Anda di halaman 1dari 10

DESAIN PROTEKSI PETIR DENGAN METODE ROLLING SPHERE

LINE TRANSMISI 150KV BULUKUMBA-SINJAI-BONE


Ricky Cahya Andrian
PLN Tragi Bulukumba, PLN AP2B Sistem Sulsel, PLN Wilayah Sultanbatara
Email : arrester97@yahoo.com

ABSTRAK

Tragi Bulukumba membawahi 5 buah Gardu Induk dengan transmisi terbentang mulai dari GI Tallasa
sampai dengan GI Bone yang berada di jalur antara laut dan gunung yang memiliki awan
cumulonimbus yang banyak yang menyebabkan terjadinya gangguan akibat sambaran petir.
Transmisi 150kV Bulukumba-Sinjai-Bone adalah transmisi yang rawan petir. Dari data relay, terdapat
sekitar 3 kali gangguan dalam tahun 2010 ini. Solusi untuk mengatasi masalah ini dengan
memperbaiki desain proteksi petir dengan menggunakan metode rolling sphere (bola gelinding). Dari
hasil desain, didapat, fasa S-T (atas dan tengah) dari transmisi masuk dalam area unprotected,
sehingga diperlukan penambahan finial air baik itu conventional atau early streamer untuk menambah
ruang protected area. Ditambah dengan down conductor yang memiliki nilai L(induktansi) rendah dan
penambahan grounding rod untuk mempercepat peluahan arus petir ke tanah sehingga menghindari
terjadinya BFO (Back Flash Over).
Kata Kunci : sambaran petir, proteksi petir, rolling sphere, finial air, down conductor, grounding
1. LATAR BELAKANG

Selama bulan Januari sampai dengan November 2010 ini, terjadi 4 kali gangguan transmisi

Bulukumba-Sinjai-Bone yang disebabkan oleh sambaran petir sebagai berikut :

Tabel 1. Data Gangguan Line Transmisi Akibat Petir

NO HARI/TANGGAL PUKUL LINE TRANSMISI INDIKASI


1 Selasa/13 April10 20:34 WITA Bulukumba-Sinjai Zone1 S-Ground 1.71km
2 Selasa/13 April10 20:34 WITA Bulukumba-Bone Zone1 S-Ground 8.29 km
3 Rabu/23 Juni10 22:24 WITA Bulukumba-Bone Zone1 R-T-Ground 29.07km
2. URAIAN MAKALAH

Tragi Bulukumba membawahi 5 Gardu Induk, yaitu GI Tallasa, GI Jeneponto, GI

Bulukumba, GI Sinjai dan GI Bone. Transmisi yang menghubungkan 5 Gardu Induk ini

terletak di jalur antara laut dan gunung yang memiliki banyak awan cumulonimbus yang

menghasilkan petir.
Oleh karena itu, kami mencoba membuat desain proteksi petir untuk meminimize gangguan

transmisi akibat sambaran petir dengan menggunakan Metode Rolling Sphere (Metode Bola

Gelinding). Hal yang perlu dilakukan sebelum mendesain ini adalah sebagai berikut :

1. Historikal Data

2. Menghitung perkiraan besarnya arus Petir yang terjadi

Historikal data untuk mendapatkan gambaran di titik mana sambaran terjadi. Hal ini

diperoleh dari indikasi rele jarak (Distance) yang membaca lokasi gangguan. Sedangkan

besaran arus petir diperlukan untuk menghitung besarnya diameter bola gelinding sehingga

diperoleh ruang proteksi petir eksisting sehingga dapat dibuat perbaikannya (improvement).

2.1. Gangguan Line Line Transmisi Bulukumba-Bone

Dari historical data, diperoleh titik gangguan berada di jarak 29.07km dari GI Bulukumba dan

setelah dicross cek dengan data GPS diperoleh titik gangguan pada TWR ke-83 dan TWR

ke-84 dari GI Bulukumba sebagai berikut :

ROUTE SUTT 150 kV BULUKUMBA – SINJAI- BONE


Gambar 2.1. Rute SUTT Bulukumba-SInjai-Bone

S29.07 KM DARI GI BULUKUMBA


T
R
TWR 83
TWR 84 TWR 85
TWR 82
84

TOWER 83 TOWER 84
KAKI TWR 83 BAGIAN ATAS TWR 83
Gambar 2.2. Kondisi TWR tempat terjadinya gangguan

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Setelah di dapat titik lokasi gangguan, maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan

besaran arus petir yang terjadi. Untuk wilayah Sulawesi Selatan, belum dipetakan besaran

arus petir, sehingga penulis mengambil data dari stratistik (probabilitas) untuk daerah Tropis

di Indonesia yang diperoleh dari hasil penelitian sebagai berikut :

Zoro R, “Karakteristik Petir dan Kondisi Cuaca di Daerah Tropis”, Disertasi Doktor, Institut

Teknologi Bandung, September 1999.

