Anda di halaman 1dari 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI

SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 30 SEMARANG


DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN MASYARAKAT BELAJAR
TAHUN AJARAN 2004/2005

SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nama : Desi Wiramurti
NIM : 2101401039
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi.

Semarang, Agustus 2005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Haryadi, M.Pd.


NIP 132050001 NIP 132058082

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Semarang.

pada hari : Rabu

tanggal : 31 Agustus 2005

Panitia Ujuan Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono, M. Hum Drs. Agus Yuwono, M.Si


NIP 131281222 NIP 132049997

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Drs. Suparyanto Drs. Haryadi, M.Pd Drs. Wagiran.M.Hum


NIP 130516901 NIP 132058082 NIP. 132050001

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2005

Desi Wiramurti

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

- Dan bersabarlan, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala

orang yang berbuat kebaikan (QS. Huud:115)

- Tanpa kesulitan dalam hidup ini seseorang tidak akan mengenal kebahagiaan

(Earlch)

Persembahan:

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah

melimpahkan doa dan kasih sayang

2. Kakak, adik, dan keponakan-

keponakanku yang telah memberikan

dukungan

3. Tri Yuarno, yang selalu setia

mendampingiku

4. Almamater UNNES tercinta, tempat

penulis menimba ilmu

v
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini,

penulis selalu mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik

moral maupun material. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

rasa hormat kepada Drs. Wagiran, M.Hum, selaku pembimbing I dan Drs.

Haryadi, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih atas bantuan

dan dukungan semua pihak selama penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan

rasa terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan izin penelitian kepada

penulis.

3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengarahan

dan izin penelitian kepada penulis.

4. Kepala SMP Negeri 30 Semarang yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis.

vi
5. Sutikno, S.Pd, guru bidang studi bahasa Indonesia kelas VIIB SMP Negeri 30

Semarang yang telah membantu dan membimbing penulis selama melakukan

penelitian.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.

7. Sahabatku: Arno (rental Si Otong), penghuni Kos Salak, dan teman-teman

angkatan 2001 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Semua pihak yyang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya para mahasiswa

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, skripsi ini juga diharapkan

bermanfaat bagi para guru dan dapat menambah khasanah ilmu bahasa.

Penulis

vii
SARI

Wiramurti, Desi. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi pada


Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang dengan Pendekatan
Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar.Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum., Pembimbing II: Drs.
Haryadi, M.Pd.

Kata Kunci: keterampilan menulis, surat resmi, pendekatan kontekstual,


komponen masyarakat belajar.

Keterampilan menulis surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30


Semarang masih rendah. Hal ini terjadi karena siswa kurang berlatih menulis surat
resmi sehingga siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis surat resmi.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana
peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30
Semarang setelah diberikan pemebelajaran kontekstual komponen masyarakat
belajar?, (2) bagaimana perubahan tingkah laku resmi siswa kelas VIIB SMP
Negeri 30 Semarang setelah diberikan pembelajaran kontekstual komponen
masyarakat belajar?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi peningkatan
keterampilan menulis surat resmi siswa setelah diberikan pembelajaran
kontekstual komponen masyarakat belajar dan untuk mendeskripsi perubahan
tingkah laku siswa kelas VIIB setelah diberikan pembelajaran kontekstual
komponen masyarakat belajar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoretis dan praktis.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap prasiklus, siklus
I, dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis surat resmi
siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang. Penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu peningkatan keterampilan menulis surat resmi dan penggunaan
pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar. Pengumpulan data pada
tahap prasiklus menggunakan teknik tes, sedangkan pada siklus I dan siklus II
menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik nontes yang digunakan adalah
observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi berupa foto.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menulis surat resmi dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen
masyarakat belajar sebesar 13%. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar
62 dan mengalami peningkatan sebesar 3% menjadi 65. Kemudian, pada siklus II
skor rata-rata kelas meningkat sebesar 10% yaitu menjadi 75. Setelah digunakan
teknik pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar terjadi perubahan
tingkah laku siswa. Siswa yang sebelumnya merasa kurang siap dan kurang aktif
dalam pembelajaran menjadi lebih siap dan lebih aktif mengikuti pembelajaran.

viii
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada guru
agar menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam
kegiatan pembelajaran menulis yang diutamakan pada menulis surat resmi dan
melatih kebiasaan siswa untuk gemar menulis. Bagi siswa disarankan untuk selalu
berlatih dan lebih aktif menulis terutama menulis surat resmi dalam kegiatan
pembelajaran. Terakhir, ditujukan bagi para peneliti agar melakukan penelitian
lanjutan pada aspek yang berbeda dan untuk menambah khasanah ilmu bahasa.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………...ii

PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………….…iii

PERNYATAAN…………………………………………………………………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………...v

PRAKATA………………………………………………………………………..vi

SARI…………………………………………………………………………….viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………....x

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………...xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xiv

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………...xvi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xviii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………….1

1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………………...5

1.3 Pembatasan Masalah…………………………………………………………..7

1.4 Rumusan Masalah……………………………………………………………..7

1.5 Tujuan Penelitian……………………………………………………………...7

1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………………….8

x
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN……………..9

2.1 Tinjauan Pustaka………………………………………………………………9

2.2 Landasan Teoretis……………………………………………………………11

2.2.1 Keterampilan Menulis…………………………………………………11

2.2.1.1 Hakikat Menulis……………………………………………….11

2.2.1.2 Tujuan Menulis………………………………………………..13

2.2.1.3 Manfaat Menulis………………………………………………14

2.2.1.4 Ragam Tulisan ………………………………………………..16

2.2.2 Surat Resmi……………………………………………………………17

2.2.2.1 Pengertian dan Fungsi Surat ………………………………….17

2.2.2.2 Jenis Surat……………………………………………………..20

2.2.2.3 Hakikat Surat Resmi…………………………………………..26

2.2.2.4 Bentuk Surat Resmi…………………………………………...26

2.2.2.5 Bagian Surat Resmi……………………………………………30

2.2.2.6 Bahasa Surat Resmi…………………………………………...37

2.2.3 Pendekatan Kontekstual……………………………………………….41

2.2.4 Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar……………..46

2.3 Kerangka Berpikir……………………………………………………………49

2.4 Hipotesis Tindakan…………………………………………………………...51

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….52

3.1 Desain Penelitian……………………………………………………………..52

3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I……………………………………………53

3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II…………………………………………...56

xi
3.2 Subjek Penelitian……………………………………………………………..58

3.3 Variabel Penelitian…………………………………………………………...58

3.4 Instrumen Penelitian………………………………………………………….59

3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………...66

3.6 Teknik Analisis Data…………………………………………………………68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………...70

4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………70

4.1.1 Pratindakan…………………………………………………………….70

4.1.2 Hasil Siklus I…………………………………………………………..78

4.1.2.1 Hasil Tes………………………………………………………78

4.1.2.2 Hasil Nontes…………………………………………………...86

4.1.3 Hasil Siklus II………………………………………………………….96

4.1.3.1 Hasil Tes………………………………………………………97

4.1.3.2 Hasil Nontes………………………………………………….105

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………115

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi…………………….116

4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa……………………………………...121

BAB V PENUTUP …………………………………………………………….123

5.1 Simpulan …………………………………………………………………...123

5.2 Saran………………………………………………………………………...124

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..125

LAMPIRAN…………………………………………………………………….127

xii
DAFTAR BAGAN

HALAMAN

Bagan 1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran

Menulis Surat Resmi dengan Pendekatan Kontekstual

Komponen Masyarakat Belajar………………………………………...51

xiii
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1 Skor Penilaian………………………………………………………...60

Tabel 2 Kriteria Penilaian Surat Resmi………………………………………. 61

Tabel 3 Penilaian Keterampilan Menulis Surat Resmi………………………..61

Tabel 4 Hasil Keterampilan Menulis Surat Resmi Pratindakan………………70

Tabel 5 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat Resmi………………………………71

Tabel 6 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat……………………………72

Tabel 7 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat………………………………..73

Tabel 8 Aspek Kejelasan Isi Surat…………………………………………….74

Tabel 9 Aspek Pilihan Kata…………………………………………………...74

Tabel 10 Aspek Ejaan dan Tanda Baca………………………………………...75

Tabel 11 Aspek Penggunaan Bahasa Baku…………………………………….76

Tabel 12 Aspek Struktur Kalimat………………………………………………77

Tabel 13 Hasil Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus I…………………...78

Tabel 14 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat Resmi………………………………79

Tabel 15 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat………………………....... 80

Tabel 16 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat………………………………..81

Tabel 17 Aspek Kejelasan Isi Surat………………………………………….…82

Tabel 18 Aspek Pilihan Kata………………………………………...................82

Tabel 19 Aspek Ejaan dan Tanda Baca………………………………………...83

Tabel 20 Aspek Penggunaan Bahasa Baku…………………………………….84

xiv
Tabel 21 Aspek Struktur Kalimat………………………………………………85

Tabel 22 Hasil Observasi siklus I………………………………………………87

Tabel 23 Hasil Penilaian Angket Siklus I………………………………....……90

Tabel 24 Hasil Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus II…………………..97

Tabel 25 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat Resmi……………………………...98

Tabel 26 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat ………………………….99

Tabel 27 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat……………………………….100

Tabel 28 Aspek Kejelasan Isi Surat……………………………………………101

Tabel 29 Aspek Pilihan Kata…………………………………………………..101

Tabel 30 Aspek Ejaan dan Tanda Baca ……………………………………….102

Tabel 31 Aspek Penggunaan Bahasa Baku……………………………………103

Tabel 32 Aspek Struktur Kalimat………………………………………...........104

Tabel 33 Hasil Observasi siklus II……………………………………………..106

Tabel 34 Hasil Penilaian Angket Siklus II…………………………………….109

Tabel 35 Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi……………………116

xv
DAFTAR GRAFIK

HALAMAN

Grafik 1 Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Pratindakan…………..77

Grafik 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus I……………….86

Grafik 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus II……………...105

xvi
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1 Kegiatan Awal Pembelajaran………………………………………..94

Gambar 2 Kegiatan Diskusi……………………………………………………..95

Gambar 3 Kegiatan Tes Menulis Surat Resmi Siklus I…………………………96

Gambar 4 Kegiatan Diskusi…………………………………………………….113

Gambar 5 Kegiatan Tes Menulis Surat Resmi Siklus II………………………..114

Gambar 6 Kegiatan Pengisian Angket dan Jurnal……………………………...114

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN
Lampiran I Rencana Pembelajaran Siklus I…………………………………127

Lampiran II Rencana Pembelajaran Siklus II………………………………..130

Lampiran III Pedoman Penilaian……………………………………………..133

Lampiran IV Contoh Surat Resmi……………………………………………138

Lampiran V Instrumen Penelitian……………………………………………140

Lampiran VI Hasil Penelitian………………………………………………...144

Lampiran VII Hasil Pekerjaan Siswa………………………………………….176

Lampiran VIII Hasil Pengisian Angket dan Jurnal………………………….….184

Lampiran IX Surat Izin dan Keterangan Penelitian..........................................192

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi antarmanusia untuk memperoleh

informasi yang penting. Penguasaan berbahasa dapat diperoleh melalui pembelajaran.

Pembelajaran bahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah, terutama

pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia harus lebih diarahkan

pada kemampuan dan keterampilan siswa untuk berkomunikasi secara lisan maupun

tulis. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa

siswa yang meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan ini saling berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan

komunikasi.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting

bagi siswa. Keterampilan menulis siswa harus terus ditingkatkan, terutama

keterampilan menulis surat resmi. Pada siswa SMP kelas VII misalnya, diharapkan

dapat menulis surat resmi dengan benar sesuai aturan yang ada dalam penulisan surat

resmi. Dalam keterampilan menulis, ketepatan pengungkapan gagasan harus

didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan (Depdiknas 2003:5).

Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama perlu mendapat

perhatian dari para guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketika dihadapkan pada

pembelajaran menulis surat resmi, siswa selalu mengalami kesulitan terutama dalam

1
2

penggunaan bahasa. Hasil tulisan siswa sebagian besar lemah dalam masalah

kebahasaan dan teknik penulisan. Selama pembelajaran menulis, siswa kurang

memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam keterampilan menulis sehingga

menyebabkan lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi disebabkan

alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah-sekolah selama ini relatif lebih kecil.

Hal ini menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang maksimal. Siswa kurang

mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran menulis. Setelah

menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan siswa belum mampu menggunakan

bahasa secara baik dan benar dalam keterampilan menulis.

Dalam pembelajaran menulis, siswa kurang memahami hakikat menulis.

Berdasar pengalaman peneliti ketika melakukan Praktik Pengalaman Lapangan

(PPL), peneliti mengetahui bahwa ketika diberikan kesempatan menulis surat resmi,

para siswa tidak mementingkan mutu tulisan. Mereka lebih mementingkan

sistematika surat resmi tanpa memperhatikan penggunaan bahasa.

Dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia

di SMP Negeri 30 Semarang, diketahui bahwa keterampilan menulis pada siswa kelas

VIIB selama ini belum maksimal. Dalam menulis surat resmi, siswa masih

mengalami kesulitan dalam penggunaan bahasa. Lemahnya keterampilan menulis

surat resmi siswa disebabkan sebagian besar siswa kurang berminat mengikuti

pelajaran bahasa Indonesia, kurangnya pemahaman siswa tentang surat resmi, dan

siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Selain faktor dari siswa, lemahnya
3

keterampilan menulis surat resmi juga dapat dipengaruhi karena faktor dari guru.

Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa dapat disebabkan karena

bimbingan dan penjelasan guru dalam proses pembelajaran sulit dipahami oleh siswa,

serta strategi yang yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang tepat.

Guru dituntut mempunyai keterampilan untuk mengelola kelas agar proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran.

Untuk mengatasi kelemahan siswa dalam menulis surat resmi, guru harus selalu

memotivasi dan memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran

bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, terutama pembelajaran surat resmi.

Agar siswa dapat menulis surat resmi dengan benar, guru harus lebih memberikan

penjelasan kepada siswa melalui contoh-contoh surat resmi dan memberikan latihan-

latihan menulis surat resmi dengan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi

pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Siswa tidak cukup diberikan penjelasan tentang teori

menulis saja, tetapi hal yang berhubungan dengan masalah kebahasaan dan teknik

penulisan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar keterampilan siswa dalam menulis surat

resmi dapat ditingkatkan.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis

siswa. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
4

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Guru bertugas sebagai

pengarah dan pembimbing agar siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak

berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Ada tujuh komponen utama

pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh

komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)

(Nurhadi dan Senduk 2003:31).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan surat resmi siswa kelas VIIB SMP

Negeri 30 Semarang. Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses

komunikasi dua arah dan dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran saling belajar. Siswa yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar

memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus meminta

informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Dalam pembelajaran tersebut,

kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan dalam kelompok kecil dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kontekstual komponen


5

masyarakat belajar ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Melalui belajar

kelompok, siswa dapat saling berbagi gagasan dan pengalaman serta bekerjasama

untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

Penggunaan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

pembelajaran menulis surat resmi dapat dijadikan sebagai strategi untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Peningkatan

Keterampilan Menulis Surat Resmi pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang

dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru selalu dihadapkan pada siswa

yang mengalami kesulitan belajar, khususnya menulis surat resmi. Keterampilan

menulis surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang masih rendah.

Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis dapat dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa.

Sebagian besar siswa beranggapan bahwa bahasa Indonesia adalah pelajaran yang

membosankan sehingga siswa kurang berminat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.

Guru harus dapat memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran

bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Kurangnya pemahaman tentang surat resmi juga menyebabakan rendahnya

keterampilan menulis siswa. Aturan-aturan yang ada dalam penulisan surat resmi,
6

terutama dalam hal kebahasaan menyebabkan siswa sulit menulis surat resmi dengan

benar. Untuk mengatasi hal ini, guru harus lebih banyak memberikan penjelasan

kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh surat resmi.

