Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam
rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,
yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada
prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)
sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat
luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
Langkah-langkah Penguatan
Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Frameworks)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation
Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate,
(2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan
moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
Kata Pengantar
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan III 2010 menunjukkan penguatan yang terus berlanjut. Penguatan
ekonomi Indonesia kini mulai diikuti oleh investasi yang terus membaik. Hal itu tercermin dari kontribusi investasi
pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan I dan triwulan II 2010 dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Perkembangan perekonomian domestik yang cukup baik ini memperkuat
optimisme berlanjutnya ekspansi perekonomian hingga akhir 2010.
Selama triwulan III 2010, pertumbuhan ekonomi yang terjadi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat
dengan didukung oleh membaiknya investasi dan masih tingginya permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga
yang cukup tinggi tersebut didukung oleh daya beli yang terus membaik, suku bunga kredit yang lebih rendah, dan
nilai tukar rupiah yang cenderung menguat. Investasi swasta kini mulai meningkat, disertai oleh perbaikan dari sisi
kualitas. Pertumbuhan investasi hingga semester I 2010 terutama didukung oleh investasi nonbangunan, khususnya
kelompok mesin yang masuk dalam kategori barang-barang produktif. Hal itu tercermin dari impor mesin untuk
kegiatan produksi yang meningkat cukup tinggi sebagai respons dunia usaha terhadap optimisme prospek kondisi
ekonomi yang membaik. Sementara itu, permintaan eksternal yang masih tinggi, terutama dari China dan India
mendorong peningkatan ekspor. Kinerja ekspor yang membaik tersebut mendorong transaksi berjalan masih mencatat
surplus pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan
triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh lebih tinggi dari ekspor. Di sisi lain, tingginya
aliran modal masuk menyebabkan rupiah cenderung menguat. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah pada triwulan III
mencapai Rp9.001 per dolar AS, atau menguat 1,2% (qtq) dibandingkan triwulan II 2010. Selain itu, aliran modal
masuk yang besar juga menyebabkan transaksi modal dan finansial mencatat peningkatan surplus yang cukup
signifikan. Dengan demikian, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2010 masih
mencatat surplus cukup besar sehingga cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD86,55 miliar atau setara
dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Dari sisi harga, inflasi sepanjang triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan yang terutama bersumber dari kelompok
volatile food. Tingginya tekanan inflasi dari kelompok volatile food disebabkan oleh gangguan distribusi dan produksi
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
bahan makanan serta pola musiman hari raya. Inflasi IHK pada September 2010 mencapai 0,44% (mtm) atau sebesar
5,80% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan III 2010 inflasi IHK tercatat sebesar 2,79 (qtq), lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,41% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi inti sejauh ini relatif masih
rendah didukung oleh nilai tukar yang cenderung terapresiasi. Tekanan inflasi dari administered prices juga relatif
masih rendah karena tidak ada kebijakan strategis Pemerintah di bidang harga pada September 2010.
Kinerja sektor perbankan juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal itu tercermin dari berbagai
indikator kinerja yang menunjukkan perbaikan seperti kualitas kredit dan permodalan. Pelaksanaan intermediasi juga
mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit hingga September 2010 mencapai 21,2% (yoy), dan lebih terarah
pada sektor-sektor yang produktif. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2010 pertumbuhan
kredit diperkirakan mencapai 22%-24%. Peningkatan kredit terutama didiorong oleh membaiknya keyakinan pelaku
ekonomi terhadap prospek perkonomian.
Dengan memerhatikan perkembangan yang terjadi hingga triwulan III 2010, Bank Indonesia meyakini perkembangan
ekonomi global dan domestik akan terus membaik. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan dapat
mencapai kisaran 6,0%-6,3%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2011 diperkirakan mencapai
kisaran 6,0%-6,5%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, peningkatan
kinerja sektor eksternal yang sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus berlangsung, serta peningkatan
investasi seiring dengan menguatnya permintaan domestik dan eksternal. Di sisi harga, Bank Indonesia mencatat
adanya risiko yang dapat mendorong inflasi. Pertama, kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat
dari penawaran. Kedua, anomali cuaca yang kemungkinan masih berlanjut dan berpotensi mengganggu kegiatan
produksi serta distribusi bahan kebutuhan pokok. Ketiga, kemungkinan adanya rencana kenaikan administered
prices. Bank Indonesia terus mencermati potensi tekanan inflasi tersebut dan meningkatkan koordinasi kebijakan
bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta akan melakukan respons dengan bauran kebijakan
yang diperlukan agar inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011
serta 4,5%±1% pada tahun 2012.
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
Daftar Isi
1. Tinjauan Umum............................................................................. 1
Pertumbuhan Ekonomi..................................................................... 6
Inflasi............................................................................................... 20
Prakiraan Inflasi................................................................................ 37
Faktor Risiko.................................................................................... 38
Tabel Statistik.................................................................................... 42
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia
viii
Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut dan stabilitas makro
tetap terjaga. Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh peningkatan
konsumsi dan ekspor serta investasi. Konsumsi meningkat dipicu oleh optimisme keyakinan
konsumen, tersedianya sumber pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor.
Sementara itu, kegiatan ekspor yang membaik terutama didorong masih kuatnya permintaan
dari China dan India. Peningkatan permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada
meningkatnya pertumbuhan investasi. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan
tumbuh 6,0%-6,3% dan pada tahun 2011 mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Dari sisi harga,
inflasi masih mencatat peningkatan yang cukup tinggi pada triwulan III-2010. Peningkatan
harga yang terjadi terutama masih bersumber dari kelompok volatile food, yaitu aneka
bumbu dan sayuran. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti dan administered prices
masih pada tingkat yang rendah. Bank Indonesia terus mencermati potensi tekanan inflasi
tersebut dan meningkatkan koordinasi kebijakan bersama Pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah, serta akan melakukan respon dengan bauran kebijakan yang diperlukan
agar inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010
Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan III 2010 diperkirakan lebih baik dari
triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2010, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh
6,3%(yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan
tetap tumbuh di atas 5%(yoy). Pertumbuhan konsumsi ini dipacu oleh optimisme konsumen
dan meningkatnya pendapatan yang antara lain berasal dari hasil ekspor. Pertumbuhan
ekspor pada triwulan III 2010 diperkirakan mencapai 11,4%. Pertumbuhan ekspor ini dipicu
oleh pertumbuhan ekonomi global yang terus membaik terutama China dan India seiring
dengan semakin tersebarnya negara tujuan ekspor. Investasi diperkirakan tumbuh sebesar
9,9% (yoy) pada triwulan III 2010 sebagai respons atas meningkatnya permintaan serta
membaiknya iklim investasi. Kondisi ini berimplikasi pada impor yang juga meningkat. Secara
sektoral, sektor nontradable tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor tradable.
1
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Dari sisi harga, inflasi sepanjang triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan yang
terutama bersumber dari kelompok volatile foods. Masih tingginya tekanan inflasi
dari kelompok bahan makanan (volatile food) akibat gangguan distribusi dan produksi
yang disebabkan anomali cuaca serta kenaikan tarif dasar listrik untuk rumah tangga.
Sementara itu, tekanan inflasi juga bersumber dari penyesuaian biaya pendidikan sehubungan
dengan datangnya tahun ajaran baru dan adanya peningkatan permintaan terkait hari raya
keagamaan. Namun demikian, tekanan inflasi pada bulan September 2010 mengalami
penurunan yaitu tercatat sebesar 0,44 (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu
0,76% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan III 2010 inflasi IHK tercatat
sebesar 2,79 (qtq) atau mencapai 5,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mencapai 1,41% (qtq) atau 5,05% (yoy). Sementara itu, dampak kelompok
administered prices terhadap inflasi IHK masih relatif kecil karena tidak adanya kebijakan
strategis pemerintah di bidang harga pada September 2010.
Neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2010 diperkirakan akan mencatat
surplus yang lebih tinggi dari yang diperkirakan semula. Hal itu disebabkan oleh
surplus neraca transaksi modal dan finansial (TMF) yang mengalami perbaikan cukup
signifikan. Peningkatan surplus TMF yang cukup signifikan didorong oleh membaiknya
persepsi internasional terhadap perekonomian Indonesia, yaitu perbaikan outlook credit
rating Indonesia, imbal hasil investasi rupiah yang cenderung meningkat, serta kondisi
ekses likuiditas global. Di sisi lain, surplus neraca transaksi berjalan (current account/CA)
diperkirakan akan menurun akibat petumbuhan impor yang tinggi, seiring dengan kegiatan
ekonomi domestik yang terakselerasi. Namun demikian, impor yang terakselerasi tersebut
masih mendukung kegiatan ekonomi domestik, tercermin dari dominannya impor bahan
baku dan barang modal. Dengan perkembangan tersebut cadangan devisa pada akhir
September 2010 mencapai 86,55 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,5 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
2
Tinjauan Umum
Nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan kinerja transaksi berjalan yang
masih mencatat surplus cukup besar dan derasnya arus modal asing yang masuk
serta faktor risiko yang masih terjaga. Penguatan rupiah ini didukung oleh sentimen
global yang positif serta faktor fundamental domestik yang semakin kokoh. Jika dibandingkan
dengan triwulan II 2010, secara rata-rata rupiah menguat sebesar 1,2% (qtq), mencapai
Rp9.001 per dolar AS. Penguatan rupiah pada triwulan III tersebut diikuti oleh volatilitas
yang turun dari 0,5% pada triwulan II 2010 menjadi 0,2% pada triwulan III 2010. Pada
akhir triwulan III 2010 rupiah ditutup pada level Rp8.924 per dolar AS, atau menguat
1,2% (ptp) dibandingkan dengan triwulan II 2010. Nilai tukar rupiah yang cenderung stabil
dapat mendukung kebutuhan impor bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi
domestik, dan di sisi lain penguatan rupiah belum memberikan tekanan yang signifikan bagi
eksportir karena masih kuatnya permintaan internasional.
Pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan III 2010 berada dalam kondisi
yang semakin stabil. Kondisi pasar SUN dan pasar modal terus membaik sebagaimana
tercermin dari IHSG yang meningkat dan yield SUN yang menurun. Membaiknya pasar
modal dan SUN pada triwulan III 2010 ini ditopang oleh prospek perekonomian yang terus
membaik. Di pasar uang antarbank, kondisi likuiditas selama triwulan III 2010 cenderung
meningkat. Transmisi kebijakan moneter sepanjang triwulan III-2010 juga berlangsung
dengan baik sebagaimana tercermin dari suku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar
BI Rate, pertumbuhan kredit yang meningkat terutama untuk jenis kredit modal kerja dan
IHSG yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.
Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional semakin kuat. Hal itu tercermin
dari masih tingginya rasio kecukupan modal (CAR) dan terjaganya rasio gross non-performing
loan (NPL) dibawah 5% Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang
antar bank kian membaik dan dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat. Intermediasi
perbankan juga semakin baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir September
2010 mencapai 21,2% (yoy). Pertumbuhan modal kerja selama tahun 2010 telah tumbuh
melampaui jenis kredit konsumsi dan ke depan pertumbuhan kredit tetap diarahkan ke
sektor yang produktif. Dengan perkembangan tersebut dan sesuai dengan rencana bisnis
bank, untuk keseluruhan tahun 2010 pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 22%-
24%. Peningkatan kredit terutama didorong oleh membaiknya keyakinan pelaku ekonomi
terhadap prospek perekonomian.
Berdasarkan asesmen dan prospek ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank
Indonesia pada 5 Oktober 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada
level 6,5% dengan koridor suku bunga sebesar ±100 bps. Keputusan tersebut juga
mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan pencapaian
sasaran inflasi jangka menengah dan dipandang masih kondusif untuk menjaga
stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan, sehingga sisi supply
dapat merespon akselerasi sisi permintaan secara memadai.
3
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
2. Perkembangan Makroekonomi
Terkini
Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian
domestik. Selama triwulan III 2010, pemulihan ekonomi yang kuat terjadi di negara
emerging markets sementara pemulihan negara industri maju relatif stabil. Kondisi tersebut
memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada triwulan III 2010 diprakirakan meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, membaiknya
kinerja investasi, serta masih tingginya permintaan eksternal. Kinerja ekspor diperkirakan
masih akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian global dan dukungan
peningkatan kapasitas produksi. Perkembangan permintaan domestik dan eksternal tersebut
menyebabkan masih tingginya impor pada triwulan III 2010. Di sisi penawaran, sektor-
sektor ekonomi yang diprakirakan tumbuh membaik yaitu sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan dan bangunan, sejalan dengan
membaiknya kondisi ekonomi. Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh stabil didukung
oleh stabilnya kinerja lifting minyak mentah. Namun, sektor pertanian diprakirakan akan
tumbuh melambat terkait dengan telah lewatnya puncak siklus panen padi.. Di sisi lain,
sektor listrik, gas, dan air bersih diprakirakan tumbuh stabil mengingat belum terdapatnya
upaya penambahan produksi yang siginifikan di sektor ini.
Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2010 diprakirakan tetap positif namun
lebih lambat dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya.1 Indikasi perlambatan
ekonomi AS terlihat dari revisi turun realisasi PDB AS pada triwulan II 2010 menjadi 1,7%
(qtq annl) dari 2,4% (qtq annl). Berdasarkan perkembangan terkini, sektor industri AS
terus menunjukkan perbaikan yang tercermin dari indeks produksi dan utilisasi kapasitas
yang membaik, meski ke depan diperkirakan melemah. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
1 Perkiraan pertumbuhan triwulan III-10 sebesar 3.4% (yoy) atau 2.3% qtq (CF Agustus), kemudian turun menjadi 3% yoy atau 1.8%
qtq (CF September)
4
Perkembangan Makroekonomi Terkini
indikator penuntun industri seperti Purchasing Manager Index (PMI), survei manufaktur
(Chicago, Philadelphia) serta laporan Beige Book bulan Agustus yang melaporkan penurunan
aktivitas bisnis di 12 distrik. Dari sisi konsumsi, proses pemulihan masih berlanjut dengan
kecepatan yang moderat. Konsumsi rumah tangga secara umum membaik sebagaimana
tercermin dari tren positif penjualan eceran bulan Juli dan Agustus. Namun demikian, laju
pertumbuhan konsumsi yang relatif kecil mengindikasikan bahwa sektor konsumsi masih
tertekan yang disebabkan oleh tersendatnya ekspansi kredit, meningkatnya pesimisme
konsumen terhadap prospek ekonomi ke depan dan tingkat pengangguran yang masih
tinggi (9,6% pada Agustus 2010)2.
Kinerja pasar keuangan global kembali bullish setelah sempat tertekan pada Agustus
2010. Membaiknya indikator perekonomian AS dan China pada akhir triwulan III 2010 mampu
meredakan kekhawatiran terhadap laju pemulihan ekonomi global yang sempat melemah
pada bulan Agustus. Sentimen negatif terhadap Eropa terus mereda meski belum cukup
solid. Membaiknya risk appetite investor terhadap aset negara PIIGS antara lain terlihat dari
penyerapan pasar terhadap lelang surat utang yang dilakukan Portugal, Yunani, Spanyol,
dan Irlandia. Mempertimbangkan perkembangan positif tersebut, European Commission
2 Data triwulan II 2010 mencapai 9,9%.
5
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
(13 September) merevisi naik perkiraan pertumbuhan ekonomi Eropa pada tahun 2010
menjadi 1,7% (yoy) dari perkiraan sebelumnya (Mei) sebesar 0,9% (yoy). Meningkatnya
optimisme pasar juga tercermin dari pergerakan bursa saham dan membaiknya persepsi
resiko global.
Laju inflasi dunia selama triwulan III 2010 relatif stabil seiring dengan aktivitas
perekonomian yang masih lemah di negara-negara maju. Berdasarkan data realisasi
inflasi yang dikompositkan, tekanan inflasi global masih relatif tidak berubah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi selama Agustus 2010 masih berada pada
level 2,9% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan konsumsi yang masih lemah terutama di
negara-negara maju.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2010 diprakirakan semakin membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi
6
Perkembangan Makroekonomi Terkini
pada triwulan laporan terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dengan
didukung oleh membaiknya investasi dan masih tingginya permintaan eksternal (Tabel 2.1).
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan II 2010 sejalan dengan
terus membaiknya daya beli masyarakat, masih optimisnya keyakinan konsumen akan kondisi
perekonomian, dan penguatan nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga
barang impor. Di sisi investasi, persepsi pasar yang membaik terhadap kondisi investasi,
penerapan berbagai kebijakan yang mendukung peningkatan kegiatan investasi, akselerasi
proyek infrastruktur, menguatnya nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga
barang impor dan dukungan pembiayaan baik dari perbankan, pasar modal maupun aliran
dana dari luar negeri mendukung akselerasi investasi pada triwulan III 2010. Di sisi eksternal,
searah dengan membaiknya perekonomian global dan dukungan peningkatan kapasitas
produksi, kinerja ekspor diperkirakan masih akan tinggi. Perkembangan permintaan domestik
dan eksternal tersebut menyebabkan masih tingginya impor pada triwulan III 2010.
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan
2008 2009 2010
Indikator 2007 2008 2009
I II III IV I II III IV I II III*
Total Konsumsi 4.9 5.5 5.5 6.3 6.4 5.9 7.3 6.3 5.4 5.9 6.2 2.5 3.1 6.4
Konsumsi Swasta 5.0 5.7 5.5 5.3 4.8 5.3 6.0 4.8 4.7 4.0 4.9 3.9 5.0 5.4
Konsumsi Pemerintah 3.9 3.6 5.3 14.1 16.4 10.4 19.2 17.0 10.3 17.0 15.7 -8.8 -9.0 13.1
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9.4 13.9 12.2 12.3 9.4 11.9 3.5 2.4 3.2 4.2 3.3 7.9 8.0 9.9
Ekspor Barang dan Jasa 8.5 13.6 12.4 10.6 2.0 9.5 -18.7 -15.5 -7.8 3.7 -9.7 19.6 14.6 11.4
Impor Barang dan Jasa 9.0 18.0 16.1 11.1 -3.7 10.0 -24.4 -21.0 -14.7 1.6 -15.0 22.6 17.7 15.1
PDB 6.3 6.2 6.3 6.2 5.3 6.0 4.5 4.1 4.2 5.4 4.5 5.7 6.2 6.3
* Angka Proyeksi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010 diprakirakan tumbuh menguat. Hal
tersebut didukung oleh perkembangan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang
mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berada dalam fase eskpansif
(Grafik 2.1). Menguatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan meningkatnya daya beli
masyarakat, rendahnya suku bunga kredit, cukup optimisnya keyakinan konsumen akan
kondisi perekonomian dan kuatnya nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga
barang impor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjang oleh konsumsi nonmakanan
yang meningkat. Hingga pertengahan triwulan III 2010, konsumsi nonmakanan terindikasi
tetap tinggi seperti ditunjukkan oleh penjualan mobil dan motor yang masih mencatat
penjualan di level tinggi. Perkembangan produk elektronik juga menunjukkan arah yang
positif (Grafik 2.2). Sebagaimana siklus tahunan yang selalu terjadi menyambut bulan puasa
dan hari raya, hasil survei Penjualan Eceran untuk komoditas nonotomotif dan nonelektronik
menunjukkan konsumsi masyakarat mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Berdasarkan
hasil sementara survei, indeks penjualan riil pada Agustus 2010 tercatat sebesar 267,5 atau
meningkat 11,0% (mtm), sementara secara tahunan indeks mengalami peningkatan sebesar
36,9%. Searah dengan itu, impor barang konsumsi juga meningkat pada triwulan III 2010.
7
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
���
tangga pada triwulan III 2010 didukung oleh sisi pembiayaan.
����
��� ����
Pembiayaan konsumsi rumah tangga yang terus meningkat terutama
�� ���� tercermin dari tingginya pertumbuhan pembiayaan konsumen yang
����������
�� ���� bersumber dari multifinance serta penyaluran kredit konsumsi oleh
����������������������������������� ���������������
��
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
����
perbankan yang masih memadai hingga pertengahan triwulan
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� III 2010. Indikasi positif masih kuatnya daya beli masyarakat juga
ditunjukkan oleh naiknya nilai tukar petani dan stabilnya upah buruh
Grafik 2.1
tani hingga akhir triwulan laporan sejalan dengan kenaikan harga
Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga
komoditas tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Sementara
itu memasuki triwulan III 2010, transaksi kartu kredit dan kartu debit
mulai mengindikasikan perbaikan pertumbuhan dengan masing-
�����
masing tumbuh sebesar 14% (yoy) dan 21% (yoy).
��
�� ��������� ���������� ��
��
Peningkatan pertumbuhan investasi diprakirakan akan
terus berlanjut ke triwulan III 2010. Peningkatan pertumbuhan
��
investasi tersebut terindikasi dari indikator penuntun investasi yang
��
masih menunjukkan fase ekspansi (Grafik 2.3), masih tingginya
� pertumbuhan impor barang modal, meningkatnya pertumbuhan
���
PMA dan PMDN, dan cukup besarnya rencana relokasi investor
asing serta rencana penambahan kapasitas produksi. Faktor yang
���
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � mendukung diantaranya peningkatan penggunaan kredit investasi
���� ���� ����
dan leasing, cukup besarnya rencana penerbitan saham dan obligasi
Grafik 2.2
korporasi untuk kegiatan investasi, meningkatnya pertumbuhan
Pertumbuhan Penjualan Barang Elektronik
FDI dan penarikan utang luar negeri swasta. Persepsi pasar yang
membaik terhadap kondisi investasi, menguatnya nilai tukar
rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga barang impor,
��������������������������������������������������������� dan penerapan berbagai kebijakan juga mendukung peningkatan
���
�������������������������������
kegiatan investasi. Selain itu, inventori diperkirakan masih akan
��� ������������������������������
memberikan kontribusi positif.
���
8
Perkembangan Makroekonomi Terkini
����� �����
perkembangan berbagai indikator dini yang dipantau. Impor mesin
������ �� sampai dengan Juli 2010 menunjukkan peningkatan terutama impor
��
mesin untuk telekomunikasi, transportasi maupun untuk kegiatan
������
��
produksi. Peningkatan impor mesin untuk kegiatan produksi
��
�����
bahkan telah melebihi peningkatan impor untuk telekomunikasi.
��
����
Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan cenderung stabil
�
(Grafik 2.5) dan investasi alat angkut mengalami perlambatan
�
������
��
pada triwulan II 2010. Data konsumsi semen pada Juli-Agustus
������� ���
2010 menunjukkan pertumbuhan yang masih tinggi, begitu pula
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
impor bahan bangunan terus meningkat memasuki triwulan III
��������� ����������������������������
2010. Realisasi investasi baru dan investasi perusahaan yang sudah
����������������������������������� �������������������������������������
������������� �������������
mendapat ijin usaha (PMA dan PMDN) juga terus meningkat (Grafik
Grafik 2.4
2.6). Sampai dengan triwulan II 2010, realisasi PMA telah mencapai
PMTB - Mesin
60% dari target, sementara realisasi PMDN telah mencapai 52,6%
dari target. BKPM memperkirakan target PMA dan PMDN sela ma
tahun 2010 masing-masing sebesar Rp118,4 triliun dan Rp41,6
������� �������
������ �� triliun dapat tercapai dengan mempertimbangkan realisasi di
����� semester I tersebut.
��
�����
Pertumbuhan ekspor pada triwulan III 2010 diperkirakan
����� ��
masih akan cukup tinggi. Faktor yang mendukung masih tingginya
�����
� ekspor diantaranya yaitu stabilnya produksi minyak, masih cukup
�
�
baiknya kondisi perekonomian negara mitra dagang, kepercayaan
������
konsumen serta bisnis di lingkungan global, meningkatnya harga
������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��
��
komoditas ekspor, dan adanya penambahan kapasitas produksi.
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���������� ������������� ����� �������������� Pertumbuhan ekspor riil pada Juli 2010 mencapai 30,7% (yoy),
Grafik 2.5
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Juni sebesar
9
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Grafik 2.7
II 2010 sebesar 48,9% (yoy). Seluruh komponen impor, baik migas
Kinerja yang relatif membaik juga terjadi pada sebagian besar komponen perpajakan.
Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan Agustus 2010 tercatat mencapai 60,3%
dari target APBNP, atau sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai
59,4%. Hal ini khususnya didorong oleh perbaikan kondisi perekonomian internasional dan
10
Perkembangan Makroekonomi Terkini
domestik sebagaimana terlihat pada penerimaan PPh Nonmigas, PPN dan pajak perdagangan
internasional yang meningkat. Sementara itu, pelaksanaan kebijakan kenaikan tarif cukai
tembakau rata-rata 21,7% yang mulai berlaku sejak awal tahun 20103 juga mampu
meningkatkan penerimaan cukai.
Masih rendahnya belanja negara terutama bersumber dari Pemerintah Pusat. Kondisi
tersebut tercermin dari realisasi belanja Pemerintah pusat sampai dengan Agustus 2010 yang
baru mencapai 44,6% dari target APBNP, atau lebih rendah dari periode yang sama tahun
2009 yang mencapai 48,1%. Rendahnya belanja Pemerintah pusat tersebut dikarenakan
belanja K/L yang masih belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Dari lima komponen
belanja K/L, hanya realisasi Bantuan Sosial yang mencatat perbaikan dibandingkan dengan
periode tahun lalu. Sementara itu, penyerapan Belanja Modal dan Belanja Lain justru di
bawah pola historisnya sejak tahun 2007. Sebaliknya, belanja Subsidi mengalami kenaikan
signifikan terutama akibat volume konsumsi BBM bersubsidi yang meningkat.
