Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI

A. PAKAH ITU ETIKA

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral atau nilai. Etika disebut juga
filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang prakisi (tindakan) manusia. Etika
tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak. Daftar prinsip-prinsip berikut ini dengan karakteristik dan nilai-nilai yang sebagian
besar di hubungkan dengan perilaku etis:

1. Kejujuran: Bersikap benar, tulus, jernih, langsung, hati terbuka, suci tidak menipu, tidak
mencuri, tidak berbohong, tidak mempedayai, tidak melenceng.
2. Integritas: Bersikap berprinsip, terhormat, adil, berani, dan bertindak dengan dorongan
penuh, tidak bermuka dua, tidak bertintak dengan menuruti hawa nafsu, tidak membenarkan
satu filosofi tanpa memperhatikan prinsipnya.
3. Mematuhi janji : Bersikap penuh kepercayaan, memenuhi janji, mematuhi komitmen,
berpegang pada surat perjanjian; tidak menginterprestasikan perjanjian secara tidak masuk
akal baik dalam hal teknis maupun masalahnya dalam rangka merasionalkan tindakan-
tindakan yang menyimpang.
4. Loyalitas : Bersikap jujur, dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, klien, dan negara;
tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia; dalam konteks profesianal,
harus menjaga kemampuan membuat pertimbangan profesional dengan berusaha
menghindari pengaruh buruk dan konflik berkepentingan.
5. Keadilan : Bersikap adil dan pikiran terbuka, berniat menghapus kekeliruan, dan kalu
memang diperlukan mau mengubah pendirian, menunjukkan komitmen terhadap keadilan,
berlaku sama terhadap orang lain, menerima dan bertoleransi terhadap perbedaan, tidak
memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
6. Kepedulian terhapap orang lain : Bersikap peduli, baik hati ,dan berbalas kasihan,
berbagi rasa, bersikap memberi, bersikap melayani orang lain; memberikan pertolongan
jika dibutuhkan dan tidak merugikan orang lain.
7. Menghargai orang lain : Menunjukan penghargaan atas kemuliaan manusia, personalitas,
dan hak setiap orang; bersikap ramah dan wajar, memberikan informasi yang dibutuhkan
orang lain untuk membuat keputusan sendiri; tidak merintangi orang lain.
8. Menjadi warga yang bertanggungjawab : menaati hukum, jika hukum tidak adil
proteslah secara terbuka; melaksanakan semua hak-hak dan tanggung jawab demokrasi
melalui partisipasi ( pemungutan suara dan pengungkapan pendapat), kesadaran social dan
pelayanan masyarakat; jika berada dalam posisi memimpin atau memiliki otoritas, memakai
proses demokrasi secara terbuka dalm pengambilan keputusan, menghindari
penyembunyian informasi jika tidak diperlukan, dan menjamin bahwa setiap orang
mempunyai semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang tepat dan
melaksanakan hak-hak meraka.
9. Mencapai yang terbaik : berupaya mencapai yang terbaik dalam setiap hal, dalam
memnuhi tanggungjawab perorangan dan professional, bersikap rajin, masuk akal, dan
bertanggungjawab; melaksanakan selusuh tugas sesuai dengan kemapuan terbaik,
mengembangkan dan memelihara tingkat kompetensi yang tinggi, member dan menerima
informasi dengan baik, tidak melakukan hal-hal yang tidak berharga; tidak selalu
memperhitungkan biaya.
10. Ketanggunggugatan : bersikap bertanggungjawab, menerima tanggungjawab
pengambilan keputusan, memahami terlebih dahulu konsekuansi tindakan.

Hal biasa bagi masyarakat untuk membedakan prinsip moral dan nilai mereka.
Perbedaan-perbedaan ini berasal dari pengalaman masing-masing. Perilaku beretika diperlukan
agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup
penting sehingga banyak diantara nilai-nilai etika yang dimaksukkan dalam undang-undang.
Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak beretika sebagai perilaku berbeda dari
sesuatu yang seharusnya dilakukan. Terdapat dua alasan mengapa orang tidak beretika: standar
etika seseorang berbeda dari masyarakat secara keseluruhan, atau seseorang memutuskan untuk
bertindak semaunya.

Keputusan manajemen untuk mengoperasikan bisnisnya secara beretika bukanlah filosofi


bisnis baru. Kode etik itu menggunakan empat pernyataan yang di sebut Empat Cara Uji atas
perilakuuuu beretika dari setiap masalah etika bisnis: (1) Apakah itu merupakan kebenaran
(truth)? (2) Apakah itu untuk semua pihak yang berkepentingan? (3) Akanlah itu menambah
goodwill dan hubungan yang lebih baik ? (4) Akan menguntungkan semua pihak yang
berkepentingan?
B. DILEMA ETIKA

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi
banyak dilema etika dalam karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang
mengancam akan mencari seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk
menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika yang serius
terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah pendapat yang tepat untuk diterbitkan.
Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan seorang atasan yang telah menyatakan nilai
pendapatan departemennya secara material lebih besar dari pada nilai yang sebenarnya agar
dapat menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi
bagian manajemen sebuah perusahaan yang selalu mengusik dan memperlakukan para
pegawainya dengan tidak layak atau melayani para pelanggannya secara tidak jujur merupakan
suatu dilema moral, khususnya jika ia memiliki keluarga yang harus dibiayai serta terdapat
persaingan yang sangat ketat dalam lapangan pekerjaan.

Terdapat banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema etika tetapi perhatian


yang serius harus diberikan untuk menghindari terlaksananya metode-metode yang
merasionalisasikan perilaku tidak etis. Metode-metode rasionalisasi yang digunakan yang dengan
mudah dapat menghasilkan tindakan tidak etis diantaranya :

1. Setiap orang melakukannya

Argumentasi bahwa merupakan perilaku yang wajar bila dapat memalsukan pajak
penghasilan, atau menjual produk yang cacat umumnya berdasarkan pada rasionalisasi
bahwa setiap individu lainnya pun melakukan hal tersebut dan hal tersebut merupakan
perilaku yang wajar.

2. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etis

Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku yang sah menurut hukum adalah
perilaku yang etis sangat bersandarpada kesempurnaan hukum. Dibawah filosofi ini,
seseorang tidak memiliki kewajiban apapun untuk mengembalikan suatu obyek yang
hilang kecuali jika pihak lainnya dapat membuktikan bahwa obyek tersebut miliknya.
3. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya

Filosofi ini bersandar pada evaluasi atas kemungkinan bahwa individu lainnya akan
menemukan perilaku tersebut. Biasanya pribadi itu akan menilai pula kerasnya tingkat
penalti ( konsekuensi ) yang akan diterimanya bila hal tersebut terbongkar. Suatu contoh
atas hal ini adalah memutuskan apakah akan mengoreksi suatu kelebihan tagihan yang
tak disengaja dibuat pada seorang pelanggan saat pelanggan tersebut telah membayar
seluruh tagihannya. Jika si penjual percaya bahwa pelanggan itu akan mendeteksi
kesalahan itu dan sebagai responnya sang pelanggan tidak akan pernah membeli lagi
kepadanya, maka sang penjual akan segera menginformasikan kesalahan yang terjadi
pada sang pembeli, sebaliknya ia akan menunggu hingga pelanggan tersebut memberikan
pengaduannya.

Pendekatan emam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan
dilema etika:

1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan


2. Identifikasikan issue-issue etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
4. Identifikasikan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus mencegah dilema
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Putuskan tindakan yang tepat.

C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Alasan yang mendasari diperlukanya perilaku professional yang tinggi pada profesi
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas
dari yang dilakukan secara perorangan. Gagasandari prinsip-prinsip etika meliputi:
1. Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional para anggota harus
berusaha menjadi profesional yang peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh
aktifitas mereka.
2. Kepentingan Publik
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan
komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas
Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, para anggota harus menunjukkan
seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas yang tinggi.
4. Obyektifitas dan Independensi
Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik antar kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Anggota yang berpraktek bagi
publik harus berada dalam posisi yang independen baik dalam penampilan maupun dalam
kondisi sesungguhnya ketika menyediakan jasa audit maupun jasa atestasi lainnya.
5. Keseksamaan (Due Care)
Seorang anggota harus selalu memperhatikan standar teknis dan etika profesi, selalu
berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa yang diberikannya, serta
melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Lingkup dan Sifat jasa
Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode
etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.

D. KERANGKA ATURAN ETIKA AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAI – KAP)


1. Independensi, Integritas, Dan Objektivitas
Independensi: dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar professional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).
Integritas Dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
2. Standar Umum Dan Prinsip Akuntansi
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini:
a. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa
profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan
kompetensi professional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan professional.
c. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa professional.
d. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review kompilasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
3. Tanggung Jawab Kepada Klien
Anggota KAP tidak diperkenankan:
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan PABU
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan PABU, apabila
laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laproan
atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau
data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut di atas. Dalam kondisi
tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama
anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan
apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan
pentumpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa
kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan
yang menyesatkan.
FEE PROFESIONAL Anggota KAP :
a. Besaran Fee. Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan
pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan
klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
b. Fee Kontijen. Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee
dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau
dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau
temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee
kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.
4. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
a. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi Anggota wajib memelihara citra
profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak
reputasi rekan seprofesi.
b. Komunikasi Antar-Akuntan Publik Anggota wajib bekomunikasi tertulis dengan
akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit
menggantikan akuntan public pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditujuk
akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan
publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan pengganti secara memadai.
c. Perikatan Atestasi Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan
atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan
oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut
dilaksanakan untuk memembuhi ketentuan
5. Tanggung Jawab Dan Praktik Lain
a. Perbuatan Dan Perkataan Yang Mendiskreditkan. Anggota KAP tidak
diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari
klien.
b. Iklan, Profesi, Dan Kegiatan Pemasaran Lainnya. Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan,
melalui promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi
c. Komisi Dan Fee Refera.l Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang
atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat
mengurangi independensi. Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang
dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik.
Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
E. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010.
Untuk Standar Profesional Akuntan Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam
proses “adoption” terhadap International Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai
di tahun 2010, berlaku efektif 2011.Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja
diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
a. Prinsip Integritas
b. Prinsip Objektivitas
c. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
d. Prinsip Kerahasiaan
e. Prinsip Perilaku Profesional
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal berikut
ini:
Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya
Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

F. PRINSIP ETlKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Mukadimah

1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip
ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen
untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi

Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut

1. Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semuakegiatan yang
dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara
dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat
dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan
sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk
membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat
prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus
menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan


kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu
kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal
dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya
dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab
profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk
bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota
dan klien atau pemberi jasa berakhir.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

G. Hal Lain dalam Independensi


1. Keluarga Lansung (Immediate Family) dari Akuntan Publik, Aturan Independensi
juga diberlakukan untuk keluarga langsung dari seorang akuntan publik. Yang termasuk
immediate family adalah istri/suami, anak.
2. Financial Interest (hubungan keuangan) dengan Klien
Direct financial interest: kepemilikan saham atau ekuitas lain oleh seorang akuntan
publik atau immediate family. Direct financial interest ini akan menghilangkan
independensi dari seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit terhadap klien.
Indirect financial interest: terjadi apabila terdapat hubungan kepemilikan yang dekat,
tetapi tidak langsung antara akuntan public dengan klien. Indirect financial interest akan
mempengaruhi independensi apabila jumlahnya material.
3. Close relatives (kerabat) mencakup anak yang sudah dewasa (nondependent children),
saudara kandung (siblings), dan orang tua (parents.)
Bila menjadi anggota Tim Audit, Menjadi tidak independen apabila kerabat (close
relatives) memegang peranan penting dalam perusahaan klien, atau memiliki financial
interest yang material dengan klien, atau memiliki financial interest yang tidak material
tetapi memiliki pengaruh signifikan terhadap operasional usaha klien.
Bila bukan anggota Tim Audit tetapi Merupakan Partner KAP atau Memiliki Pengaruh
Terhadap Jalannya Audit, Menjadi tidak independen apabila kerabat (close relatives)
memegang peranan penting dalam perusahaan klien, atau memiliki financial interest yang
material dengan klien dan memiliki pengaruh signifikan terhadap operasional usaha klien.
4. Bookkeeping Services Sebuah KAP dapat memberikan jasa accounting services
(pembukuan) untuk audit client dengan syarat: (1) Klien harus menerima tanggung jawab
penuh (full responsibility) atas laporan keuangan; (2) KAP tidak boleh mengambil alih
peranan pegawai/manajemen klien dalam menjalankan usahanya; (3) KAP harus
melaksanakan audit berdasarkan SPAP.
5. Consulting and Other Nonaudit Services Jasa konsultasi dan jasa lainnya dapat diberikan
oleh KAP sepanjang KAP tidak melaksanakan fungsi manajemen atau tidak membuatkan
keputusan manajerial.
6. Pembayaran Imbalan jasa , KAP menjadi tidak independen apabila terdapat tagihan jasa
audit (unpaid fees) yang belum dibayar klien atas professional services yang diberikan
lebih dari 1 tahun sebelum tanggal audit report. Unpaid fees dari klien yang bangkrut tidak
mempengaruhi independensi.
7. Joint Relationship with Client Investor.
a.

Jika investasi klien pada nonclient material, direct investment oleh KAP pada
nonclient investee akan mempengaruhi independensi. Jika investasi klien pada
nonclient tidak material, direct investment oleh KAP pada nonclient investee akan
mempengaruhi independensi hanya jika jumlahnya material.
b.

Jika investasi klien pada nonclient investee berjumlah material, indirect investment
yang material oleh KAP pada nonclient investee mempengaruhi independensi. Jika
investasi klien pada nonclient investee tidak material, indirect investment yang
material oleh KAP pada nonclient investee mempengaruhi independensi hanya jika
jumlahnya material.

c.

Jika investasi nonclient investor pada audit client material, direct investment oleh KAP
pada nonclient mempengaruhi independensi. Jika investasi nonclient investor pada
audit client tidak material dan tidak memiliki pengaruh signifikan, direct investment
oleh KAP pada nonclient tidak mempengaruhi independensi.
Referensi:
Arens & Loebbecke terj Auditing Buku 1, adaptasi oleh Amir Abadi YUsuf, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2002).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Onlile), (http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php?
id=18)
Natawidnyana, Etika Profesional, [PDFdocument], (Online),
(http://natawidnyana.files.wordpress.com/2008/11/auditing-ch-4_etika-
profesi.pdf)

Anda mungkin juga menyukai