Faktor lain penyebab rendahnya keterampilan menulis surat resmi adalah

siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Mereka menganggap bahwa menulis

adalah pelajaran yang sulit. Siswa mengalami kesulitan menulis terutama dalam

pemakaian bahasa. Untuk meningkatkan keterampilan menulis, siswa harus banyak

diberi latihan dengan teknik belajar yang bervariasi.

Faktor eksternal yang berasal dari luar siswa, yaitu faktor dari guru.

Kurangnya keterampilan menulis surat resmi dapat disebabkan karena bimbingan dan

penjelasan guru dalam proses pembelajaran sulit dipahami oleh siswa. Siswa tidak

dapat menguasai seluruh materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menyelesaikan

masalah ini, guru seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa.

Teknik mengajar yang kurang tepat dalam pembelajaran juga dapat

menyebabkan lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa. Guru harus

menggunakan teknik mengajar yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran lebih

menarik. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar yang dapat mendorong

keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.


7

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang

akan menjadi bahan penelitian, yaitu keterampilan siswa dalam menulis surat resmi

masih rendah. Untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi akan digunakan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas VIIB

SMP Negeri 30 Semarang setelah diberikan pembelajaran kontekstual

komponen masyarakat belajar?

2. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa kelas VIIB SMP Negeri 30

Semarang setelah diberikan pembelajaran kontekstual komponen masyarakat

belajar?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa

kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang setelah diberikan pembelajaran

kontekstual komponen masyarakat belajar.


8

2. Untuk mendeskripsi perubahan tingkah laku siswa kelas VIIB SMP Negeri 30

Semarang dalam menulis surat resmi setelah diberikan pembelajaran

kontekstual komponen masyarakat belajar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis surat resmi kelas

VIIB SMP Negeri 30 Semarang dengan pendekatan kontesktual komponen

masyarakat belajar ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman

bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menulis surat resmi kelas VII

dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sehingga dapat

memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran menulis.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi sehingga

keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan. Sedangkan bagi

guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan metode dan

strategi guru dalam pembelajaran menulis dengan memperbaiki metode mengajar

dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.


9

BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai peningkatan keterampilan siswa dalam menulis surat

resmi sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam penulisan skripsi. Penelitian-

penelitian itu belum semuanya sempurna dan masih memerlukan penelitian lanjutan

untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian awal tersebut.

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas topik peningkatan

keterampilan menulis surat resmi yang relevan dengan penelitian ini dan dapat

dijadikan sebagai tinjauan pustaka, antara lain Mahmudah (2000), Giati (2000), dan

Haryuni (2004).

Mahmudah (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Menulis

Surat Undangan Resmi dengan Teknik Pelatihan Berjenjang pada Siswa Kelas II

SLTP N 3 Ungaran Tahun Ajaran 1999/2000 menyimpulkan bahwa pelatihan teknik

berjenjang meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat undangan resmi.

Hal tersebut terlihat pada siklus I sebagian besar siswa atau sebesar 71,74%

berkemampuan cukup, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 45,85% karena

sebanyak 27,03% siswa telah mencapai posisi berkemampuan baik. Pada siklus I

siswa berkemampuan baik hanya berjumlah 27,08%, pada siklus II menjadi 75,50%

sehingga terjadi peningkatan sebesar 47,97%. Pada siklus I belum ada siswa yang

berkemampuan baik sekali, pada siklus II dicapai oleh 4,17% siswa. Teknik

pelatihan berjenjang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat

9
10

undangan resmi karena teknik ini adalah suatu cara atau teknik pembelajaran bahasa

dengan memberikan jenis pelatihan yang teratur, bertahap, dan terkontrol.

Giati (2000) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Kemampuan

Menulis Surat Resmi dengan Pendekatan Keterampilan Proses paada Siswa Kelas II

SLTP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal menyatakan bahwa ada peningkatan

kemampuan menulis siswa kelas II SLTP Negeri 1 Talang Kabupaten Tegal.

Pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan keterampilan proses

mendukung peningkatan kemampuan menulis siswa. Hal ini terbulti pada nilai rata-

rata siswa hasil pembelajaran siklus I hanya 6,70. Pada siklus II nilai rata-rata

kemampuan menulis siswa meningkat mencapai 7,12. Dengan demikian,

kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan sebesar 0,42%. Hasil tersebut

membuktikan bahwa pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan

keterampilan proses dapat melatih keterampilan dan meningkatkan kemampuan

menulis siswa.

Dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Penguasaan EYD dalam

Surat Dinas dengan Teknik Tubian pada Siswa Kelas IE MTs Al Asror Patemon

Gunungpati, Haryuni (2004) menyimpulkan bahwa ada peningkatan penguasaan

ejaan dalam surat dinas dengan teknik tubian pada siswa kelas IE MTs Al Asror

Patemon Gunungpati. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kemampuan siswa dalam

menguasai EYD pada siklus II sebesar 75,18 lebih baik daripada nilai rata-rata pada

siklus I sebesar 62,19. Berdasarkan data yang bersifat kualitatif pada siklus I dapat
11

diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar dengan teknik tubian memberikan kesan

baru pada siswa dibanding dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peningkatan keterampilan menulis

surat resmi telah dilakukan dengan menggunakan teknik pelatihan berjenjang,

pendekatan keterampilan proses, dan teknik tubian. Penggunaan pendekatan

kontekstual komponen masyarakat belajar pada pembelajaran menulis surat resmi

belum pernah dilakukan sehingga kedudukan penelitian ini sebagai pelengkap dari

penelitian-penelitian sebelumnya.

2.2 Landasan Teoretis

Teori-teori yang digunakan dalam landasan teoretis ini mencakup

keterampilan menulis, surat resmi, pendekatan kontekstual, dan pendekatan

kontekstual masyarakat belajar.

2.2.1 Keterampilan Menulis

2.2.1.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain

(Tarigan 1986:3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur

bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan

harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.


12

Menurut Akhadiah, dkk (1988:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu

proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap,

yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan

suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,

latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi

seorang penulis. menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis,

diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut

penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam

pemilihan judul, bentuk, dan gaya.

Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang

berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan

tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat

menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah

sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus

dan teratur (Suriamiharja,dkk 1996:2).

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik

penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan

sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam

benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara

nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran.

Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling

berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir
13

yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran

merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah

proses bernalar untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan kosakata dan

kaidah kebahasaan dalam bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain secara

tidak langsung.

2.2.1.2 Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu

memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau

menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang

berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan

tujuan menulis (Tarigan 1986:23).

Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut

wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin

memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi

tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis.

Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana

persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin

meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga

pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.


14

Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang

mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary

discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan

para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami,

menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih

mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.

Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-

api disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis

bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat

memahami makna yang ada dalam tulisan.

Menurut Suriamiharja, dkk (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan

yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan

pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan

menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut

muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai

tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,

menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan

emosi yang berapi-api agar dipahami oleh orang lain.

2.2.1.3 Manfaat Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat


15

mengutarakan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut

Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para

pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis,

memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam

daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu

menambah pengalaman menulis.

Menurut pendapat Akhadiah, dkk (1988:1), banyak keuntungan yang

diperoleh dari kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis

seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat

mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk

mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalamannya.

Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai

gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta

membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

keuntungan ketiga, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai

informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat

memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang

berhubungan.

Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara

sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat

menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui

tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif.


16

Keenam, dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah

memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks

yang lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis

terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah

masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan

kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta

berbahasa secara tertib.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat

bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk

mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan.

2.2.1.4 Ragam Tulisan

Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa

klasifikasi yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26)

adalah tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk

objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan

dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat,

penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire.

Berdasarkan bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi

yang lain, yaitu eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat

klasifikasi lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri
17

secara pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan

laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian.

Keraf (1981) dalam Sutikno (2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi

empat jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah

bentuk tulisan yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu

seolah-olah berada di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah

bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah

dialami sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha

membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan

suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.

Dari beberapa klasifikasi para ahli mengenai tulisan tersebut, surat

termasuk ragam tulisan yang berbentuk subjektif dan ekspositori.

2.2.2 Surat Resmi

2.2.2.1 Pengertian dan Fungsi Surat

Surat adalah salah satu sarana komunikasi yang dapat menghubungkan

seseorang dengan orang lain, seseorang dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok, atau kelompok dengan seseorang dalam jarak yang berjauhan. Diantara

sekian banyak sarana komunikasi yang tersedia, surat memiliki beberapa faktor yang

memudahkan manusia berkomunikasi, yaitu biaya relatif rendah, dapat

berkomunikasi sesuai dengan kehendak secara lengkap, dan dapat diarsipkan sebagai

bukti (Arifin 1987:1).


18

Menurut Sudarsa, dkk (1992:3), surat adalah suatu sarana komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak

lain. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa pemberitahuan, pernyataan,

perintah, permintaan, atau laporan. Hubungan yang terjadi antara pihak-pihak itu

disebut surat-menyurat atau korespondensi.

Soedjito dan Solchan (1999:1), mendefinisikan surat resmi dari beberapa

segi. Ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan. Di

dalam paparan, pengarang mengemukakan maksud dan tujuannya dan menjelaskan

apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Demikian pula di dalam surat. Ditinjau dari

wujud peraturannya, surat adalah percakapan yang tertulis. Jadi, sejenis dengan

ragam percakapan seperti yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau

dari fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis. Surat dipandang

sebagai alat komunikasi tulis yang paling efektif, efisien, ekonomis, dan praktis.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa surat adalah

sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi dari pihak yang satu

kepada pihak yang lain.

Sebagai sarana komunikasi, sebuah surat dapat pula berfungsi sebagai

utusan organisasi atau instansi yang bersangkutan, bukti tertulis dalam berbagi

perjanjian dan kegiatan, bukti historis dalam berbagai kegiatan masa lampau, sebagai

pedoman untuk melanjutkan usaha dan hubungan kerjasama, dan alat pengingat

berbagai kegiatan masa lampau (Arifin 1987: 1).

Menurut Sudarsa, dkk (1992: 3), selain sebagai sarana komunikasi, surat

juga berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pemberitahuan, permintaan atau


19

permohonan, buah pikiran atau gagasan, alat bukti tertulis, alat untuk mengingat,

bukti historis, dan pedoman kerja.

Surat mempunyai fungsi sebagai bukti historis. Fungsi surat sebagai bukti

historis misalnya pada surat-surat yang bersejarah. Surat dapat digunakan sebagai

bukti dalam berbagai kegiatan yang terjadi pada masa lampau. Surat merupakan

bukti kuat karena informasi yang disampaikan melalui surat tidak akan berubah dari

wakru ke waktu sesuai dengan keadaan.

Fungsi surat sebagai bukti tertulis berarti surat dapat dijadikan sebagai bukti

nyata dalam suatu perjanjian atau kegiatan, misalnya berupa surat perjanjian. Dalam

suatu perjanjian, apabila terjadi perbedaan antara kedua pihak, surat tersebut dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Surat juga mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengingat, misalnya surat-

surat yang diarsipkan. Surat yang dijadikan arsip dapat digunakan sebagai alat

pengingat berbagai kegiatan masa lampau. Dengan surat-surat yang diarsipkan, hal-

hal yang telah terlupakan dapat diingat kembali sehingga dapat menyelesaikan suatu

masalah yang memerlukan bukti-bukti yang telah terlupakan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa selain sebagai

sarana komunikasi, surat juga berfungsi sebagai utusan organisasi atau instansi, bukti

tertulis, bukti historis, alat untuk menyampaikan pemberitahuan, permintaan atau

permohonan, buah pikiran atau gagasan, dan pedoman kerja.


20

2.2.2.2 Jenis Surat

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai jenis surat. Surat-

surat dapat diklasifikasi menjadi beberapa jenis berdasarkan segi-segi tertentu, yang

meliputi: (a) wujud surat, (b) si pembuat surat, (c) isi surat, (d) keamanan isi, (e)

ruang lingkup, (f) jumlah pembaca, (g) si pembuat surat.

a. Berdasarkan Wujud Surat

Berdasarkan wujud surat, sebuah surat dapat dibedakan atas kartu pos,

warkat pos, surat bersampul, dan telegram.

Kartu pos merupakan tempat menulis surat yang terbuat dari kertas karton

tipis ukuran 15X10 Cm yang disahkan pemakaiannya oleh Perum Postel. Di atas

kertas berbentuk inilah orang menulis surat. Surat yang berbentuk kartu ini disebut

pula dengan kartu pos (Arifin 1987:2). Isi berita yang ditulis pada kartu pos harus

singkat dan penulis hanya dapat menulis berita yang tidak bersifat rahasia karena

surat ini dikirim tanpa menggunakan sampul surat.

Warkat pos ialah lembaran kertas surat yang dicetak dan diedarkan oleh

Perum Postel. Pada bagian dalam kertas dapat ditulis dengan berita, sedangkan pada

bagian luar berisi blangko untuk menulis alamat surat. Warkat pos dapat digunakan

untuk menulis hal-hal yang tidak sepantasnya dibaca oleh orang lain.

Surat bersampul ialah surat yang dikirimkan dengan menggunakan sampul

surat. Surat bersampul sering dianggap lebih baik dari kartu pos dan warkat pos

karena lebih terjamin kerahasiaan isinya, dapat menuli surat lebih panjang, dan

umumnya dianggap sebagai surat yang lebih sopan dan berwibawa.


21

Telegram ialah berita yang dikirimkan dari jarak jauh dengan sarana

pesawat telegrap. Biaya pengiriman telegram dihitung berdasarkan jumlah kata yang

terdapat dalam surat. Oleh sebab itu, cara menulis berita dalam telegram harus

dibatasi dan dilakukan sesuai petunjuk.

b. Berdasarkan Si Pembuat Surat

Jenis surat berdasarkan si pembuat surat dibedakan atas surat pribadi dan

surat resmi.

Surat pribadi adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya

menyangkut kepentingan pribadi (Sudarsa, dkk 1992:3). Surat-menyurat pribadi

timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari dan terjadi dalam komunikasi antaranak

dan orang tua, antarkerabat, antarsejawat, dan antarteman. Menurut Soedjito dan

Solchan (1999:14), surat pribadi ialah surat yang berisi masalah pribadi yang

ditujukan kepada keluarga, teman, atau kenalan. Karena sifatnya akrab dan santai,

dalam surat pribadi biasa digunakan bahasa ragam akrab atau santai.

Surat resmi ialah surat yang dibuat oleh suatu badan perusahaan, organisasi,

atau instansi tertentu (Arifin 1987:6). Oleh sebab itu, surat resmi dapat berupa surat

niaga, surat sosial, dan surat dinas. Menurut Sudarsa, dkk (1992:4), surat dinas atau

surat resmi ialah segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan

kegiatan dinas instansi. Surat dinas atau resmi hanya dibuat oleh instansi pemerintah

dan dikirimkan kepada semua pihak yang memiliki hubungan dengan instansi

tersebut.
22

c. Berdasarkan Isi Surat

Berdasarkan isinya, surat dibedakan atas surat keluarga, surat setengah

resmi, surat sosial, surat niaga, surat dinas.

Surat keluarga ialah surat yang isinya membicarakan masalah keluarga,

perkenalan, atau persahabatan. Surat keluarga dapat berupa surat pada orang tua,

famili, kepada kenalan, dan sebagainya.

Surat setengah resmi ialah surat yang ditulis oleh seseorang atau perorangan

kepada suatu organisasi atau instansi teetentu. Contohnya surat lamaran kerja, surat

permohonan izin membangun, surat izin masuk kantor, surat pernyataan bersedia

memilih dan dipilih.

Surat sosial ialah surat yang dibuat oleh berbagai lembaga sosial yang

ditujukan kepada seseorang, organisasi, atau instansi tertentu. Isi surat sosial selalu

bersifat kegiatan sosial yang dikelola oleh lembaga yang bersangkutan.

Surat niaga ialah surat yang ditulis oleh suatu badan perusahaan

perdagangan yang isinya membicarakan masalah dagang atau perniagaan (Arifin

1987:7). Menurut Soedjito dan Solchan (1999:14), surat niaga atau dagang ialah

surat yang berisi masalah perniagaan atau perdagangan. Surat niaga dibuat oleh suatu

perusahaan yang ditujukan kepada semua pihak.

Surat dinas ialah surat yang isinya meliputi masalah dinas yang

menyangkut administrasi pemerintah (Arifin 1987:7). Menurut Sudarsa, dkk

(1992:4), surat dinas atau surat resmi ialah segala komunikasi tertulis yang

menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas instansi. Surat dinas hanya dibuat
23

oleh instansi pemerintah dan dapat dikirimkan kepada semua pihak yang

berhubungan dengan instansi tersebut.

d. Berdasarkan Keamanan Isi

Surat dapat pula dibedakan berdasarkan keamanan isinya meliputi surat

sangat rahasia, rahasia, konfidensial, dan surat biasa.

Surat sangat rahasia ialah surat yang berisi dokumen penting yang

berhubungan dengan rahasia atau keamanan negara. Surat tersebut ditandai dengan

kode SR atau SRHS ( sangat rahasia). Surat sangat rahasia tidak boleh diterima oleh

orang yang tidak berhak menerimanya sebab hal itu dapat membahayakan keamanan

negara. Contohnya adalah dokumen dari Departemen Penerangan, dokumen dari

negara tetangga, dan dokumen di kalangan kemiliteran. Surat sangat rahasia dikirim

dengan sampul rangkap tiga. Sampul pertama dan kedua ditulis dengan alamat

lengkap dengan kode SR atau SRHS, sampul ketiga ditulis dengan alamat seperti

surat biasa.

Surat rahasia ialah surat yang berisi dokumen penting yang hanya boleh

diketahui oleh pejabat yang berhak menerimanya. Isinya tidak boleh diketahui oleh

pihak lain sebab hal itu dapat merugikan instansi, organisasi, atau pejabat yang

bersangkutan. Surat rahasia dikirim dengan menggunakan sampul rangkap dua.

Sampul pertama (di dalam) dilengkapi dengan kode R atau RHS, sedangkan sampul

ke dua (di luar) ditulis dengan alamat seperti surat biasa.

Surat konfidensial adalah surat yang isinya hanya diketahui oleh beberapa

pejabat tertentu. Surat tersebut harus dibahas dan dipertimbangkan sebelum


24

diinformasikan pada pihak-pihak yang bersangkutan. Contohnya adalah hasil rapat

pimpinan terbatas, usul pengangkatan pegawai baru, dan laporan perjalanan.

Surat biasa ialah surat yang berisi masalah biasa dan bukan rahasia. Apabila

surat tersebut diketahui oleh orang lain tidak merugikan lembaga atau pejabat yang

bersangkutan. Contoh surat biasa adalah surat edaran, surat undangan, surat ucapan

terima kasih, pengumuman, dan pemberitahuan.

e. Berdasarkan Ruang Lingkup Pemakainya

Berdasarkan ruang lingkup pemakaiannya, sebuah surat dapat pula

dibedakan atas memorandum, nota, dan surat biasa.

Memorandum atau memo ialah surat yang berisi catatan singkat tentang

pokok-pokok persoalan. Memo dibuat oleh pihak atasan pada bawahan, atau

sebaliknya. Memo hanya digunakan dalam ruang lingkup terbatas, yaitu berlaku

untuk intern kantor atau instansi yang bersangkutan saja.

Nota ialah sejenis memorandum yang hanya dibuat oleh pihak atasan

kepada pihak bawahan untuk meminta data, informasi, memberi petunjuk, dan lain-

lain. Pada dasarnya isi nota sama dengan isi surat dinas, tetapi lebih ringkas dan

jelas.

Surat biasa ialah surat yang dapat dikirimkan kepada orang lain, baik di

dalam maupun di luar kantor atau instansi yang bersangkutan. Apabila memo dan

nota hanya dipakai untuk intern kantor atau instansi yang bersangkutan saja, surat

biasa ialah surat yang dapat dikirimkan kepada orang lain, baik di dalam maupun di

luar kantor atau instansi yang bersangkutan.


25

f. Berdasarkan Jumlah Pembaca

Berdasarkan jumlah pembaca, surat dapat dibedakan atas pengumuman,

surat edaran, dan surat biasa.

Pengumuman ialah surat yang ditujukan kepada pejabat, para karyawan,

dan masyarakat umum. Pengumuman dapat dilakukan untuk ruang lingkup terbatas

atau yang lebih luas. Misalnya untuk intern suatu instansi, antarinstansi, atau pada

masyarakat luas. Pengumuman dapat disebarluaskan dengan beberapa cara, yaitu

dengan mengedarkan sebagai surat edaran, memasang di papan-papan pengumuman,

dan memasangnya di koran atau majalah sebagai iklan.

Surat edaran ialah surat yang dikirim kepada beberapa orang, baik di dalam

maupun di luar kantor atau instansi yang bersangkutan. Isi surat ini adakalanya hanya

untuk diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, dan adakalanya disebarkan kepada

lingkup yang lebih luas. Surat edaran sering juga disebut sirkuler.

Surat biasa ialah surat yang khusus ditujukan kepada seseorang, pejabat,

atau instansi tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan surat biasa ialah surat

yang khusus dikirimkan kepada seseorang pada alamat tetentu untuk dibacanya

sendiri.

Dari beberapa jenis surat di atas, dapat disimpulkan bahwa surat resmi atau

surat dinas merupakan jenis surat yang didasarkan pada si pembuat surat dan isi

surat.
26

2.2.2.3 Hakikat Surat Resmi

Surat resmi ialah surat yang dibuat oleh suatu badan usaha, organisasi atau

instansi tertentu (Arifin 1987:6). Sedangkan menurut Sudarsa, dkk (1992:4), surat

dinas atau surat resmi ialah segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan

tugas dan kegiatan dinas instansi. Surat dinas merupakan salah satu alat komunikasi

kedinasan yang sangat penting dalam pengelolaan administrasi, seperti penyampaian

berita tertulis yang berisi pemberitahuan, penjelasan, permintaan, pernyataan

pendapat dari instansi kepada instansi yang lain dan dari instansi kepada perseorang

atau sebaliknya.

Menurut Soedjito dan Solchan (1999:14), surat dinas atau resmi ialah surat

yang berisi masalah kedinasan atau administrasi pemerintah. Surat dinas atau resmi

hanya dibuat oleh instansi pemerintah dan dapt dikirimkan kepada semua pihak yang

memiliki hubungan dengan instansi tersebut.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa surat resmi

adalah bentuk komunikasi tulis dari satu pihak kepada pihak lain yang berisi masalah

kedinasan atau administrasi.

2.2.2.4 Bentuk Surat Resmi

Bentuk surat ialah pola surat menurut susunan letak bagian-bagian surat

(Sudarsa 1992:4). Setiap bagian surat itu sangat penting peranannya sebagai

identifikasi atau petunjuk pengelolaan surat. Menurut Soedjito dan Solchan

(1999:17), yang dimaksud dengan bentuk surat ialah susunan letak bagian-bagian
27

surat. Variasi susunan bagian-bagiannya menyebabkan timbulnya bermacam-macam

bentuk surat.

Dalam surat-menyurat resmi, ada enam bentuk surat yang umum digunakan

oleh instansi di Indonesia, yaitu bentuk lurus penuh (full block style), bentuk lurus

(full block), bentuk setengah lurus (semiblock style), bentuk lekuk (indented style),

bentuk resmi Indonesia lama, dan bentuk resmi Indonesia baru.

Surat resmi bentuk lurus penuh memiliki format yang sepenuhnya rata

(Kustiawan 2003:39). Sedangkan keterangan tanggal, alamat tujuan, pembuka, alinea

pada masing-masing paragraf, salam penutup, tanda tangan, dan nama jelas pengirim

lurus penuh di sebelah kiri.

Bentuk lurus penuh merupakan bentuk surat yang praktis, lebih mudah, dan

cepat. Pengetikannya mudah sebab semua bagian surat diketik mulai dari margin kiri

yang sama dan tidak perlu menggeser letaknya. Akan tetapi, bentuk lurus penuh itu

memiliki kelemahan. Jika surat itu panjang, diperlukan lebih dari satu lembar surat.

Hal itu dapat mengurangi efisiensi kerja.

Bentuk lurus pada dasarnya sama dengan bentuk lurus penuh.

Perbedaannya ialah dalam surat lurus tanggal surat, salam penutup, dan nama terang

ditulis di sebelah kanan surat. Bentuk lurus memiliki kepraktisan dan lebih rapi

dibandingkan dengan bentuk lurus penuh. Surat yang diketik dengan bentuk lurus

memiliki komposisi yang merata, baik bagian kiri maupun kanan. Selain itu, surat

yang memerlukan dua lembar kertas dapat dihemat dengan menggunakan bentuk

lurus.
28

Bentuk setengah lurus pada dasarnya hampir sama dengan bentuk lurus.

Perbedaannya terletak pada pengetikan tiap paragraf. Setiap paragraf diketik agak

menjorok ke dalam, yaitu sesudah lima ketukan dari margin kiri. Antara paragraf

satu dengan yang lain tidak perlu berjarak. Bentuk setengah lurus ini sering

digunakan dalam penulisan surat resmi oleh instansi pemerintah.

Surat resmi bentuk lekuk pada umumnya lebih banyak digunakan dalam

keperluan kedinasan. Sebenarnya bentuk lekuk merupakan format lama. Namun, di

Indonesia lebih banyak menggunakan bentuk lekuk dalam penulisan surat

resmi.Posisi penulisan tanggal pada surat jenis ini adalah di pojok kanan atas,

kemudian perihal surat dan lampiran ditulis agak ke bawah di sebelah kanan. Alamat

tujuan ditulis di sebelah kanan lebih ke bawah sedikit dan lurus di bawah posisi

tanggal.

Bentuk resmi Indonesia lama mirip dengan bentuk setengah lurus, hanya

berbeda dalam pengetikan alamat surat. Alamat surat diketik di sebelah kanan di

bawah tanggal surat. Jika alamat pada bentuk setengah lurus digeser ke sebelah

kanan, berubah bentuk menjadi bentuk resmi Indonesia lama. Bentuk ini paling

banyak digunakan dalam surat menyurat bahasa Indonesia. Menurut bentuk ini, nama

tempat dan tanggal surat harus ditulis secara bersamaan pada satu tempat. Alamat

surat ditulis di sebelah kanan. Nama terang selalu ditulis diantara dua tanda kurung.

Kurang cermat dengan pemakaian huruf, tanda baca, dan ejaan, serta kurang

konsisten dalam sistem penulisan.

Bentuk resmi Indonesia baru pada hakikatnya ada karena pengetahuan dan

kesadaran berbahasa masyarakat bertambah tinggi. Bentuk resmi Indonesia baru


29

merupakan variasi bentuk setengah lurus atau bentuk resmi Indonesia. Perbedaannya

dengan bentuk setengah lurus terletak pada penulisan salam penutup. Salam penutup

pada bentuk setengah lurus ditulis dengan diawali nama jabatan, tanda tangan, nama

terang, dan nomor induk pegawai. Sedangkan pada bentuk resmi Indonesia baru

diawali dengan salam, tanda tangan, dan nama jabatan.

Perbedaan bentuk resmi Indonesia baru dengan bentuk resmi Indonesia

lama terletak pada penulisan nama tempat, tanggal, alamat, dan salam penutup. Pada

bentuk resmi Indonesia lama, tanggal surat didahului oleh nama tempat. Alamat surat

ditulis di sebelah kanan di bawah nama tempat dan tanggal, jabatan pengirim ditulis

di atas tanda tangan dan nama terang diapit oleh tanda kurung.

Pada bentuk resmi Indonesia baru, nama tempat tidak ditulis karena sudah

tertera pada kepala surat. Alamat ditulis di sebelah kiri agar dapat ditulis lengkap

tanpa penanggalan karena tempat cukup luas, dan jabatan pengirim ditulis di bawah

tanda tangan dan nama terang tidak diapit oleh tanda kurung.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa surat resmi mempunyai

berbagai bentuk. Dalam pemakaian bentuk tersebut telah terjadi berbagai variasi

yang menyebabkan timbulnya berbagai bentuk surat. Bentuk surat sangat penting

dalam penulisan surat resmi karena baik tidaknya suatu surat bergantung pada posisi

bagian-bagian surat.

Penggunaan bentuk surat pada satu instansi berbeda dengan instansi yang

lain. Perbedaan tersebut disebabkan belum adanya pedoman yang baku mengenai

bentuk surat resmi. Dalam menulis surat resmi hendaknya dipilih bentuk yang tepat

untuk memperoleh efisiensi kerja yang maksimal.


30

2.2.2.5 Bagian Surat Resmi

Setiap surat terdiri atas beberapa bagian surat. Tiap bagian itu mempunyai

peranan tertentu yang perlu diketahui oleh si pembuat surat. Bagian surat resmi

terdiri atas (1) kepala surat, (2) tanggal, (3) nomor, lampiran, dan hal atau perihal, (4)

alamat tujuan, (5) salam pembuka, (6) isi surat, (7) salam penutup, (8) pengirim

surat, (9) tembusan, dan (10) inisial.

1. Kepala Surat

Kepala surat sering disebut kop surat. Kepala surat ialah bagian paling atas

dari sebuah surat yang sengaja dicetak untuk memberikan informasi mengenai status

dan alamat dari suatu organisasi atau instansi yang bersangkutan (Arifin 1987:17).

Tujuan penulisan kepala surat untuk memberi informasi mengenai identitas

perusahaan, misalnya nama perusahaan dan alamatnya.Kepala surat yang lengkap

terdiri atas nama instansi, alamat lengkap, nomor relepon, nomor kotak pos, alamat

kawat, dan lambang atau logo.

Nama instansi ditulis dengan huruf kapital. Kepala surat dapat pula

seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Alamat instansi, termasuk di dalamnya

telepon, kotak pos, dan alamat kawat (jika ada) ditulis dengan huruf awal huruf

kapital, kecuali kata tugas.

Contoh penulisan kepala surat.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun
Jakarta 13220
Kotak Pos 2625 Telepon 4896558, 4894564, 4894584
31

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MALANG
Logo (INSTUTUTE OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION)
Jalan Surabaya 6, Malang 65114, Telepon: 034151312, 51921

2. Tanggal

Setiap surat yang dikirimkan secara resmi kepada siapa pun hendaklah

mencantumkan tanggal ketika surat itu dibuat. Tanggal surat ditulis secara lengkap,

yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf, dan tahun ditulis

dengan angka. Sebelum tanggal tidak dicantumkan nama kota karena nama kota

sudah tercantum pada kepala surat. Setelah angka tahun tidak diikuti tanda baca apa

pun.

Contoh penulisan tanggal surat.

KEPALA SURAT

22 Maret 2005

3. Nomor, Lampiran, dan Hal

Kata nomor, lampiran, dan hal ditulis dengan diawali huruf kapital dan

diikuti oleh tanda titik dua yang ditulis secara estetik ke bawah sesuai dengan

panjang pendeknya ketiga kata itu.

Penulisan kata nomor dan lampiran yang dapat disingkat menjadi No. dan

Lamp., harus taat azaz. Jika kata nomor ditulis lengkap, kata lampiran pun ditulis

lengkap. Jika kata nomor disingkat menjadi No., kata lampiran disingkat menjadi

Lamp.
32

Kata nomor diikuti oleh nomor berdasarkan nomor urut surat dengan kode

yang berlaku pada instansi pengiriman surat. Penulisan nomor dan kode surat tidak

harus dibatasi garis miring, tetapi dapat pula dibatasi titik atau tanda hubung. Isi kode

surat tidak harus dengan huruf, tetapi dapat pula dengan angka.

Contoh:

Nomor : 110/U/PPHPBI/1990

No. : 110/U/PPHBI/1990

Nomor : 10.10.3.03.90 atau

Nomor : 10-10-3-03-90

Kata lampiran ditulis di bawah nomor jika ada yang dilampirkan pada surat.

Kata lampiran atau lamp. diikuti tanda titik disertai jumlah barang yang dilampirkan.

Jumlah barang ditulis dengan huruf dan pada awal kata yang menyatakan jumlah

ditulis dengan huruf kapital.

Contoh:

Lampiran : Satu kertas

Lamp. : Satu kertas

Kata hal diikuti dengan tanda titik dua disertai pokok surat yang diawali

dengan huruf kapital tanpa diberi garis bawah dan tidak diakhiri tanda baca titik atau

yang lain.

Contoh:

Hal : Permohonan tenaga pengajar

Hal : Permintaan soal ujian


33

4. Alamat Surat

Dalam penulisan alamat surat terdapat dua macam bentuk. Bentuk yang

pertama adalah alamat yang ditulis di sebelah kanan atas di bawah tanggal surat dan

bentuk yang kedua adalah alamat yang ditulis di sebelah kiri atas di bawah bagian

hal atau sebelum selain pembuka.

Penulisan alamat surat di sebelah kiri atas lebih menguntungkan daripada di

sebelah kanan atas karena adanya kemungkinan pemenggalan tidak ada sehingga

alamat yang panjang pun dapat dituliskan.

Contoh penulisan alamat surat.

Yth. Bapak Sukoco


Kepala Biro Tata Usaha
Departemen A
Jalan Sarlitan Raya 17
Jakarta
5. Salam Pembuka

Salam pembuka merupakan tanda hormat pengirim surat. Sebelum

mengungkapkan isi dalam surat. Salam pembuka ditulis di sebelah kiri di bawah

alamat surat, di atas kalimat pembuka isi surat. Salam pembuka yang lazim

digunakan adalah sebagai berikut.

Dengan hormat,

Salam sejahtera,

Saudara …,

Saudara … yang terhormat,

Ibu … yang terhormat,


34

Selain itu terdapat salam pembuka yang bersifat khusus, seperti:

Assalamualaikum W.W.,

Salam Pramuka,

Merdeka,

6. Isi Surat

Isi surat ialah bagian surat yang memuat sesuatu yang disampaikan,

diberitahukan, ditanyakan, atau diminta kepada pihak lain sebagai orang yang akan

menerima atau menanggapi surat tersebut (Arifin 1987:33). Isi surat terbagi atas tiga

bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup. Paragraf

pembuka ialah bagian surat yang berfungsi sebagai pengantar untuk membicarakan

masalah pokok yang akan dibicarakan dalam isi surat. Paragraf pembuka berisi

pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan.

Contoh:

- Kami ingin memberitahukan kepada Saudara bahwa …

- Surat Anda telah kami terima. Sehubungan dengan itu, kami ingin

memberitahukan hal berikut.

Paragraf isi ialah bagian surat yang memuat sesuatu yang disampaikan,

diberitahukan, ditanyakan, atau diminta kepada pihak lain sebagai orang yang akan

menerima atau menanggapi surat tersebut. Isi surat sebaiknya singkat, jelas, dan

sopan.

Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat (Sudarsa, dkk

1992:19). Paragraf penutup dapat mengandung harapan penulis surat atau berisi
35

ucapan terima kasih kepada penerima surat. Dengan adanya paragraf penutup berarti

pembicaraan telah selesai.

Contoh:

- Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

- Atas perhatian dan kerja sama Saudara yang baik selama ini, kami

ucapkan terima kasih.

- Mudah-mudahan jawaban kami dapat memuaskan Saudara.

7. Salam Penutup

Berbeda dengan salam pembuka, salam penutup disampaikan sesudah suatu

masalah selesai disampaikan. Salam penutup yang lazim digunakan adalah ungkapan

hormat kami, hormat saya, salam takzim, dan wasalam dengan ketentuan sebagai

berikut.

Huruf pertama kata hormat, salam, dan wasalam ditulis dengan huruf

kapital. Pada akhir salam penutup dibubuhkan tanda koma, bukan tanda titik atau

tanda baca lain atau tanda apa-apa.

Contoh:

Hormat saya,

Salam takzim,

Wasalam,

8. Nama Pengirim

Nama pengirim surat ditulis di bawah tanda tangan. Tanda tangan

diperlukan sebagai keabsahan surat dinas atau resmi. Penulisan nama tidak perlu

menggunakan huruf kapital seluruhnya, tetapi menggunakan huruf awal huruf kapital
36

pada setiap unsur nama. Nama tidak perlu ditulis di dalam tanda kurung, tidak perlu

bergaris bawah, dan tidak perlu diakhiri dengan tanda titik. Nama jabatan dapat

dicantumkan di bawah nama pengirim.

Contoh:

1. Drs. Doni Susanto


Kepala

2. Kepala,

Drs. Doni Susanto


NIP 130130130

9. Tembusan
Tembusan surat ialah bagian surat yang menyatakan bahwa isi surat

tersebut perlu diketahui oleh beberapa pejabat, baik dalam instansi yang sama

maupun pada instansi yang berbeda (Arifin 1987: 40).

Kata tembusan yang ditulis dengan huruf awal huruf kapital, ditulis di

sebelah kiri bawah, lurus dengan bagian nomor dan hal, serta sejajar dengan nama

pengirim surat. Tulisan tembusan diikuti tanda titik dua, tanpa digaris bawah. Jika

pihak yang diberi tenbusan lebih dari satu, diberi nomor urut sesuai dengan jenjang

jabatan pada instansi itu. Pihak yang diberi tembusan hendaklah nama jabatan atau

nama orang, bukan nama kantor atau instansi.

Contoh:

Tembusan:

Kepala Bagian
37

Tembusan:

1. Direktur Pemilihan Bahan

2. Kepala Bagian Perlengkapan

3. Dra. Sabaindah

10. Inisial

Inisial atau sandi ialah huruf pertama dari nama pembuat konsep dan juru

ketik surat yang dipakai sebagai tanda pengenal dalam penyelesaian sebuah surat.

Inisial perlu dicantumkan sebagai kelengkapan surat, terutama surat-surat penting

yang berisi dokumen atau surat berharga lainnya karena dapat memberikan informasi

tentang kerjasama dalam mempertanggungjawabkan sebuah surat. Inisial ditulis pada

bagian paling bawah sebelah kiri di bawah tembusan (jika ada).

Contoh:

HA/ SS

HA singkatan nama pengonsep: Hidayah Asmuni

SS singkatan nama pengetik: Sandi Susatio

2.2.2.6 Bahasa Surat Resmi

Bahasa surat adalah bahasa tulis. Oleh sebab itu, sebuah surat harus

memiliki syarat-syarat bahasa tulis yang sesuai dengan tata bahasa dan disusun

dalam suatu komposisi yang baik. Menurut Sudarsa, dkk (1992:23), sesuai dengan

fungsinya, surat adalah utusan dari penulis yang berwujud tulisan. Oleh karena itu,

bahasa surat harus jelas, lugas, dan komunikatif.

Pengertian jelas adalah jelas unsur-unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan. Lugas berarti bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna
38

ganda. Komunikatif adalah menyatunya pokok pikiran pembaca dengan penulis

surat.

Bahasa yang digunakan dalam menulis surat resmi adalah bahasa yang baku

dan efektif. Menurut Soedjito dan Solchan (1999:30), bahasa baku ialah yang diakui

benar menurut kaidah yang sudah dilazimkan. Penggunaan bahasa baku dapat

menunjukkan wibawa seseorang dan dipandang sebagai lambang status sosial yamg

tinggi. Itulah sebabnya surat resmi harus menggunakan bahasa baku. Bahasa baku

dapat dilihat dari ejaan, pilihan kata, bentuk kata, dan kalimat.

Dalam menulis surat resmi masih banyak kesalahan dalam isi surat yang

berhubungan dengan penggunaan ejaan, terutama dalam pemakaian huruf dan tanda

baca. Kesalahan tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidaktahuan pihak yang

bersangkutan, tetapi sering pula disebabkan karena kebiasaan meniru cara penulisan

dalam surat-menyurat Indonesia lama.

Bentuk dan pilihan kata juga sangat penting dalam penulisan surat resmi.

Tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Banyak surat yang tidak

membawa informasi yang jelas karena pilihan dan bentuk kata yang salah. Oleh

karena itu, ketika menulis surat hendaknya memilih bentuk kata yang tepat agar

bahasa surat jelas, tegas, dan komunikatif.

Menurut Keraf (2002:87), ketepatan pilihan kata mempersoalkan

kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada

imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh

penulis atau pembicara. Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut

pula masalah makna kata dan kosakata seseorang. Beberapa butir perhatian dan
39

persoalan berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar dapat mencapai

ketepatan pilihan kata.

1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.

4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.

5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang

mengandung akhiran asing tersebut.

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.

7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata

umum dan kata khusus.

8. Menggunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal.

10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Penggunaan kalimat dalam surat resmi juga harus diperhatikan. Kalimat

dalam surat hendaknya ditulis singkat, jelas, dan tegas karena sebuah surat hanya

terdapat satu pokok pikiran. Menurut Sudarsa, dkk (1992:32), singkat berarti tidak

panjang. Jelas maksudnya terlihat adanya unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan; sedangkan tegas menunjukkan informasi yang disampaikan dapat

dipahami.

Selain bahasa baku, dalam menulis surat resmi juga harus menggunakan

bahasa efektif. Menurut Soedjito dan Solchan (1999:33), bahasa efektif ialah bahasa
40

yang secara tepat dapat mencapai sasarannya. Bahasa efektif dapat dikenali dari

pemakaian dari pemakaian bahasa yang sederhana atau wajar, ringkas, jelas, sopan,

dan menarik.

Sederhana berarti bersahaja, lugas, mudah, tidak berbelit-belit, baik dalam

pemakaian kata-kata maupun kalimat. Dalam menulis surat resmi hendaknya

menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim serta menggunakan kalimat yang

ringkas. Kalimat yang ringkas umumnya lebih tegas dan mudah dipahami. Suatu

gagasan yang sudah lazim dinyatakan dengan bentuk ringkas tidak perlu ditulis

dengan uraian yang panjang.

Selain sederhana dan ringkas, penulisan surat resmi juga harus

menggunakan bahasa yang jelas. Jelas berarti tidak samar-samar, tidak meragukan,

tidak bermakna ganda, dan tidak menimbulkan salah paham. Isi surat hendaknya juga

disampaikan dengan cara yang sopan. Sopan berarti hormat dan tertib menurut adat

yang baik. Dalam surat-menyurat resmi, bahasa sopan itu dapat dicapai dengan

menggunakan kata-kata yang sopan atau halus, menggunakan kata sapaan atau kata

ganti, dan menggunakan kata-kata resmi.

Selain sopan, sebuah surat hendaklah dibuat semenarik mungkin. Tidak

hanya mengenai bahasa yang dipakai, tetapi juga meliputi masalah bentuk, ketikan

surat, sampul surat, dan lain-lain. Surat yang menarik selalu menimbulkan simpati

dari pihak lain sebagai pembaca (Arifin 1987:66). Dalam surat-menyurat resmi,
41

untuk menarik perhatian dapat digunakan kalimat bervariasi, paragraf induktif, dan

gaya bahasa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan bahasa dalam surat resmi mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh

karena itu, dalam menulis surat resmi hendaknya menggunakan bahasa yang baik

dan benar. Bahasa yang digunakan dalam surat harus jelas, lugas, dan komunikatif.

Dalam menulis surat resmi, bahasa yang digunakan adalah bhasa yang baku dan

efektif. Bentuk, pilihan kata, dan penggunaan kalimat juga sangat penting dalam

penulisan surat resmi.

2.2.3 Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)),

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan ysng dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas 2002:1).

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi

pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis,

dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka

panjangnya.
42

Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Pendekatan kontekstual menjadi pilihan dalam kegiatan belajar mengajar

karena diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa.

Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi

sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak

mereka seniri (Nurhadi 2004:104).

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

pendekatan kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan kontekstual, yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.

Menurut Zulaeha (2003:1), pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan

terbangunnya pemahaman sendiri (siswa) secara aktif, kreatif, dan produktif dari

pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang

bermakna.

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis

kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk


43

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya adalah

suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan

mengeksplorasi gagasan-gagasan (Nurhadi dan Senduk 2003:45). Aktivitas bertanya

juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui

kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan

menumbuhkan dorongan untuk bertanya.

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Menurut Mafrukhi (2003:2), pengetahuan dan keterampilan siswa

diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Guru selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apa pun materi yang diajarkan. Siklus inquiry adalah merumuskan masalah,

observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data, dan

penyimpulan.

Konsep masyarakat belajar (learning community) menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh

dari ‘sharing’ antara teman, antarkelompok, dan antara yang tahu dengan yang

belum tahu. Di mana saja, mereka adalah anggota masyarakat belajar (Mafrukhi

2003:2). Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalan

kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang

anggotanya heterogen. Menurut Depdiknas (2002:15), masyarakat belajar bisa terjadi

apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok

atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang

yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan
44

oleh teman bicranya dan sekaligis meminta informasi yang diperlukan dari teman

bicaranya.

Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah pemodelan.

Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada

model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membhasakan gagasan yang

dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa untuk

belajar dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh guru (Nurhadi dan Senduk

2003:49). Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau model dapat didatangkan dari luar.

Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah

raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja

diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur

pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan

sebelumnya (Nurhadi dan Senduk 2003:51). Refleksi merupakan respon terhadap

kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang

bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui

konteks pembelajaran, kemudian diperluas sedikit demi sedikit.

Assessment atau penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan

berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.


45

Gambaran itu perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami proses pembelajaran yang benar (Mafrukhi 2003:3). Data yang

dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang

belajar siswa. Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang

dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat

melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan

melalui hasil. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:53), penilaian authentik menilai

pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak

hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.

Karakteristik pendekatan kontekstual, yaitu adanya kerjasama, saling

menunjang, pengalaman nyata, gembira, menyenangkan dan tidak membosankan,

belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber,

siswa aktif dan kritis, sharing dengan teman, dan guru kreatif.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis

besar, langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya!

2. Laksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan di

semua bidang studi!

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran!

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai

cara!
46

2.2.4 Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar

Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang

menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar

kelas lebih ‘hidup’ dan lebih ‘bermakna’ karena siswa ‘mengalami’ sendiri apa yang

dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan

siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan serta

keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di

sekolah maupun di luar sekolah (Nurhadi dan Senduk 2003:5).

Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk

menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Masyarakat belajar merupakan salah satu komponen pendekatan

kontekstual yang dapat dijadikan sebagai strategi pembelajaran. Konsep masyarakat

belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang

lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antarteman, antarkelompok, dan antara

yang tahu ke yang belum tahu.

Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok yang anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah,

siswa yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong

temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan

seterusnya.
47

”Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat

belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus

meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya (Depdiknas 2002:15).

Kegiatan saling belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan

dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada

pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap

pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau

keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

Pada dasarnya, learning community atau masyarakat belajar itu

mengandung pengertian sebagai berikut.

1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan

pengalaman.

2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.

3. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual.

4. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok

mempunyai tanggung jawab yang sama.

5. Melakukan upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu.

6. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar

dengan anak lainnya.

7. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling

memberi dan menerima.


48

8. Adanya fasilitator atau guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

9. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

10. Ada kemauan menerima pendapat yang lebih baik.

11. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

12. Tidak ada kebenaran yang mutlak.

13. Dominasi siswa yang pandai perlu diperhatikan agar siswa yang lambat dapat

pula berperan.

14. Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti learning

community.

Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain

bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan

pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning

community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam

pembelajaran dapat berwujud bekerja dalam pasangan, pembentukan kelompok

kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olah

ragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dan

sebagainya), bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di

atasnya, bekerja dengan sekolah di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat (Nurhadi

2003: 49).

Pembentukan kelompok kecil merupakan salah satu wujud dalam

pembelajaran dengan teknik learning community. Dalam pembentukan kelompok

kecil, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas empat

atau lima siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan
49

kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk

mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai

tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian

akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk berdiskusi mengkaji bagian

bahan tersebut. Setelah diadakan diskusi, para siswa dievaluasi secara individual

mengenai bahan yang telah dipelajari.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan menulis surat resmi kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang

masih rendah. Rendahnya keterampilan surat resmi tersebut disebabkan karena

kurangnya pemahaman siswa mengenai surat resmi dan siswa kurang berlatih

menulis surat resmi. Penjelasan dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru juga

mempengaruhi rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

Penerapan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

pembelajaran menulis surat resmi diharapkan dapat memotivasi siswa dalam

kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

menulis surat resmi. Dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan teknik

ceramah, tetapi juga dengan teknik diskusi. Melalui diskusi, siswa diarahkan untuk

lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum melakukan pembelajaran pada

siklus I, terlebih dahulu melakukan tes pratindakan untuk mengetahui pemahaman

siswa mengenai surat resmi.

Pada siklus I, peneliti memberikan contoh surat resmi kepada siswa.

Melalui diskusi, siswa diminta mengidentifikasi sistematika dan peggunaan bahasa


50

dalam contoh surat resmi tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan pemahaman

sendiri mengenai surat resmi. Kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan

pengertian dan cara penulisan surat resmi yang baik dan benar. Setelah paham

mengenai surat resmi, siswa diminta berlatih untuk menulis surat resmi dengan baik

dan benar. Peneliti menekankan kepada siswa untuk menggunakan bahasa yang

benar dalam menulis surat resmi.

Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai sesuai berdasarkan kriteria

penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan

pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi.

Apabila hasilnya rendah, akan dilakukan pembelajaran pada siklus II.

Pada siklus II, peneliti menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh

siswa pada pembelajaran siklus I. Lalu, peneliti memberikan penyelesaian terhadap

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Peneliti memberikan contoh surat

resmi agar siswa dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi.

Kemudian, siswa diminta untuk menulis surat resmi dengan benar. Hasil pekerjaan

siswa dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditentukan.

Peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis

surat resmi siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II. Apabila diperoleh hasil

yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya, maka penerapan pendekatan

kontekstual komponen masyarakat belajar dapat meningkatkan keterampilan menulis

surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang. Kerangka berpikir proses

pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar dapat digambarkan sebagai berikut.


51

Masalah Hasil

Latihan Latihan
Replan
Bertahap Bertahap
Kurang
Terampil
Terampil
Menulis
Menulis Siklus I Hasil SI Siklus II
Surat
Surat
Resmi
Resmi
Koreksi Refleksi Koreksi
Bersama Bersama

Bagan 1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis Surat Resmi


dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan digunakannya pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dan

mengubah tingkah laku siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang.


52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui

kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal

sebelum siklus I. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa.

Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Sedangkan hasil

proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan

menulis setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang

didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan sebagai berikut.

Perencanaan Perencanaan

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan


Siklus I Siklus II

Pengamatan Pengamatan

52
53

3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran menulis

surat resmi dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu sesuai dengan

tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai program

kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Selain itu, peneliti menyiapkan soal yang akan diujikan melalui lembar tes

menulis surat resmi beserta kriteria penilaiannya. Peneliti juga menyiapkan instrumen

penelitian yang berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar angket, lembar

jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. Setelah menyiapkan alat tes dan nontes,

peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

2. Tindakan

Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan

evaluasi.

a. Apersepsi

Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai

pengertian, sistematika, dan penggunaan bahasa surat resmi. Kemudian, peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.


54

b. Proses pembelajaran

Pada proses pembelajaran, siswa diminta berkelompok yang terdiri atas

empat sampai lima orang. Peneliti memberikan contoh surat resmi kepada setiap

kelompok. Siswa mengamati contoh surat resmi dan menentukan jenis surat resmi

tersebut. Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi sistematika dan

penggunaan bahasa dalam contoh surat resmi. Setelah mengidentifikasi

sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat resmi secara berkelompok, siswa

berdiskusi secara klasikal untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa

yang tepat dalam menulis surat resmi.

c. Evaluasi

Setelah siswa paham mengenai surat resmi, di akhir setiap siklus peneliti

mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis surat resmi yang

berupa surat permohonan izin secara individu. Tujuan tes ini adalah untuk

mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

3. Pengamatan

Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap

kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti

mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-

aspek yang dinilai adalah hasil tulisan siswa serta perilaku siswa selama mengikuti

kegiatan pembelajaran. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga

melakukan pemotretan selama pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa


55

aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil

pemotretan ini digunakan sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses

pembelajaran berlangsung.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan

lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa

terhadap materi, proses pembelajaran, dan teknik yang digunakan guru dalam

kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis surat

resmi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di

luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan

nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa

dalam kegiatan pembelajaran menulis surat resmi.

4. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, hasil

angket, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini

digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pembelajaran yang

digunakan oleh peneliti dan untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

siswa selama proses pembelajaran. Refleksi pada siklus I digunakan untuk mengubah

strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II.


56

3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan adalah memperbaiki dan menyempurnakan

rencana pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Dalam tahap ini, peneliti

menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan tindakan

pada siklus I. Peneliti juga menyiapkan soal tes dan kriteria penilaiannya, lembar

observasi, lembar jurnal, lembar angket, lembar wawancara, dan foto. Kemudian

peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada siklus II.

2. Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada

siklus I. Sebelum siswa menulis surat resmi, peneliti menjelaskan terlebih dahulu

kesalahan-kesalahan hasil tes siswa pada siklus I. Peneliti menanyakan kesulitan yang

dihadapi siswa dalam menulis surat resmi. Kemudian siswa diberi arahan dan

bimbingan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis surat resmi pada siklus II

menjadi lebih baik.

Dalam proses pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan pada

pembelajaran sebelumnya. Kemudian, siswa berlatih menulis surat resmi yang berupa

surat permohonan bantuan secara berkelompok dengan teman sebangku. Hasil

pekerjaan setiap kelompok ditukar dengan kelompok lain untuk dikoreksi. Siswa

mengoreksi hasil pekerjaan dan menemukan kesalahan-kesalahan yang ada dalam


57

penulisan surat resmi oleh kelompok lain. Setelah berdiskusi dengan teman sebangku,

secara klasikal siswa berdiskusi untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa

dalam surat permohonan bantuan. Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti

melakukan evaluasi dengan mengadakan tes. Secara individu, siswa diminta untuk

menulis surat resmi berupa surat permohonan bantuan dengan sistematika yang tepat

dan bahasa yang efektif.

3. Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan

terhadap siswa dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan pemotretan.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan jurnal kepada

siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti

pembelajaran. Pada siklus II ini, dilihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa dalam

mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, peneliti juga

melakukan wawancara di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang

mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.

4. Refleksi

Pada siklus II, refleksi dilakukan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan menulis surat resmi dan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti
58

kegiatan pembelajaran. Dari refleksi tersebut juga dapat diketahui keefektifan

penggunaan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

pembelajaran menulis surat resmi.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis surat resmi siswa

kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang. Siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang

berjumlah 44 siswa yang terdiri atas 21 siswa putra dan 23 siswa putri.

Penentuan siswa kelas VIIB sebagai subjek penelitian didasarkan atas

pertimbangan sebagai berikut.

1. Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan

menulis siswa kelas VIIB masih rendah.

2. Materi pembelajaran menulis surat resmi belum pernah diajarkan di kelas VII.

3. Materi pembelajaran menulis surat resmi tercantum dalam kurikulum 2004.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel sebagai berikut.

1. Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi

Peningkatan keterampilan menulis surat resmi dapat diketahui dengan

meningkatnya hasil keterampilan menulis surat resmi dan perubahan tingkah laku
59

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan

kontekstual komponen masyarakat belajar.

Target tingkat keberhasilan setiap siswa ditetapkan jika siswa mampu

menulis surat resmi dengan benar. Target keberhasilan setiap siswa pada proses

pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas tuntas 70.

2. Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar merupakan salah satu komponen pendekatan

kontekstual yang menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama

dengan orang lain. Proses pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar

dan guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar

dalam pembelajaran menulis surat resmi adalah sebagai berikut.

1. Siswa diberi contoh surat resmi.

2. Siswa diminta berkelompok dan berdiskusi untuk mengidentifikasi sistematika

dan penggunaan bahasa dalam contoh surat resmi.

3. Siswa berlatih menulis surat resmi dengan sistematika dan bahasa yang benar.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.

a. Tes

Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

menulis surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif. Tes ini
60

digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, diperlukan adanya

penilaian.

Ada delapan aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu

kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian

surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku,

dan struktur kalimat. Aspek-aspek penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 1

berikut.

Tabel 1. Skor Penilaian

Rentangan Skor
No. Aspek Penilaian Bobot Jumlah
SB B C K Skor
1. Kesesuaian bentuk surat 10
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 15
3. Penulisan bagian-bagian surat 15
4. Kejelasan isi surat 10
5. Pilihan kata 10
6. Ejaan dan tanda baca 15
7. Penggunaan bahasa baku 10
8. Struktur kalimat 15
Jumlah 100

Keterangan:

Sangat Baik (SB) : Skor 4

Baik (B) : Skor 3

Cukup (C) : Skor 2

Kurang (K) : Skor 1


61

Aspek-aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian

dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Surat Resmi

No. Aspek Penilaian Rentangan Skor Kategori

1. Kesesuaian bentuk surat


a. sesuai 8 – 10 Sangat baik
b. cukup sesuai 5–7 Baik
c. kurang sesuai 2–4 Cukup
d. tidak sesuai 0–1 Kurang
2. Kelengkapan bagian-bagian surat
a. lengkap 12 – 15 Sangat baik
b. cukup lengkap 8 – 11 Baik
c. kurang lengkap 4–7 Cukup
d. tidak lengkap 0–3 Kurang
3. Penulisan bagian-bagian surat
a. semua benar 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. salah semua 0–3 Kurang
4. Kejelasan isi surat
a. jelas 8 – 10 Sangat baik
b. cukup jelas 5–7 Baik
c. kurang jelas 2–4 Cukup
d. tidak jelas 0–1 Kurang
5. Pilihan kata
a. sesuai 8 – 10 Sangat baik
b. cukup sesuai 5–7 Baik
c. kurang sesuai 2–4 Cukup
d. tidak sesuai 0–1 Kurang
6. Ejaan dan tanda baca
a. sangat sempurna 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. semua salah 0–3 Kurang
7. Penggunaan bahasa baku
a. semua benar 8 – 10 Sangat baik
b. sedikt kesalahan 5–7 Baik
c. banyak kesalahan 2–4 Cukup
d. semua salah 0–1 Kurang
8. Struktur kalimat
a. semua benar 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. semua salah 0–3 Kurang
62

Keterangan pedoman penilaian surat resmi sebagai berikut.

1. Kesesuaian bentuk surat

a. Sesuai: bentuk surat sesuai dengan aturan

b. Cukup sesuai: bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan

c. Kurang sesuai: bentuk surat kurang sesuai dengan aturan

d. Tidak sesuai: bentuk surat tidak sesuai dengan aturan

2. Kelengkapan bagian-bagian surat

a. Lengkap: semua bagian surat resmi ditulis lengkap

b. Cukup lengkap: jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10

c. Kurang lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 10

d. Tidak lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 7

3. Penulisan bagian-bagian surat

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

d. Salah semua: semua penulisan bagian surat salah

4. Kejelasan isi surat

a. Jelas: isi surat disampaikan dengan jelas


63

b. Cukup jelas: isi surat yang disampaikan cukup jelas

c. Kurang jelas: isi surat yang disampaikan kurang jelas

d. Tidak jelas: isi surat yang disampaikan tidak jelas

5. Pilihan kata

a. Sesuai: pilihan kata sesuai dengan isi surat

b. Cukup sesuai: pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat

c. Kurang sesuai: pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat

d. Tidak sesuai: pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat

6. Ejaan dan tanda baca

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan antara 11 sampai 20

d. Semua salah: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah

7. Penggunaan bahasa baku

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

d. Semua salah: semua penggunaan bahasa baku salah

8. Struktur kalimat

a. Sangat sempurna: jumlah kesalaha antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

d. Semua kesalahan: semua struktur kalimat salah


64

Dari pedoman penilaian tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan

menulis surat resmi siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan

kurang.

Tabel 3. Penilaian Keterampilan Menulis Surat Resmi

No. Kategori Skor


1. Sangat baik 85 - 100
2. Baik 75 - 84
3. Cukup 65 - 74
4. Kurang 0 - 64

b. Nontes

Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman

wawancara, lembar angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan

keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati,

yaitu perilaku positif dan perilaku negatif siswa dalam proses pembelajaran.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan pembelajaran menulis

surat resmi. Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara, antara lain

mengenai tanggapan siswa terhadap materi pelajaran, kesulitan-kesulitan yang


65

dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi, dan tanggapan siswa

terhadap guru dan teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Lembar Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dan

tertutup. Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat

resmi. Jumlah pertanyaan dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat

pilihan jawaban. Peneliti menentukan skor dalam penilaian angket. Setiap

jawaban memiliki skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang

diperoleh siswa dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.

4. Jurnal

Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama

mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain mengenai

perasaan siswa senang atau tidak selama mengikuti pembelajaran menulis surat

resmi dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar.

5.Dokumentasi yang Berupa Foto

Pengambilan gambar (foto) dalam proses pembelajaran menulis dapat

dijadikan gambaran perilaku siswa dalam penelitian. Foto menghasilkan data

deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi

subjektif. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan sesuai

dengan aktifitas yang dilakukan siswa pada setiap siklus.


66

Foto yang diambil sebagai sumber data dapat memperjelas data yang lain.

Hasil dari pengambilan data ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data yang

lain. Penggunaan foto sangat bermanfaat untuk melengkapi sumber data. Foto

dianalisis bersama sumber data yang lain. Hasil pemotretan ini digunakan sebagai

gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran berlangsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Tes dilakukan sebanyak dua

kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada akhir

pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis surat resmi. Tes

diberikan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam kesesuaian bentuk surat,

kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat,

pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.

Langkah-langkah dalam pengambilan data hasil tes adalah sebagai berikut.

1. Persiapan

Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan soal yang akan dikerjakan oleh

siswa, yaitu jenis surat resmi yang akan ditulis oleh siswa. Hal-hal yang

disiapkan, yaitu menentukan topik yang akan digunakan dalam menulis surat

resmi dan membagi kertas.


67

2. Pelaksanaan

Tes dilaksanakan di dalam kelas setelah materi pembelajaran menulis surat

resmi diberikan selama dua jam pelajaran. Pelaksanaan tes bertujuan agar siswa

mampu menulis surat resmi dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang

efektif.

3. Evaluasi

Setelah siswa menulis surat resmi, peneliti melakukan evaluasi dengan

memberikan nilai pada setiap siswa dan hasil penilaian tersebut disebut sebagai

hasil tes.

4. Teknik Nontes

Data nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam

proses pembelajaran. Dalam pengambilan data nontes, peneliti menggunakan

observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.

Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan tanda

check (√) pada lembar observasi. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan

menggunakan alat perekam. Wawancara hanya ditujukan kepada siswa tertentu

yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Siswa menjawab

pertanyaan yang berjumlah lima soal yang berkaitan dengan pembelajaran


68

menulis surat resmi. Wawancara dalam penelitian ini berisi tentang respon siswa

terhadap tugas yang dikerjakan dan hambatan atau kesulitan yang dihadapi.

Angket dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir.

Jumlah soal dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban.

Setiap jawaban memiliki skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah

skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.

Jurnal diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Lembar jurnal

berisi lima soal dan diisi oleh siswa secara tertulis. Dalam penelitian ini, jurnal

digunakan untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap proses

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar,

kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat, dan kesan dan pesan siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pengambilan foto juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Foto yang

diambil berupa aktifitas-aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dokumentasi berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan

pembelajaran selama penelitian berlangsung.

4.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.

1. Secara kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,

angket, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah
69

seluruh data yang diperoleh, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan

dikategorisasikan.

Hasil analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan

perilaku siswa pada pembelajara siklus I dan siklus II, serta untuk mengetahui

efektivitas penggunaan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

peningkatan keterampilan menulis surat resmi.

2. Secara Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis surat resmi dengan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar pada siklus I dan siklus II.

Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini dilakukan dengan

menghitung nilai masing-masing aspek, merekap nilai siswa, menghitung nilai rata-

rata siswa, dan menghitung presentase nilai.

Presentase nilai dihitung menggunakan rumus berikut.


R
NP = x 100%
SM

Keterangan:

NP : nilai dalam persen

R : skor yang dicapai siswa

SM : skor maksimal ideal

Hasil perhitungan keterampilan menulis surat resmi dari siklus I dan siklus

II dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase

peningkatan keterampilan menulis surat resmi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan hasil tes dan nontes yang diperoleh selama

penelitian berlangsung. Hasil tes terbagi atas tiga bagian, yaitu pratindakan, siklus

I, dan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II berupa keterampilan menulis surat

resmi siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual

komponen masyarakat belajar. Hasil nontes diperoleh dari observasi, wawancara,

angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.

4.1.1 Pratindakan

Hasil tes pratindakan berupa keterampilan menulis surat resmi siswa

sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan ini berfungsi untuk

mengetahui keadaan awal keterampilan menulis surat resmi siswa. Tes yang

dilakukan adalah menulis surat resmi yang berupa surat permohonan izin. Hasil

tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil Keterampilan Menulis Surat Resmi Pratindakan

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Nilai Skor
1 Sangat Baik 85-100 0 0 0% 2752,25/44 = 62
2 Baik 75-84 0 0 0%
3 Cukup 65-74 11 722,75 25%
4 Kurang 0-64 33 2029,5 75%
Jumlah 44 2752,25 100%

69
70

Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VIIB

dalam menulis surat resmi untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh

33 siswa atau sebesar 75%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 11

siswa atau sebesar 25%. Sedangkan kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan

kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi,

nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada pratindakan sebesar 62

atau dengan kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor

masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek

kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-

bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ekaan dan tanda baca, penggunaan

bahasa baku, dan struktur kalimat.

4.1.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat

Pada aspek kesesuaian bentuk surat ini, penilaiannya dipusatkan pada

kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi.

Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat

dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 25 856 56,82% 1197 x100
2 Baik 5-7 9 189 20,45% 1760
3 Cukup 2-4 9 144 20,45% = 68
4 Kurang 0-1 1 8 2,28%
Jumlah 44 1197 100%
71

Data pada tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

menggunakan bentuk surat untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai

oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dan kategori

cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%, sedangkan

untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,28%.

Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat pada

tes pratindakan sebesar 68 atau dengan kategori baik.

4.1.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat

Pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat ini, penilaiannya dipusatkan

pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil

penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 6

berikut.

Tabel 6. Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 41 2172 93,18% 2268 x100
2 Baik 8-11 2 66 4,55% 2640
3 Cukup 4-7 1 30 2,27% = 86
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2268 100%

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27 %,
72

sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau

sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kelengkapan

bagian-bagian surat pada tes pratindakan sebesar 86 dengan kategori sangat baik.

4.1.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat

Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, penilaiannya dipusatkan pada

ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil

penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Keterampilan Menulis Bagian-Bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 0 0 0% 1249 x100
2 Baik 8-11 9 297 20,45% 2640
3 Cukup 4-7 33 924 75% = 47
4 Kurang 0-3 2 28 4,55%
Jumlah 44 1249 100%

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik yaitu skor 85-100 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori

baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup

dengan skor 65-74 dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 75%, sedangkan untuk

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi,

rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat pada tes

pratindakan sebesar 47 dengan kategori kurang.

4.1.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat

Pada aspek kejelasan isi surat, penilaiannya dipusatkan pada kejelasan isi

yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat

pada tabel 8 berikut.


73

Tabel 8. Keterampilan Menulis Isi Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 6 192 13,64% 909 x100
2 Baik 5-7 18 378 40,91% 1760
3 Cukup 2-4 20 339 86,36% = 52
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 909 100%

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 13,64%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 86,36 %,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis isi surat pada tes

pratindakan sebesar 52 dan termasuk dalam kategori kurang.

4.1.1.5 Aspek Pilihan Kata

Pada aspek pilihan kata, penilaiannya dipusatkan pada ketepatan pemilihan

kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata

dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Keterampilan Memilih Kata

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 0 0 0% 651 x100
2 Baik 5-7 0 0 0% 1760
3 Cukup 2-4 35 579 79,55% = 37
4 Kurang 0-1 9 72 20,45%
Jumlah 44 651 100%
74

Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan untuk kategori sangat

baik dengan kategori 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai

oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 35

siswa atau sebesar 79,55%. Kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 9

siswa atau sebesar 20,45%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek

pilihan kata pada tes pratindakan sebesar 37 dan termasuk dalam kategori kurang.

4.1.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca

Pada aspek ejaan dan tanda baca, penilaiannya dipusatkan pada pemakaian

huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam

penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca

dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 4 204 9,09% 1332 x100
2 Baik 8-11 9 297 20,45% 2640
3 Cukup 4-7 28 789 63,64% = 50
4 Kurang 0-3 3 42 6,82%
Jumlah 44 1332 100%

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Kategori

baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup

dengan skor 65-74 dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 63,64%, sedangkan untuk

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%. Jadi,

rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek ejaan dan tanda baca pada tes

pratindakan sebesar 50 dan termasuk dalam kategori kurang.


75

4.1.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku

Pada aspek penggunaan bahasa baku, penilaiannya dipusatkan pada

penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada

aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 36 1204 81,82% 1366 x100
2 Baik 5-7 7 147 15,91% 1760
3 Cukup 2-4 1 15 2,27% = 78
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 1366 100%

Data pada tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa kategori sangat baik

dengan kategori 85-100 dicapai oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%. Kategori baik

dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%. Kategori cukup

dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebsar 2,27%, sedangkan kategori

kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata

nilai keterampilan siswa pada aspek penggunaan bahasa baku pada tes

pratindakan sebesar 78 atau dengan kategori baik.

4.1.1.8 Aspek Struktur Kalimat

Pada aspek struktur kalimat ini, penilaiannya dipusatkan pada kohesi dan

koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik

dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat

pada tabel 12 berikut.


76

Tabel 12. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 36 1776 81,82% 2037 x100
2 Baik 8-11 7 231 15,91% 2640
3 Cukup 4-7 1 30 2,27% = 77
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2037 100%

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa pada penulisan struktur kalimat pada tes

pratindakan sebesar 77 atau dengan kategori baik.

Untuk lebih jelasnya, hasil tes keterampilan menulis surat resmi

pratindakan siswa kelas VIIB dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Pratindakan


77

Grafik 1 menunjukkan bahwa mayoritas skor siswa masih berada pada

kategori kurang, yaitu sebanyak 75% siswa. Sisanya sebesar 25% siswa berada

pada kategori cukup. Sementara itu, kategori sangat baik dan baik belum dicapai

oleh siswa atau sebesar 0%. Dengan demikian, keterampilan menulis surat resmi

siswa perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan

memberikan tindakan siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual komponen masyarakat belajar.

4.1.2 Hasil Siklus I

4.1.2.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis surat resmi yang berupa surat permohonan izin dengan

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13. Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus I

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Nilai Skor
1 Sangat Baik 85-100 0 0 0% 2894,5/44=
2 Baik 75-84 0 0 0% 65
3 Cukup 65-74 25 1718,25 56,82%
4 Kurang 0-64 19 1176,25 43,18%
Jumlah 44 2894,5 100%

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VIIB

dalam menulis surat resmi untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan

kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai siswa atau sebesar 0%. Kategori
78

cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%, sedangkan

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 43,18%.

Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada siklus I sebesar

65 atau dengan kategori cukup. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat

resmi siswa belum memenuhi target pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas.

Nilai rata-rata 65 berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai

dalam menulis surat resmi, yaitu aspek kesesuaian bentuk surat, kelengkapan

bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan

kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.

4.1.2.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat

Pada aspek kesesuaian bentuk surat ini, penilaiannya masih dipusatkan

pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat

resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan

dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 14. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 25 876 56,82% 1233 x100
2 Baik 5-7 11 231 25% 1760
3 Cukup 2-4 8 126 18,18% = 70
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 1233 100%

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 25%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 18,18%,
79

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat

dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 70 atau dengan kategori cukup.

4.1.2.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat

Pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat ini, penilaiannya masih

dipusatkan pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat

resmi. Hasil penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat

pada tabel 15 berikut.

Tabel 15. Keterampilan Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 41 2248 93,18% 2344 x100
2 Baik 8-11 2 66 4,55% 2640
3 Cukup 4-7 1 30 2,27% = 89
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2344 100%

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 30 siswa atau sebesar 2,27%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-

bagian surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual

komponen masyarakat belajar sebesar 89 atau dengan kategori sangat baik.


80

4.1.2.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat

Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, penilaiannya masih dipusatkan

pada ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi.

Hasil penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 16

berikut.

Tabel 16. Keterampilan Menulis Bagian-Bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 1 48 2,27% 1300 x100
2 Baik 8-11 13 429 29,55% 2640
3 Cukup 4-7 28 795 63,63% = 49
4 Kurang 0-3 2 28 4,55%
Jumlah 44 1300 100%

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori

baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%. Kategori

cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 63,63%, sedangkan

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi,

rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek penulisan bagian-bagian surat dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 49 atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat

Pada aspek kejelasan isi surat, penilaiannya masih dipusatkan pada

kejelasan isi yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat

dapat dilihat pada tabel 17 berikut.


81

Tabel 17. Keterampilan Menulis Isi Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 18 600 40,91% 1063 x100
2 Baik 5-7 9 189 20,45% 1760
3 Cukup 2-4 15 258 34,09% = 60
4 Kurang 0-1 2 16 4,55%
Jumlah 44 1063 100%

Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%.

Kategori baik dengan skor 84-75 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar

4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis isi surat dengan

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 60 atau dengan kategori cukup.

4.1.2.1.5 Aspek Pilihan Kata

Pada aspek pilihan kata, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan

pemilihan kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan

pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel 18. Keterampilan Memilih Kata

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 1 32 2,27% 731 x100
2 Baik 5-7 16 336 36,36% 1760
3 Cukup 2-4 18 291 40,91% = 42
4 Kurang 0-1 9 72 20,46%
Jumlah 44 731 100%
82

Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori

baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%. Kategori

cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%, sedangkan

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,46%. Jadi,

rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sebesar 42

atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca

Pada aspek ejaan dan tanda baca, penilaiannya masih dipusatkan pada

pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca

dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda

baca dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 5 264 11,36% 1373 x100
2 Baik 8-11 13 429 29,55% 2640
3 Cukup 4-7 22 624 50% = 52
4 Kurang 0-3 4 56 9,09%
Jumlah 44 1373 100%

Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 50%,
83

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar

9,09%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan dan

tanda baca dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar sebesar 52 atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku

Pada aspek penggunaan bahasa baku, penilaiannya masih dipusatkan pada

penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada

aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 35 1184 79,55% 1364 x100
2 Baik 5-7 7 147 15,90% 1760
3 Cukup 2-4 2 33 4,55% = 78
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 1364 100%

Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 35 siswa atau sebesar 79,55%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,90%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa baku

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar sebesar 78 atau dengan kategori baik.


84

4.1.2.1.8 Aspek Struktur Kalimat

Pada aspek struktur kalimat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada

kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat

yang baik dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat

dilihat pada tabel 21 berikut.

Tabel 21. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 39 2008 88,64% 2170 x100
2 Baik 8-11 4 132 9,09% 2640
3 Cukup 4-7 1 30 2,27% = 82
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2170 100%

Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 39 siswa atau sebesar 88,64%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa dalam menyusun struktur kalimat dengan

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 82 atau dengan kategori baik.

Hasil tes keterampilan menulis surat resmi siklus I siswa kelas VIIB dapat

dilihat pada grafik 2 di bawah ini.


85

Grafik 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus I

Grafik 2 menunjukkan bahwa mayoritas skor siswa berada pada kategori

cukup, yaitu sebanyak 56,82% siswa. Sisanya sebanyak 43,18% siswa berada

pada kategori kurang. Kategori sangat baik dan baik melum mampu dicapai oleh

siswa. Rata-rata skor yang diperoleh siswa pada siklus I belum mencapai target

penilaian yang ditentukan. Oleh karena itu, keterampilan menulis surat resmi

masih perlu ditingkatkan dengan melakukan tindakan siklus II dengan

pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar.

4.1.2.2 Hasil Nontes

Hasil penelitian nontes pada siklus I adalah hasil dari observasi,

wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes tersebut

sebagai berikut.

4.1.2.2.1 Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis surat resmi

dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar di kelas VIIB SMP


86

Negeri 30 Semarang. Observasi dilakukan oleh peneliti yang sekaligus sebagai

guru dengan bantuan seorang teman. Kegiatan observasi difokuskan pada tiga

jenis perilaku, yaitu keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru, keaktifan

siswa selama pembelajaran menulis surat resmi, dan keaktifan siswa mengerjakan

tugas menulis surat resmi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel 22

berikut.

Tabel 22. Hasil Observasi Siklus I

No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor %


1 Baik Sekali 5 0 0 0%
2 Baik 4 6 24 60%
3 Cukup 3 2 6 20%
4 Kurang 2 1 2 10%
5 Kurang Sekali 1 1 1 10%
Jumlah 10 33 100%

Dari observasi dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa belum aktif

mendengarkan penjelasan guru. Hal ini dapat dilihat pada data observasi yang

menunjukkan bahwa sebanyak 32 siswa atau 72,7% siswa memperhatikan

penjelasan guru. Sisanya sebanyak 27,3% atau sebanyak 12 siswa tidak

memperhatikan penjelasan guru. Mereka asyik berbicara dengan teman sebangku

atau melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran.

Keaktifan siswa bertanya mengenai materi yang diajarkan oleh guru mencapai

9,09% atau hanya 4 siswa saja yang aktif bertanya. Sementara itu, dari 44 siswa

hanya 10 siswa atau sebesar 22,7% siswa yang mau berkomentar mengenai materi

yang diajarkan oleh guru dan 34 siswa atau 77,3% siswa menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru. Sebagian besar siswa juga tidak mencatat hal-hal penting
87

dari materi yang dijelaskan oleh guru. Hanya 20 siswa atau 45,5% siswa saja yang

mau membuat catatan penting.

Keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I masih kurang.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak semangat mengikuti

kegiatan pembelajaran. Sebanyak 24 siswa atau 54,5% siswa semangat mengikuti

pembelajaran. Sisanya sebanyak 20 siswa atau 45,5% tidak semangat mengikuti

pembelajaran. Hal itu disebabkan karena kegiatan pembelajaran dilakukan pada

siang hari sehingga siswa merasa bosan dan tidak semangat mengikuti kegiatan

pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi, dari 44 siswa hanya 34 atau 77,3% siswa

yang berdiskusi dan 32 atau 72,7% terlibat dalam pembelajaran menulis. Dalam

kegiatan diskusi, banyak siswa yang tidak aktif mengikuti diskusi tetapi berbicara

atau bermain-main dengan teman yang lain.

Keaktifan siswa mengerjakan tugas menulis surat resmi sudah cukup baik

walaupun tidak semua siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang

ditentukan. Sebanyak 34 siswa atau 77,3% siswa mengerjakan tugas menulis surat

resmi dengan sungguh-sungguh. Sisanya sebanyak 10 siswa atau 22,7% masih

bergurau dan melihat pekerjaan temannya. Dari 44 siswa, 33 siswa atau 75%

siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan

Berdasarkan data pada tabel 22 dapat disimpulkan bahwa pada masing-

masing aspek observasi, siswa belum mampu mencapai kategori sangat baik.

Kategori baik dengan skor 4 mencapai 60%. Kategori cukup dengan skor 3

mencapai 20%, kategori kurang dengan skor 2 mencapai 10%, dan kategori sangat

kurang dengan skor I mencapai 10%. Jadi, perilaku siswa dalam pembelajaran
88

masih perlu diubah ke arah yang lebih baik. Guru harus merubah pola

pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

4.1.2.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada dua siswa yang memperoleh

nilai tinggi, dua siswa yang memperoleh nilai sedang, dan dua siswa yang

memperoleh nilai rendah dalam tes menulis surat resmi yang berupa surat

permohonan izin. Keenam siswa tersebut bernama Retno Dwi Kanosari, Rahmat

Yuni Ardianto, Lolla Marrietta, Eko Wisnu Prabowo, Dwi Hana Panji, dan Irfan

Adi sukmawan. Wawancara pada siklus I dilakukan untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual

komponen masyarakat belajar. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa

keenam siswa tersebut pada dasarnya senang dengan materi menulis surat resmi.

Mereka sebagian besar juga senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh

guru, yaitu pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar. Walaupun

sebagian besar siswa senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru,

namun mereka merasa kurang termotivasi dengan adanya diskusi dalam

pembelajaran menulis surat resmi. Menurut satu siswa yang nilainya sedang dan

satu siswa yang nilainya kurang, dengan diskusi mereka menjadi termotivasi

karena dapat bekerja sama dengan teman. Siswa yang lain merasa kurang

termotivasi dengan diskusi. Dua siswa menyatakan bahwa dengan diskusi kelas

menjadi ramai sehingga tidak mampu bekerja dengan baik. Sementara itu, dua

siswa yang lain merasa bahwa dengan diskusi pembagian tugasnya tidak adil

karena hanya siswa tertentu saja yang aktif. Sebelum hasil tes dikumpulkan, dua
89

diantara enam siswa sudah berusaha merevisi hasil pekerjaannya agar lebih baik.

Namun, mereka masih mengalami kesulitan terutama dalam menyusun kata dan

struktur kalimat.

4.1.2.2.3 Angket

Angket diisi oleh semua siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai.

Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi yang

terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil

penilaian angket dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23. Hasil Penilaian Angket Siklus I

No. Kategori Skor Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor
1 Sangat Setuju 4 98 9800 22,3% 33500/440=
2 Setuju 3 274 20550 62,2% 76
3 Kurang Setuju 2 58 2900 13,2%
4 Tidak Setuju 1 10 250 2,3%
Jumlah 440 33500 100%

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebanyak 6 siswa

menyatakan sangat setuju, 35 menyatakan setuju, dan 3 siswa menyatakan kurang

setuju bahwa penjelasan guru mengenai materi surat resmi mudah dipahami. Pada

pernyataan pertama, sebagian besar sswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor

3. Dari 44 siswa, sebanyak 13 siswa menyatakan sangat setuju bahwa guru

melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 26 siswa menyatakan

setuju, 4 siswa menyatakan kurang setuju, dan I siswa menyatakan tidak setuju.

Pada pernyataan kedua sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata

skor 3. Sebanyak 12 siswa sangat setuju bahwa guru memberikan bimbingan dan
90

pengarahan dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 31 siswa menyatakan setuju

dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan ketiga, sebagian besar

siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 8 siswa merasa sangat

setuju bahwa guru memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 31

siswa menyatakan setuju dan 5 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan

keempat, sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3.

Tanggapan siswa mengenai teknik diskusi, yaitu 6 siswa menyatakan sangat

setuju bahwa teknik diskusi memberikan semangat dalam kegiatan menulis surat

resmi sedangkan 23 siswa menyatakan setuju, 12 siswa kurang setuju, dan 3 siswa

menyatakan tidak setuju. Jadi, pada pernyataan kelima sebagian besar siswa

menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 12 siswa merasa

sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah untuk memahami materi surat

resmi sedangkan 22 siswa menyatakan setuju, 7 siswa kurang setuju, dan 3 siswa

menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan keenam, sebagian besar siswa

menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 6 siswa merasa

sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah dalam menulis surat resmi

sedangkan 30 siswa menyataka setuju, 6 siswa kurang setuju, dan 2 siswa

menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan ketujuh, sebagian besar siswa

menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa

sangat setuju bahwa mereka merasa telah bisa membedakan surat resmi dengan

surat pribadi sedangkan 27 siswa menyatakan setuju dan 4 siswa menyatakan

kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kedelapan mayoritas siswa menyatakan

setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 7 siswa menyatakan sangat setuju bahwa
91

mereka telah bisa menulis surat resmi dengan benar sedangkan 23 siswa

menyatakan setuju dan 14 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan

kesembilan, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor

sebesar 2. Dari 44 siswa, 15 siswa merasa sangat setuju bahwa cara mengajar guru

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sedangkan 27 siswa menyatakan

setuju dan 2 orang menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kesepuluh

mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor sebesar 3.

Berdasarkan data pada tabel 23 dapat disimpulkan bahwa pernyataan

sangat setuju terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam

pembelajaran siklus I mencapai 22,3%. Sementara itu, pernyataan setuju dengan

skor 3 mencapai 62,2%. Pernyataan kurang setuju dengan skor 2 mencapai 13,2%

sedangkan pernyataan tidak setuju dengan skor 1 mencapai 2,3%. Jadi, rata-rata

skor yang diperoleh siswa pada penilaian angket siklus II sebesar 76. Hal ini

berarti bahwa respon siswa terhadap materi dan teknik mengajar guru sudah baik

karena mayoritas siswa menyatakan setuju. Namun, masih ada respon negatif

siswa terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam mengajar sehingga

menyebabkan kurangnya keterampilan menulis surat resmi siswa. Oleh karena itu,

keterampilan menulis surat resmi siswa masih perlu ditingkatkan dengan merubah

perilaku negatif siswa menjadi perilaku yang positif.

4.1.2.2.4 Jurnal

Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar. Jurnal diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai
92

yang meliputi lima pertanyaan, yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar yang

digunakan oleh guru, (2) perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran dengan

teknik yang digunakan oleh guru, (3) kesan siswa terhadap materi menulis surat

resmi, (4) kesulitan siswa dalam menulis surat resmi, dan (5) pesan siswa terhadap

kegiatan pembelajaran yang akan datang.

Hasil dari data jurnal menunjukkan bahwa 33 siswa senang dengan cara

mengajar yang digunakan oleh guru karena mudah dipahami. Teknik mengajar

yang digunakan oleh guru membuat siswa senang mengikuti kegiatan

pembelajaran menulis surat resmi. Sementara itu, 10 siswa menyatakan cukup

senang dan 1 siswa merasa tidak senang dengan cara mengajar yang digunakan

oleh guru. Dari 44 siswa, 33 siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan

teknik yang digunakan oleh guru sedangkan 10 siswa merasa cukup senang dan 1

siswa merasa tidak senang. Sebagian besar siswa merasa senang dengan teknik

diskusi karena mereka merasa bahwa dengan diskusi dapat bekerja sama dalam

megatasi kesulitan dalam pembelajaran. Sementatara siswa yang lain merasa

bahwa dengan diskusi tidak setiap siswa aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar

siswa, yaitu 32 siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi sedangkan

11 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar

siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi karena mereka merasa

bahwa belajar menulis surat resmi itu berguna untuk masa yang akan datang.

Namun, sebagian kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis surat

resmi menyebabkan sebagian siswa kurang menyukai materi menulis surat resmi.

Dari 44 siswa, 13 siswa merasa mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi
93

sedangkan 31 siswa merasa tidak mengalami kesulitan. Sebagian besar siswa

mengalami kesulitan ketika menulis surat resmi terutama dalam menyusun kata,

struktur kalimat, dan penggunaan tanda baca.

Dari data jurnal dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa yang memiliki

kesan negatif terhadap pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan

kontekstual komponen masyarakat belajar dan masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Guru perlu merubah metode

pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan mengarahkan

siswa ke perilaku yang lebih baik.

4.1.2.2.5 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran

selama penelitian berlangsung. Pengambilan foto pada siklus I difokuskan pada

kegiatan selama proses pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual, kegiatan diskusi, dan kegiatan tes. Deskripsi gambar pada

siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kegiatan Awal Pembelajaran


94

Gambar 1 menunjukkan kegiatan awal pembelajaran. Setelah memberikan

apersepsi, guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan

pada siklus I. Sebelum melakukan kegiatan diskusi, siswa diminta untuk

memahami mengenai surat resmi. Pada gambar 1 tampak guru sedang

menjelaskan mengenai pengertian, sistematika, dan bahasa surat resmi dan siswa

mengamati contoh surat resmi yang ada dalam buku paket. Setelah siswa

memahami pengertian, sistematika, dan bahasa surat resmi, siswa melakukan

kegiatan diskusi untuk mengidentifikasi sistematika, dan bahasa surat resmi pada

contoh surat yang diberikan oleh guru. Kegiatan diskusi dapat dilihat pada gambar

2 berikut.

Gambar 2. Kegiatan Diskusi

Gambar 2 menunjukkan bahwa kegiatan diskusi yang dilakukan belum

kondusif. Ada beberapa siswa yang tidak serius mengikuti kegiatan diskusi

terutama siswa laki-laki. Mereka tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan bergurau

dengan teman yang lain. Terlihat ada sekelompok siswa yang aktif berdiskusi dan

berbagi tugas dengan teman sekelompoknya. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa

berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas empat sampai lima


95

orang. Setiap kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasi sistematika, dan bahasa

dalam contoh surat resmi yang diberikan oleh guru. Tampak pula guru memandu

jalannya diskusi. Setelah diskusi secara berkelompok, siswa kembali ketempat

masing-masing untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas sistematika dan

bahasa surat resmi. Setelah mengetahui sistematika dan bahasa dalam surat resmi,

kegiatan dilanjutkan dengan tes menulis surat resmi secara individu. Kegiatan tes

menulis surat resmi dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3. Kegiatan Tes Menulis Surat Resmi

Pada gambar 3 siswa tampak serius mengerjakan tes menulis surat resmi.

Ada beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh mengerjakan tes. Siswa tersebut

bergurau dengan teman sebangkunya. Setelah kegiatan tes menulis surat resmi

selesai, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian tugas.

4.1.3 Hasil Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan karena pada siklus I keterampilan menulis

surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang masih pada kategori

cukup dan belum memenuhi target pencapaian nilai rata-rata kelas yang telah
96

ditentukan. Selain itu, perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis

surat resmi juga belum tampak. Oleh karena itu, tindakan siklus II dilakukan

untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dan mengubah tingkah

laku siswa dalam pembelajaran. Tindakan siklus II ternyata dapat mengatasi

masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siklus I. Hal ini dibuktikan

dengan meningkatnya kategori cukup ke kategori baik. Hasil tes menulis surat

resmi dan hasil nontes siklus II dapat dilihat sebagai berikut.

4.1.3.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis surat resmi yang berupa surat permohonan bantuan

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar dapat dilihat pada tabel 24 berikut.

Tabel 24. Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus II

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata


Nilai
1 Sangat Baik 85-100 0 0 0% 3311,75/44=
2 Baik 75-84 25 1917,5 56,82% 75
3 Cukup 65-74 19 1394,25 43,18%
4 Kurang 0-64 0 0 0%
Jumlah 44 3311,75 100%

Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas VIIB

dalam menulis surat resmi untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan

kategori kurang dengan skor 0-64 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 43,18%.

Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi siswa pada siklus II sebesar

75 atau dengan kategori baik. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat


97

resmi siswa kelas VIIB mengalami peningkatan dan sudah memenuhi target

pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas.

Nilai rata-rata 75 berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang

dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek kesesuaian bentuk surat,

kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi

surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur

kalimat.

4.1.3.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat

Pada aspek kesesuaian bentuk surat siklus II ini, penilaiannya masih sama

dengan siklus I, yaitu dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan

yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian

bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 25 berikut.

Tabel 25. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 43 1532 97,73%, 1553 x100
2 Baik 5-7 1 21 2,27% 1760
3 Cukup 2-4 0 0 0% = 88
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 1553 100%

Data pada tabel 25 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 43 siswa atau sebesar 97,73%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%,

sedangkan kategori cukup dengan skor 65-74 dan kategori kurang dengan skor 0-

64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan

siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat dalam pembelajaran menggunakan


98

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sebesar 88 atau dengan

kategori sangat baik.

4.1.3.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat

Aspek kelengkapan bagian-bagian surat siklus II ini, penilaiannya masih

dipusatkan pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat

resmi. Hasil penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat

pada tabel 26 berikut

Tabel 26. Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 44 2624 100% 2624 x100
2 Baik 8-11 0 0 0% 2640
3 Cukup 4-7 0 0 0% = 99
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2624 100%

Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%,

sedangkan kategori baik dengan skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74,

dan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%.

Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam melengkapi bagian-bagian surat

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar sebesar 99 atau dengan kategori sangat baik.

4.1.3.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat

Pada aspek penulisan bagian-bagian surat siklus II, penilaiannya masih

dipusatkan pada ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat
99

resmi. Hasil penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel

27 berikut.

Tabel 27. Keterampilan Menulis bagian-bagian Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 20 968 45,45% 1736 x100
2 Baik 8-11 17 561 38,64% 2640
3 Cukup 4-7 7 207 15,91% = 66
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 1736 100%

Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 45,45%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 38,64%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar sebesar 6,6 atau dengan kategori cukup.

4.1.3.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat

Pada aspek kejelasan isi surat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan

pada kejelasan isi yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi

surat dapat dilihat pada tabel 28 berikut.


100

Tabel 28. Keterampilan Menulis Isi Surat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 23 740 52,27% 1146 x100
2 Baik 5-7 16 336 36,36% 1760
3 Cukup 2-4 3 54 6,82% = 65
4 Kurang 0-1 2 16 4,55%
Jumlah 44 1146 100%

Data pada tabel 28 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 23 siswa atau sebesar 52,27%.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar

4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kejelasan isi surat

dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 65 atau dengan kategori cukup.

4.1.3.1.5 Aspek Pilihan Kata

Pada aspek pilihan kata siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada

ketepatan pemilihan kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes

ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 29 berikut.

Tabel 29. Keterampilan Memilih Kata

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 2 64 4,55% 833 x100
2 Baik 5-7 15 315 34,09% 1760
3 Cukup 2-4 25 438 56,81% = 47
4 Kurang 0-1 2 16 4,55%
Jumlah 44 833 100%
101

Data pada tabel 29 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori

baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%. Kategori

cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,81%, sedangkan

kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi,

rata-rata keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sebesar 47

atau dengan kategori kurang.

4.1.3.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca

Pada aspek ejaan dan tanda baca siklus II ini, penilaiannya masih

dipusatkan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan,

dan tanda baca dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan

ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 30 berikut.

Tabel 30. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 18 888 40,91% 1716 x100
2 Baik 8-11 18 594 40,91% 2640
3 Cukup 4-7 8 234 18,18% = 65
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 1716 100%

Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh

18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 8

siswa atau sebesar 18,18%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak

dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam
102

menggunakan ejaan dan tanda baca dengan pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sebesar 65 atau dengan

kategori cukup.

4.1.3.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku

Pada aspek penggunaan bahasa baku siklus II, penilaiannya masih

dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil

penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 31

berikut.

Tabel 31. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 8-10 44 1532 100% 1532 x100
2 Baik 5-7 0 0 0% 1760
3 Cukup 2-4 0 0 0% = 87
4 Kurang 0-1 0 0 0%
Jumlah 44 1532 100%

Data pada tabel 31 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%,

sedangkan kategori baik dengan skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74,

dan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%.

Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek penggunaan bahasa baku dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat

belajar sebesar 87 atau dengan kategori sangat baik.


103

4.1.3.1.8 Aspek Struktur Kalimat

Pada aspek struktur kalimat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan

pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun

kalimat yang baik dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur

kalimat dapat dilihat pada tabel 32 berikut.

Tabel 32. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat

No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor Nilai
1 Sangat Baik 12-15 38 1912 86,36% 2107 x100
2 Baik 8-11 5 165 11,36% 2640
3 Cukup 4-7 1 30 2,27% = 80
4 Kurang 0-3 0 0 0%
Jumlah 44 2107 100%

Data pada tabel 32 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 38 siswa atau sebesar 86,36.

Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%.

Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%,

sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar

0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menyusun struktur kalimat

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar sebesar 80 atau dengan kategori baik.

Hasil tes keterampilan menulis surat resmi siklus II siswa kelas VIIB dapat

dilihat pada grafik 3 berikut.