Di sisi pembiayaan, realisasi penerbitan SBN berjalan cukup baik. Penerbitan SBN
secara gross hingga September 2010 telah mencapai Rp144,9 triliun (81,4% dari target
APBNP), atau lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu yang mencapai Rp127 triliun (87,7%
dari target APBNP). Relatif tingginya penerbitan SBN tersebut sejalan dengan tingginya
minat investor terhadap SBN. Minat investor yang tinggi tersebut khususnya terjadi pada
kelompok investor asing.
Penawaran Agregat
Kinerja sektor usaha pada triwulan III 2010 masih ditopang oleh pertumbuhan yang
tinggi di sektor nontradable, meskipun sektor tradable, khususnya pertumbuhan
industri pengolahan, sudah mulai mengalami peningkatan. Pada sektor tradable,
sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh sedikit membaik (Tabel 2.2). Hal tersebut
didukung oleh perkembangan indeks dan utilisasi kapasitas produksi Survei Produksi – BI
yang sampai dengan awal triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang meningkat.
Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh stabil yang terindikasi dari indikator lifting
minyak mentah yang cenderung stabil. Di sisi lain, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh
melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan sektor tanaman bahan pangan karena
telah berlalunya puncak siklus panen padi, melambatnya produktivitas, menurunnya luas
lahan pertanian, dan adanya fenomena la nina. Pada sektor nontradable, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran diprakirakan tumbuh sedikit membaik. Hal tersebut dikonfirmasi oleh
beberapa indikator yang membaik seperti komposit indikator dini sektor perdagangan,
PPN impor, tingkat hunian hotel, serta jumlah wisatawan mancanegara. Kinerja sektor
pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan tumbuh membaik. Hal ini terindikasi dari
membaiknya beberapa indikator yaitu jumlah penumpang dan angkutan barang, impor alat
transportasi serta pertumbuhan subsektor komunikasi yang masih tinggi. Sektor bangunan
diprakirakan tumbuh membaik yang tercermin dari masih tingginya penjualan semen, impor
bahan bangunan, serta kredit properti. Di sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat
oleh bank dan lembaga keuangan nonbank berpotensi untuk mendorong sektor ini tumbuh
3 Diatur melalui PMK No.181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau
11
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
* Angka Proyeksi
membaik. Sementara, stabilnya konsumsi listrik dan distribusi gas mendorong kinerja sektor
listrik, gas, dan air bersih tumbuh stabil.
Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh sedikit
membaik terkait masih tingginya permintaan baik yang berasal dari domestik
maupun eksternal. Hal tersebut didukung oleh indikator penuntun sektor industri
pengolahan yang sampai dengan satu triwulan ke depan masih menunjukkan perkembangan
yang baik. Indeks dan utilisasi kapasitas produksi Survei Produksi-BI sampai dengan awal
triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang meningkat. Di sisi penggunaan input
produksi, pertumbuhan konsumsi listrik industri mulai menunjukkan sedikit peningkatan per
akhir triwulan II 2010. Indikasi membaiknya pertumbuhan sektor industri juga ditopang oleh
masih tingginya impor mesin dan peralatan hingga Agustus 2010, terkait dengan investasi
di sektor ini. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh perkembangan PMTB mesin dalam negeri
dan luar negeri yang tumbuh meningkat pada triwulan II 2010 yaitu masing-masing sebesar
5,4% (yoy) dan 16,4% (yoy). Berdasarkan Survei Tendensi Bisnis BPS, pelaku usaha di sektor
industri memiliki tingkat optimisme lebih tinggi pada triwulan III 2010 yaitu mencapai 106,7,
membaik dibandingkan dengan triwulan II 2010 yang sebesar 102,3. Jika dilihat berdasarkan
variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan III 2010 terjadi karena
perkiraan meningkatnya order dalam negeri, order luar negeri, harga jual, dan order barang
input. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan pada sektor industri pengolahan
tumbuh meningkat hingga Juli 2010.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan III 2010 diprakirakan
tumbuh membaik. Membaiknya kinerja sektor industri pengolahan berkontribusi terhadap
meningkatnya jumlah barang yang diperdagangkan. Selain itu, faktor hari raya keagamaan
juga diprakirakan dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor perdagangan. Hal
tersebut terindikasi dari meningkatnya indeks penjualan eceran pada Agustus 2010. Selain
itu, aktivitas ekonomi yang meningkat dan relatif masih tingginya impor menjadi faktor
pendorong membaiknya kinerja sektor perdagangan pada triwulan III 2010. Perkembangan
PPN impor hingga Agustus 2010 tercatat masih tumbuh tinggi yaitu sebesar 30,9% (yoy).
12
Perkembangan Makroekonomi Terkini
Kinerja impor diperkirakan masih akan tetap tinggi terkait dengan penjualan mobil yang
masih tinggi. Pertumbuhan subsektor perdagangan yang membaik juga diikuti oleh subsektor
hotel dan restoran yang masih tumbuh tinggi hingga pertengahan triwulan III 2010.
Indikator tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan mancanegara sampai dengan Juli
2010 menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan sektor perdagangan juga didukung oleh
perkembangan di sisi pembiayaan dari perbankan yang mengalami peningkatan hingga
awal triwulan III 2010.
Sektor pertanian pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh melambat.
Melambatnya pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh melambatnya subsektor tanaman
bahan makanan (tabama) seiring dengan telah berlalunya masa puncak siklus panen padi.
Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II BPS 2010, pertumbuhan produksi padi secara
keseluruhan akan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut terkait penurunan luas
panen dan melambatnya pertumbuhan produktivitas. Curah hujan hingga September
cenderung terus meningkat yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina. Hal ini pada dasarnya
berdampak positif karena dapat menambah luas lahan yang dapat ditanami. Namun, tingginya
curah hujan juga memiliki implikasi negatif yaitu terhadap tanaman yang sensitif terhadap
curah hujan tinggi seperti cabai, kakao, tembakau, serta dapat meningkatkan populasi
hama wereng serta risiko banjir. Sementara itu, subsektor perkebunan, subsektor perikanan
dan subsektor kehutanan masih menunjukkan indikasi positif sehingga dapat menahan
perlambatan di sektor pertanian lebih lanjut. Ekspor subsektor perkebunan dan perikanan
masih tumbuh tinggi sampai dengan awal triwulan III 2010. Dari sisi pembiayaan, kredit yang
disalurkan kepada sektor pertanian hingga Juli 2010 menunjukkan peningkatan.
Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh stabil pada triwulan III 2010
terutama didukung oleh stabilnya kinerja lifting minyak mentah hingga Agustus
2010. Produksi subsektor nonmigas hingga Juli 2010 juga menunjukkan arah yang relatif
stabil. Indikasi positif juga terlihat pada ekspor komoditas nonmigas, seperti aluminium dan
bijih besi, yang menunjukkan perkembangan membaik hingga Juli 2010. Perkembangan
kinerja sektor pertambangan searah dengan dukungan perkembangan kredit perbankan
kepada sektor pertambangan yang masih tumbuh tinggi hingga awal triwulan III 2010.
13
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
subsektor pengangkutan tampaknya direspons oleh pertumbuhan impor alat angkut hingga
Agustus 2010, sehingga dapat mengantisipasi pemenuhan peningkatan jumlah penumpang
dan barang. Namun sebaliknya, pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan ke sektor
ini memperlihatkan perlambatan hingga awal triwulan III 2010.
Pada triwulan III 2010 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh membaik. Kinerja
sektor bangunan yang membaik terindikasi dari indeks produksi bahan bangunan dalam
negeri yaitu indeks produksi semen dan indeks produksi logam dasar yang menunjukkan
peningkatan. Penjualan alat berat untuk keperluan konstruksi hingga semester I 2010
juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Realisasi proyek Pemerintah yang mulai berjalan pada triwulan III dan
IV 2010 serta indikasi menguatnya investasi pada paruh kedua tahun 2010 menjadi salah
satu pendorong membaiknya kinerja sektor bangunan. Indikator sektor bangunan yaitu
konsumsi semen dan impor bahan bangunan juga masih tumbuh tinggi hingga Agustus
2010. Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor
bangunan hingga awal triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan.
Perekonomian Daerah
14
Perkembangan Makroekonomi Terkini
15
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
seiring dengan tingginya impor dan membesarnya defisit neraca pendapatan. Impor yang
tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin terakselerasi pada triwulan laporan.
Sementara itu, kinerja ekspor masih cukup baik ditopang oleh harga komoditas yang masih
berada dalam tren meningkat. Ancaman terhadap kinerja ekspor masih minimal terkait
melambatnya fase pemulihan ekonomi di negara maju. Dengan perkembangan tersebut,
kinerja NPI pada triwulan III 2010 diprakirakan akan mencatat surplus.
Transaksi Berjalan
Kinerja transaksi berjalan diprakirakan akan mencatat surplus meski lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor mulai diimbangi oleh
tingginya impor terutama berasal dari sektor nonmigas. Selain itu, surplus transaksi berjalan
yang lebih rendah juga disumbang oleh defisit neraca pendapatan yang lebih besar.
Kinerja ekspor pada triwulan III 2010 diprakirakan masih akan mencatat
pertumbuhan yang tinggi ditopang oleh solidnya ekspor nonmigas dan ekspor
minyak. Perkembangan selama Januari-Juli 2010 menunjukkan ekspor non migas berada
dalam tren yang meningkat. Ekspor ke negara maju seperti Eropa dan Jepang sedikit stagnan,
namun kinerja ekspor ke AS di akhir periode mulai menunjukkan peningkatan kembali.
Sementara ekspor ke negara emerging markets seperti China dan India masih bertahan cukup
tinggi. Membaiknya kinerja ekspor triwulan III 2010 juga didukung oleh harga komoditas yang
masih menunjukkan peningkatan. Perkembangan harga komoditas ekspor Indonesia (IHKEI)
yang mulai meningkat pada September diperkirakan masih dapat menopang kinerja ekspor.
Harga komoditas nonmigas menunjukkan peningkatan baik secara bulanan (2,1%, mtm)
maupun secara tahunan (19,3%, yoy). Peningkatan harga terjadi hampir di semua sektor.
Sejalan dengan terakselerasinya kegiatan ekonomi domestik dan di tengah pergerakan kurs
rupiah yang cukup stabil dan cenderung menguat, impor tumbuh cukup tinggi pada triwulan
III. Selama periode Januari – Juli 2010, impor berada dalam tren meningkat, terutama untuk
impor bahan baku dan barang konsumsi. Meski demikian, tingginya impor hingga saat ini
diyakini masih mendukung kegiatan domestik. Meningkatnya impor bahan baku sejalan
dengan respons sektor industri terhadap meningkatnya permintaan domestik dan ekspor.
Sementara itu, pada komponen transaksi berjalan lainnya, perubahan terjadi pada neraca
pendapatan yang mencatat defisit yang lebih besar. Membesarnya defisit terutama akibat
meningkatnya pembayaran dividen dan bunga atas penempatan investasi di Indonesia. Hal
tersebut sejalan dengan perkiraan derasnya aliran modal pada neraca modal dan finansial
terutama pada kelompok investasi portofolio.
16
Perkembangan Makroekonomi Terkini
reinvested earnings oleh parent company meningkat, terutama di sektor non migas. Persepsi
positif terhadap ekonomi domestik menjadikan risk appetite investor global tetap kuat untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Selisih imbal hasil yang terus melebar semakin memberi
insentif masuknya aliran dana asing oleh investor.
Cadangan Devisa
Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial tersebut di
atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III 2010 mencapai 86,6
miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri
Pemerintah.
17
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui berbagai jalur masih terus
berlangsung. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih berlangsung baik.
Suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada suku bunga PUAB menunjukkan
perkembangan yang kondusif ditunjukkan oleh suku bunga O/N selama triwulan III 2010
yang bergerak stabil di sekitar BI rate. Selain itu, penurunan suku bunga deposito dan kredit
juga masih terus berlangsung. Di jalur kredit, transmisi kebijakan moneter terus mengalami
perbaikan pada triwulan III 2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Agustus 2010
meningkat menjadi 19,3% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian triwulan sebelumnya yang
sebesar 18,0% (yoy). Sementara itu, transmisi kebijakan moneter
������ di pasar modal, pasar SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di
�����
�����
����������� pasar saham, IHSG terus meningkat dan mencapai level tertinggi
�����
�����
�����������������
sepanjang sejarah, yaitu 3.501. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan
��������������������
�����
�����
�����
penurunan di hampir seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana
����� juga menunjukan perkembangan yang baik searah dengan kinerja
����
����� underlying asset-nya.
