Anda di halaman 1dari 16

B.

Konsep Dasar

1. Pengertian

Karsinoma paru adalah salah satu jenis neoplasma yang terdapat di paru.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi
dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

2. Anatomi fisiologi

Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar
bersentuhan dengan membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar udara
hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago.
Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang
disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut oleh bulu-
bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan
dilembabkan. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu)
karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernafasan dan jalan makanan terdapat di bawah dasar
tengkorak di belakang rongga hidung. Faring berhubungan ke atas dengan
rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring terdiri dari
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring terletak di posterior
hidung dan di atas palatum mole. Pintu masuk laring dibentuk oleh
epiglotis. Adenoid atau tonsil yang terletak dalam langit-langit
nasofaring. Fungsi faring untuk menyediakan saluran traktus repiratorius
terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.

c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi,
melindungi jalan nafas bagian bawah dari obstruksi benda asing, dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, serta dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka debu yang
masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat
ini bercabang menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea. Bronkus kanan lebih pendek
dari bronkus kiri dan lebih besar daripada yang kiri. Pada bronkiolus
(bronkus yang bercabang lebih kecil) tidak terdapat cincin dan pada
ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli. Cabang utama
bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara).
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus
terdiri dari : (1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki
kandung udara, kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan
permukaan yang menyentuh paru-paru (pleura parietal) antara kedua
pleura terdapat ruangan yang mengandung cairan berfungsi melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama
ventilasi. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks
menjadi dua bagian. Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat
pertukaran O 2 dan CO 2. Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Tipe 2 sel-sel yang
aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang
memakan benda asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis
yang berasal dari aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior
bronkiolus dan arteri pulmonalis dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1. Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena
ada selisih antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari
otot-otot.
2. Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O 2 dan CO 2 pada
tempat pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler
merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena membran ini
mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
3. Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal
adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah
dipompakan ke paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri
pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri
untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif
antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata
dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler.
Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan kapasitas
paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume
cadangan inspirasi (3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml)
dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi pernafasan dimana tidak
terjadi pertukaran gas 150 ml.

3. Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja.


Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite
(paru – paru hematit dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan
dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.( Thomson,
Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell
death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal
ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang
autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.

Predisposisi Gen supresor tumor


Inisitor
Delesi/ insersi
Promotor

Tumor/ autonomi
Progresor

Ekspansi/ metastasis

6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

4. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus


menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.

1. Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan


a. SCLC (small cell lung cancer)
b. NSCLC (non small cell lung cancer), karsinoma skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar
2. Klasifikasi Histopatlogis Kanker Paru WHO 1981
- Benigna
- Displasia
- Maligna
a.Squamous cell ca
b. Small cell ca
c.Adeno ca
d. Giant cell ca
e.Carcinoids
f. Mesotelioma
3. Klasifikasi lengkap tumor paru (jnak dan ganas)
a. Tumor jinak
- Hemartoma
- Chondroma bronchus
- Cystadenoma bronchus
- Fibrioma
- Leiomyoma
- Lipoma
- Papiloma
- Neurofibroma
- Pulmonary angioma dengan anterio-venous fistula
- Histiocytoma
- Endometriosis
- Lymphocysts
- Lymphangioleiomyomatosis
- Pulmonary chemodectoma

b. Tumor jinak yang dapat menjadi ganas


- Bronchial adenoma
- Haemangiopericytoma
- Pulmonary blastoma
- Myoblastoma
c. Tumor ganas
- Karsinoma bronkogenik
- Alveolar cell carcinoma
- Pulmonary lymphoma
- Melanoma
- Leiomyosarcoma

5. Tanda dan Gejala

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala


klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat)
- Bentuk baru atau bentuk lebih hebat pada batuk kronik
- Hemoptasis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelaktasis
a.Invasi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium → terjadi temponade atau aritmia
- Sindrom vena kava siperior
- Sindrom horner (facial anhidrosis ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngealrecurren
- Sindrom pancoast, karena invasi pada fleksus brakialis dan
saraf simpatis servikalis
b. Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula
c.Sindrom Paraneoplastik
- Sistemik: penurunen BB, anoreksia, demam
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertropi osteoartropi
- Neurologik: demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin:sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal: SIADH
d. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
- Sering terjadi pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis
- Kelsinan berupa nodul soliter

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Prosedur Diagnostik
a. Foto dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral adalah
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.
b. Pemeriksaan computer tomograph dan megnetic resonance imaging
Pemeriksaan CT scan pada dada, lebih sensitif daripada pemeriksaan
foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kalainan atau nodul dengan
diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan
sebesar itu mencapai 25-60%.
c. Pemeriksaan Bone scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga
ada tanda-tanda metastasis ke tulang. Insidens metastasis ke tulang.
Insidens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke
rulang dilaporkan sebesar 15%.
2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberika hasil
positif karena tergantung pada :
- Letak tumor terhadap bronkus
- Jenis tumor
- Tehnik mengeluarkan sputum
- Jumlah sputum yang diperiksa
- Waktu pemeriksaan sputum
3. Pemeriksaan Histopatologi
a. Bronkoskopi
b. Biopsi trans torakal (TB)
c. Torakoskopi
d. Mediastinoskopi
e. Toraktomi

