Anda di halaman 1dari 7

1.

Adsorpsi
Adsorpsi adalah terserapnya atau terikatnya suatu substansi (adsorbat) pada
permukaan yang dapat menyerap (adsorben). Adsorpsi dapat terjadi antara dua zat padat dan
zat cair, zat padat dengan gas, zat cair dengan zat cair, dan zat cair dengan gas. Adsorpsi
terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair yang memiliki gaya
tarik dalam keadaan yang tidak setimbang yang cenderung tertarik ke arah dalam (gaya
kohesi adsorben lebih besar daripada gaya adhesinya). Ketidakseimbangan gaya tairk tersebut
mengakibatkan zat padat atau zat cair yang digunakan sebagai adsorben cenderung menarik
zat-zat lain yang bersentuhan dengan permukaannya.
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan
atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan absorpsi atau
penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap.
Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan atau lareutan, atau masuknya
cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi
elektromagnetik, bunyi, berkas partikel, dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika
dilewatkan pada suatu medium. Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan
tereksitasi.

2. Jenis-jenis Adsorbsi
2.1 Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi apabila gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar
molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan
adsorben, gaya ini disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari
suatu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya antar molekul
adalah gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan permukaan padat, sedangkan
gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul- molekul fluida itu sendiri.
Adsorpsi ini berlangsung cepat, dapat membentuk lapisan jamak (multilayer), dan dapat
bereaksi balik (reversible), karena energi yang dibutuhkan relatif rendah. Energi aktivasi
untuk terjadinya adsorpsi fisika biasanya adalah tidak lebih dari 1 kkal/gr-mol, sehingga
gaya yang terjadi pada adsorpsi fisika termasuk lemah. Adsorpsi fisika dapat
berlangsung di bawah temperatur kritis adsorbat yang relatif rendah sehingga panas
adsorpsi yang dilepaskan juga rendah yairu sekitar 5 – 10 kkal/gr-mol gas, lebih rendah
dari panas adsorpsi kimia.

2.2 Adsorpsi Kimia


Adsorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat dengan
adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Gaya ikat adsorpsi ini bervariasi
tergantung pada zat yang bereaksi. Adsorpsi jenis ini bersifat tidak reversible dan hanya
dapat membentuk lapisan tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur tinggi
di atas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan juga tinggi,
yaitu sekitar 10 – 100 kkal/gr-mol. Untuk dapat terjadinya peristiwa desorpsi
dibutuhkan energi lebih tinggi untuk memutuskan ukatan yang terjadi anatara adsorbat
dengan adsorben. Energi aktivasi pada adsorpsi kimia berkisar antara 10 – 60 kkal/gr-
mol (Mengstein, 2008).
Tabel 2.1 Perbedaan antara adsorpsi fisika dengan adsorpsi kimia
(Mengstein,2008).

No. Parameter Adsorbsi fisika Adsorbsi Kimia

1 Adsorben Semua Jenis Terbatas


2 Adsorbat Semua gas Kecuali gas mulia
3 Jenis ikatan Fisika Kimia
Panas adsorbsi 5 – 10 kkal/gr-mol gas 10-100 kkal/gr-mol
4
gas
Temperatur operasi Di bawah temperatur kritis Di atas temperatur
5
kritis
6 Energi aktivasi Kurang dari 1 kkal/gr-mol 10-60 kkal/gr-mol
Reversibilitas Reversible Tidak selamanya
7
reversible
8 Tebal lapisan Banyak (multilayer) Satu (monolayer)
9 Kecepatan adsorpsi Besar Kecil
Jumlah zat yang Sebanding dengan kenaikan Sebanding dengan
teradsorpsi tekanan banyaknya inti aktif
10 adsorben yang dapat
bereaksi dengan
adsorbat

3. Faktor yang mempengaruhi Laju Adsorpsi


Ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Luas permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter
partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0.1 mm,
sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organic akan turun
apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang
masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengasorpsi atau adsorben
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada
dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.
5. Konsentrasi adsorben
Semakin tinggi konsentrasi adsorben, maka semakin banyak adsorbat yang terserap.
Jika konsentrasi adsorben lebih besar dari adsorbat maka partikel-partikel adsorbat
akan berpindah ke adsorben sehingga semakin banyak jumlah adsorben yang
terserap.
6. Temperatur
Suhu larutan mempengaruhi kapasitas adsorpsi, dengan naiknya suhu, semakin
banyak partikel yang memiliki energi kinetik diatas energi pengaktifan, sehingga
akan mudah mengadsorpsi
7. Kecepatan pengadukan
Semakin lama pengadukan, tumbukan antar partikel semakin cepat sehingga laju
reaksinya juga semakin cepat
8. Tekanan
Untuk adsorpsi fisika, kenaikan tekanan adsorbat mengakibatkan kenaikan jumlah
zat yang diadsorpsi. Sebaliknya pada adsorpsi kimia, jumlah yang diadsorpsi
berkurang dengan naiknya temperatur adsorbat

