Konsep Dasar
1. Pengertian
Karsinoma paru adalah salah satu jenis neoplasma yang terdapat di paru.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi
dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
2. Anatomi fisiologi
Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar
bersentuhan dengan membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar udara
hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago.
Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang
disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut oleh bulu-
bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan
dilembabkan. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu)
karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernafasan dan jalan makanan terdapat di bawah dasar
tengkorak di belakang rongga hidung. Faring berhubungan ke atas dengan
rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring terdiri dari
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring terletak di posterior
hidung dan di atas palatum mole. Pintu masuk laring dibentuk oleh
epiglotis. Adenoid atau tonsil yang terletak dalam langit-langit
nasofaring. Fungsi faring untuk menyediakan saluran traktus repiratorius
terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.
c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi,
melindungi jalan nafas bagian bawah dari obstruksi benda asing, dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, serta dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka debu yang
masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat
ini bercabang menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea. Bronkus kanan lebih pendek
dari bronkus kiri dan lebih besar daripada yang kiri. Pada bronkiolus
(bronkus yang bercabang lebih kecil) tidak terdapat cincin dan pada
ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli. Cabang utama
bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara).
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus
terdiri dari : (1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki
kandung udara, kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan
permukaan yang menyentuh paru-paru (pleura parietal) antara kedua
pleura terdapat ruangan yang mengandung cairan berfungsi melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama
ventilasi. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks
menjadi dua bagian. Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat
pertukaran O 2 dan CO 2. Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Tipe 2 sel-sel yang
aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang
memakan benda asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis
yang berasal dari aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior
bronkiolus dan arteri pulmonalis dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1. Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena
ada selisih antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari
otot-otot.
2. Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O 2 dan CO 2 pada
tempat pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler
merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena membran ini
mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
3. Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal
adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah
dipompakan ke paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri
pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri
untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif
antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata
dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler.
Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan kapasitas
paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume
cadangan inspirasi (3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml)
dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi pernafasan dimana tidak
terjadi pertukaran gas 150 ml.
3. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.( Thomson,
Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell
death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal
ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang
autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.
Tumor/ autonomi
Progresor
Ekspansi/ metastasis
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
4. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Prosedur Diagnostik
a. Foto dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral adalah
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.
b. Pemeriksaan computer tomograph dan megnetic resonance imaging
Pemeriksaan CT scan pada dada, lebih sensitif daripada pemeriksaan
foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kalainan atau nodul dengan
diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan
sebesar itu mencapai 25-60%.
c. Pemeriksaan Bone scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga
ada tanda-tanda metastasis ke tulang. Insidens metastasis ke tulang.
Insidens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke
rulang dilaporkan sebesar 15%.
2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberika hasil
positif karena tergantung pada :
- Letak tumor terhadap bronkus
- Jenis tumor
- Tehnik mengeluarkan sputum
- Jumlah sputum yang diperiksa
- Waktu pemeriksaan sputum
3. Pemeriksaan Histopatologi
a. Bronkoskopi
b. Biopsi trans torakal (TB)
c. Torakoskopi
d. Mediastinoskopi
e. Toraktomi
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker
1. Kuratif : menyembuhkan, memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien
2. Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
4. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal : mengurangi dampak
fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
5. Suporttif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tramsfusi darah dan komponen darah, transfusi darah
dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat anti injeksi.
1. Terapi bedah
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
C. Asuhan keperawatan.
1. Pengkajian.
Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/
jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher,
dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid).
Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen
hilang timbul.
Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak,
paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar), Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis Kegagalan
untuk membaik.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi
3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.