Analysis of nutrient flows in

integrated intensive
aquaculture systems
 Penyederhanaan
struktur konsep aliran
makronutrien (N dan P)

Diidentifikasi :
5 Modul (IIAS)

Solid Line : Existing

Dotted Line : Potensial
 Fototrofik-Herbivore-Converter

Fototrofik Herbivore
Macroalgae Macroalgae abalone
C: Ulva C: Abalon - Ulva
20-30 % N 7–13% feed N and
1-7 % P 2 – 3% feed P,
bergantung pada komposisi
Microalga Ulva
C: Scenedsmus
38 % N
30 % P Micro algae–
fish/oyster/shrimps
Macrophytes converted into tilapia
C: duckweed biomass with a conversion
42% mjd 57 % N factor of 2.2 kgVS/kg fish,
17 % P which
comprise 60% algae and
40% bacteria biomass
 Bacterial-Waste-
Converter
Pada RAS  nutrien tidak di re-use Dibuang  nitrifikasi, denitrifikasi

Sangat Efektif Menurunkan Limbah

Amonia  dikonversi mjd Biomass

Bakteri (Henze 1996)
C : Tilapia pond

7% feed N
scp 6% feed P
 Detrivorous-
Converter
invertebrate organisms
integrated sea bass and Nereis diversicolor culture, showed a
nutrient retention of :
0.06% feed N and
0.03 10-3 % feed P (Bischoff, 2003; Waller et al., 2003).
 Diskusi
1. the Fish-Biomass-Converter retains
20–50% feed N and
15–65% feed P.

This means that 50–80% feed N and 35–85% feed P are discharged as waste
from this converter.

This waste is then divided into two flows towards :

2. the Phototrophic-Herbivore-Converter
(40–70% feed N and 10–55% feed P) and
3. the Bacteria-Converter
(5–25% feed N and 25–45% feed P).
4. Detrivorous-Converter
(0.06% feed N and 0.03 103% feed P) as worms.
 Keterbatasan
Integrasi modul-modul budidaya yang berbeda ke
dalam satu sistem menghasilkan retensi nutrisi yang
tinggi, tetapi dibatasi oleh berbagai faktor :

Fish-Biomass-Converter

Retensi nutrisi dan yang tidak termanfaatkan dari Ikan-Biomassa-

Konverter dibatasi oleh nilai gizi pakan, dan kebutuhan nutrisi spesifik
dari ikan budidaya  banyak yang terbuang (Brunty et al., 1997;
Satoh et al., 2003).

Fish-Waste-Processor
Perlu diperhatikan mau dialirkan kemana
Phototrophic-Converter

Light is a key factor in phototrophic production

Nitrat – Orthoposphat Keterbatasan
CO2

Herbivore-Converter
Selulosaselulolitik

Bacteria-Waste-Converter and SCP re-use

Produksi SCP dibatasi oleh rasio nutrisi, oksigen ketersediaan dan masalah
dengan teknik pemanenan. Untuk mengoptimalkan produksi dan, Oleh
karena itu, retensi nutrisi pada bakteri biomassa, C / N rasio substrat dari ±
15 g C / g N dibutuhkan (Henze et al., 1996).

Detrivorous-Converter
ProduksiWorm per satuan luas relatif rendah dibandingkan dengan
proseskonversi lainnya (1,1 kg cacing weight/m2 segar per tahun, Meyering,
2003) dan Retensi gizi kurang signifikan dibandingkan proses konversi
lainnya
Kesimpulan
• Kombinasi budidaya ikan dengan konversi phototrophic dan
herbivora meningkatkan retensi hara dalam sistem budaya
(misalnya 20-42% akan N 29-45% pakan N). Ini relatif sedikit
peningkatan ini disebabkan oleh retensi gizi berikutnya trophic
lebih tinggi tingkat, herbivora.

• Herbivorous conversion meningkatkan retensi dicapai oleh

phototrophic conversion 60–85% feed N and 50–90% feed P.
• Konversi nutrisi ke dalam bakteri atau biomassa cacing
hanya memberikan kontribusi yang lebih kecil. (e.g. 7% feed N or
0.06% feed N)

• mengurangi produksi limbah ikan dan menghasilkan lebih banyak

nutrisi menguntungkan rasio untuk Phototrophic-Converter dan
Bakteri-Waste-Konverter  zero waste aquaculture
Terima kasih