4. Mekanisme Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses molekul meninggalkan larutan dan menempel pada
permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika. Proses adsorpsi mempunyai beberapa
tahapan antara lain:
1) Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorben.
2) Difusi adsorbad melalui lapisan film (film diffusion process).
3) Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorben (proses adsorpsi
sebenarnya).
4) Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben (proses adsorpsi
sebenarnya).
Adsorpsi dibatasi terutama oleh proses film diffusion dan pore diffusion, hal ini
tergantung oleh besarnya pergolakan dalam system. Jika pergolakan antar partikel karbon
dan fluida relative kecil, maka lapisan film disekeliling partikel akan tebal sehingga
adsorpsi berlangsung lambat. Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka kecepatan
difusi film akan meningkat
5. Penentuan Adsorbsi Isoterm
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada temperatur
tertentu (Muslich, 2007). Kesetimbangan adsorpsi yaitu suatu penjabaran secara matematika
suatu kondisi isothermal yang khusus untuk setiap adsorbat/adsorben dan merupakan suatu
informasi fundamental yang diperlukan untuk mendesain industri-industri adsorber. Jadi
untuk masing-masing bahan penyerap (adsorben) dan bahan yang diserap (adsorbat) memiliki
kesetimbangan adsorpsi tersendiri dimana jumlah zat yang diserap merupakan fungsi
konsentrasi pada temperatur tetap. Model kesetimbangan adsorpsi yang sering digunakan
untuk menentukan kesetimbangan adsorpsi adalah isothermal Langmuir dan Freundlich
(Husni, dkk., 2004).
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan
mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yang
sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua diantara isoterm-isoterm
adsorpsi yang dipelajari:
1. Isotherm Langmuir.
Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-
1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate in
Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :
 Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer).
 Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan semua situs dan
permukaannya
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada
permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan
isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :
 C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan
 x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben
 k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi, dan
 (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm
adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar berikut
Gambar 5.1 Persamaan dan model kurva Langmuir

2. Isoterm Adsorpsi Freundlich


Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar dibawah

Gambar 5.2 Model kurva Freundlich

6. Arang Aktif
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair
maupun dalam fase gas. (Meilita S, 2003).
Karbon aktif merupakan bahan adsorpsi dengan permukaan lapisan yang luas dengan
bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder). Bahan dasar utama yang digunakan sebagai
karbon aktif adalah material organic dengan kandungan karbon yang tinggi. Telah banyak
penelitian penelitian mengenai bahan karbon aktif dengan bahan murah dan tersedia banyak
seperti tempurung kelapa, tempurung kemiri dan serat kayu. Karbon aktif biasa digunakan
sebagai adsorben karena kemampuan adsorpsinya yakni menyisihkan substansi dari air.
Sebuah proses penyisihan partikel yang terikat pada permukaan adsorben mengunakan gaya
tarik kimia maupun fisika. Dalam pengolahan air, karbon aktif digunakan sebagai adsorben
untuk menghilangkan rasa, bau dan warna yang disebabkan oleh kandungan bahan organic
dalam air. Kontaminan dalam air terserap karena tarikan dari permukaan karbon aktif lebih
kuat dibandingkan dengan daya kuat yang menahan di dalam larutan. Senyawa-senyawa yang
mudah terserap karbon aktif umumnya memiliki nilai kelarutan yang lebih kecil dari karbon
aktif. Kontaminan dapat masuk ke dalam pori karbon aktif dan terakumulasi didalamnya,
apabila kontamian terlartut di dalam air dan ukuran kontaminan lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran pori karbon aktif.
Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu.
Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka
khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh
dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih.
Arang aktif dibuat pertama dengan membuat arang dari bahan kayu atau bahan lain,
kemudian dilanjutkan dengan pemanasan sampai menjadi merah untuk menghilangkan
hidrokarbon dengan menghindari pengaliran udara selama pembakaran. Selanjutnya bahan
diaktifkan dengan memaparkan terhadap gas pada temperatur yang tinggi. Gas ini akan
meluas kelubang-lubang (pori- pori), selanjutnya akan membentuk suatu penebalan
permukaan. Permukaan yang terjadi menunjukkan jenis dari bahan yang digunakan dan
prosedur yang digunakan. Jenis dan bahannya mempengaruhi penyebaran pori-pori yang
terjadi..
Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau, berbentuk bubuk
dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan arang yang
belum mengalami proses aktifasi, mempunyai bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar
dan disusun oleh atom-atom karbon C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang
heksagon. Plat-plat ini bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa
hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon tersebut
melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk struktur
jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau penyerapan yang
besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-3500 cm2/gram.
Gambar 6.3 Penampang Karbon aktif

Anda mungkin juga menyukai