Anda di halaman 1dari 41

• Ikatan valensi

Energi Ikatan antar atom


• Orbital molekular
Ikatan valensi :
Elektrovalensi Kovalensi
(ikatan ionik)

Kovalen koordinasi
(ikatan datif)

Ion hidronium
Ion amonium
1
• Orbital molekular berikatan
Orbital Molekular
• Orbital molekular antiikatan

Atom merupakan satu puat positif (satu inti) yang dikelilingi oleh satu set orbital
atom
Molekul merupakan kumpulan pusat positif yang dikelilingi oleh satu set orbital
molekul

Penggabungan orbital atom 1s 2


Pembentukan orbital
molekul dari orbital
atom p

3
Elektronegativitas

4
Jari-jari Kovalen, Jari-jari v.d. Waals, Jari-jari Kristal

5
Energi Ikatan dan Energi
Kisi

Energi reaksi: 218,8 kkal/mol


Energi ikatan rata-rata = 109,4

183 Kkal/mol

Natrium bromida = 170


Natrium iodida = 160

6
GAYA IKAT ANTARMOLEKUL

Gaya tarik intramolekular Gaya tarik intermolekular :


di antara atom:  Wujud zat.
 Molekul  Kekuatan kecil
 kekuatannya besar  12 kkal memecahkan gaya
 lebih 220 kkal untuk intermolekular dalam 1 mol
memecahkan seluruh es.
ikatan O-H dari 1 mol air.

Bila molekul molekul berinteraksi :


 gaya tolak (menolak)
 gaya tarik (menarik).
Pada jarak kesetimbangan tertentu, kurang
lebih 3 atau 4 kali 10-8 cm(3 atau 4 Å,
angstrom), gaya tarik dan gaya tolak
berada dalam keadaan yang sama besar.
Energi potensial kedua molekul adalah
minimum dan sistem dalam keadaan yang
stabil.
7
Energi atraksi dan repulsi.
8
Gaya van der Waals

Molekul dipolar :
 cenderung bergabung dengan tetangganya:
Kutub negatif molekul yang satu menunjuk ke kutub positif molekul lainnya.

Adanya osilasi elektronik : dipol sementara,  menginduksi


 gaya dipol–dipol atau gaya Keesom : Air, HCl, alkohol,aseton, fenol.

 interaksi dipol–dipol induksi atau interaksi Debye : Etil asetat, metilenklorida,


eter.

9
• gaya tarik dipol induksi–dipol induksi atau gaya tarik London (gaya
dispersi) atau gaya van der Waals : Senyawa hidrokarbon, karbon
disulfida, karbon tetraklorida, heksana.

Karena gaya van der Waals lemah, zat padat yang diikat oleh interaksi dipol
induksi–dipol induksi mempunyai titik leleh yang rendah dan relatif atsiri
(volatile).

Dokosan dan Kodein : bobot molekul kira-kira sama,


Dokosan (senyawa hidrokarbon) titik leleh 440 C, mencerminkan interaksi
lemah van der Waals dibandingkan dengan kodein (interaksi dipol-dipol)
titik leleh 1550 C.

10
11
Gaya ion-dipol Molekul polar tertarik oleh muatan positif maupun muatan negatif

R4N+:NR3

Gaya ion–dipol induksi


I2 + K+I–  K I3–
Gaya tersebut berperan dalam kelarutan zat kristal ionik dalam air,
misalnya kation menarik atom oksigen yang relatif negatif dari molekul air
dan anion menarik atom hidrogen dari molekul air yang dipolar.
Ikatan Hidrogen

12
Gugus Fungsi Organik Umum dan Interaksi Ikatan Utamanya.
Gugus Fungsi Contoh Kristal Jenis Ikatan
Asam asam sitrat, nikotinat, ikatan hidrogen
aspirin, stearat
Alkohol inositol, sorbitol ikatan hidrogen
Fenol timol, resorsin ikatan hidrogen
Amida fenasetin, urea ikatan hidrogen atau dipol-dipol
Amina kodein, glisin ikatan hidrogen atau dipol-dipol
Aldehid kloralhidrat dipol-dipol
Keton kamfora dipol-dipol
Ester nipagin, salol van der Waals
Eter benzofenon van der Waals
Halogen iodoform van der Waals
Hidrokarbon parafin, vaselin van der Waals 13
WUJUD ZAT
 Molekul, atom, ion di dalam wujud padat terikat erat oleh gaya
intermolekular, interatomik, dan ionik.
 Jika suhu dinaikkan: zat padat  cairan  wujud gas.
 Zat padat yang mempunyai tekanan uap yang tinggi seperti iodium
dan kamfora, dapat langsung berubah menjadi uap tanpa meleleh.
Proses ini disebut sublimasi, sedangkan proses sebaliknya adalah
deposisi.