����
���� ���� ����
�����
���� ���� �����
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
NILAI TUKAR RUPIAH
���� ���� ����
Nilai tukar rupiah bergerak menguat sepanjang triwulan III
Grafik 3.1 2010. Selama triwulan III 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terapresiasi
Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah sebesar 1,2% ke level Rp8.998 per dolar AS (Grafik 3.1). Pada akhir
triwulan III 2010, rupiah ditutup pada level Rp8.925 per dolar AS,
18
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
�����
� Pada triwulan III 2010, proses pemulihan ekonomi global diwarnai
�
����� oleh kekhawatiran perlambatan di beberapa negara utama, seperti
�
����
�
AS dan Jepang. Ekonomi AS dan Jepang diindikasi tumbuh lebih
����
� rendah dari prakiraan semula, sedangkan ekonomi Eropa diperkirakan
���� �
dapat tumbuh lebih baik dari prakiraan sebelumnya. Pertumbuhan
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ekonomi negara-negara Asia juga sedikit melambat, meskipun
���� ���� ���� ���� ���� ����
masih berada pada level yang tinggi. Di sisi lain, ekses likuiditas
Grafik 3.2
global masih terus berlanjut seiring dengan masih diterapkannya
Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
kebijakan moneter yang akomodatif di negara-negara maju untuk
mendukung proses pemulihan ekonomi. Sementara itu, negara
berkembang melanjutkan langkah normalisasi kebijakan sebagai
� ���
respons terhadap tekanan inflasi yang meningkat. Berbagai kondisi
����������� �����������
eksternal tersebut menghasilkan tren apresiasi yang berlanjut bagi
��� ���
mata uang di regional Asia, termasuk Indonesia.
������������������
��� ������������ ���
�������������
Di sisi domestik, faktor fundamental ekonomi yang tetap solid
��� ��� menjadi salah satu faktor penopang kinerja rupiah. PDB Indonesia
pada triwulan II 2010 yang tumbuh mencapai 6,2% (yoy)
��� ���
menunjukkan resiliensi ekonomi yang membaik. Selain itu, kinerja
��� ��� Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang diprakirakan tetap mencatat
��� ���
surplus mampu menjaga ekspektasi positif investor global terhadap
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ perekonomian domestik.
������������������
19
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
��� �����
INFLASI
��� ��������
Selama triwulan III 2010, tekanan inflasi menunjukkan
����
peningkatan yang cukup signifikan. Secara triwulanan, inflasi
����
��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ IHK pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 2,79% (qtq) meningkat
���� ���� ���� ���� ���� ����
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (qtq).
Grafik 3.5 Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2010 terutama berasal
Perbandingan UIP Beberapa Negara dari faktor nonfundamental, yakni kelompok volatile food dan
administered price. Di sisi lain, tekanan dari faktor fundamental
terindikasi mulai meningkat sebagaimana tercermin pada ekspektasi
�
inflasi masyarakat yang mulai meningkat. Namun secara bulanan
���
���
dan tahunan, tekanan inflasi September 2010 sedikit menurun dari
����
��� bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,44% (mtm) atau 5,80% (yoy) dari
��� ����
sebelumnya 0,76% (mtm) atau 6,44% (yoy) (Grafik 3.7).
���
����
��� Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, tekanan
����
���
inflasi pada triwulan III 2010 terutama berasal dari kelompok
����
����
��������� ��������� bahan makanan. Peningkatan inflasi kelompok ini bersumber dari
�������� �����
���� gangguan cuaca pada awal triwulan III 2010 yang menyebabkan
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� produksi dan distribusi beberapa komoditas bahan pangan,
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ���� khususnya aneka bumbu dan sayur, terganggu (Grafik 3.8).
Grafik 3.6
Perbandingan CIP Beberapa Negara
Disagregasi Inflasi
Inflasi inti mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan
III 2010. Peningkatan inflasi kelompok inti dipengaruhi oleh
������
berbagai faktor, salah satunya ialah sebagai dampak tingginya
��
��� inflasi kelompok volatile food yang berperan sebagai bahan input
����������������
��
������������� pada komoditas makanan olahan. Faktor lain ialah kenaikan
������������������
biaya pendidikan, dan tarif angkutan udara, yang terjadi sejalan
�� ����� dengan pola musimannya yaitu dimulainya tahun ajaran baru, serta
���� perayaan hari raya Idul Fitri. Selain itu, kenaikan harga emas dunia
� ����
����
pada akhir periode laporan turut memberi tekanan kenaikan harga
�� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � emas perhiasan domestik. Tidak hanya komoditas emas, harga
���� ���� ���� ���� komoditas pangan global yang meningkat tinggi juga menjadi faktor
��
pendorong meningkatnya beberapa harga komoditas inti terkait,
Grafik 3.7
seperti terigu. Namun, terus berlangsungnya penguatan nilai tukar
Perkembangan Inflasi
rupiah selama periode laporan mampu meredam peningkatan inflasi
inti lebih lanjut (Grafik 3.9 dan 3.10). Berbagai perkembangan
20
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
tersebut menyebabkan inflasi inti pada triwulan III 2010, baik secara
����
triwulanan maupun tahunan, mencatat peningkatan yaitu sebesar
������������ ���� ���������������
�������������
1,60% (qtq) dan 4,02% (yoy) dari 0,68% (qtq) dan 3,97% (yoy)
����
���������� ����
pada triwulan sebelumnya.
����
��������� ����
�������
���� Perkembangan ekspektasi mulai menunjukkan peningkatan.
����
���������
���� Peningkatan ekspektasi inflasi terutama terjadi pada ekspektasi
����
������������ ���� inflasi jangka pendek. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei
��������� ����
����� ���� Consensus Forecast (CF) pada bulan September 2010 yang
�������
�
���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
menunjukkan terjadinya peningkatan ekspektasi inflasi untuk tahun
2010 dan 2011 (Grafik 3.11). Survei lainnya yaitu Survei Konsumen
Grafik 3.8 juga menunjukkan ekspektasi konsumen yang meningkat (Grafik
Inflasi per Kelompok 3.12).
��
� ������ inflasi relatif minimal. Peningkatan permintaan terindikasi dari indeks
��� penjualan ritel yang berada dalam tren meningkat sebagaimana
��
�������������������������� ��� terlihat dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang menunjukkan
��
��� pertumbuhan yang tetap positif sejak triwulan III 2009 hingga periode
����������������������������������
��
��� laporan (Grafik 3.13). Sementara itu, indikator sisi penawaran yang
�
���
terlihat dari indeks produksi sektor pengolahan masih menunjukkan
� ����
peningkatan. Kondisi itu sejalan dengan kapasitas produksi terpakai
������������������������������� di sektor industri pengolahan yang juga berada pada tren yang
�� ����
� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � �� � �� �
���� ���� ���� ���� ���� ����
meningkat (Grafik 3.14).
Grafik 3.9 Pada awal triwulan III 2010, kelompok volatile food menjadi
Inflasi Mitra Dagang dan Nilai Tukar sumber tekanan kenaikan harga. Kondisi anomali cuaca yang
berdampak pada penurunan produksi dan distribusi beragam
komoditas pangan, terutama komoditas aneka bumbu dan sayur,
memberikan tekanan kenaikan harga yang signifikan. Selain itu,
��
������ ������
��
perayaan hari raya keagamaan, di tengah kondisi pasokan yang
����������������������� terbatas tersebut, turut mengakselerasi kenaikan harga. Namun,
�� �� seiring dengan berlangsungnya panen pada komoditas aneka
������������
bumbu pada akhir periode laporan, inflasi volatile food berangsur
�� ��
menunjukkan penurunan. Dengan perkembangan itu, secara
� ��
triwulanan dan tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat
��������������������� meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni
� � menjadi 6,22% (qtq) dan 12,41% (yoy) dari 4,64% (qtq) dan
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � �
11,51% (yoy).
�� ���
���� ���� ���� ���� ���� ����
Harga beras masih menjadi penyumbang utama inflasi volatile
Grafik 3.10
food sepanjang triwulan III 2010 terkait kendala pada sisi
Inflasi Core Tradable, inflasi inti dan IHPB Impor
produksi serta adanya aksi pedagang yang meningkatkan marjin
21
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
���
������ �
��
Di kelompok administered prices, inflasi mencatat kenaikan
��� signifikan sepanjang triwulan III 2010. Beberapa kebijakan
��� �� penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pemerintah, yaitu
��� penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli dan kenaikan biaya
��� �� jasa pengurusan STNK berdampak cukup tinggi pada inflasi
��� kelompok administered prices. Sementara itu, komoditas bahan
��� �
bakar rumah tangga (minyak tanah dan elpiji) hanya memberikan
������������������������������������������
���
������������������������������������������ sumbangan minimal pada inflasi triwulan III terkait tidak adanya
��������������������������������
��� �
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � �
���� ���� ���� ���� ���� ����
masalah kelangkaan selama program konversi berlangsung. Dengan
perkembangan tersebut, inflasi administered prices pada triwulan III
Grafik 3.12.
tercatat sebesar 3,54% (qtq), meningkat tajam dibandingkan dengan
Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)
triwulan sebelumnya 0,57% (qtq).
KEBIJAKAN MONETER
��
����������������������������������� Suku Bunga
�����������������������������������
��
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga PUAB
��
O/N pada triwulan III 2010 berlangsung baik. Sepanjang
��
triwulan III 2010, suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar
� BI Rate dengan rata-rata harian mencapai 6,17%, relatif stabil
�� dari triwulan sebelumnya sebesar 6,14% (Grafik 3.15). Khusus
��� pada bulan Agustus 2010, suku bunga PUAB O/N cenderung
��� bergerak naik sejalan dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas
�� �� ��� ���������� �� ��� ���������� �� ��� ���������� �� ��� ���������� �� ��� ��������� �� � ���
���� ���� ���� ���� ���� ���� perbankan menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu, persepsi
counterparty risk PUAB O/N selama triwulan III 2010 relatif terjaga
Grafik 3.13
sebagaimana terindikasi dari rata-rata spread suku bunga tertinggi
Pertumbuhan Penjualan Riil
dan terendah yang sebesar 33 bps, relatif stabil dibandingkan
22
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
�
dengan triwulan sebelumnya sebesar 27 bps. Selama tahun 2010,
���
�����������������������������������������������
��� persepsi counterparty risk PUAB O/N relatif stabil (27bps).
����������������������������������������������� ���
��
Sementara itu, pergerakan rata-rata suku bunga PUAB tenor yang
���
lebih panjang pada triwulan III 2010 relatif stabil. Rata-rata suku
���
���� bunga PUAB tenor yang lebih panjang bergerak pada kisaran 2-5
��
��
bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Khusus untuk suku
��
��
bunga PUAB tenor 27-30 hari dan di atas 30 hari, pergerakannya
��
relatif lebih volatile dibandingkan dengan tenor lainnya terkait
��
��
� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � tipisnya frekuensi transaksi. Dengan perkembangan tersebut,
���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
maka struktur suku bunga yang terbentuk di akhir triwulan III-2010
Grafik 3.14 cenderung membaik.1 Namun demikian, perbedaan suku bunga
Indeks dan Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan masih curam untuk tenor di atas 27 hari terkait dengan minimnya
(SP-BI) transaksi di tenor tersebut (Grafik 3.16).
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�����������
����������
�����������
�����������
����������
�����������
�����������
����������
�����������
�����������
����������
�����������
�����������
����������
����������
�����������
�����������
�����������
�����������
Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter bunga deposito masih relatif tinggi yaitu sebesar 7,38%, namun
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yakni sebesar 7,52%. Di sisi lain, rata-rata suku bunga kredit
selama triwulan III 2010 menurun sebesar 15 bps, lebih terbatas
�
���
���� dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya
������
���
������ yakni sebesar 27 bps. Penurunan suku bunga kredit terutama
������
������ terjadi pada suku bunga Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi
���
(KK). Suku bunga KI dan KK di triwulan III 2010 masing-masing
����
��� menurun sebesar 30 bps dan 16 bps menjadi 12,40% dan 14,83%.
���
Sebaliknya, suku bunga KMK meningkat sebesar 2 bps menjadi
����
13,19% (Grafik 3.17 dan Tabel 3.1).
����
���
����
����
Jika dilihat berdasarkan kelompok banknya, penurunan suku bunga
���
��� �������� ������ ��������� ���������� ��������� deposito 1 bulan terutama dilakukan oleh kelompok bank swasta
Grafik 3.16 yakni sebesar 8 bps. Sementara itu, penurunan suku bunga kredit
Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor terbesar dilakukan oleh kelompok bank persero yang tercatat
menurunkan sebesar 26 bps.
1 Tenor yang semakin panjang diikuti dengan suku bunga yang lebih tinggi
23
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 3.1
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Triwulan III-2009 Triwulan IV-2009 Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 Triwulan III-2010
Suku Bunga (%)
Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept
BI Rate 6.75 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50
Penjaminan Deposito 7.25 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
Dep 1 bulan (Weighted Average) 8.31 7.94 7.43 7.38 7.16 6.87 7.09 6.93 6.77 6.89 6.76 6.79 6.79 6.75 n.a
Base Lending Rate 13.20 13.00 13.07 12.96 12.94 12.83 12.65 12.66 12.58 12.62 12.58 12.50 12.39 12.38 n.a
Kredit Modal Kerja (KMK) 14.45 14.30 14.17 14.09 13.96 13.69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 n.a
Kredit Investasi (KI) 13.58 13.48 13.2 13.12 13.03 12.96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 n.a
Kredit Konsumsi (KK) 16.66 16.62 16.67 16.53 16.47 16.42 16.32 16.36 15.42 15.34 12.23 14.99 14.92 14.83 n.a
� �
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 16,8% (yoy).
�� ��
Sementara itu, pertumbuhan komponen lainnya yakni tabungan
��
�
������ ��� ������� dan deposito cenderung meningkat masing-masing menjadi 22,0%,
��
�
��
dan 11,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya masing-masing 18,6%
�
��
���� dan 11,7% (yoy).
�
��
Transmisi kebijakan melalui jalur kredit pada triwulan III
�� ���� �
2010 terus meningkat. Pada triwulan III (data per Agustus 2010),
� �
�
pertumbuhan kredit (dengan channeling) mencapai 19,3% (yoy),
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya
���� ���� ����
sebesar 18,0% (yoy) (Grafik 3.18). Dengan perkembangan tersebut,
Grafik 3.18 pertambahan kredit sejak awal tahun hingga pertengahan triwulan
Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate III 2010 (Agustus 2010) mencapai Rp199,8 triliun (13,6%, ytd).
Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
24
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
kredit pada periode yang sama pada tahun 2009 (3,2%, ytd)
������������������������ namun masih lebih rendah dibandingkan dengan pola pertambahan
��
��� �� ��
kredit tahun 2008 (19,2%, ytd) yang cenderung ekspansif. Indikasi
��
sementara data bulan September, pertumbuhan kredit akan terus
��
meningkat mencapai 21,3% (yoy).
��
Berdasarkan jenis penggunaannya, kontribusi kredit modal
�
�������������������������������������� kerja (KMK) terus meningkat. Sampai dengan Agustus 2010,
��� �� ��
�
����� ���� ���� ����
pertumbuhan KMK mulai menjadi penyokong utama meningkatnya
����������
��
���� ���� ����
� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � �
pertumbuhan kredit. KMK yang tumbuh mencapai 20,1% (yoy)
���� ���� ����
meningkat signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya
Grafik 3.19 yang hanya sebesar 12,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) mengalami penurunan
masing-masing menjadi sebesar 16,2% (yoy) dan 22,7% (yoy)
dari triwulan sebelumnya sebesar 25,2% (yoy) dan 25,0% (yoy)
(Grafik 3.19). Meningkatnya kontribusi KMK sekaligus memberikan
gambaran akan membaiknya kualitas kredit, setelah 14 bulan
����� �
��
sebelumnya (sejak Juni 2009), pertumbuhan kredit selalu dimotori
��
�� oleh KK.
��
�����
����
�� Berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit masih ditopang
����
�� oleh sektor lainnya. Pertumbuhan kredit sektor lainnya pada
�� triwulan III 2010 (data per Agustus 2010) mencapai 34,2% (yoy).
����
� Namun demikian, sektor strategis lainnya khususnya jasa sosial,
� perdagangan, industri pengolahan dan pertanian menunjukkan
�
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �
perkembangan yang semakin akseleratif selama triwulan laporan.
���� ���� ���� ���� ���� ����
Sementara itu, berdasarkan valutanya, kredit valas pada triwulan
Grafik 3.20 III 2010 (data per Agustus 2010) meningkat menjadi 9,3% (yoy)
Pertumbuhan Uang Beredar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,0% (yoy). Dengan
menggunakan kurs tetap (Rp9000,-), pertumbuhan kredit valas
mencapai 20,5% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya
17,6% (yoy). Akselerasi kredit valas diindikasi terkait dengan masih tingginya aktivitas
impor khususnya untuk barang modal. Sementara itu, pertumbuhan kredit rupiah sedikit
meningkat mencapai 22,1% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
21,5% (yoy).
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Grafik 3.21 sebelumnya, menjadi Rp564,5 triliun. Hal tersebut terutama akibat
IHSG dan Aktivitas Asing dari meningkatnya permintaan uang kartal masyarakat terkait pola
musiman lebaran serta menurunnya posisi giro terkait dengan lebih
lambatnya belanja Pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi juga
���������
������������������������
��������� akan bergerak ke arah yang positif. Sementara itu, perbaikan M2
����������������� ���������
��������� sejalan dengan perkembangan M1 dan uang kuasi. Di akhir triwulan
���������
���������
��������� III-2010 (data per Agustus 2010), posisi M2 meningkat sebesar Rp21,0
��������� triliun menjadi Rp2.274 triliun. Dari sisi komponen, pertumbuhan M2
��������� ���������
���������
terutama didukung oleh perkembangan deposito dan tabungan (uang
���������
��������� kuasi) di tengah pertumbuhan M1 yang juga meningkat.
���������
�������
�������
� �
� ��
����
��� �� � ��
����
��� �� � ��
����
���
Pasar Keuangan
Pasar saham selama triwulan III 2010 menunjukkan
Grafik 3.22 perkembangan yang positif. IHSG mengalami peningkatan yang
Nilai dan Volume Perdagangan IHSG signifikan terutama sejak pemulihan perekonomian global pada akhir
2008. IHSG tercatat meningkat 38% bila dibandingkan dengan awal
2010. Kenaikan indeks yang cukup tinggi tersebut membawa IHSG
mencapai level tertinggi sepanjang sejarah yaitu sebesar 3.501,3 pada
��
������� ������������������� akhir periode laporan (Grafik 3.21). Perkembangan IHSG tersebut
��
��
sejalan dengan perkembangan saham di bursa global yang hampir
�� seluruhnya juga mengalami peningkatan. Hal itu menunjukkan bahwa
�� telah terjadi perbaikan persepsi yang cukup signifikan bagi investor
�
terhadap proses pemulihan perekonomian dunia pasca terjadinya
�
krisis keuangan global di tahun 2008.
�
�
�� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���
Kenaikan IHSG yang cukup pesat tersebut lebih disebabkan oleh
���� ���� ���� ���� ���� ����
derasnya aliran masuk modal asing. Pada triwulan III 2010 investor
asing mencatat transaksi net beli rata-rata sebesar Rp 225 miliar per
Grafik 3.23 hari atau meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan
Yield SUN, dan BI Rate triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp 60 miliar per hari.
Derasnya capital inflow tersebut mengindikasikan bahwa investor
26
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
Yield SUN dan CDS Kenaikan IHSG juga diikuti oleh peningkatan perdagangan saham
secara signifikan khususnya volume perdagangan. Likuiditas pasar
saham mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan IHSG. Nilai
perdagangan harian selama triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 2,3
���
triliun atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan
���
sebelumnya sebesar Rp 2,8 triliun. Sementara itu, volume perdagangan
���
harian saham selama periode laporan mencapai 4,6 miliar saham atau
���
���
relatif stabil dari triwulan sebelumnya (Grafik 3.22).
���
Pasar SBN juga menunjukkan kinerja yang semakin membaik
���
�������������� didorong oleh prospek ekonomi dan persepsi risiko eksternal
���
���������������� yang masih positif. Rata-rata yield SUN seluruh tenor mengalami
���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi pada yield di atas
�������
10 tahun yaitu berada di atas 100 bps (Grafik 3.23). Dari sisi makro
Grafik 3.25 ekonomi, faktor dibalik penguatan kinerja SBN tersebut adalah
Yield SUN dan EMBIG nilai tukar yang relatif stabil serta prospek pertumbuhan ekonomi
yang positif. Di sisi eksternal, perbaikan kinerja SBN terkait dengan
semakin menurunnya persepsi risiko yang diindikasikan dari tren
penurunan CDS Indonesia dan yield Indo Global Bond (Grafik 3.24
���������� �
�� �� dan 3.25). Di samping itu, kinerja SBN juga ditopang oleh relatif
����������������������������������������
������������������� terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal yang masih
�
terjaga.
��
�
Seperti halnya pasar saham, peningkatan arus modal masuk
� di pasar SBN selama triwulan III 2010 semakin mendorong
��
membaiknya kinerja SBN. Perkembangan pasar SBN relatif sama
�
dengan pasar saham dimana terjadi penurunan rata-rata yield yang
�
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �
� signifikan sejak awal tahun 2009. Hal tersebut disebabkan derasnya
���� ���� ����
capital inflow yang diindikasikan dari peningkatan posisi investor
Grafik 3.26 asing pada SBN. Dalam perkembangannya, penurunan yield SBN juga
Yield SBN dan Vol Perdagangan Harian diikuti oleh membaiknya transaksi perdagangan di pasar sekunder
(Grafik 3.26).
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
� �
secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa penempatan
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �
���� ���� ���� ����
unit penyertaan reksadana belum berjalan secara optimal. (Grafik
3.27).
Grafik 3.27
Indeks Reksadana Campuran, Pendapatan Tetap dan Saham
28
Perekonomian Indonesia ke Depan
Inflasi di tahun 2010 diprakirakan masih meningkat dan berpotensi untuk sedikit
menurun di tahun 2011. Selama tahun 2010, inflasi IHK diprakirakan akan bias ke atas
dari kisaran sasaran inflasi 5±1%. Untuk tahun 2011, inflasi IHK juga diprakirakan bias
ke atas dalam kisaran 5±1% terkait dengan meningkatnya
Tabel 4.1 kegiatan ekonomi dalam negeri, meningkatnya imported
Proyeksi PDB Dunia (% yoy) inflation sehubungan dengan kenaikan harga komoditas,
Proyeksi serta ekspektasi inflasi. Dari sisi non-fundamental, kenaikan
2009
2010 2011 tekanan inflasi diprakirakan bersumber dari kenaikan beberapa
PDB Dunia -1.8 3.7 3.1 administered prices yang strategis. Sementara itu, inflasi volatile
Negara Maju food diprakirakan akan tetap tinggi walaupun tidak setinggi di
Amerika Serikat -2.6 2.7 2.4
tahun 2010.
Kawasan Euro -4.0 1.6 1.4
Jepang -5.2 3.0 1.3
Eropa Barat -4.2 1.6 1.5
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN
Negara Berkembang
Asumsi Perekonomian Internasional
Eropa Timur -5.2 3.8 3.9
Asia Pasifik 1.9 6.3 5.1
Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus berlanjut
Negara Berkembang Asia ditopang kuatnya pemulihan ekonomi negara-negara
China 9.1 9.9 9.0 berkembang. Berdasarkan Consensus Forecast, negara-negara
India 7.4 8.3 8.3
di Asia Pasifik berpotensi tumbuh 6,3% pada tahun 2010 dan
Asia Tenggara 1.4 7.6 5.3
Amerika Latin -1.7 5.1 3.9 5,1% pada tahun 2011. Pertumbuhan tersebut sangat tinggi
Sumber : Consensus Forecast, September 2010 dibandingkan tahun 2009 sebesar 1,9% (Tabel 4.1). Sementara
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
itu, ekspansi ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang diprakirakan sedikit tertahan
sebagai dampak masih tingginya angka pengangguran dan lemahnya dukungan sektor
keuangan. Sementara itu, prakiraan perekonomian kawasan Euro masih penuh dengan
ketidakpastian.
Seiring dengan masih berlanjutnya pemulihan ekonomi global, volume perdagangan dunia
diprakirakan meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Ekspansi sektor industri yang masih
berlanjut seiring dengan cepatnya pemulihan ekonomi negara kawasan Asia menyebabkan
volume perdagangan dunia diprakirakan tumbuh tinggi. Berdasarkan data CPB Netherlands
Bureau for Economic Policy Analysis, realisasi volume perdagangan dunia sampai dengan
Juli 2010 telah mencapai 18,5% (ytd).
Selanjutnya, berdasarkan Nota Keuangan RAPBN 2011, defisit fiskal ditetapkan sebesar
1,7% dari PDB. Defisit tersebut didasarkan pada upaya optimalisasi sumber-sumber
pendapatan negara, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan perpajakan
serta ditopang langkah-langkah reformasi birokrasi di bidang perpajakan. Selain kebijakan
perpajakan, pemerintah juga melakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan produksi
sumber daya alam, baik migas maupun nonmigas untuk meningkatkan Penerimaan Negara
Bukan Pajak.