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker
1. Kuratif : menyembuhkan, memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien
2. Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
4. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal : mengurangi dampak
fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
5. Suporttif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tramsfusi darah dan komponen darah, transfusi darah
dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat anti injeksi.
1. Terapi bedah
2. Radioterapi
3. Kemoterapi

C. Asuhan keperawatan.

1. Pengkajian.

Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).

Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/
jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher,
dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid).
Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen
hilang timbul.
Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak,
paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar), Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis Kegagalan
untuk membaik.

Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).


Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
Frekuensi dan irama jantung.
Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
Pemantauan tekanan vena sentral.
Status nutrisi.
Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine. Bisng usus, samara
atau jelas.
Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri, Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai
sumber misalnya insisi, Atau efek – efek anastesi.

2. Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.


(Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).

Kerusakan pertukaran gas


Dapat dihubungkan : Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi :
Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea merupakan mekanisme
kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada
area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai
akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti
adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema
serta tumor.
Kaji adanmya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum
sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga
adalah paling indikatif.
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi Rasional : Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran.
Awasi atau gambarkan seri GDA. Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.
Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan
perubahan terapi.
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
Kehilangan fungsi silia jalan nafas
Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
Catat perubahan upaya dan pola bernafas. Rasional : Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya. Rasional : Ekspansi dad
terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret
dalam seksi lobus.
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum. Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental,
berdarah, adan/ atau puulen.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk
efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan
viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret.
Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
Ketakutan/Anxietas. Dapat dihubungkan :
Krisis situasi
Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
Mengakui dan mendiskusikan takut.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
Observasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional : Memburuknya penyakit dapat
menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasional : Menurunkan
ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi. Rasional :
Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa
terkontrol.
Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi. Rasional :
Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat
membantu untuk individu.
Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasional : Langkah awal
dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong
penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
Kurang informasi.
Kesalahan interpretasi informasi.
Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang
jelas/ ringkas. Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat
lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas
baru.
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat Rasional : Pemberian instruksi
penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat
program pengobatan.
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan
berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk
menyembuhan.
Berikan pedoman untuk aktivitas. Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu
lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/
stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
Pengangkatan jaringan paru
Gangguan suplai oksigen
Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal.
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot
bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa. Rasional : Pernafasan
meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap
hilangnya jaringan paru.
Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak normal. Rasional :
Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada
pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara
normal pada lobus yang masih ada.
Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan,
dan penggunaan alat Rasional : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi,
menggangu pertukaran gas.
Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai
posisi miring. Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat. Rasional :
Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah
atelektasis.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
Peningkatan jumlah/ viskositas sekret
Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah
dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret. Rasional :
Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau
obstruiksi jalan nafas.
Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi
duduk tinggi dan menekan daerah insisi. Rasional : Posisi duduk memungkinkan
ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk
memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret. Rasional : Peningkatan
jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai
kemajuan penyembuhan.
Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan
pengeluaran.
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara,
mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
Adanya selang dada.
Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas
pada skala 0 – 10. Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.
Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien. Rasional : Ketidaklsesuaian antar
petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefketifan intervensi.
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi. Rasional : Insisi
posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain
itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri. Rasional : Takut/ masalah dapat
meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
Anxietas.
Dapat dihubungkan:
Krisis situasi
Ancaman/ perubahan status kesehatan
Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/
istirahat
Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi :
Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa. Rasional :
Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini
melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang
perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan Rasional :
Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker
dan pengobatannya.
Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasional : Bila penyangkalan
ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien
perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien
dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama. Rasional : Membuat
kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap
informasi..
Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk
menyiapkan peristiwa/ pengobatan. Rasional : Dapat membantu memperbaiki
beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam
menerima pengobatan dan diagnosa.
Berikan kenyamanan fiik pasien. Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu
emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
Salah interperatasi informasi.
Kurang mengingat
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan
tersebut.
Berpartisipasi dalam proses belajar.
Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan. Rasional :
Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut
tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi
bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk
membuat keputusan berdasarkan informasi.
Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan
diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka
pendek/ panjang dari penyembuhan. Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis
tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat
komplikasi.
Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang.
Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum penting sekali
untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk
merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit stres.

3. Evaluasi (follow up)


Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun
pertarna, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3
bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA
/ lateral dan Ct-scan thoraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.
Daftar Pustaka

Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan.


Ed 3. Jakarta : Media Aesculappius.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi.


Jakarta : Gitamedia Press.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita


Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran : UI.

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, EGC, Jakarta

Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan


Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran, Bandung.

Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi
3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2,


EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai