Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral atau nilai. Etika disebut juga
filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang prakisi (tindakan) manusia. Etika
tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak. Daftar prinsip-prinsip berikut ini dengan karakteristik dan nilai-nilai yang sebagian
besar di hubungkan dengan perilaku etis:
1. Kejujuran: Bersikap benar, tulus, jernih, langsung, hati terbuka, suci tidak menipu, tidak
mencuri, tidak berbohong, tidak mempedayai, tidak melenceng.
2. Integritas: Bersikap berprinsip, terhormat, adil, berani, dan bertindak dengan dorongan
penuh, tidak bermuka dua, tidak bertintak dengan menuruti hawa nafsu, tidak membenarkan
satu filosofi tanpa memperhatikan prinsipnya.
3. Mematuhi janji : Bersikap penuh kepercayaan, memenuhi janji, mematuhi komitmen,
berpegang pada surat perjanjian; tidak menginterprestasikan perjanjian secara tidak masuk
akal baik dalam hal teknis maupun masalahnya dalam rangka merasionalkan tindakan-
tindakan yang menyimpang.
4. Loyalitas : Bersikap jujur, dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, klien, dan negara;
tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia; dalam konteks profesianal,
harus menjaga kemampuan membuat pertimbangan profesional dengan berusaha
menghindari pengaruh buruk dan konflik berkepentingan.
5. Keadilan : Bersikap adil dan pikiran terbuka, berniat menghapus kekeliruan, dan kalu
memang diperlukan mau mengubah pendirian, menunjukkan komitmen terhadap keadilan,
berlaku sama terhadap orang lain, menerima dan bertoleransi terhadap perbedaan, tidak
memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
6. Kepedulian terhapap orang lain : Bersikap peduli, baik hati ,dan berbalas kasihan,
berbagi rasa, bersikap memberi, bersikap melayani orang lain; memberikan pertolongan
jika dibutuhkan dan tidak merugikan orang lain.
7. Menghargai orang lain : Menunjukan penghargaan atas kemuliaan manusia, personalitas,
dan hak setiap orang; bersikap ramah dan wajar, memberikan informasi yang dibutuhkan
orang lain untuk membuat keputusan sendiri; tidak merintangi orang lain.
8. Menjadi warga yang bertanggungjawab : menaati hukum, jika hukum tidak adil
proteslah secara terbuka; melaksanakan semua hak-hak dan tanggung jawab demokrasi
melalui partisipasi ( pemungutan suara dan pengungkapan pendapat), kesadaran social dan
pelayanan masyarakat; jika berada dalam posisi memimpin atau memiliki otoritas, memakai
proses demokrasi secara terbuka dalm pengambilan keputusan, menghindari
penyembunyian informasi jika tidak diperlukan, dan menjamin bahwa setiap orang
mempunyai semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang tepat dan
melaksanakan hak-hak meraka.
9. Mencapai yang terbaik : berupaya mencapai yang terbaik dalam setiap hal, dalam
memnuhi tanggungjawab perorangan dan professional, bersikap rajin, masuk akal, dan
bertanggungjawab; melaksanakan selusuh tugas sesuai dengan kemapuan terbaik,
mengembangkan dan memelihara tingkat kompetensi yang tinggi, member dan menerima
informasi dengan baik, tidak melakukan hal-hal yang tidak berharga; tidak selalu
memperhitungkan biaya.
10. Ketanggunggugatan : bersikap bertanggungjawab, menerima tanggungjawab
pengambilan keputusan, memahami terlebih dahulu konsekuansi tindakan.
Hal biasa bagi masyarakat untuk membedakan prinsip moral dan nilai mereka.
Perbedaan-perbedaan ini berasal dari pengalaman masing-masing. Perilaku beretika diperlukan
agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup
penting sehingga banyak diantara nilai-nilai etika yang dimaksukkan dalam undang-undang.
Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak beretika sebagai perilaku berbeda dari
sesuatu yang seharusnya dilakukan. Terdapat dua alasan mengapa orang tidak beretika: standar
etika seseorang berbeda dari masyarakat secara keseluruhan, atau seseorang memutuskan untuk
bertindak semaunya.
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi
banyak dilema etika dalam karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang
mengancam akan mencari seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk
menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika yang serius
terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah pendapat yang tepat untuk diterbitkan.
Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan seorang atasan yang telah menyatakan nilai
pendapatan departemennya secara material lebih besar dari pada nilai yang sebenarnya agar
dapat menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi
bagian manajemen sebuah perusahaan yang selalu mengusik dan memperlakukan para
pegawainya dengan tidak layak atau melayani para pelanggannya secara tidak jujur merupakan
suatu dilema moral, khususnya jika ia memiliki keluarga yang harus dibiayai serta terdapat
persaingan yang sangat ketat dalam lapangan pekerjaan.
Argumentasi bahwa merupakan perilaku yang wajar bila dapat memalsukan pajak
penghasilan, atau menjual produk yang cacat umumnya berdasarkan pada rasionalisasi
bahwa setiap individu lainnya pun melakukan hal tersebut dan hal tersebut merupakan
perilaku yang wajar.
2. Jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu etis
Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku yang sah menurut hukum adalah
perilaku yang etis sangat bersandarpada kesempurnaan hukum. Dibawah filosofi ini,
seseorang tidak memiliki kewajiban apapun untuk mengembalikan suatu obyek yang
hilang kecuali jika pihak lainnya dapat membuktikan bahwa obyek tersebut miliknya.
3. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya
Filosofi ini bersandar pada evaluasi atas kemungkinan bahwa individu lainnya akan
menemukan perilaku tersebut. Biasanya pribadi itu akan menilai pula kerasnya tingkat
penalti ( konsekuensi ) yang akan diterimanya bila hal tersebut terbongkar. Suatu contoh
atas hal ini adalah memutuskan apakah akan mengoreksi suatu kelebihan tagihan yang
tak disengaja dibuat pada seorang pelanggan saat pelanggan tersebut telah membayar
seluruh tagihannya. Jika si penjual percaya bahwa pelanggan itu akan mendeteksi
kesalahan itu dan sebagai responnya sang pelanggan tidak akan pernah membeli lagi
kepadanya, maka sang penjual akan segera menginformasikan kesalahan yang terjadi
pada sang pembeli, sebaliknya ia akan menunggu hingga pelanggan tersebut memberikan
pengaduannya.
Pendekatan emam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan
dilema etika:
C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Alasan yang mendasari diperlukanya perilaku professional yang tinggi pada profesi
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas
dari yang dilakukan secara perorangan. Gagasandari prinsip-prinsip etika meliputi:
1. Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional para anggota harus
berusaha menjadi profesional yang peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh
aktifitas mereka.
2. Kepentingan Publik
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan
komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas
Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, para anggota harus menunjukkan
seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas yang tinggi.
4. Obyektifitas dan Independensi
Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik antar kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Anggota yang berpraktek bagi
publik harus berada dalam posisi yang independen baik dalam penampilan maupun dalam
kondisi sesungguhnya ketika menyediakan jasa audit maupun jasa atestasi lainnya.
5. Keseksamaan (Due Care)
Seorang anggota harus selalu memperhatikan standar teknis dan etika profesi, selalu
berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa yang diberikannya, serta
melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Lingkup dan Sifat jasa
Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode
etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.
Mukadimah
1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip
ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen
untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
Jika investasi klien pada nonclient material, direct investment oleh KAP pada
nonclient investee akan mempengaruhi independensi. Jika investasi klien pada
nonclient tidak material, direct investment oleh KAP pada nonclient investee akan
mempengaruhi independensi hanya jika jumlahnya material.
b.
Jika investasi klien pada nonclient investee berjumlah material, indirect investment
yang material oleh KAP pada nonclient investee mempengaruhi independensi. Jika
investasi klien pada nonclient investee tidak material, indirect investment yang
material oleh KAP pada nonclient investee mempengaruhi independensi hanya jika
jumlahnya material.
c.
Jika investasi nonclient investor pada audit client material, direct investment oleh KAP
pada nonclient mempengaruhi independensi. Jika investasi nonclient investor pada
audit client tidak material dan tidak memiliki pengaruh signifikan, direct investment
oleh KAP pada nonclient tidak mempengaruhi independensi.
Referensi:
Arens & Loebbecke terj Auditing Buku 1, adaptasi oleh Amir Abadi YUsuf, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2002).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Onlile), (http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php?
id=18)
Natawidnyana, Etika Profesional, [PDFdocument], (Online),
(http://natawidnyana.files.wordpress.com/2008/11/auditing-ch-4_etika-
profesi.pdf)