kebebasan (freedom) baik kebebasan negatif maupun kebebasan positif. Bebas dari kebodohan,
kemiskinan, dan keterbelakangan adalah beberapa contoh dari kebebasan negatif. Sedangkan bebas
menyampaikan pendapat, memilih, dan sebagainya merupakan representasi dari kebebasan positif.
Kedua jenis kebebasan tersebut dilakukan dalam nilai-nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Di bidang ekonomi, masyarakat miskin kebebasannya sangat terbatas dibandingkan mereka yang kaya,
karena masyarakat yang sangat miskin sama sekali tidak mempunyai pilihan kecuali menerima apa yang
ada atas belas kasihan orang lain. Peribahasa mengatakan “beggars never choose”. Kebebasan
merupakan inti daripada proses pembangunan, karena dua alasan: pertama, alasan evaluatif yaitu
penilaian terhadap kemajuan seharusnya didasarkan terutama pada apakah kebebasan sesorang
meningkat; dan kedua, alasan keefektifan yaitu, pencapaian pembangunan adalah sepenuhnya
tergantung pada penduduk yang berinteraksi. Menurut Sen (1999) dalam perspektif instrumental
kebebasan meliputi:
1. Kebebasan berpolitik,
2. Fasilitas ekonomi,
3. Peluang sosial,
4. Jaminan transparansi, and
5. Perlindungan keamanan.
Salah satu komponen dalam pemberdayaan wilayah adalah pemberdayaan masyarakat miskin agar
mereka mempunyai pilihan atau setidaknya kebebasan serta hak negatifnya terpenuhi. Pemberdayaan
masyarakat yang meliputi delapan komponen dari Astagatramemerlukan pendekatan multidisiplin,
karena tidak akan terselesaikan oleh satu disiplin saja. Pada tulisan ini, pemberdayaan tersebut dilihat
dari kontek modal sosial yang dibangun di masyarakat, karena modal sosial selain merupakan barang
publik juga merupakan modal yang sangat potensial dalam merekatkan bangsa bagi terwujudnya
ketahanan nasional.
Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung
pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat,
meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih
rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya
ketahanan budaya dan masih belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih
rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih
rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan
masih rendahnya prestasi olahraga. Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan
berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah
diamanatkan dalam GBHN 1999-2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan
bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha;
pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan
termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan antar lembaga
Ada beberapa masalah utama pembangunan :
1. Pengangguran
2. Ketimpangan distribusi pendapatan
3. Kemiskinan dalam arti luas
Cita-cita dan tujuan dipengaruhi oleh tiga unsur :
1. Letak geografis wilayah
2. Sumber daya alam
3. Sumber daya manusia.
Dalam rangka pengembangan potensi komoditi pada sektor primer, maka perlu didasarkan pada garis
besar kebijakan yang berlaku secara nasional, yaitu Kebijakan Pembangunan Nasional. Arah Kebijakan
Pembangunan Nasional salah satunya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional, di mana RPJP disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam bentuk visi, misi, dan
arah pembangunan nasional.
Berkaitan dengan penggalian potensi dan investasi di sektor primer, disebutkan dalam bagian Kondisi
Umum RPJP 2005 – 2025 bahwa secara bertahap, struktur ekonomi berubah dari yang semula
didominasi oleh pertanian tradisional ke arah kegiatan ekonomi lebih modern dengan penggerak sektor
industri. Ekspor nonmigas yang menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghasilkan produk dan
daya saing produk Indonesia terhadap produk negara lain meningkat pesat. Bahkan dalam paruh kedua
80-an, terjadi perubahan struktur ekspor dari yang semula didominasi oleh ekspor migas menjadi ekspor
yang di dominasi oleh ekspor nonmigas. Oleh karenanya pengembangan potensi pada sektor primer
diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekspor
nonmigas. Sektor-sektor primer yang terkait adalah diantaranya adalah pada sektor perikanan,
pertanian, peternakan, dan pertambangan.
Dalam Kondisi Umum RPJP 2005 – 2025 juga disebutkan bahwa penggunaan energi di Indonesia telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat, sehingga masalah kekurangan energi di masa yang akan datang
akan diantisipasi dengan mengurangi ketergantungan energi kepada minyak dan meningkatkan
kontribusi batubara dan sumber energi lainnya dalam penggunaan energi secara nasional.
Sedangkan pembangunan ekonomi dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-
sasaran pokok sebagai berikut.
1 Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-produk secara efisien dan
modern, industri manufaktur yang berdaya saing global menjadi motor penggerak perekonomian, dan
jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi. Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang
Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
2 Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat pemerataan yang
relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
3 Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai
serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.