Tabel 3.1. Karakteristik Petir di daerah Tropis di Indonesia


Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Arus Puncak (i) Maksimum Tangkuban 280 kA 298 kA
Perahu
Jawa Barat 335 kA 392 kA
Probability 50% 40 kA 18 kA
Rata-rata 41 kA 30 kA
Kecuraman (di/dt) Maksimum 119 kA/µs 120 kA/µs
Probability 50% 30 kA/µs 20 kA/µs
Kerapatan Sambaran (sambaran/km2/tahun) 4.1 – 12.4 1.5 – 3.8
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km2/tahun) 7.9 – 15.5

Penulis mengambil angka probability 50% untuk petir positif yaitu 18kA untuk i max dan

kecuraman di/dt yaitu 20kA/µs. Sambaran petir pada SUTT didominasi oleh sambaran
langsung pada kawat fasa atau kawat tanah (ground wire), oleh karena itu, kita perlu

menghitung besarnya tegangan lebih yang ditimbulkan oleh petir ini terhadap SUTT.

3.1. Sambaran Langsung Pada Kawat Fasa

18
VL= ×300=2700 kV ; Surge impedance untuk saluran 150kV adalah 300 Ohm dan BIL
2

isolator utk 150kV adalah 255kV. Sehingga 2700kV >> 255kV, terjadi flashover pada

isolator sehingga relay akan membaca gangguan dan mentripkan PMT di kedua sisi Gardu

Induk.

i/2 i i/2
VL VL

Gambar 3.1. Sambaran langsung pada kawat fasa

3.2. Sambaran Langsung Pada Kawat Tanah (Ground Wire) Atau Menara

Sambaran pada kawat tanah atau menara ini menyebabkan terjadinya kenaikan tegangan

yang dapat menyebabkan terjadinya BFO (Back Flash Over) pada isolator tower.

di
VL=i x R E + L +VM
dt

i = arus petir (ambil angka 18kA probability 50% dari data penelitian table 3.1 dibagi 3)

RE = tahanan impuls pembumian (Ohm) (ambil angka 1 Ohm)

L=induktansi menara (ambil angka 1µH/m standar 150kV) x tinggi menara (m)

di/dt = kecuraman arus puncak petir (ambil angka 20kA/µs probability 50% petir positif)

2
VM = √ x 150 kV =120 kV
√3
Untuk tower transmisi 150kV Bulukumba-Sinjai-Bone yang normal, tinggi tower = 40 meter,

sehingga

VL=6 x 1+ 40 x 20+120=926 kV >> BIL isolator 150kV (255kV)

Dari hasil perhitungan, terjadi BFO (Back Flash Over) di isolator sehingga relay akan

membaca gangguan dan mentripkan PMT di kedua sisi Gardu Induk.


i i/3
i/3
groundwire

VL

L i/3

di/dt

Gambar 3.2. Sambaran langsung pada tower transmisi


RE

Untuk mengatasi masalah di atas, baik itu sambaran langsung ke kawat fasa maupun

sambaran langsung ke tower atau groundwire yang masing-masing menyebakan terjadinya

flasover di isolator sehingga relay membaca gangguan dan mentripkan PMT di kedua sisi

Gardu Induk, maka penulis mendesain sistem proteksi petir transmisi dengan memperbaiki 3

item yang disebut dengan LPS external yaitu :

1. Sudut perlindungan petir dari groundwire (air terminal)

2. Menurunkan angka L (induktansi) (down conductor)

3. Memperbanyak rod grounding dari tower (grounding system)

Menurut level proteksi petir mengacu pada IEC 62305-1 sebagai berikut :

Table 3.2.
Minimum values of lightning parameters and related rolling sphere radius corresponding to LPL
Interception Criteria LPL
Symbol Uni I II III IV
t
Minimum Peak Current I kA 3 5 10 16
Rolling Sphere Radius r m 20 30 45 60
Table 3.3.
Probabilities for the limits of the lightning current parameters
Probability that lightning current parameters are LPL
I II III IV
Smaller than the maxima defined in Table 3 0.99 0.96 0.97 0.97
Greater than the minima defined in table 4 0.99 0.97 0.91 0.84
3.3. Perbaikan Sudut Perlindungan Petir dari Groundwire

Desain LPS eksternal yang dikenal ada beberapa metode yaitu :

1. Cone protection method


2. Faraday Cage Methode

3. Metode Rolling Sphere (bola gelinding)

4. Metode collection volume

Sistem proteksi konvensional yang dikenal dan digunakan oleh PLN adalah sistem proteksi

kerucut, yaitu metode sederhana dengan membuat daerah lindung sesuai dengan konduktor

tegak yaitu cara ke-1. Cara ke-2 yaitu Sangkar Faraday digunakan untuk proteksi petir

terhadap gedung atau bangunan. Cara ke-3 yang akan dibahas kemudian dengan

menggunakan bola gelinding. Untuk cara ke-4, mirip dengan cara ke-3, tetapi model

penggambarannya menggunakan parabola.

