Anda di halaman 1dari 6

Hadits Palsu Seputar Amalan Bulan Rajab

Penulis: Al Ustadz Abu Al Mundzir As Salafiy.


Hadits, 22 - Agustus - 2005, 23:54:44

1. ,‫ن‬#‫ ﺽ‬%‫ "'&  ا‬. ‫ "! م  ر‬.‫ ورن


أ‬,‫ و ن
ي‬,‫ ر
ا‬: 
3‫ ﺙ‬,‫ أم‬0(!‫ ﺙ‬3‫ أم ﺙ‬05 3‫ ﺙ‬,‫ أم‬05 ‫ و م‬,‫ أم‬0‫ ذآ أ  م أرﺏ‬3‫ ﺙ‬,(‫ ل اﻝ‬+, -‫ ﺽ‬+‫ووزن آ‬
&9  :; 0<!= ‫ إﻝ‬:‫ا‬67‫ه‬.

Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa
Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua
hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung
yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam
hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang
berpuasa lima belas hari.

Hadits ini “Maudhu`” (Palsu). Dalam sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin Al
Hasan An Naqqaasy, dia perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy- rawi yang tidak dikenal
(Majhul). Hadits ini juga diriwayatkan oleh pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al
Khudriy dengan sanad yang sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab Allaalaiy.

1. ‫ أﺏاب‬05 &9; ‫ ا‬A'B‫ أ‬, ‫ أم  ر‬05 ‫  م‬,


‫ آ ﻝ& م‬, ‫ أم  ر‬0‫  م ﺙ?ﺙ‬: 
‫& ا <ﺏ‬5 ‫ ر‬-E( ‫ و م‬,09C‫ أﺏاب  اﻝ‬0(!‫ ا ﻝ& ﺙ‬D" , ‫ أم  ر‬0(!‫ و م ﺙ‬,‫ر‬9‫ اﻝ‬
‫< ا‬.
Artinya : “Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia berpuasa
sebulan penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana wa Ta`ala akan menutupkan
baginya tujuh pintu neraka, barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala
akan membukakan baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan
Rajab itu Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali.”

Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan


kemudian dari Anas secara Marfu` : Hadits ini tidak Shohih, sebab Abaan adalah perawi
yang ditinggalkan, sedangkan `Amru bin Al Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan :
Dikeluarkan juga oleh Abu As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapun Ibnu
`Ulwaan pemalsu hadits.

2. H‫ – إﻝ‬095 -‫&  آ ﻝ& م أﻝ‬9 ‫  م‬.3F;


‫ إن
ر‬: .
Artinya : “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu
hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari `Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab
Allaalaiy : Hadits ini tidak Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan
hadits-hadits yang munkar.

3. H‫إﻝ‬-
‫ ;ل م‬, ‫  م   ر‬: 
Artinya : “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa
sebulan penuh dan seterusnya”.

Diriwayatkan oleh Al Khathiib dari jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi : Al
Furaat bin As Saaib, dia ini perawi yang ditinggalkan.

Berkata Al Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al Amaaliy” : sepakat diriwayatkan hadist ini
dari jalan Al Furaat bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin bin Sa`ad, dan Al Hakim bin
Marwaan, kedua perawi ini lemah juga.

Sesungguhnya Al Baihaqiy juga meriwayatkan hadits ini di kitabnya : “Syu`abul Iman” dari
hadits Anas, yang artinya : “Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya
dia berpuasa satu tahun.” Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di sanad
hadits ini juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy, dia ini perawi
yang ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : “Dia ini termasuk orang orang yang memalsukan
hadits”.

4. H‫ – إﻝ‬09C‫!& ا  ﺙ!ر اﻝ‬J‫ أ‬. ‫ و م‬, ‫  ر‬0'‫  أ ﻝ‬: .


Artinya : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang
harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”

Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang
kitab : Hadits ini Maudhu` (palsu).

5. ‫  م‬M‫ ='
 إ‬M  ‫ وإن‬,‫ر‬9‫ء  اﻝ‬O; &9 0;5 +‫ن  " آ‬P" . ‫ر "
ر‬#L5M‫ وا  ا‬,‫ أآ‬: ‫د‬
‫ر‬.
Artinya : “Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan
hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota
kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.