Sementara itu di sisi belanja, alokasi anggaran pemerintah pusat akan diarahkan antara
lain untuk perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan, pelaksanaan reformasi
birokrasi, pembangunan infrastruktur, pengalokasian anggaran subsidi yang lebih tepat
sasaran, perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Untuk menutup defisit pada
tahun 2011, Pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dari dalam negeri dan
mengurangi sumber pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunan
rasio utang terhadap PDB secara bertahap untuk menjaga kesinambungan fiskal.
30
Perekonomian Indonesia ke Depan
tetap kuat seiring dengan proses pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan
perkembangan membaik.
Tabel 4.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
2010
Kom pone n 2009 2010* 2011*
I II III*
Konsumsi Rumah Tangga 4.9 3.9 5.0 5.4 4.9 - 5.2 5.0 - 5.5
Konsumsi Pemerintah 15.7 (-8.8) (-9.0) 13.1 4.2 - 4.5 2.3 - 2.8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3.3 7.8 8.0 9.9 9.9 - 10.2 11.7 - 12.2
Ekspor Barang dan Jasa -9.7 20.0 14.6 11.4 13.4 - 13.7 7.3 - 7.8
Impor Barang dan Jasa 15.0 22.6 17.7 15.1 17.9 - 18.2 8.8 - 9.3
31
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
kopi. Konsumsi yang masih kuat di daerah juga didukung oleh pembiayaan konsumsi dari
perbankan yang masih tumbuh di atas 17%, dan diprakirakan semakin meningkat seiring
dengan rendahnya suku bunga.
Konsumsi Pemerintah riil diprakirakan tumbuh 4,2%-4,5% pada tahun 2010 dan
melambat menjadi 2,3%-2,8% pada tahun 2011. Kinerja konsumsi pemerintah secara
riil tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah agar defisit fiskal dapat terjaga dan semakin
prudent dari tahun ke tahun. Kondisi fiskal yang prudent diharapkan mampu meningkatkan
stabilitas makroekonomi secara umum, yang akan berdampak positif bagi iklim investasi ke
depan. Kontribusi konsumsi pemerintah ke PDB terutama berasal dari belanja pemerintah
pusat khususnya berupa belanja barang dan belanja pegawai. Pada tahun 2011, gaji pokok
bagi PNS, TNI/POLRI dan pensiunan direncanakan naik rata-rata 10%. Selain itu, Pemerintah
juga berencana melanjutkan kebijakan pemberian gaji bulan ke-13.
Investasi diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010 sebesar 9,9%-10,2%, dan
terus meningkat menjadi 11,7%-12,2% pada tahun 2011. Tingginya prospek permintaan
domestik maupun eksternal serta optimisme dunia usaha akan kegiatan ekonomi ke depan
mendukung prospek investasi. Peningkatan investasi juga didukung oleh tren penurunan suku
bunga kredit investasi yang diprakirakan terus berlangsung. Proyeksi peningkatan investasi ke
depan didukung oleh beberapa hasil survey. Rencana investasi perusahaan menurut Survey
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia meningkat di semester II 2010. Mayoritas
realisasi investasi akan ditujukan untuk investasi baru dan mesin serta peralatan. Indeks
Tendensi Bisnis dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan kenaikan kondisi bisnis
di triwulan III 2010 yang disebabkan oleh meningkatnya order dari dalam dan luar negeri,
kenaikan harga jual dan kenaikan order barang input.
Prospek investasi yang membaik didukung oleh sentimen positif yang datang dari
beberapa lembaga internasional. OECD dalam laporannya tentang aturan-aturan Investasi
G-20 (Juli 2010) menyebutkan Indonesia bersama tujuh negara lainnya di G20 (Australia,
Brasil, Kanada, Cina, India, Arab Saudi dan Afrika Selatan) sebagai negara yang telah
menerapkan regulasi investasi yang menuju tren liberalisasi arus modal asing atau kejelasan
peraturan yang lebih baik. Investor Dashboard Survey oleh ING (Juli 2010) juga menyebutkan
terjadi kenaikan sentimen dari 133 pada triwulan I-2010 menjadi 140 di triwulan II-2010
yang menunjukkan terjaganya kepercayaan investor di Indonesia. Sentimen positif lainnya
berupa kenaikan ranking daya saing Indonesia dari posisi ke-54 (2009) ke posisi ke-44
(2010) menurut Global Competitiveness Index terbitan September 2010. Selain itu, United
Kingdom Trade and Investment juga menaikkan ranking Indonesia sebagai negara tujuan
investasi selain negara-negara Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) dari posisi ke-6 menjadi
posisi ke-2. Berbagai kenaikan peringkat tersebut diprakirakan berdampak positif terhadap
kegitan investasi di Indonesia ke depan.
32
Perekonomian Indonesia ke Depan
pembangunan rumah tinggal (residensial) terlihat masih tinggi di Sumatera dan Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Indikator investasi lainnya, terlihat pada peningkatan impor
barang modal, yang terjadi di wilayah Jakarta dan Sumatera. Peningkatan barang modal
Sumatera terjadi pada peralatan transportasi industri, sementara di Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara terjadi pada alat industri.
Ekspor diprakirakan tumbuh 13,4%-13,7% pada tahun 2010, dan 7,3%-7,8% pada
tahun 2011. Proses pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung akan mendorong
tingginya pertumbuhan ekspor ke depan. Kondisi tersebut tercermin dari volume perdagangan
dunia yang masih meningkat, kenaikan harga ekspor pertambangan dan indeks produksi di
beberapa negara tujuan ekspor utama yang mengalami perbaikan, seperti di India dan China.
Sementara itu, perkembangan persepsi bisnis dan keyakinan konsumen juga menunjukkan
indikasi yang positif. Tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia dan AS mulai meningkat
memasuki bulan Agustus dan September, sementara kepercayaan konsumen di Jepang
masih stabil. Pola yang sama juga tercermin pada tingkat sentimen bisnis di Indonesia dan
Eropa yang masih positif.
Tingginya ekspor ke depan akan ditopang oleh ekspor non migas maupun ekspor
migas. Menyusul perkembangan rencana investasi dan penambahan kapasitas produksi
di beberapa subsektor berorientasi ekspor, ekspor industri berpotensi meningkat. Hal itu
tercermin salah satunya dari komitmen lembaga pembiayaan ekspor untuk memberikan
dukungan pembiayaan pada sektor industri alas kaki dan tekstil produk tekstil (TPT). Fasilitas
tersebut dimanfaatkan untuk pembiayaan ekspor maupun pembiayaan investasi kedua sektor
tersebut, diantaranya untuk pembelian mesin-mesin. Sementara itu, komoditi utama ekspor
pertambangan seperti batubara juga diprakirakan membaik sejalan dengan tren membaiknya
produksi batubara dan relatif stabilnya permintaan domestik. Hal ini terkait dengan kebutuhan
batubara terutama untuk pembangkit listrik serta adanya ketentuan wajib pasok dalam negeri
(DMO) batu bara yang tetap berada di kisaran 30% dari total produksi. Ekspor migas juga
berpeluang membaik seiring dengan perbaikan produksi minyak.
Sebagai respons dari peningkatan permintaan domestik dan ekspor, pada tahun
2010 impor barang dan jasa diprakirakan tumbuh sebesar 17,9%-18,2%. Selanjutnya
pada tahun 2011, impor diprakirakan tumbuh 8,8%-9,3%. Permintaan domestik, baik
konsumsi rumah tangga maupun investasi yang terus meningkat, membutuhkan barang input
dalam proses produksinya. Barang input tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun
dari luar negeri. Barang input yang berasal dari luar negeri akan dipenuhi dalam bentuk
impor. Dengan demikian, impor diprakirakan tumbuh tinggi pada periode mendatang.
33
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Tabel 4.3
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
2010
Kom ponen 2009 2010* 2011*
I II III*
Pertanian 4.1 3.0 3.1 2.8 3.0 - 3.3 2.8 - 3.3
Pertambangan & Penggalian 4.4 3.1 3.8 3.7 3.4 - 3.7 3.2 - 3.7
Industri Pengolahan 2.1 3.7 4.3 4.4 4.1 - 4.4 4.0 - 4.5
Listrik, Gas & Air Bersih 13.8 8.2 4.8 4.8 5.5 - 5.8 7.2 - 7.7
Bangunan 7.1 7.1 7.2 7.8 7.6 - 7.9 8.4 -8.9
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.1 9.4 9.6 9.8 9.4 - 9.7 9.3 - 9.8
Pengangkutan & Komunikasi 15.5 11.9 12.6 13.7 12.6 - 12.9 12.1 - 12.6
Keuangan, Persewaan & Jasa 5.0 5.3 6.1 6.2 5.9 - 6.2 5.9 - 6.4
Jasa-jasa 6.4 4.6 5.3 5.5 5.1 - 5.4 5.0 - 5.5
PDB 4.5 5.7 6.2 6.3 6.0 - 6.3 6.0 - 6.5
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
34
Perekonomian Indonesia ke Depan
Tingkat konsumsi rumah tangga yang masih cukup tinggi dan nilai tukar yang
cenderung apresiatif sangat mendukung peningkatan kinerja sektor perdagangan,
hotel dan restoran (PHR). Tingkat konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi tersebut
didukung oleh daya beli yang memadai yang berasal baik dari peningkatan pendapatan
maupun pembiayaan melalui kredit. Sementara itu, dengan nilai tukar rupiah yang cenderung
terapresiasi sepanjang tahun 2010 serta implementasi free trade agreement, pangadaan
barang impor menjadi lebih murah dan mudah. Ke depan peluang importir mendatangkan
barang dari luar negeri semakin terbuka. Kondisi ini dimungkinkan terkait dengan kelanjutan
dari implementasi perjanjian perdagangan antara Pemerintah Indonesia dengan Jepang
(Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJEPA) yang telah dimulai sejak Juli 2008.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pada tahun 2011 seluruh agen tunggal pemegang merk
(ATPM) di Indonesia akan mendapatkan pengurangan tarif bea masuk impor dari 45%
menjadi 4% untuk seluruh mobil mewah berkapasitas mesin di atas 3.000 cc yang berasal
dari Jepang. Dengan demikian pasar otomotif ke depan akan kian marak dengan hadirnya
mobil-mobil mewah dari Jepang berkapasitas mesin yang besar.
35
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
Fenomena anomali cuaca yang terjadi sejak triwulan akhir 2009 dan sepanjang
tahun 2010 berdampak pada perlambatan pertumbuhan sektor Pertanian. Anomali
cuaca ini telah mengacaukan rencana tanam dan panen petani, yang berdampak pada
penurunan kualitas, produktivitas dan luas panen. Selain itu, Perubahan iklim yang
menyebabkan kekeringan panjang maupun banjir telah memicu meningkatnya hama dan
penyakit tanaman. Prakiraan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian karena masalah
cuaca, dikhawatirkan dapat mengancam ketahanan pangan nasional sehingga memaksa
Pemerintah untuk membuka keran impor bahan pangan. Hal itu berarti Pemerintah tidak
dapat mencapai swasembada beras di tahun 2010 yang sebelumnya telah mampu dicapai
pada tahun 2008. Anomali cuaca yang terjadi saat ini diprakirakan masih akan berlanjut di
tahun 2011. Dengan demikian pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011 belum akan
terakselerasi. Realisasi perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian yang rendah
di tahun 2010 berdampak pada kurang optimalnya persiapan menghadapi tantangan
ketidakstabilan cuaca yang diprakirakan masih menjadi ancaman di tahun 2011.
36
Perekonomian Indonesia ke Depan
Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah penumpang pesawat rute dalam negeri pada bulan
Januari hingga Juli 2010 yang mengalami peningkatan sebesar 21% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Tren peningkatan jumlah penumpang pesawat
diantisipasi oleh maskapai penerbangan dengan menambah jumlah armadanya. Tidak hanya
maskapai penerbangan yang berbenah diri, pelabuhan dan bandara juga mulai melakukan
berbagai perbaikan untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan kegiatan arus barang
dan penumpang yang meningkat.