Dalam kaitannya dengan pengembangan dan investasi di sektor primer maka dalam sasaran pokok
disebutkan bahwa :
1. Perekonomian dikembangkan berorientasi dan berdaya saing global melalui transformasi bertahap
dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumberdaya alam melimpah menjadi perekonomian
yang berkeunggulan kompetitif
2. Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah kegiatan primer terutama sektor pertanian
dalam arti luas dan pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta
untuk memperkuat basis produksi secara nasional.
3. Daya-saing global perekonomian ditingkatkan dengan mengembangkan pola jaringan rumpun industri
(industrial cluster) sebagai fondasinya, berdasarkan 3 (tiga) prinsip dasar:
4 Pengembangan rantai nilai tambah dan inovasi yang utamanya adalah pilihan terhadap arah pola
pengembangan yang ditetapkan pada suatu periode tertentu;
5 Penguatan (perluasan dan pendalaman) struktur rumpun industri dengan membangun keterkaitan
antarindustri dan antara industri dengan setiap aktivitas ekonomi terkait (sektor primer dan tersier,
UKM maupun perusahaan penanaman modal asing);
6 Pembangunan fondasi ekonomi mikro (lokal) agar terwujud lingkungan usaha yang kondusif melalui
penyediaan berbagai infrastruktur peningkatan kapasitas kolektif (teknologi, mutu, peningkatan
kemampuan tenaga kerja dan infrastruktur fisik) serta penguatan kelembagaan ekonomi yang dapat
menjamin bahwa peningkatan interaksi, produktivitas, dan inovasi yang terjadi, melalui persaingan
sehat, dapat secara nyata meningkatkan daya saing perekonomian secara berkelanjutan.
Dengan keunggulan komparatif sebagai negara berpenduduk besar dengan wawasan, kemampuan, dan
daya kreasi yang tinggi, serta memiliki bentang alam yang luas dan kekayaan sumber daya alam, basis
keunggulan kompetitif industri dalam 20 tahun mendatang dikembangkan berdasarkan 3 (tiga) prinsip
utama, yaitu:
1 Pengembangan industri yang mengolah sumber daya alam secara efisien dan rasional, dengan
memperhatikan daya dukungnya;
2 Pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi,
komunikasi, dan informasi baik untuk kepentingan domestik maupun dalam kaitannya dengan dinamika
globalisasi; dan Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang
Investasinya di Indonesia
3 Pengembangan industri yang memperkuat integrasi dan struktur keterkaitan antar industri ke depan.
Dengan prinsip tersebut, fokus pengembangan industri dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada 4
(empat) pilar utama,
Industri yang berbasis pertanian dan kelautan;
Industri transportasi;
Industri teknologi informasi dan peralatan telekomunikasi (telematika), dan
Basis industri manufaktur yang potensial dan strategis untuk perkuatan daya saing industri ke depan.
Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor pertanian dalam arti luas dikelola dengan
pengembangan agribisnis yang dinamis dan efisien, yang melibatkan partisipasi aktif petani dan nelayan.
Perdagangan dan investasi dikembangkan agar mampu mendukung perkuatan daya saing global.
Sementara itu, investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan peningkatan iklim investasi yang kondusif dan
berdaya saing, serta selaras dengan fokus peningkatan daya saing perekonomian nasional.
Peranan pemerintah yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai
katalisator pembangunan di berbagai tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya
lingkungan usaha yang kondusif dan berdaya saing, dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.
Pengembangan kapasitas pemerintah daerah terus ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas aparat
pemerintah daerah peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
keuangan pemerintah daerah termasuk upaya peningkatan kemitraan dengan masyarakat dan swasta
dalam pembiayaan pembangunan daerah ditingkatkan; penguatan lembaga legislatif.
Pendayagunaan sumber daya alam yang terbarukan, seperti hutan, pertanian, perikanan, dan perairan
dilakukan secara rasional, optimal, dan efisien, dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat
secara seimbang dan memperhatikan daya dukung dan kemampuan pulih alaminya. Pengelolaan
sumber daya alam terbarukan, yang saat ini sudah berada dalam kondisi kritis, diarahkan pada upaya
untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya, dan selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan
aspek-aspek tak berwujud seperti jasa lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan
kemampuannya sebagai modal bagi pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau
pendapatan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diarahkan untuk
diinvestasikan kembali guna Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta
Peluang Investasinya di Indonesia menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan
pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Efektivitas pemanfaatan sumber daya alam diarahkan pada peningkatan nilai tambah produk-produk
sumber daya alam.