WUJUD GAS
 Molekul gas bergerak dengan kuat dan cepat kesegala arah, sering
saling bertumbukan dengan sesamanya dan dengan dinding
wadah.
 Gas mempunyai tekanan, gaya per satuan luas, dinyatakan dalam
dyne per cm2. Mempunyai volume, yang dinyatakan dalam liter
atau cm3. Tidak mempunyai bentuk tertentu, dapat mengisi ruang
yang ada.

14
Hukum gas ideal :Boyle – Gay-Lussac P1V1 P2V2
 (1)
Hukum gas ideal umum : T1 T2
PV = nRT
R: 0,08205 liter atm/mol derajat
8,314 joule/mol derajat
1,987 kal/mol derajat

Berapa tekanan gas CO2, jika 1 mol gas menempati 0,5 L pada suhu 250 C?

Teori Molekular Kinetik

1. Gas terdiri dari partikel yang disebut molekul. Volume total sangat kecil
dibandingkan dengan volume wadah sehingga diabaikan. Keadaan ini
berlaku terhadap gas nyata pada tekanan rendah dan suhu tinggi.
2. Partikel gas tidak saling tarik tetapi bergerak bebas; berlaku pada
tekanan rendah.
3. Partikel memperlihatkan gerakan acak terus menerus karena mempunyai
energi kinetik. Energi kinetik rata-rata E berbanding lurus dengan suhu
mutlak gas. 3
E  RT
2
4. Molekul memperlihatkan sifat elastisitas sempurna, yaitu tidak ada
kecepatan yang hilang setelah saling bertabrakan antar sesama dan
dengan dinding wadah.
15
Persamaan kinetik dasar:
1
PV  nmc 2
3
P adalah tekanan, V volume yang ditempati oleh sejumlah n molekul
bermasa m yang mempunyai kecepatan rata-rata ĉ.
1
Akar kuadrat kecepatan rata-rata  c 
2 2
 
(ditulis ) dari molekul gas ideal dapat diperoleh.

3PV

nm

3RT
 M adalah bobot molekul.
M

16
Persamaan van der Waals untuk Gas Nyata

Untuk 1 mol gas, persamaan Untuk n mol gas dalam wadah


van der Waals: volume V,:

 a   an 2
 P  2 V  b   RT P  V  nb   nRT
 V   V 
2

a/V2 menunjukkan tekanan dalam per mol dihasilkan dari gaya
tarik antar mokekul; b adalah perhitungan untuk ketidakterte-
kanan molekul, yaitu volume exluded yang kurang lebih empat
kali volume molekular.
Tetapan van der Waals beberapa gas

17
WUJUD CAIR

Pencairan Gas.
 Jika gas didinginkan, maka gas tersebut kehilangan energi kinetiknya
dalam bentuk panas, dan kecepatan molekul menurun. Jika tekanan
diberikan pada gas tersebut maka akan berubah menjadi wujud cair.
 Perubahan dari gas ke cairan dan dari cairan ke padatan : tergantung
dari suhu dan tekanan.
 Suhu kritis : di atas harga tersebut tidaklah mungkin untuk mencairkan
gas.
 Tekanan kritis :Tekanan yang dibutuhkan untuk mencairkan gas pada
suhu kritisnya
 Suhu kritis air adalah 3740 C atau 6470 K, dan tekanan kritisnya adalah
218 atm, sedangkan untuk helium harga-harganya adalah 5,2 0 K dan
2,26 atm.

18
Metode Pencairan

 menyimpannya dalam keadaan dingin dengan menggunakan campuran


pendingin.
 pemuaian adiabatik : dibiarkan memuai dengan cepat sehingga tidak ada
panas yang masuk ke dalam sistem.