Prospek ekonomi ke depan yang terus membaik juga akan mendorong kegiatan
ekonomi di sektor-sektor lain. Dengan kegiatan ekonomi yang meningkat berbagai
transaksi masyarakat, baik melalui bank maupun nonbank akan ikut meningkat. Kepercayaa
dunia usaha yang membaik serta kondisi usaha yang lebih kondusif mendorong sektor
keuangan meningkatkan dukungan pembiayaannya pada kegiatan masyarakat termasuk
konsumsi masyarakat seperti kredit kendaraan bermotor. Prospek ekonomi ke depan yang
membaik juga akan membuat usaha penyediaan ruang usaha, seperti ruang perkantoran
dan pusat perbelanjaan, berpeluang untuk tumbuh. Di sisi lain, untuk memperkuat fondasi
ekonomi ke depan, berbagai proyek pembangunan infrastruktur, terutama jalan, pelabuhan,
bandara dan pembangkit listrik terus diupayakan. Memasuki tahun 2011 dan tahun-tahun
berikutnya berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut akan semakin meningkat
intensitasnya. Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan meningkatkan konsumsi
dunia usaha dan masyarakat akan listrik, air dan gas. Seiring dengan semakin banyaknya
pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang akan beroperasi
pada tahun 2011 dan tahun-tahun berikut, kebutuhan energi antara lain batubara juga
akan meningkat. Sehingga kesiapan sektor pertambangan dalam hal ini yang terkait dengan
batubara semakin dituntut.
PRAKIRAAN INFLASI
Inflasi di tahun 2010 diprakirakan masih meningkat dan berpotensi untuk sedikit
menurun di tahun 2011. Selama tahun 2010, inflasi IHK diprakirakan bias ke atas dari
kisaran sasaran inflasi 5±1%. Meningkatnya tekanan inflasi pada tahun 2010 terutama
dipicu oleh tingginya inflasi volatile food akibat adanya anomali cuaca yang berkepanjangan.
Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada pertengahan
tahun sebesar rata-rata 18% juga menyumbang tekanan inflasi dari sisi inflasi administered.
Tekanan inflasi ke depan diprakirakan berasal dari peningkatan permintaan terkait Hari Raya
Natal dan berlanjutnya akselerasi permintaan domestik.
Untuk 2011, inflasi IHK diprakirakan cenderung bias ke atas dari kisaran 5±1%.
Dari sisi fundamental, tekanan inflasi inti tahun 2011 secara umum diprakirakan cenderung
meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi sejalan dengan peningkatan inflasi mitra dagang
dan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, peningkatan harga impor diprakirakan juga
akan berasal dari meningkatnya freight cost sejalan dengan prakiraan meningkatnya harga
minyak di tahun 2011. Dari sisi domestik, berlanjutnya pertumbuhan ekonomi di tahun
2011 diprakirakan juga memberikan kontribusi pada inflasi 2011, sebagaimana diindikasikan
37
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010
oleh total kapasitas utilisasi yang terlihat sedikit meningkat. Selain itu, hasil berbagai survey
menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi inflasi di tahun 2011. Meningkatnya ekspektasi
inflasi ini ditengarai terkait dengan lebih tingginya realisasi inflasi di tahun 2010 dari yang
diprakirakan sebelumnya.Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi diprakirakan
bersumber dari inflasi administered. Hal ini berkaitan dengan berbagai informasi sehubungan
dengan kebijakan pemerintah untuk memperkecil selisih antara harga jual dengan harga
keekonomian untuk LPG dan TDL. Selain itu, harga minyak yang diprakirakan lebih tinggi
dari tahun sebelumnya juga akan meningkatkan urgensi pembatasan pemakaian BBM
bersubsidi.
Sementara itu, inflasi volatile food diprakirakan cukup tinggi berkaitan dengan
prakiraan tingginya harga bahan makanan di pasaran internasional. Hal tersebut
terjadi seiring dengan peningkatan permintaan dunia di tengah adanya gangguan pasokan
dari faktor cuaca. Tekanan terhadap volatile food juga bersumber dari penerapan export ban
untuk komoditas pangan seperti gandum di beberapa negara. Selain itu, curah hujan yang
cukup tinggi (fenomena La Nina) diprakirakan berlanjut sampai dengan triwulan I 2011. Dari
sisi domestik, antisipasi terhadap adanya potensi yang dapat mengganggu pasokan beras
memerlukan penambahan cadangan beras. Selain hal tersebut, diperlukan juga opsi kebijakan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Hal itu mengingat dampak
pelaksanaan operasi pasar beras serta distribusi beras rakyat miskin untuk menstabilkan
harga beras yang dilakukan selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan.
FAKTOR RISIKO
Prospek pertumbuhan ekonomi yang diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010-
2011 masih mengandung berbagai faktor risiko. Faktor risiko tersebut dapat mendorong
pertumbuhan PDB menjadi lebih rendah atau tinggi dibanding dengan prakiraan. Faktor
risiko yang memengaruhi prakiraan PDB berasal dari masih adanya faktor ketidakpastian
pemulihan krisis di negara maju khususnya Eropa pada periode-periode mendatang.
Krisis yang berkelanjutan berpotensi mengurangi volume perdagangan dunia yang dapat
berdampak pada penurunan ekspor barang dan jasa. Faktor risiko
� � ketidakpastian volume perdagangan dunia tersebut diprakirakan
� �
masih berlanjut pada tahun 2011. Namun, potensi Indonesia untuk
mencapai investment grade pada tahun 2011 diprakirakan cukup besar.
� �
Apabila rating investment grade dapat terealisasi, maka diprakirakan
� �
aliran modal masuk dari luar akan semakin tinggi.
� �
Berdasarkan faktor-faktor di atas, prakiraan PDB ke depan
� �
beserta imbangan risikonya pada 2010 dan 2011 tergambar
� � pada fan chart PDB. Fan chart PDB juga menggambarkan tingkat
��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��
���� ���� ���� ���� ���� ketidakpastian/uncertainty prakiraan pertumbuhan ekonomi yang
Grafik 4.1 semakin tinggi pada tahun 2011 dibandingkan dengan prakiraan PDB
Fan Chart PDB 2010-2011 2010, tercermin pada kisaran grafik fan chart yang semakin melebar
dari tahun 2010 ke 2011 (Grafik 4.1).
38
Perekonomian Indonesia ke Depan
�
��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��
���� ���� ���� ���� ����
Grafik 4.2
Fan Chart Inflasi 2010-2011
39
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober 2010 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Keputusan tersebut didasarkan atas hasil
evaluasi menyeluruh terhadap kinerja dan prospek perekonomian yang secara umum
menunjukkan peningkatan. Bank Indonesia mencermati adanya tekanan inflasi ditengah
masih derasnya arus modal asing yang masuk dan kondisi ekses likuiditas yang masih
cukup besar. Untuk saat ini, Bank Indonesia memandang bahwa pengelolaan likuiditas
perekonomian merupakan hal yang lebih penting. Sementara itu, level BI Rate 6,50% masih
konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas
keuangan dan mendorong intermediasi perbankan, sehingga sisi suplai dapat merespons
akselerasi di sisi permintaan secara memadai.
Di sisi harga, laju inflasi IHK September 2010 tercatat sebesar 0,44% (mtm) atau sebesar
5,80% (yoy). Sumber utama tekanan inflasi IHK masih berasal dari faktor nonfundamental
yaitu kenaikan inflasi kelompok volatile foods terkait pola musiman hari raya. Mencermati
perkembangan tersebut, inflasi tahun 2010 secara keseluruhan diharapkan akan tetap berada
pada kisaran sasaran inflasi 5%±1%.
Stabilitas sistem perbankan hingga saat ini masih tetap terjaga disertai dengan meningkatnya
pertumbuhan kredit. Industri perbankan tetap solid sebagaimana tercermin pada tingginya
rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) dan terjaganya rasio kredit bermasalah
(NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin
membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir September 2010 mencapai
21,2% (yoy). Peningkatan kredit terutama didorong oleh membaiknya keyakinan pelaku
ekonomi terhadap prospek perekonomian.
Ke depan, Bank Indonesia mencatat adanya risiko yang dapat mendorong inflasi. Pertama,
kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat dari penawaran. Kedua, anomali
cuaca yang kemungkinan masih berlanjut dan berpotensi mengganggu kegiatan produksi
serta distribusi bahan kebutuhan pokok. Ketiga, kemungkinan adanya rencana kenaikan
administered prices. Bank Indonesia akan terus mencermati potensi tekanan inflasi tersebut
dan meningkatkan koordinasi kebijakan bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah, serta akan melakukan respons dengan bauran kebijakan yang diperlukan agar inflasi
tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011 dan
4,5%±1% pada tahun 2012. Selain itu, Bank Indonesia juga akan selalu berkoordinasi dengan
Pemerintah dalam mencermati perkembangan ekonomi global, regional, dan domestik, serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
40
Tabel Statistik Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
2005
Trw. I 5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 13,31 13,78
Trw. II 6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 13,36 13,65
Trw. III 6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 14,51 14,47
Trw. IV 9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 16,23 15,66
2006
Trw. I 10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90
Trw. II 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94
Trw. III 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66
Trw. IV 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10
2007
Trw. I 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53
Trw. II 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99
Trw. III 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45
Trw. IV 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01
2008
Trw. I 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59
Trw. II 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51
Trw. III 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32
Trw. IV 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40
2009
Trw. I 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05
Trw. II 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78
Trw. III 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20
Trw. IV 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96
2010
Trw. I 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72
Trw. II 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70
Trw. III* 6,22 n.a 6,75 6,95 6,99 7,71 8,02 13,19 12,40
* Posisi Agustus 2010, kecuali untuk kolom Suku Bunga Deposito Berjangka 3,6,12,24 bulan (data per Juli 2010)
41
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
2005
Trw. I 16.751 369.495 415.784 57.536
Trw. II 18.589 362.770 315.996 101.058
Trw. III 17.430 230.026 289.657 41.427
Trw. IV 20.316 183.663 150.534 74.632
2006
Trw. I 23.866 415.638 356.471 133.799
Trw. II 23.910 517.853 483.967 167.685
Trw. III 25.383 599.495 586.715 180.464
Trw. IV 27.706 665.673 636.381 209.756
2007
Trw. I 37.341 774.866 740.951 243.671
Trw. II 38.323 846.655 832.325 258.002
Trw. III 36.615 895.562 887.411 266.152
Trw.IV 32.061 777.247 795.475 247.926
2008
Trw. I 37.482 858.289 906.767 212.463
Trw. II 23.510 489.529 543.655 165.145
Trw. III 27.115 389.138 437.313 116.969
Trw. IV 14.029 404.071 340.913 180.128
2009
Trw. I 22.897 448.505 394.904 232.700
Trw. II 30.656 324.806 324.776 232.731
Trw. III 29.038 375.134 387.188 220.676
Trw. IV 24.566 631.235 592.048 259.864
2010
Trw. I 26,907 648,324 607,933 300,255
Trw. II 30,615 322,322 351,475 271,103
Trw. III* 19,339 61,603 97,426 235,279
42
Tabel Statistik
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah 314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 538.874 575.599 576.767
- Pertanian 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 38.196 42.464 46.010
- Pertambangan 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 18.014 21.530 21.056
- Perindustrian 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.580 100.455 93.425
- Perdagangan 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.803 90.039 118.864
- Jasa-jasa 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 97.790 97.813 78.406
- Lain-lain 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 210.490 223.297 219.006
2 Bank Umum Swasta Nasional 394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 590.026 651.331 668.126
- Pertanian 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 19.504 24.090 23.976
- Pertambangan 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.263 17.850 17.603
- Perindustrian 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 90.203 95.264 99.636
- Perdagangan 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 134.721 148.146 149.105
- Jasa-jasa 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 145.152 178.623 184.205
- Lain-lain 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 186.183 187.358 193.603
3 Bank Pemerintah Daerah 70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 123.518 131.772 133.382
- Pertanian 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.693 3.946
- Pertambangan 55 43 53 182 187 270 312 388 615 675 632 708 755
- Perindustrian 543 631 710 770 787 814 829 943 1.082 1.146 2.051 2.403 2.514
- Perdagangan 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 16.078 15.692 15.668
- Jasa-jasa 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.097 19.455 19.843
- Lain-lain 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 84.009 89.820 90.655
4 Bank Asing & Campuran 127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 181.232 199.446 195.446
- Pertanian 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 6.243 7.568 7.773
- Pertambangan 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.937 11.120 10.598
- Perindustrian 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 57.532 64.124 60.889
- Perdagangan 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 17.743 20.090 17.986
- Jasa-jasa 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 57.275 64.510 65.924
- Lain-lain 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 33.500 32.033 32.275
5 Bank Perkreditan Rakyat 20.334 20.469 21.592 23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.503 31.514 32.086
- Pertanian 1.294 1.339 1.498 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.129 2.306 2.365
- Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Perindustrian 324 333 367 391 436 426 433 456 486 505 532 546 557
- Perdagangan 7.831 7.664 7.973 8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.265 10.853 11.057
- Jasa-jasa 2.084 2.093 2.185 2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.250 3.563 3.663
- Lain-lain 8.801 9.040 9.569 10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.327 14.245 14.444
6 Sub jumlah (1 s.d. 5) 913.158 1.004.178 1.038.912 1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.463.153 1.589.662 1.605.807
- Pertanian 49.654 57.203 57.562 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 69.724 80.122 84.070
- Pertambangan 16.310 25.336 27.634 29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.846 51.209 50.012
- Perindustrian 190.242 204.141 212.000 232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.898 262.793 257.021
- Perdagangan 192.985 214.804 211.719 235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 263.611 284.820 312.680
- Jasa-jasa 188.838 210.561 221.123 249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 320.564 363.965 352.041
- Lain-lain 275.129 292.133 308.874 340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 527.510 546.754 549.983
43
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
Tagihan Tagihan
Akhir M1 Aktiva Tagihan Pada Pada
Periode Luar Bersih Lembaga Perusahaan
Uang Uang Uang Negeri Pemerintah Pemerintah Swasta dan Lainnya
Jumlah 1) Jumlah2) Kartal Giral Kuasi Bersih Pusat3) BUMN Perorangan Bersih4)
2004 1.033.877 245.946 109.028 136.918 785.261 253.260 500.318 13.908 605.927 -90.113
2005 1.202.762 271.140 123.991 147.149 929.343 301.573 495.686 17.220 733.183 -87.639
2006 1.382.493 347.013 150.654 196.359 1.032.865 401.710 507.337 27.648 821.649 -107.498
2007 1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955
2008 1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
2008
Trw. I 1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
Trw. II 1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
Trw. III 1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
Trw. IV 1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
2009
Trw. I 1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
Trw. II 1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
Trw. III 2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
Trw. IV 2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2010
Trw. I 2.111.350 494.461 205.083 289.378 1.610.640 728.656 370.908 79.813 1.399.757 -158.168
Trw. II 2.230.237 545.405 222.828 322.577 1.679.467 759.051 303.605 97.066 1.509.671 -116.119
Trw. III* 2.216.101 539.735 228.228 311.507 1.670.966 764.362 291.992 95.912 1.520.666 -116.119