Pembangunan ekonomi diarahkan pada kegiatan yang ramah lingkungan sehingga pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan dapat dikendalikan, serta diarahkan pula pada pengembangan ekonomi
yang lebih memanfaatkan jasa lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup
diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago country) di dunia yang amat luas dengan ± 13.662
pulau, memiliki masalah teritorial yang sifatnya spesifik, sehingga memerlukan penanganan yang juga
sifatnya spesifik. Berbabagai faktor yang terindikasi berpengaruh terhadap kekhasan masalah teritorial
Indonesia tersebut, diantaranya adalah faktor geografi, demografi, sosial, ekonomi dan politik
masyarakat Indonesia. Secara geografi, Indonesia terletak diantara posisi silang strategik dua benoa Asia
dan Australia yang dihuni oleh bangsa-bangsa dengan karakteristiknya masing-masing; demikian juga
Indonesia berada di antara dua samudra (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) yang menjadi jalur lintas
penghubung berbagai negara di dunia. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap masalah dan
penanganan teritorial laut dan udara Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia jumlahnya sudah lebih dari
212 juta jiwa dengan indeks pembangunan manusia (Human Decvelopment Index)-nya yang masih
berposisi pada urutan ke-110 dari 175 negara pada tahun 2002, posisi 112 di tahun 2003, dan posisi 111
dari 177 negara di tahun 2004. Tahun 2005, posisi Indonesia naik ke urutan 110, namun posisi ini masih
cukup jauh
dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Malaysia (urutan 59 tahun 2004 dan 61 tahun 2005),
Thailand (urutan 76 tahun 2004 dan 73 tahun 2005), Filipina (urutan 58 tahun 2004 dan 84 tahun 2005),
dan Vietnam (urutan 111 tahun 2004 dan 108 tahun 2005). Pada tahun 2006 Indonesia mengalami
kemajuan dengan angka IPM mencapai 0,711 dan berada urutan ke-108, mengalahkan Vietnam yang
mempunyai nilai 0,709 (urutan 109). Pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun terus membaik, namun
angka kemiskinan masih cukup tinggi, yakni 34% pada tahun 1998, 17% tahun 2005 dan sekitar 18%
tahun 2006. Dalam APBN 2009, laju inflasi ditargetkan 6,2% dan pertumbuhan ekonomi sekitar 6%. Pada
posisi ini, jumlah penduduk Indonesia yang miskin mencapai 27,755 – 32,382 juta orang atau tingkat
kemiskinan setara dengan 12 – 14%. Masih besarnya angka kemiskinan ini akan mewarnai masalah
teritorial Indonesia1. Permasalahan teritorial Indonesia juga dicirikan oleh keadaan iklim, kekayaan
sumberdaya alamnya, dan sosial politik masyarakat Indonesia. Kekhasan tersebut menyebabkan
Indonesia merupakan daerah penyangga (bufferzone) dari beberapa gatra, diantaranya:
1. Politik.-- Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yakni sistem demokrasi Australia
dan sistem demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi.-- Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi sentral
Asia;
3. Ideologi.-- Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan ideologi komunis di sebelah
utara;
4. Sistem Pertahanan.-- Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan dan sistem
pertahanan kontinental di sebelah utara.
Untuk itulah maka masalah teritorial dan penanganannya di Indonesia membutuhkan sesuatu
pendekatan yang spesifik melalui suatu prosedur ‘geostrategi’ yang baik, agar diperoleh: (a). pembinaan
wilayah yang dapat menciptakan ketahanan nasional yang maksimal dan efektif di berbagai bidang
(ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, kehidupan beragama dan keberlanjutan
pembangunan nasional), (b). faktor kesejahteraan dan keamanan bangsa, dan (c). Pembinaan teritorial
yang menitikberatkan pada penyusunan potensi pertahanan dan keamanan (Hankam).
Ditinjau dari perspektif kritik isu aktual tersebut, topik kajian yang diberikan kepada penulis memang
menarik dan gayut untuk dikaji secara mendalam guna mencari titik temu yang menguntungkan bagi
terselenggaranya Ketahanan Nasional
Pembinaan Teritorial bagi TNI adalah upaya, pekerjaan dan tindakan, baik secara berdiri sendiri maupun
bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam
menyiapkan kekuatan pertahanan matra darat, laut dan udara; yang meliputi wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya, serta terwujudnya kemanunggalan TNI dan Rakyat, yang dilaksanakan sesuai
kewenangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka tercapainya tugas pokok TNI. Apabila
dikaitkan dengan Undang –Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI pada pasal 7 ayat (2) butir b
angka 8, disebutkan bahwa tugas TNI adalah memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.