Dikatakan dalam “Adz dzail” : Dalam sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa
dipercaya.

6. H‫إﻝ‬-0T ‫ آ! م‬%‫ آن ﻝ&  ا‬.0''‫ اﻝ‬Q'‫م ﺕ‬S‫ و‬,‫ اﻝم‬Q‫  م ذﻝ‬,0'‫ " ر م وﻝ‬: .
Artinya : “Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu,
dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun
dan seterusnya.
Dikatakatan dalam “Adz dzail” : Di dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi
yang ditinggalkan.

Dan demikian disebutkan tentang : “Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu.”

Disebutkan juga dalam “Adz dzail : Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan sebahagian
atas sebahagian lainnya, di dalam sanadnya ada perawi perawi yang pendusta : Dan demikian
diriwayatkan : “Bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at
sepekan sebelum bulan Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Hai
sekalian manusia! Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang mulia. Rajab
bulan adalah bulan Allah yang Mulian, dilipat gandakan kebaikan di dalamnya, do`a do`a
dikabulkan, kesusahan kesusahan akan di hilangkan.” Ini adalah Hadist yang Munkar.

Dan dalam hadits yang lain : “Barang siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan
mendirikan satu malam dari malam malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan
membangkitkannya dalam keadaan aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya.”

Di dalam sanad hadits ini : Kadzaabun (para perawi pendusta).

Demikian juga hadits : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan
berpuasa di siang harinya: Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari
Sorga- dan seterusnya.”

Didalam sanadnya : Para perawi pembohong/pemalsu hadits.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan
itu buat diri-Nya. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan penuh
keimanan dan mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam Jannah Allah
Ta`ala- dan seterusnya.”

Didalam sanadnya : Para perawi yang ditinggalkan.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu
`alaihi wa Sallam, Ramadhan bulan ummat Saya.” Demikian juga hadits : “Keutamaan bulan
Rajab di atas bulan bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al Quran atas seluruh perkataan
perkataan lainnya- dan seterusnya.”
Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.
Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : “Sesungguhnya apa apa yang
diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah
yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di
bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi
Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.”
Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada
bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini
tidak ada ashol sama sekali.

Dan demikian juga, “Dimana penduduk Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak
seperti bulan lainnya.” Ini tidak ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia
berkata : “Diantara yang diada-adakan oleh orang yang `awwam ialah : “Berpuasa di awal
kamis di bulan Rajab,” yang keseluruhannya ini adalah : Bid`ah.

Dan diantara yang mereka ada adakan juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : “Mereka
memperbanyak ketaatan kepada Allah melebihi dari bulan bulan lainnya.”

Adapun yang diriwayatkan tentang : “Bahwa Allah Ta`ala memerintahkan Nabi Nuh `Alaihi
wa Sallam untuk membuat kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin
yang bersama dia untuk berpuasa di bulan ini.” Ini Hadits Maudhu` (Palsu).

Diantara bid`ah-bid`ah yang menyebar di bulan ini adalah :


1. Sholat Ar Raghaaib.
Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan di setiap awal Jum`at di bulan Rajab.

Ketahuilah semoga Allah Tabaraka wa Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari ini,
malam ini sesungguhnya diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad keempat Hijriyah.
(Lihat literatur berikut ini tentang bid`ahnya sholat Raghaib :
1. “Iqtida` As Shiratul Mustaqim” : hal.283. Dan “Tulisan Ilmiyah diantara dua orang Imam ;
Al `Izz bin `Abdus Salam dan Ibnu As Sholah sekitar Sholat Raghaaib.”
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.

Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab
adalah palsu, sesungguhnya telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang
palsunya hadits sholat Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz Ibnu hajar, Adz
Dzahabiy, Al `Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy dan
selain dari mereka. Kandungan dari hadits-hadits yang palsu itu ialraah mengenai keutamaan
berpuasa pada hari itu, mendirikan malamnya, dinamakan “shalat Ar Raghaaib,” para ahli
Tahqiiq dikalangan ahli ilmu telah melarang mengkhususkan hari tersebut untuk berpuasa,
atau mendirikan malamnya melaksanakan sholat dengan cara yang bid`ah ini, demikian juga
pengagungan hari tersebut dengan cara membuat makanan makanan yang enak-enak,
mengishtiharkan bentuk bentuk yang indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan
bahwa hari ini lebih utama dari hari hari yang lainnya.

