PENDAHULUAN
Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri. Manusia hidup
berdampingan, bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan
antar sesama. Hukum adalah ketentuan – ketentuan yang timbul dari pergaulan
hidup manusia.
Aturan hukum baru sebagai hukum positif dan aturan hukum lama yang sudah
tidak berlaku lagi, kedua-duanya dalam ilmu pengetahuan hukum dinamakan “tata
hukum”. Sampai saat ini sistem hukum dalam kehidupan sehari-hari menurut
aliran anutannya terbagi menjadi empat, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental,
Anglo Amerika, Islam, dan Adat. Sitem-sistem hukum ini digunakan oleh Negara-
negara menurut keperluan hukum Negara dan disesuaikan tujuan dalam bernegara
dalam hal ini pun Indonesia termasuk sebagai Negara yang memeiliki sejarah
dalam melaksanakan hukum.
Selanjutnya akan diuraikan tentang hukum berupa arti dengan tata hukum yang
terdiri dari pengertiaan tata hukum, sejarah tata hukum dan politik hukum yang
meliputi tinjauan pada jaman Indonesia dijajah dan Indonesia merdeka.
1
BAB II
HUKUM DALAM ARTI TATA HUKUM
2
terakhir Jepang, sebelum perjuangan bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaanya tanggal 17 Agustus 1945. Dalam hal ini marilah kita tinjau
sejarah tata hukum dalam menjalankan aturan-aturan hukumnya.
3
a. Hukum Pidana dan Hukum Perdata Material
Hukum Pidana dan Hukum Perdata Material pada dasarnya berbentuk
tertulis dikodifikasikan terdapat dalam Burgerlijk Wetboek dan Wetboek
Van Koophandel. Hukum ini sebagai hasil dari komisi undang-undang yang
dipimpin oleh Mr. Scholten Van Oud Haarlem dan selesai pada tahun 1846.
Hukum ini kemudian diberlakukan pada tanggal 1 Mei 1848.
b. Hukum Pidana Material yang berlaku bagi golongan Eropa yaitu
Wetboek van Strafrecht, diberlakukan tanggal 1 Januari 1918 melalui S.
1915 : 732.
c. Hukum Acara yang dilaksanakan dalam proses pengadilan bagi golongan
Eropa di Jawa dan Madura diatur dalam ‘Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering. Untuk proses perdata dan untuk proses pidana diatur
dalam “ Reglement op de Strafvordering. Keduanya mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1918 setelah terlebih dahulu bagi Reglement op de
Burgerlijke Rechtsvordering diundangkan melalui S. 1847 : 23 dan kitab
undang-undang hukum acara di Belanda dengan perubahan seperlunya.
4
3. Hukum Yang Berlaku Bagi Golongan Timur Asing
Semula diberlakukan hukum perdata dan hukum pidana adatnya, disebabkan
hukumnya dipersamakan kedudukan dengan orang Indonesia.
Dalam penyelenggaraan peradilan, di Indonesia masih ada daerah dan lembaga
peradilan lainnya yang ditentukan untuk melaksankan peradilan sendiri.
Peradilan yang melaksanakan pengadilan sendiri itu antara lain Swapraja,
pengadilan agama, dan pengadilan militer.
1. Pengadilan Swapraja
Pengadila Swapraja terdapat didaerah-daerah yang mempunyai
pemerintahan sendiri sebagai akibat dari adanya kontrak politik.
2. Pengadilan Agama
Pengadila Agama terdapat didaerah-daerah seluruh Hindia Belanda dengan
wewenang mengadili setiap perkara yang menyangkut hukum keluarga
(nikah, talak, rujuk, waris dan wakaf) orang Islam.
3. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer terdapat dibeberapa daerah Hindia Belanda yang
berwenang mengadili perkara pidana bagi setiap anggota Angkatan Darat
dan Angkatan Laut tanpa membedakan golongannya.
5
BABA III
SISTEM HUKUM
Suatu sistem adalah suatu susunan atau tataan yang teratur, suatu keseluruhan
yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, susunan
menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai
suatu tujuan.
6
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Administrasi Negara
c. Hukum Pidana
Hukum Privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan
hidup demi hidupnya. Yang termasuk dalam Hukum Privat ialah :
a. Hukum Sipil; dan
b. Hukum Dagang
Hal ini disebabkan faktor-faktor berikut :
a. Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari
makin banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat.
b. Makin banyaknya ikut campur Negara di dalam bidang kehidupan
yang sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan.
7
Sistem hukum Adat bersumber pada peraturan-peraturan hukum
tidak tertulis yang tumbuh berkembang dan dipertahankan dengan
kesadaran hukum masyarakatnya. Hukum Adat itu mempunyai tipe yang
bersifat tradisional dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang.
Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, dari sembilan belas
daerah lingkungan hukum (rechtskring) Di Indonesia sistem hukum adat
dibagi dalam tiga kelompok.
a. Hukum adat mengenai Tata Negara (tata Susunan Rakyat).