Aerosol

 Gas dapat dicairkan dengan meninggikan tekanan, asal bekerja di bawah


suhu kritis. Jika tekanan diturunkan maka molekul memuai dan cairan
berubah menjadi gas.
 Perubahan wujud yang bolak-balik ini adalah dasar dalam pembuatan sediaan
aerosol.
 Dalam sediaan ini, obat dilarutkan atau disuspensikan dalam suatu propelan,
yaitu zat yang berbentuk cair pada kondisi di dalam wadah tetapi akan
berbentuk gas pada keadaan atmosfir normal.

19
Tekanan Uap Cairan

 Energi kinetik tidak terdistribusi merata diantara molekul-molekul; pada saat


tertentu beberapa molekul mempunyai energi berlebih karenanya
berkecepatan lebih tinggi dari lainnya.
 Cairan pada suhu tetap, molekul yang energinya lebih besar akan
meloloskan diri dari permukaan cairan dan berubah menjadi wujud gas, dan
beberapa molekul gas berubah kembali menjadi wujud cair, atau
berkondensasi. Jika pada suhu tertentu kecepatan kondensasi setara
dengan kecepatan penguapan, maka uap menjadi jenuh dan tercapailah
kesetimbangan dinamik. Tekanan uap jenuh di atas cairan disebut tekanan
uap kesetimbangan.
 Jika suhu cairan dinaikkan, beberapa molekul mendekati kecepatan yang
diperlukan untuk melepaskan diri dan berubah menjadi wujud gas. Tekanan
uap naik dengan naiknya suhu.
Persamaan Clausius–Clapeyron:
p2 H v T2  T1 
Kalor Uap
log 
p1 2,303RT1T2
p1 dan p2 adalah tekanan uap pada suhu mutlak T1 dan T2 , dan
Hv kalor uap molar.
20
Titik Didih

Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar atau
atmosfer disebut titik didih.
Kalor yang diserap pada saat air menguap pada titik didih normal
(yaitu kalor uap pada 1000 C) adalah 539 kal/g atau 9720 kal/mol. Harga untuk
benzena adalah 91,4 kal/g pada titik didih normal 80,20 C. Kuantitas kalor ini
disebut juga kalor uap laten diserap ketika cairan menguap dan dilepaskan
saat uap berkondensasi.

Titik Didih Normal dan Kalor Uap

21
WUJUD PADAT DAN KRISTAL

Zat padat : amorf atau bentuk kristal.


Kristal, seperti es, natrium klorida, dan mentol tersusun dalam satu
pola geometrik atau kisi yang tetap. Kristal padat, tidak seperti cairan dan
gas, mempunyai bentuk dan susunan satuan tertentu.
Bangun atau kebiasaan kristal dari suatu zat tertentu dapat
bervariasi, akan tetapi sudut antara permukaan selalu tetap. Sudut
antarmuka inilah yang memberikan nilai karakteristik dari suatu kristal.
Satu kristal dapat terbentuk dari atom, ion, ataupun molekul di
dalam suatu susunan geometrik atau kisi yang berulang secara tetap dalam
tiga dimensi. Pola berulang secara tetap dari kisi ini dikenal sebagai sel
satuan (unit cell).
Sistem kristal utama tersebut adalah: kubik, tetragonal, heksagonal,
rombik, monoklinik, dan triklinik.

22
Sistem Kristal

Habit Kristal

Prismatik Acicular
Tabular
Prismatik isometrik tabular
Kristal heksagonal
Kristal orthorombik
23
(A) Sel unit berupa ion: kristal amonium klorida; (B) Sel unit berupa atom:
kristal atom tungsten; (C) Sel unit berupa molekul: kristal es kering.
24
Pola pertumbuhan inti kristal: kubus, pelat,
dan jarum
25
Polimorfisme
 Polimorfisme : kapasitas suatu zat untuk mengkristal lebih dari satu bentuk
kristal.
 Bentuk polimorfik walaupun tidak selalu, mempunyai perbedaan sistem
kristal.
 Perubahan berlangsung bolak-balik: enansiotropik; transisi hanya satu arah :
monotropik,
 Air dan raksa iodida : bentuk enansiotropik
 Hampir semua senyawa organik berantai panjang menunjukkan
polimorfisme dan lebih banyak yang bersifat monotropik.
 Lemak Coklat (Oleum Cacao) terdiri dari gliserida tunggal, meleleh pada
rentang suhu yang sempit (34 - 360 ). Lemak Coklat mampu berada dalam
empat bentuk polimorfik, bentuk tak stabil gamma () meleleh pada suhu 180
, bentuk alfa () meleleh pada 220 , bentuk beta aksen (ß') meleleh pada
280 dan bentuk beta (ß) yang stabil mempunyai titik leleh 34,50 .

 Bentuk polimorfik dapat berbeda : warna, kekerasan, titik leleh,


kelarutan dan sifat fisik lainnya.
 Polimorf metastabil : tekanan uap lebih tinggi, energi bebas lebih
tinggi, kelarutan yang lebih besar, dan titik leleh lebih rendah
dibandingkan dengan polimorf yang stabil.
26
27
• Transformasi padat  padat polimorf metastabil pada suhu kamar dapat

berlangsung mulai dari hitungan detik, misalnya asetanilida dan asam

pikrat, sampai dengan yang berlangsung sepanjang masa seperti intan.

• Kebanyakan obat seperti barbital, sinkhofen, estron, progresteron, dan

sulfatiazol digunakan dalam bentuk metastabil. Obat-obat tersebut

mempunyai kecepatan transformasi yang lambat dan dipakai sebelum

terjadinya transformasi yang cukup besar.

• Secara klinis hanya satu bentuk polimorf yang lebih efektif dibandingkan

dengan bentuk-bentuk lainnya.

• Keadaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan kelarutan, koefisien partisi,

dan kecepatan disolusi; yang kesemuanya berpengaruh terhadap

penyerapan (absorpsi) dan respon terapetik yang tinggi dari obat padatan.

28
• Riboflavin mempunyai tiga bentuk yang kelarutannya masing-masing adalah
60, 80 dan 1200 mg/ml. Pada obat jadi padatan penyerapannya lebih baik bila
digunakan bentuk polimorf yang paling larut.
• Percobaan pada tikus : kecepatan penyerapan metilprednisolon implantasi
subkutan 1,7 kali lebih besar pada bentuk polimorf II yang lebih larut
dibandingkan dengan bentuk stabil polimorf I.
• Penggunaan bentuk polimorf metastabil akan ada artinya jika transformasi ke
bentuk stabil berjalan lambat. Walaupun bentuk metastabil secara klinis lebih
diperlukan akan tetapi dipandang dari segi kestabilan fisik dan kimia bentuk
stabillah yang lebih disukai.
 Pada sediaan suspensi kecepatan transisi polimorf tergantung dari kelarutan
masing-masing bentuk dan kecepatan difusi molekul dalam larutan. Kelarutan
dan perbedaan kelarutan yang membesar di antara polimorf akan
meningkatkan kecepatan transformasi. Kekentalan cairan yang tinggi
menghambat difusi dan transformasi.
 Transisi polimorfik dapat pula terjadi selama penghalusan, granulasi,
pengeringan, dan proses pengempaan (misalnya, transisi selama
penghalusan bagi digoksin, spironolakton; transisi selama pengempaan bagi
fenilbutazon dan beberapa sulfonamida) 29
30
Monotropi dan enasiotropi

31
Kurva sublimasi dan
titik didih sistem
enansiotropik Diagram fase sistem
monotropik

32
Zat Padat Amorf
 Bahan seperti gelas, ter, dan kebanyakan plastik sintetik merupakan zat
padat amorf.
 Perbedaan dengan zat padat kristal : padat amorf cenderung mengalir jika
diberikan sesuatu tekanan yang cukup pada suatu periode waktu, di
samping itu zat padat amorf tidak mempunyai titik leleh tertentu.
 Zat padat amorf, seperti kristal kubus: isotropik yaitu memperlihatkan sifat
yang sama (daya hantar listrik, indeks bias, laju kelarutan) pada segala
arah.
 Tidaklah selalu mungkin dengan pengamatan biasa untuk menentukan
zat padat berbentuk amorf atau kristal.
 Malam putih dan parafin padat walaupun tampaknya amorf, jika
dipanaskan dan dibiarkan dingin secara perlahan diduga mempunyai
susunan kristal. Vaselin terdiri dari kedua bentuk amorf dan kristal.
Beberapa bahan amorf seperti gelas dapat mengkristal setelah dibiarkan
lama.
 Bentuk amorf atau kristal suatu zat ternyata mempengaruhi aktivitas
terapi. Bentuk kristal antibiotika asam novobiosin kurang sekali diserap
dan tidak aktif sedangkan bentuk amorf sebaliknya mudah diserap dan
aktif.

33
PERUBAHAN WUJUD

CAIR MENJADI GAS


Molekul cair agar berubah menjadi gas, haruslah gaya tarik yang ada di dalam
cairan dilewati, yaitu dengan cara diberi energi berupa kalor (kalor uap Hv)

 bobot molekul  gaya antarmolekul  Hv Ttk Didih  Tek. Uap

PADAT MENJADI CAIR


Jika zat padat dipanaskan sampai titik leburnya, suhu tak akan naik
sampai seluruh padatan berubahmenjadi cair. Kalor tersebut : kalor
lebur (Hf)
 bobot molekul  gaya antarmolekul  Hf Ttk Lebur

34
Sistem Dua Komponen Fase
Cair.
 Jika dibuat sistem yang
terdiri dari 24% bobot fenol
dan 76% bobot air (titik d),
akan diperoleh dua fase cair
di dalam tabung. Bagian
atas, A, mempunyai kompo-
sisi 11% fenol dalam air (titik
b pada diagram) sedangkan
lapisan lebih bawah, B,
mengandung 63% fenol (titik
c pada diagram).
Perbandingan berat kedua
fase adalah :
Diagram Komposisi-Suhu Sistem
Bobot fase A panjang dc Air dan Fenol.

Bobot fase B panjang bd

35
 Karena titik b = 11%, titik c = 63%,
dan titik d = 24%, maka perbandingan
dc/bd = (63-24)/(24-11) = 39/13 =
3/1.

 Jadi setiap 10 g sistem cair yang


berkesetimbangan pada titik d, akan
diperoleh 7,5 g fase A dan 2,5 g fase
B.

 Jika dibuat sistem 50% bobot fenol


(titik f), perbandingan fase A dengan
fase B = fc/bf = (63-50)/ (50-11) =
13/39 = 1/3. Karena itu untuk setiap
10 g sistem f yang dibuat, akan
diperoleh campuran kesetimbangan
2,5 g fase A dan 7,5 g fase B.
36
Sistem Dua Komponen berisi Fase Padat dan Fase Cair.

Solid salol + thymol


(iv)

Gambar 11. Diagram fase sistem timol-salol memperlihatkan


titik etektik.
37
Kelarutan larutan padat
Diagram fase griseofulvin- griseofulvin, etektik, dan kristal
as.suksinat

Campuran etektik terdiri dua fase: griseofulvin murni dan larutan padat jenuh
griseofulvin dalam asam suksinat.
Larutan padat mengandung 25% griseofulvin.
Campuran etektik: 60% larutan padat + 40% griseofulvin murni.
38
Kesetimbangan Fase dalam Sistem Tiga Komponen

39
Pengaruh Penambahan Komponen Ketiga (C) pada Sistem Biner
A (5,0 g) dan B (15,0 g).

Bobot Sistem Akhir Rasio Lokasi


Komponen C A:B Sistem
yang Gb. 12
ditambahkan
(g)
Kompo- Bobot Bobot
nen (g) (%)
10,0 A 5,0 16,67 3:1 titik E
B 15,0 50,00
C 10,0 33,33
100,0 A 5,0 4,17 3:1 titik F
B 15,0 12,50
C 100,0 83,33
1000,0 A 5,0 0,49 3:1 titik G
B 15,0 1,47
C 1000,0 98,04

40
Contoh : A : air; B: alkohol; C: benzena

Kurva afdeic : kurva binodal, kurva yang memisahkan fase cairan ganda
dengan fase cairan tunggal
41

Anda mungkin juga menyukai