2. Sholat Ummu Daawud di pertengahan bulan Rajab.

Demikian juga hari terakhir dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan
sholat “Ummu Daawud” ini juga tidak ada asholnya sama sekali. “Iqtidaus Shiraatul
Mustaqim” : hal. 293.

Berkata Al Imam Al Hafidz Abu Al Khatthaab : “Adapun sholat Ar Raghaaib, yang dituduh
sebagai pemalsu hadits ini ialah : `Ali bin `Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini
dengan menampilkan rawi rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab.”
Pembahasan Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam :
“Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.
Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab :
“Bahjatul Asraar fit Tashauf”.
Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.

Lihat terjemahannya dalam : “Al `Ibir fi Khabar min Ghubar.” : (3/116), “Al Mizan” :
(3/142), “Al Lisaan” : (4/238), “Maraatul Jinaan” (3/28), “Al Muntadzim” : (8/14), “Al
`Aqduts Tsamiin” : (6/179).

Asal daripada sholat ini sebagaimana diceritakan oleh : At Thurthuusyiy dalam “kitabnya” :
“Telah mengkhabarkan kepada saya Abu Muhammad Al Maqdisiy, berkata Abu Syaamah
dalam “Al Baa`its” : hal. 33 : “Saya berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah
`Abdul `Aziz bin Ahmad bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan
darinya Makkiy bin `Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai As Syaikh
yang dipercaya, Allahu A`lam.” Berkata dia: tidak pernah sama sekali dikalangan kami di
Baitul Maqdis ini diamalkan sholat Ar Raghaaib, yaitu sholat yang dilaksanakan di bulan
Rajab dan Sya`ban. Inilah bid`ah yang pertama kali muncul di sisi kami pada tahun 448 H,
dimana ketika itu datang ke tempat kami di Baitil Maqdis seorang laki laki dari Naabilis
dikenal dengan nama Ibnu Abil Hamraa`, suaranya sangat bagus sekali dalam membaca Al
Quran, pada malam pertengahan (malam keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan
sholat di Al Masjidil Aqsha dan sholat di belakangnya satu orang, lalu bergabung dengan
orang ketiga dan keempat, tidaklah dia menamatkan bacaan Al Quran kecuali telah sholat
bersamanya jama`ah yang banyak sekali, kemudian pada tahun selanjutnya, banyak sekali
manusia sholat bersamanya, setelah itu menyebarlah di sekitar Al Masjidil Aqsha sholat
tersebut, terus menyebar dan masuk ke rumah rumah manusia lainnya, kemudian tetaplah
pada zaman itu diamalkan sholat tersebut yang seolah olah sudah menjadi satu sunnah di
kalangan masyarakat sampai pada hari kita ini. Dikatakan kepada laki laki yang pertama kali
mengada-adakan sholat itu setelah dia meninggalkannya, sesungguhnya kami melihat kamu
mendirikan sholat ini dengan jama`ah. Dia menjawab dengan mudah : “Saya akan minta
ampun kepada Allah Ta`ala.”
Kemudian berkata Abu Syaamah : “Adapun sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul
Maqdis kecuali setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum
ini.” (Al Baa`itsu : hal. 32-33).

Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban

3. Sholat Al Alfiah.
Sesungguhnya As Syaikh Taqiyuddin Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah dimintai
fatwa tentang hal ini, lalu beliau menjawab :
“Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang
diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun
400 H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya. Lihat Hadist hadist
ini dalam kitab yang disebutkan di atas hal. 100-101, dan hal. 439-440.

Diterjemahkan dari kitab Al Fawaaid Al Majmu`ah, Al Ahadiits Al Maudhu`ah, karya


Syaikhul Islam Muhammad Bin `Ali As Syaukaniy (Wafat : 1250 H)

(Dikutip dari website http://thullabul-ilmiy.or.id/modules/news/article.php?storyid=3, judul


asli “Hadist-Hadist Palsu Mengenai Keutamaan Bulan Rajab.”, diterjemahkan oleh Al
Ustadz Abu Al Mundzir As Salafiy.)

Silahkan menyalin & memperbanyak artikel ini dengan mencantumkan url sumbernya.
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=976

Anda mungkin juga menyukai