.
Courtesy : kai-power.com