Anda di halaman 1dari 2

Isu Lingkungan dalam Pemilu 2009

Oleh Andy Arnolly M

Kurang lebih 2 bulan lagi Pemilihan Umum 2009 akan digelar. Sejauh ini di tengah
membanjirnya kampanye partai-partai peserta Pemilu 2009 hampir tidak ditemui materi yang
mengangkat isu lingkungan. Tema kampanye relatif sama dengan Pemilu 2004 yang lebih
didominasi janji-janji mengambang yang belum teruji secara substantif ataupun klaim-klaim
keberhasilan yang bias data dan kepentingan.

Salah satu isu yang seharusnya mendapat porsi besar dan tematik sehubungan Pemilu 2009
adalah mengenai lingkungan hidup. Entah kenapa, isu ini hampir luput dan tidak tergambar
dalam berbagai media kampanye sebagian besar parpol. Padahal, kondisi terkini lingkungan
hidup di berbagai sektor sungguh menggenaskan.

Lingkungan hidup sebagai representasi utama modal dasar utama pembangunan ternyata
tidak ditempatkan pada posisi yang penting oleh para elit parpol di masa kampanye ini. Hal ini
menunjukkan pemahaman keliru tentang paradigma pembangunan pro-investasi yang sekian
lama mengendap di benak para elit pemerintah yang sesungguhnya juga merupakan representasi
parpol. Arus besar perancang pembangunan ekonomi kita pada masa lampau yang mendewakan
investasi belaka tanpa mempertimbangkan dampak ikutan terutama yang berkaitan dengan
kelestarian lingkungan hidup ternyata berjejak hingga kini dan masih sulit untuk dihilangkan.
Sebuah ironi yang tergambar jelas dalam berbagai media kampanye yang mereka buat. Ternyata
isu lingkungan bukanlah sebuah isu besar atau menjadi jualan utama para kontestan Pemilu
2009.

Setidaknya ada beberapa alasan yang menguatkan hipotesa ini. Pertama, Jika melihat
komposisi parpol peserta Pemilu 2009 ternyata tidak ada yang mengusung flatform sebagai partai
hijau. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pernah mengapungkan wacana untuk bertransformasi
menjadi partai hijau atau setidaknya mengadopsi prinsip-prinsip partai yang pro lingkungan
hidup namun gaungnya hilang begitu saja tertelan oleh konflik internal yang tak kunjung mereda.

Kedua, parpol masih ragu bahkan takut untuk menjual isu lingkungan dalam materi
kampanye karena sensibilitas yang tinggi dan bisa saja menyangkut orang-orang parpol itu
sendiri. Sudah bukan rahasia lagi disamping BUMN, para pengusaha yang bergerak di bidang
kehutanan dan pertambangan kerap “dijadikan” sebagai sumber dana kegiatan parpol bahkan
untuk kepentingan pribadi elit parpol. Hal ini terjadi karena operasional kegiatan yang
tergantung kepada anggota parpol yang punya sumber dana berlimpah ternyata tidak cukup.
Menyikapi hal ini parpol punya kepentingan menempatkan orang-orang tertentu pada posisi
strategis di BUMN atau memberikan fasilitasi terhadap pemegang modal didalam proses
legislasi dengan harapan adanya kompensasi balik terhadap elit atau parpol itu sendiri
dikemudian hari. Kondisi ini diyakini membuat parpol enggan untuk menggulirkan isu
lingkungan secara masif dan dengan konsep yang jelas dan berpihak kepada kepentingan publik.
Ketiga, Apabila ditelisik parpol yang ada saat ini belum memiliki sebuah grand design
yang mencakup keseluruhan aspek-aspek kehidupan bernegara. Parpol masih ditempatkan dalam
koridor semata mengejar kekuasaan politik. Akibatnya isu-isu yang dikemukakan parpol juga
dangkal dan bersifat parsial semata untuk popularitas dan menarik simpati. Berkaca pada
komunikasi politik selama ini yang ada hanya pro-kontra terhadap sebuah kebijakan atau isu,
komentar yang normatif dan lagi-lagi mempertimbangkan untung rugi terhadap parpol itu
sendiri. Akhirnya terasa sulit untuk menemukan parpol yang konsisten memperjuangkan isu
publik kalaupun ada justru yang disuarakan adalah isu-isu ideologis belaka yang subtansinya
justru menciderai nilai demokrasi dan kebhinekaan di Indonesia.

Pemilu 2009 sudah di depan mata sementara kondisi lingkungan hidup kita tidak bisa
menunggu untuk diselamatkan. Apapun alasannya jelas sudah posisi isu lingkungan dalam jelang
Pemilu 2009 bagi parpol bukanlah isu utama!.

Anda mungkin juga menyukai