Dasar Hukum
Dasar hukum yang berkait dengan pembinaan teritorial dalam mendukung ketahanan nasional tersebut,
adalah:
a. UUD 1945 Pasal 30 Ayat (2) tentang Pertahanan dan Keamanan Negara: “Usaha Pertahanan dan
Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan
Polri, sebagai kekuatan Utama, dan rakyat sebagai Kekuatan Pendukung”.
b. UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 ayat (2): “Sistem Pertahanan Negara
dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama dengan didukung
oleh cadangan dan Komponen Pendukung”.
c. UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI Pasal 8d, tentang tugas TNI AD : “Angkatan Darat bertugas
melaksanakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di darat”.
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dan negara
UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 10 ayat (3): “Urusan
pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama”.
Upaya untuk melaksanakan pembinaan teritorial yang berhubungan dengan perundang-undangan,
adalah melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan diseluruh wilayah NKRI, sehingga mampu
disiapkan sebelum, selama dan sesudah dengan melibatkan instansi terkait dalam rangka kepentingan
pertahanan negara.
Tinjauan Sishanta
Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) diadopsi dari pengalaman perang kemerdekaan, dimana pada
saat itu secara konsepsional seluruh rakyat dikerahkan untuk melakukan perlawanan bersenjata. Namun
pada situasi sekarang, pemahaman tersebut tidak relevan lagi karena tuntutan situasi kondisi di era
dewasa sudah berbeda, sehingga secara fundamental konsepsi sishanta adalah membangun
kesemestaan dalam rangka pertahanan sedemikian rupa sehingga sinergi dalam suatu sistem sederhana
tetapi komperehensif, efektif dan efisien.
Mencermati perkembangan kawasan dan analisa kajian lingkungan strategis baik global, regional dan
nasional, maka ancaman yang paling mungkin terhadap integritas nasional adalah Gerakan Separatis,
Pemberontakan bersenjata, aksi teror, bencana alam, isu pelanggaran HAM, demokratisasi yang
berujungpada intervensi asing, pencurian sumber daya alam, sektarianisme dan fanatisme golongan.
Bagi TNI pemberdayaan wilayah pertahanan dilaksanakan dengan cara pembinaan teritorial. Adapun
dalam Implementasi, kita masih mendapatkan hambatan/kendala :
Solusi/arah kebijakan
Beberapa arah kebijakan yang perlu diformulasikan sebagai solusi, dianataranya:
1. Menumbuh-kembangkan kesadaran dan pemahaman setiap warga negara tentang bela negara,
kecintaan terhadap Tanah Air (Sishaneg dan Binter).
2. Mendorong kemauan Politik Elit (pengelola dan penyelenggara negara).
Peraturan Perundang-undangan sebagai payung hukum (keterlibatan setiap departemen dan
pemerintah dalam bidang pertahanan).
Dana/Anggaran Bidang Pertahanan.
3. Memperkokoh dan memelihara integritas dan kemanunggalan internal antar komponen TNI, serta TNI
dan Rakyat.
4. Membangun TNI yang tangguh/profesional, efektif, dan modern.
Peran Binter TNI AD sebagai salah satu kegiatan utama dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat dan mewujudkan kemanunggalan TNI – Rakyat dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD
dalam sistem pertahanan negara.
Keamanan nasional
1. Kepentingan “ vital ” melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Kepentingan “ major ” memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Kepentingan “pheripheral” ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan keamanan nasional
1. Terciptanya kondisi rasa aman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Terciptanya kondisi hubungan dan kerjasama yang saling menghormati dan menguntungkan antara
negara-negara didunia.
Langkah yang perlu dilakukan
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.
2. Kualitas sumberdaya manusia meningkat dapat dimanfaatkan untuk menggali sumberdaya alam demi
kesejahteraan masyarakat
3. Tingginya kesejahteraan masyarakat akan mengurangi tingkat kriminalitas atau konflik
4. Tercipta kondisi keamanan yang stabil dan kondusif
5. Kondisi wilayah yang aman akan menarik minat investor menanam modal lapangan kerja terbuka
Implementasinya bukan hanya tanggung jawab TNI – Polri melainkan kewajiban setiap warga negara
dalam menghadapi ancaman nasional, hal ini bukan berarti semua rakyat wajib memegang senjata
untuk melawan musuh seperti pada zaman revolusi dulu, tetapi segenap komponen bangsa dikerahkan
untuk kepentingan pertahanan sesuai dengn fungsi dan profesi masing-masing.
Bangsa Indonesia tidak akan melaksanakan aneksasi atau penyerangan terhadap negara lain, dan dalam
sishanta ini bangsa Indonesia akan berperang di wilayah sendiri. Untuk berperang perlu disiapkan ruang,
alat dan kondisi juang yang tangguh yg dilaksanakan dengan melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan oleh seluruh komponen bangsa sesuai fungsi dan tugas masing-masing.