Hukum Adat ini mengatur tentang susunan dari dan ketertiban dalam
persekutuan-persekutuan hukum (rechtsgemens-chappen) serta
susunan dan lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan
dan pejabatnya.
b. Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari :
1) Hukum pertalian sanak (perkawinan, waris);
2) Hukum tanah (hak ulayat tanah, transaksi-transaksi tanah);
3) Hukum perhutangan (hak-hak atasan, transaksi-transaksi tentang
benda selain tanah dan jasa).
c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana), memuat tentang
peraturan-peraturan tentan pelbagai delik dan reaksi masyarakat
terhadap pelanggran hukum pidana itu.
8
BAB IV
2. Unsur-unsur Negara
a. Manusia
Manusia yang ikut berorganisasi disebut anggota organisasi itu.
Demikian juga Negara sebagai Organisasi mempunyai anggota
9
organisasi yang terdiri dari manusia yang ikut bernegaradan
dinamakan warga Negara.
b. Wilayah
Wilayah Negara terdiri dari hal-hal dibawah ini.
1) Darat
2) Laut
3) Udara
c. Organisasi dan PelaksanaanTujuan Negara
Menurut Logemann, “Negara sebagai suatu Organisasi pergaulan
hidup, dengan kewajibannya mempunyai tujuan mengatur dan
memelihara pergaulan hidup tertentu”.
3. Bentuk Negara
Membicarakan mengenai bentuk Negara, yang perlu diketahui sebagai
dasar berkenaan kaitan tugas yang yang wajib dilakukan oleh alat-alat
perlengkapan Negara dalam kewwnangan pelaksanaanya. Bentuk Negara
dapat dilihat dari pengankatan Kepala negaranya dan dapat juga dilihat
dari wewenang pemerintah pusat.
a. Bentuk Negara Dilihat dari Pengankatan Kepala Negara
b. Bentuk Negara Dilihat Wewenang Pemerintah Pusat
10
pemerintah.
b. formal yang terdiri dari undang-undang, pelaksanaan administrsi
Negara, yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum.
Menurut Logemann ada lima hal yang wajib dilakukan oleh seorang
pejabat sebagai pegawai negeri. Hal-hal tersebut meliputi :
1. Pejabat itu wajib menjadi seorang pegawai yang baik.
2. Wajib melakukan pekerjaannya sesuai dengan kemampuan kerjanya.
3. Perbuatannya wajib sesuai dengan peraturan dan asas hukum yang telah
ditentukan.
4. Wajib meneladani kehidupan diluar pekerjaannya.
5. Wajib mengutamakan kepentingan jabatan diatas kepentingan golongan.
11
BAB V
HUKUM PERDATA
12
undang hukum perdata (Burgerlijk Wetboek) dan Kitab Undang-undang Hukum
dagang (Wetboek van Koohandel).
Diatas telah dikatakan bahwa hukum perdata material terdiri dari empat bagian.
Ketentuan-ketentuannya mengatur tentang Kepentingan-kepentingan
perseorangan. Bagian-bagian hukum perdata material diuraikan di bawah ini
A. Hukum Pribadi
Hukum pribadi mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban pribadi sebagai
“subyek hukum”.
B. Hukum Keluarga
Secara luas hukum keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Keturunan
Masalah keturunan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun
1974ditentukan dalam pasal 55 bahwa “asal-usul seorang anak hanya
dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang otentik yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang.
2. Kekuasaan Orang Tua
Masalah kekuasaan orang tua yang berupa hak dan kewajibannya menurut
Pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa “kedua
orang tua wajib untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka
dengan sebaik-baiknya.
3. Perwalian
Masalah perwalian diatur dalam Pasal 50, 51, 52, 53, dan 54 Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974. Seorang anak yang belum mencapai usia
delapan belas tahun belum menikah, yang ti9dak berda dibawah kekuasaan
orang tua berada dibawah kekuasaan wali.
4. Pendewasaan
Pendewasaan merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang yang belum
mencapai usia dewasa atau untuk beberapa hal tertentu dipersamakan
kedudukan hukumnya dengan seseorang yang telah dewasa.
13
5. Pengampuan (Curatele)
Seseorang yang telah dewasa dan sakit ingatan, menurut Undang-undang
harus diletakan dibawah pengapuan (curatele)
6. Perkawinan
Masalah perkawinan, ketentuannya secara rinci telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang dilaksanankan dengan
peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.
C. Hukum Kekayaan
Hukum Kekayaan merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai
hubungan antara subyek hukum dan obyek hukum dalam suatu peristiwa
hukum.
1. Hukum Benda
Hukum benda ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai hal
yang diartikan dengan benda dan hak-hak yang melekat diatasnya.
2. Hukum Perikatan
Hukum perikatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan
kewajiban subyek hukum dalam tindakan hukum kekayaan.
D. Hukum Waris
Hukum waris ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur nasib kekayaan orang
setelah pemiliknya meninggal dunia.