44
Tabel Statistik
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
I. Uang Primer 310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 427.832
b. Uang yang diedarkan 189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 295.093
- Uang kartal di masyarakat 160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 248.858
- Kas bank umum 28.894 37.366 33.945 34.889 47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 46.235
c. Saldo Giro Positif Bank 120.740 158.452 125.705 124.811 121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 92.044
d. Giro Sektor Swasta 304 345 399 496 591 650 642 616 633 601 539 578 348
Uang Primer
a. Net International Reserve 1) 337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 517.476
b. Net Domestic Assets -27.258 22.699 -212.380 -192.491 -137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -273.814
- Tagihan Bersih pada Pemerintah 184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 56.888
- Bantuan Likuiditas 18.136 8.847 8.838 8.800 8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659
- Kredit Likuiditas 10.206 9.994 9.751 9.353 9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.890
- Tagihan Lainnya 144.739 177.105 -124.987 -120.989 -110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -72.071 -59.595 -62.302
- Operasi Pasar Terbuka -254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -272.764
- SBI (net) 2) -265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -231.583
- FASBI -4.750 -48.933 -5.737 -4.989 -1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -36.923
- Lain-Lain 3) 15.688 15.457 -899 -21.391 -34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -77.074
- Net Other Items -131.204 -130.752 -15.790 -15.761 -15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -12.691 -11.836 -12.186
* Posisi Agustus 2010
1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $
sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $
sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $
sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $
sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity)
2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah
3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
45
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
I. Transaksi Berjalan 2.152 3.431 10.492 2.742 -1.013 -967 -637 126 2.508 2.480 2.157 3.602 10.746 2.068 1.834
A. Barang bersih (Neraca
Perdagangan) 7.488 9.448 32.754 7.536 5.443 5.771 4.166 22.916 6.884 8.365 8.488 11.395 35.133 8.418 8.985
1. Ekspor f.o.b 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.768 139.606 24.179 28.130 31.273 35.899 119.480 34.993 37.802
2. Impor f.o.b -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -17.295 -19.765 -22.784 -24.504 -84.347 -26.575 -28.817
B. Jasa-jasa (bersih) -2.764 -2.922 -11.841 -3.071 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -2.743 -3.310 -3.509 -4.546 -14.108 -3.595 -3.697
C. Pendapatan (bersih) -3.811 -4.527 -15.525 -3.093 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.922 -4.642
D. Transfer Berjalan 1.240 1.432 5.104 1.371 1.356 1.331 1.305 5.364 1.109 1.201 1.248 1.303 4.861 1.168 1.188
II. Transaksi Modal dan Finansial -934 661 3.592 -529 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.593 -1.822 2.507 1.270 3.548 4.274 3.334
A. Transaksi Modal 255 122 547 17 62 187 29 294 19 29 34 14 96 18 0
B. Transaksi Finansial -1.189 539 3.045 -546 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.574 -1.851 2.474 1.255 3.453 4.256 3.334
1. Investasi Langsung 764 309 2.253 630 197 1.871 720 3.419 453 400 472 988 3.419 1.745 1.171
a. Ke Luar Negeri (bersih) -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.451 -1.047 -515 26 -5.900 -627 -1.328
b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2.191 2.667 6.928 2.360 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 962 9.318 2.372 2.499
2. Investasi Portfolio 466 -1.200 5.567 1.984 4.188 -74 -4.377 1.721 1.859 1.959 2.988 3.298 1.721 6.159 1.142
a. Aset (bersih) -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -403 -1.294 -409 -99
b. Kewajiban (bersih) 1.723 -437 9.982 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015 1.726 1.597 3.319 3.701 3.015 6.569 1.241
3. Investasi Lainnya -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -2.194 -7.309 -829 -4.144 -970 -2.896 -7.309 -3.648 1.021
a. Aset (bersih) -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -307 -2.271 -6.325 -3.729 -10.755 -4.080 1.388
b. Kewajiban (bersih) 2) -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.873 5.355 833 3.446 432 -367
III. Jumlah (I + II) 1.218 4.092 14.085 2.213 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.101 658 4.664 4.872 14.294 6.342 5.168
IV. Selisih Perhitungan -38 -572 -1.369 -1.181 233 -1.493 2.246 -195 -146 394 -1.118 -918 -1.788 279 253
V. Neraca Keseluruhan (III + IV) 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421
VI. Lalu Lintas Moneter 3) -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421
a. Perubahan Cadangan Devisa -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421
b. IMF: 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penarikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pembayaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:
Posisi Cadangan Devisa 4) 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321
Transaksi Berjalan (% PDB) 1,9 3,0 2,4 2,3 -0,8 -0,7 -0,5 0,0 2,2 1,9 1,5 2,4 2,0 1,3 1,1
Rasio Pembayaran Utang (%) 5) 15,2 21,2 19,4 16,2 17,8 15,2 24,2 18,1 23,4 24,4 19,3 23,9 22,7 21,8 22,5
a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan
Otoritas Moneter 6) 5,1 9,0 7,3 4,4 7,7 4,7 9,2 6,4 6,0 10,0 5,2 8,5 7,5 5,0 7,2
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
1) Format baru sejak publikasi Januari 2004
2) Tidak termasuk pinjaman IMF
3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi.
4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep
Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL).
5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa.
6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
46
Tabel Statistik
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
I. Bahan Makanan 4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65
A. Padi-padian. umbi-umbian dan
hasil-hasilnya 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78
B. Daging dan hasil-hasilnya 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83
C. Ikan segar 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47
D. Ikan diawetkan 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41
E. Telur. susu dan hasil-hasilnya 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71
F. Sayur-sayuran 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08
G. Kacang-kacangan 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27
H. Buah-buahan 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46
I. Bumbu-bumbuan -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06
J. Lemak dan minyak 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05
K. Bahan makanan lainnya 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96
II. Makanan jadi. Minuman. Rokok
dan Tembakau 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86
A. Makanan jadi 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92
B. Minuman yang tidak beralkohol 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91
C. Tembakau dan minuman beralkohol 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48
III. Perumahan 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11
A. Biaya tempat tinggal 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82
B. Bahan bakar. penerangan dan air 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03
C. Perlengkapan rumah tangga 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70
D. Penyelenggaraan rumah tangga 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90
IV. Sandang 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05
A. Sandang laki-laki 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78
B. Sandang wanita 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20
C. Sandang anak-anak 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64
D. Barang pribadi dan sandang lainnya 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61
V. Kesehatan 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77
A. Jasa kesehatan dan obat-obatan 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51
B. Obat-obatan 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41
C. Jasa perawatan jasmani 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07
D. Perawatan jasmani dan kosmetik 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01
VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39
A. Biaya pendidikan 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42
B. Kursus dan pelatihan 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69
C. Perlengkapan/peralatan pendidikan 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06
D. Rekreasi 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03
E. Olah raga 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53
VII. Transpor dan Komunikasi 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45
A. Transpor 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59
B. Komunikasi dan pengiriman -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10
C. Sarana dan penunjang transpor 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77
D. Jasa Keuangan 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00
U M U M 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).
* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008
47
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
1. Lhokseumawe 5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05
2. Banda Aceh 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47
3. Padang Sidempuan 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82
4. Sibolga 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67
5. Pematang Siantar 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08
6. M e d a n 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52
7. Padang 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74
8. Pekanbaru 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83
9. Batam 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76
10. Jambi 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37
11. Palembang 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50
12. Bengkulu 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88
13. Bandar Lampung 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39
14. Pangkal Pinang 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18
15. Dumai - - - 3,80 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21
16. Tanjung Pinang - - - 2,45 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66
17. Jakarta 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 - - - - 0,58 0,92 1,21 2,63
18. Tasikmalaya 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 - - - - 1,15 1,33 0,82 1,80
19. Serang - - - 2,21 4,50 - - - - -0,07 0,31 1,87 1,54
20. Tangerang - - - 3,04 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46
21. Cilegon - - - 2,11 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69
22. Bogor - - - 1,15 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74
23. Sukabumi - - - 2,80 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96
24. Bekasi - - - 1,24 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85
25. Depok - - - 2,45 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52
26. Bandung 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21
27. Cirebon 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52
28. Purwokerto 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20
29. Surakarta 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91
30. Semarang 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33
31. Tegal 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65
32. Yogyakarta 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 - - - - 0,30 1,00 1,65 2,91
33. Jember 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 - - - - 1,35 -0,02 1,99 2,35
34. Sumenep - - - 1,62 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69
35. Kediri 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23
36. Malang 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57
37. Probolinggo - - - 1,81 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46
38. Madiun - - - 4,05 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39
39. Surabaya 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93
40. Denpasar 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 - - - - 1,02 1,42 1,26 3,77
41. Mataram 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 - - - - -0,65 2,33 2,70 3,34
42. Bima - - - 4,94 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23
43. Maumere - - - 2,24 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02
44. Kupang 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 - - - - 2,39 3,25 2,24 3,08
45. Pontianak 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 - - - - -0,88 2,51 0,03 4,75
46. Singkawang - - - 2,94 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61
47. Sampit 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 - - - - 1,09 1,62 2,02 2,65
48. Palangka Raya 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 - - - - 1,66 1,32 2,21 3,64
49. Banjarmasin 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 - - - - 1,41 1,50 2,87 2,86
50. Balikpapan 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 - - - - 0,69 2,55 0,76 4,14
51. Samarinda 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 - - - - 0,29 2,07 0,74 3,28
48
Tabel Statistik
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
52. Tarakan - - - 2,48 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23
53. Manado 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81
54. P a l u 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93
55. Watampone - - - 6,26 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78
56. Makassar 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - - - - 1,00 1,01 0,62 4,09
57. Parepare - - - 2,76 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35
58. Palopo - - - 3,15 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04
59. Kendari 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77
60. Gorontalo 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63
61. Mamuju - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58
62. Ambon 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70
63. Ternate 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58
64. Manokwari - - - 5,78 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89
65. Sorong - - - 5,72 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50
66. Jayapura 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36
NASIONAL 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).
* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota,
data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008
49
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
2005
Trw.I 3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02
Trw.II 0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38
Trw.III 2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08
Trw.IV 4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15
2006
Trw.I 3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20
Trw.II 4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85
Trw.III 5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31
Trw.IV 6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56
2007
Trw.I 6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93
Trw.II 2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32
Trw.III 7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63
Trw.IV 7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50
2008
Trw.I 7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45
Trw.II 7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55
Trw.III 4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92
Trw.IV 0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 9,58 -47,22 -6,67
2009
Trw.I 2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 13,96 -31,67 1,80
Trw.II 3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 -5,30 21,28 0,99
Trw.III 5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 n.a n.a 0,79
Trw.IV 1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 n.a n.a 0,91
2009
Trw.I 2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 n.a n.a 1,17
Trw.II 2,25 0,80 0,60 0,81 6,91 n.a n.a 3,31
Trw.III 3,74 0,52 1,41 0,57 -0,99 n.a n.a 1,37
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya.
Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
50