60 m
15o

40 m

30o
20 m

45o

Gambar 3.3. Sistem Proteksi Petir Model Kerucut

Dari sistem proteksi kerucut di atas, untuk tower SUTT dengan tinggi 40 meter,

menggunakan sudut perlindungan 30o. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :

30o

Gambar 3.4.Sudut Perlindungan Groundwire terhadap kawat fasa dengan metode kerucut

Jika metode konvensional dengan menggunakan metode kerucut mengalami kegagalan

perlindungan (shielding failure), maka penulis mengusulkan penggunaan metode lain yaitu
metode bola gelinding (rolling sphere), di mana penentuan r (jari-jari) bola dihitung dari

perkiraan besarnya arus petir (i) sebagai berikut :

r =6.7 x i 0.85 ; r dalam satuan meter dan I dalam satuan kA

Untuk kasus line Bulukumba-Sinjai-Bone, diperkirakan dari table probabilitas, harga i adalah

18kA, sehingga

r =6.7 x 180.85 = 78 meter

Dengan membandingkan perhitungan di atas dengan standar IEC 62305-1, maka level

proteksi yang akan digunakan penulis adalah level IV, di mana minimum peak current

adalah 16kA dan radius rolling sphere yg digunakan adalah 60 meter.


X X
60 m
40 m

Protected Area

Gambar 3.5. Perlindungan petir dengan metode rolling sphere (bola gelinding) atau elektrogeometri

Dari gambar di atas, terlihat kawat fasa atas dan tengah (fasa S-T), masih ada kemungkinan

tersambar petir (shielding failure), sehingga utk mengatasi masalah di atas, penulis

mencoba menambahkan finial air terminal di atas tower dengan maksud untuk menambah

sudut perlindungan petir atau menambah luas protected area (daerah yang diarsir), sebagai

berikut :
60 m

Gambar 3.6. Perlindungan petir setelah penambahan finial air terminal di atas tower

Setelah mengadakan desain perbaikan, terlihat fasa bagian atas dan tengah (S-T) terlihat

masuk di dalam protected area dan probabilitas tersambar petir menjadi turun dibandingkan

sebelum ditambah finial air terminal di atas tower. Setelah memperbaiki sistem penangkap

(collection lightning), kita lanjutkan perbaikan ke sistem penyalurannya dengan memakai

down conductor.

3.4. Penggunaan Down Conductor

Penggunaan down conductor yang memiliki nilai L yang rendah merupakan cara untuk

menurunkan angka induktansi (L) dari tower sehingga menurunkan besaran L di/dt. Hal ini

disebabkan karena harga L untuk tower150kV bernilai 1µH/m. Kabel down conductor yang

baik memiliki karakteristik rancangan :

1. Induktansi rendah per unit panjang

2. Impedansi surja rendah

3. Mengontrol dengan baik distribusi kuat medan listrik di dalam kabel untuk

memperkecil kuat medan listrik saat dialiri impuls petir


Tabel 3.4.Spesifikasi kabel down conductor merk ERICO
Characteristics E1 E2
Characteristics Impedance (Ω) 6.7 4.5
Inductance (nH/m) 33 22
Capacitance (pF/m) 750 1100
Cross sectional area of conductor (mm2) 50 50
Resistance (mΩ/m) 0.4 0.5
Upper Termination Voltage withstand (kV) 200 200
3.5. Perbaikan Grounding Tower
Pada dasarnya, kaki tower transmisi yang didalamnya terdapat tulang beton dapat
dimanfaatkan sebagai elektroda grounding. Hal ini yang dikenal dengan istilah Natural
Grounding. Elektroda dalam beton menghasilkan impedansi grounding yang lebih kecil
daripada elektroda yang ditanam langsung. Awet, bebas perawatan dan juga safe atau
secure. Tetapi untuk mengamankan tower kita dari terjadinya BFO (Back Flash Over),
penulis mengusulkan untuk memperbanyak grounding dengan tujuan mempercepat
penyebaran arus impuls petir yg mengalir melalui finial air dan down conductor. Untuk
mengetahui berapa kali down conductor bekerja, maka kita bisa memasang counter yang
dilengkapi dengan pita magnetic yang bisa berfungsi untuk menghitung besaran i (arus petir
berapa kA).
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Rute SUTT 150kV Bulukumba-Sinjai-Bone rawan petir karena terletak di jalur antara laut
dan gunung yang memproduksi awan cumulonimbus yang menghasilkan petir yang
banyak
2. Desain eksisting dengan menggunakan metode rolling sphere (bola gelinding),
mengindikasikan bahwa fasa S-T (atas dan tengah), masuk dalam unprotected area
sehingga rentan tersambar petir
3. Solusi perbaikannya dengan memperbaiki 3 hal yaitu : menambah finial air di atas tower

baik itu konvensional air atau memakai early streamer dengan tujuan menambah

protected area, menggunakan kabel down conductor yang memiliki nilai L (induktansi

yang rendah) dan memperbanyak grounding rod dengan tujuan mempercepat peluahan

arus petir di dalam tanah

4.2. Usulan dan Rekomendasi


1. Diusulkan untuk tower yang diindikasikan terkena sambaran petir, desain proteksinya
diperbaiki dengan metode di atas. Hal ini bisa dilihat dari data historical dari distance
relay di Gardu Induk

Anda mungkin juga menyukai