14
BAB VI
HUKUM PIDANA
C. Peristiwa Pidana
Peristiwa pidana yang disebut juga tindak pidana (delict) ialah suatu perbuatan
atau rangkaian pernuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana.
Unsur-unsur tindakan pidana terdiri dari:
1. Objektif
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan
mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum.
2. Subjektif
Yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh Undang-
undang. Sifatunsur ini mengutamakan adanya pelaku (seseorang atau
beberapa orang)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai suatu peristiwa pidana ialah sebagai
berikut.
15
1. Harus ada suatu perbuatan, maksudnya memang benar ada suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang.
2. Perbuatan ini harus sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan
hukum.
3. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Harus belawanan dengan dengan hukum. Artinya suatu perbuatan yang
berlawanan dengan hukum dimaksudkan kalau tindakannya nyata-nyata
bertentangan dengan peraturan hukum.
5. Harus tersedia ancaman hukumannya.
16
a. Buku I : memuat tentang ketentuan-ketentuan umum
(Algemene Leerstrukken) Pasal I – 103
17
4. Ruang Lingkup Berlakunya Hukum Pidana
Asas ruang lingkup berlakunya aturan hukum pidana itu ada empat.
a. Asas Teritorialitas (Teritorialiteits Beginsel)
b. Asas Nasionalitas Aktif (Actief Nationaliteits beginsel)
c. Asas Nasionalitas Pasif (Pasief Nationaliteits beginsel)
d. Asas Universalitas (Universsliteits beginsel)
5. Sistem Hukuman
Sistem hukuman yang dicantumkan dalam Pasal 10 manyatakan bahwa
hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana
sebagai berikut.
a. Hukuman Pokok (Hoofd straffen)
1) Hukuma mati
2) Hukuman penjara
3) Hukuman kurungan
4) Hukuman denda
b. Hukuman Tambahan
1) Pencabutan beberapa hak-hak tertentu
2) Perampasan barang-barang tertentu
3) Pengumuman putusan hakim.
18
BAB VII
HUKUM ACARA
Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum
material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma
larangan hukum material melalui suatu proses dengan berpedoman kepada
peraturan yang dicantumkan dalam hukum acara.
19
a. Setelah gugatan dari seseorang masuk kepengadilan dan ditentukan
apakah dalam menyelesaikan perkara itu diperlukan hakim tunggal
atau majelis
b. Dalam sidang pertama perkara itu dapat ditempuh, dengan lisan
seluruh nya atau melalui tulisan setelah hakim memberikan
kesempatan untuk berdamai terlebih dahulu.
c. Kalau ditempuh secara lisan, prosesnya diberikan kesempatan kapada
tergugat untuk menyampaikan jawaban tertulis.
d. Kalau ditempuh secara tulisan, prosesnya diberikan kesempatan
kepada tergugat untuk memberikan jawaban tertulis.
e. Setelah proses itu dilalui, maka kesempatan berikutnya untuk para
pihak dapat menyampaikan kesimpulan.
f. Dalam sidang yang terakhir, hakim mengajukan pertimbangan
hukumnya yang ditutup dengan putusan.
Hukum acara pidana yang disebut juga hukum pidana formal mengatur cara
pemerintah menjaga kelansungan pelaksanaan huku pidana material.
1. Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocence)
Dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 dinyatakan bahwa
“ Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut/atau dihadapkan
di depan pengadilan, wajib diangap tidak bersalah sebelum adanya putusan
pengadilan, yang mengatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan
hukum yang tetap”.
2. Koneksitas
Perkara koneksitas yaitu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama
antara seorang atau lebih yang hanya dapat diadili oleh Pengadilan Umum
dan seorang atau lebih yang hanya dapat diadili oleh Pengadilan Militer.
3. Pengawasan Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pelaksanaan putusan perkara pidana dalam tingkat pertama yan telah
memiliki kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa.
20
a. Peradilan Agama
b. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara berlaku khusus dalam menangani dan
menyelesaikan perkara yang berkenaan dengan tindakan
penyimpangan dari pegawai Negara dan merugikan anggota
masyarakat Indonesia.
E. Mahkamah Konsitusi
Mahkamah konsitusi merupakan lembaga peradilan tersendiri diluar lembaga
peradilan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung
Tuas-tugas mahkamah konstitusi sebagai berikut :
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dalam :
a. Menguji Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar 1945;
b. Memutus :
1. Sengketa kewenangan atar lembaga Negara yang diberikan oleh
Undang-undang Dasar 1945;
2. Membubarkan partai politik
3. Perselisihan hasil pemilihan umum.
2. Berkewajiban memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan?Wakil Presiden diduga melanggar hukum dalam penghianatan
terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya. Selain
itu juga melakukan perbuatan tercela, dan /atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan /atau Wakil Presiden yang ditentukan oleh Undang-
undang Dasar 1945.
21
DAFTAR PUSTAKA
R. Abdoel Djamali, S.H., 2005. Pengantar Hukum Indonesia PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
22