104

Grafik 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Siklus II

Grafik 3 menunjukkan bahwa mayoritas skor siswa sudah berada pada

kategori baik, yaitu sebanyak 56,82% siswa. Sisanya sebanyak 43,18% siswa

berada pada kategori cukup. Rata-rata skor keterampilan menulis surat resmi

siswa sudah memenuhi target penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dapat

meningkatkan keterampilan menulis surat resmi siswa.

4.1.3.2 Hasil Nontes

Hasil penelitian nontes pada siklus II ini caranya masih sama dengan

siklus I. Hasil penelitian nontes siklus II diperoleh dari data observasi,

wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto. Kelima hasil penelitian nontes

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.1.3.2.1 Observasi

Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan selama proses pembelajaran

menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar


105

di kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang. Observasi ini dilakukan oleh peneliti

sekaligus sebagai guru dengan bantuan seorang teman. Selama melakukan

kegiatan pembelajaran siklus II, peneliti merasakan ada perubahan perilaku siswa.

Hasil observasi siklus II dapat dilihat pada tabel 33 berikut.

Tabel 33. Hasil Observasi Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor %


1 Baik Sekali 5 6 30 60%
2 Baik 4 2 8 20%
3 Cukup 3 2 6 20%
4 Kurang 2 0 0 0%
5 Kurang Sekali 1 0 0 0%
Jumlah 10 44 100%

Keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru dalam kegiatan

pembelajaran siklus II semakin baik. Bukti ini dapat dilihat pada data observasi

yang menyebutkan bahwa sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa memperhatikan

penjelasan guru. Sisanya sebanyak 7 siswa atau 15,9% mengobrol sendiri dengan

temannya. Sebanyak 17 siswa atau 38,6% siswa mau bertanya dan sebanyak 20

siswa atau 45,5% siswa mau berkomentar mengenai materi yang yang diajarkan

guru. Pertanyan dan komentar siswa mengarah pada penyelesaian kesulitan yang

dialami siswa dalam menulis surat resmi. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa

pemahaman siswa mengenai surat resmi sudah bertambah sehingga meningkatkan

keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru. Dari materi yang diajarkan oleh

guru, sebanyak 27 siswa atau 61,4% mencatat hal-hal yang penting sehingga dapat

menambah pemahaman siswa terhadap materi surat resmi.


106

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada pembelajaran siklus II

sebanyak 34 siswa atau 77,3% semangat mengikuti pembelajaran. Sisanya

sebanyak 10 siswa atau 22,7% kurang konsentrasi mengikuti kegiatan

pembelajaran. Dari 44 siswa, sebanyak 36 siswa atau 81,8% terlibat dalam

pembelajaran menulis surat resmi. Dalam kegiatan diskusi, sebanyak 38 siswa

atau 86,4% siswa aktif berdiskusi. Sisanya sebanyak 6 siswa atau 13,6% bergurau

dengan teman yang lain dan tidak serius melakukan diskusi. Diskusi pada siklus II

dilakukan dengan teman sebangku.Keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi

meningkat karena anggota kelompok hanya terdiri atas dua orang sehingga setiap

siswa merasa memiliki tanggung jawab yang sama dalam kegiatan diskusi.

Pada kegiatan tes menulis surat resmi, keaktifan siswa dalam mengerjakan

tugas mengalami peningkatan. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa mengerjakan

tes menulis surat resmi dengan sungguh-sungguh. Sisanya sebanyak 7 siswa atau

15,9% bergurau dan melihat pekerjaan temannya. Sebanyak 38 siswa atau 86,45

siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Hal ini

disebabkan karena pemahaman siswa mengenai surat resmi semakin bertambah

sehingga siswa sudah tidak mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi.

Data pada tabel 33 menunjukkan bahwa untuk kategori sangat baik dengan

skor 5 mengalami peningkatan dari 0% menjadi 60%. Kategori baik dengan skor 4

dan kategori cukup dengan skor 3 mencapai 20% sedangkan kategori kurang

dengan skor 2 dan kategori kurang sekali dengan skor 1 mencapai 0%.

Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku

negatif siswa sudah mengalami perubahan menjadi perilaku yang positif.


107

Peningkatan perilaku siswa dari perilaku negatif ke perlaku positif merupakan hal

yang mendukung peningkatan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

Pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar dapat mengarahkan siswa

pada perilaku yang positif. Guru sudah berusaha merubah pola pembelajaran

dengan perencanaan yang matang agar siswa dapat mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan baik.

4.1.3.2.2 Wawancara

Wawancara siklus II juga dilakukan peneliti kepada dua siswa yang

memperoleh nilai tinggi, dua siswa yang memperoleh nilai sedang, dan dua siswa

yang memperoleh nilai rendah. Keenam siswa tersebut bernama Vita Sulistya

Ariani, Indra Fransnowo, Anita Setyowati, Grasia Mulat Maharsiwi, Fajar Ardi

Bastia, dan Titus Wembie P. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada

dasarnya siswa-siswa tersebut senang dengan materi menulis surat resmi karena

menurut mereka dapat menambah pengetahuan tentang menulis surat resmi yang

benar. Satu siswa yang mendapat nilai rendah menyatakan cukup senang dengan

materi surat resmi karena ia merasa belum terlalu paham mengenai surat resmi.

Mereka juga merasa senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru

dan dengan diskusi sebagian besar siswa merasa termotivasi termotivasi dalam

menulis surat resmi. Satu siswa yang mendapat nilai sedang dan satu siswa yang

mendapat nilai rendah menyatakan bahwa dengan diskusi mereka kurang

termotivasi dalam menulis surat resmi. Menurut mereka dengan diskusi kelas

menjadi ramai dan tidak semua siswa aktif dalam kegiatan diskusi. Sebelum hasil

menulis surat resmi dikumpulkan, keenam siswa tersebut sudah merevisi hasil
108

tulisannya agar lebih baik. Namun, dari enam siswa tiga siswa menyatakan masih

mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Dua siswa mengalami kesulitan

dalam menyusun kata dan kalimat sedangkan satu siswa mengalami kesulitan

dalam menulis nomor surat.

4.1.3.2.3 Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian siklus II sama dengan angket

pada siklus II. Angket diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai.

Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi yang

terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil

penilaian angket siklus II dapat dilihat pada tabel 34 berkut.

Tabel 34. Hasil Penilaian Angket Siklus II

No. Kategori Skor Frekuensi Bobot % Rata-rata


Skor Skor
1 Sangat Setuju 4 143 14300 32,5% 35700/440=
2 Setuju 3 263 19725 60% 81
3 Kurang Setuju 2 33 1650 7,5%
4 Tidak Setuju 1 1 25 0,2%
Jumlah 440 35700 100%

Dari hasil angket siklus II diketahui bahwa sebanyak 10 siswa menyatakan

sangat setuju bahwa penjelasan guru mengenai materi surat resmi mudah

dipahami sedangkan 32 menyatakan setuju dan 2 siswa menyatakan kurang setuju.

Jadi , pada pernyataan pertama sebagian siswa menyatakan setuju dengan skor

rata-rata sebesar 3. Sebagian besar siswa sudah memahami materi surat resmi.

Sebanyak 17 siswa menyatakan sangat setuju bahwa guru melibatkan siswa dalam

kegiatan pembelajaran sedangkan 25 siswa menyatakan setuju dan 2 siswa


109

menyatakan kurang setuju. Dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa

sudah terlibat. Hal itu terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Jadi, pada pernyataan kedua mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata

skor 3. Sebanyak 16 siswa merasa sangat setuju bahwa guru memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan pembelajaran dan 28 siswa

menyatakan setuju. Pada pernyataan ketiga mayoritas siswa merasa setuju dengan

rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa sangat setuju bahwa guru

memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, 22 siswa

menyatakan setuju, 8 siswa menyatakan kurang setuju, dan satu siswa menyatakan

tidak setuju. 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi memberikan

semangat dalam kegiatan menulis surat resmi sedangkan 27 siswa merasa setuju

dan 5 siswa merasa kurang setuju. Pada pernyataan keempat sebagian besar siswa

merasa kurang setuju dengan skor rata-rata 2. Kemudian 14 siswa menyatakan

sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah mereka memahami materi surat

resmi sedangkan 26 siswa menyatakan setuju dan 4 siswa menyatakan kurang

setuju. Pada pernyataan kelima mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-

rata skor 3. Dari 44 siswa, 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi

mempermudah mereka dalam menulis surat resmi sedangkan 29 siswa merasa

setuju dan 3 siswa merasa kurang setuju. Jadi, mayoritas siswa merasa setuju

dengan skor rata-rata 3. Pada pernyataan ketujuh, sebagian besar siswa

menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 18 siswa menyatakan sangat

setuju bahwa mereka telah bisa bisa membedakan surat resmi dan surat pribadi.

Sisanya sebanyak 23 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang


110

setuju. Jadi, mayoritas siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan delapan

dengan skor rata-rata 3. Selain itu, 10 siswa merasa sangat setuju bahwa mereka

telah bisa menulis surat resmi dengan benar sedangkan 27 siswa merasa setuju

dan 7 siswa merasa kurang setuju. Pada pernyataan sembilan sebagian besar siswa

merasa setuju dengan skor rata-rata 3. Dari 44 siswa, sebanyak 21 siswa

menyatakan sangat setuju bahwa cara mengajar guru menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan mereka sedangkan 22 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa

menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan sepuluh mayoritas siswa

menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3.

Data pada tabel 34 menunjukkan bahwa pernyataan sangat setuju terhadap

materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran siklus II mengalami

peningkatan dari 22,3% menjadi 32,5%. Sementara itu, pernyataan setuju dengan

skor 3 mencapai 60%. Pernyataan kurang setuju dengan skor 2 mencapai 7,5%

sedangkan pernyataan tidak setuju dengan skor 1 mencapai 0,2%. Skor rata-rata

yang diperoleh siswa pada penilaian angket siklus II mengalami peningkatan

sebesar 5% menjadi 81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dapat merubah

respon negatif siswa dan mengarahkan siswa pada perilaku positif.

4.1.3.2.4 Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II sama dengan jurnal pada

siklus I. Jurnal diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang

meliputi lima pertanyaan, yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar guru, (2)

perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh
111

guru, (3) kesan siswa terhadap materi menulis surat resmi, (4) kesulitan siswa

dalam menulis surat resmi, dan (5) pesan siswa terhadap kegiatan pembelajaran

yang akan datang.

Dari hasil data jurnal diketahui bahwa 36 siswa merasa senang dengan

cara mengajar yang digunakan oleh guru sedangkan 7 siswa merasa cukup senang

dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar siswa sudah merasa paham

terhadap materi surat resmi. Mengenai teknik mengajar yang digunakan oleh guru,

34 siswa merasa senang sedangkan 9 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa

merasa tidak senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru. Dalam

pembelajaran siklus II, sebagian besar siswa merasa semakin mengerti mengenai

penulisan surat resmi. Pada dasarnya sebagian besar siswa menyukai materi

menulis surat resmi. Sebanyak 35 siswa merasa senang dengan materi menulis

surat resmi karena mereka merasa bahwa menulis surat resmi itu tidak terlalu

sulit. Sementara itu, 8 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak

senang dengan materi menulis surat resmi karena mereka masih mengalami

kesulitan dalam menulis surat resmi. Dari 44 siswa, 7 siswa masih mengalami

kesulitan dalam menulis surat resmi terutama dalam penyusunan kata dan kalimat.

Sisanya sebanyak 37 siswa merasa tidak mengalami kesulitan dalam menulis surat

resmi karena mereka sudah berusaha memperbaiki kesalahan dalam menulis surat

resmi.

4.1.3.2.5 Dokumentasi Foto

Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada

kegiatan diskusi, kegiatan tes, dan kegiatan pengisian angket dan jurnal.
112

Dokumentasi foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran

selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II dapat dipaparkan

sebagai berikut.

Gambar 4. Kegiatan Diskusi

Gambar 4 merupakan kegiatan diskusi pada pembelajaran siklus II.

Dengan diskusi dengan teman sebangku, siswa berlatih menulis surat permohonan

bantuan. Kemudian siswa menukar hasil pekerjaannya dengan kelompok lain

untuk dikoreksi. Setelah itu siswa berdiskusi secara klasikal untuk membahas

sistematika dan bahasa dalam menulis surat permohonan bantuan. Guru

menempelkan beberapa hasil tulisan siswa di papan tulis agar siswa dapat

menemukan kesalahan-kesalahan yang ada dalam penulisan surat resmi. Pada

gambar 4 tampak seorang siswa sedang mengoreksi hasil pekerjaan temannya dan

menemukan kesalahan-kesalahan yang ada dalam penulisan surat resmi. Setelah

siswa mengetahui kesalahan yang ada dalam penulisan surat resmi, maka siswa

dapat mengetahui cara menulis surat resmi dengan benar. Pada akhir

pembelajaran, guru mengadaka tes menulis surat resmi. Kegiatan tes tersebut

dapat dilihat pada gambar 5 berikut.


113

Gambar 5. Kegiatan Tes Menulis Surat Resmi

Pada kegiatan tes ini siswa diminta menulis surat permohonan bantuan

secara individu. Pada gambar 5 tampak siswa mengerjakan tes menulis surat resmi

dengan sungguh-sungguh. Dalam kegiatan tes tidak ada siswa yang bergurau

walaupun ada beberapa siswa yang melihat hasil pekerjaan temannya. Setelah

kegiatan pembelajaran selesai, siswa mengisi lembar angket dan jurnal yang

dibagikan oleh guru. Pengisian lembar angket dan jurnal dapat dilihat pada

gambar 6 berikut.

Gambar 6. Kegiatan Pengisian Angket dan Jurnal


114

Setelah siswa mengumpulkan hasil tes menulis surat resmi, siswa mengisi

lembar angket dan jurnal yang dibagikan oleh guru. Pada gambar 6 siswa tampak

serius mengisi lembar angket dan jurnal.

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil

tindakan siklus I, dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil

penelitian meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes mengacu pada

perolehan skor yang dicapai siswa dalam tes keterampilan menulis surat resmi

dengan topik yang berbeda pada setiap siklus. Aspek-aspek yang dinilai dalam

keterampilan menulis surat resmi meliputi delapan aspek, yaitu: (1) kesesuaian

bentuk surat; (2) kelengkapan bagian-bagian surat; (3) penulisan bagian-bagian

surat; (4) kejelasan isi surat; (5) pilihan kata; (6) ejaan dan tanda baca; (7)

penggunaan bahasa baku; dan (8) struktur kalimat. Pembahasan hasil nontes

berpedoman pada lima instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, wawancara,

angket, jurnal, dan dokumentasi foto.

Kegiatan pratindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui gambaran awal mengenai keterampilan siswa

dalam menulis surat resmi. Setelah mengetahui hasil pratindakan, peneliti

melakukan tindakan siklus I dan siklus II dengan melakukan pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar. Pada

pembelajaran siklus I dan siklus II selalu diawali dengan mempresensi siswa.

Kemudian guru memberikan apersepsi dengan merangsang ingatan siswa terhadap

materi surat resmi dan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
115

surat resmi. Sebelum kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan terlebih

dahulu segala kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya guru membagikan contoh surat resmi

kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengamati dan menentukan jenis

surat resmi tersebut. Kemudian setiap kelompok mengidentifikasi sistematika dan

bahasa dalam contoh surat resmi. Setelah berdiskusi secara berkelompok, secara

klasikal siswa berdiskusi untuk membahas sistematika dan bahasa yang benar

dalam menulis surat resmi. Langkah selanjutnya guru mengadakan tes menulis

surat resmi secara individu dengan topik yang telah ditentukan. Hasil tes menulis

surat resmi dikoreksi untuk mendapatkan nilai. Dari nilai tes tersebut dapat

diketahui keterampilan menulis surat resmi siswa.

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi

Tabel 35. Hasil Tes Keterampilan Menulis Surat Resmi Pratindakan, Siklus I, dan

siklus II

No Aspek Penilaian Nilai Rata-rata Kelas Peningkatan (%)


PT SI SII PT-SI SI-SII PT-SII
1 Kesesuaian bentuk surat 68 70 88 2 18 20
2 Kelengkapan bagian-
bagian surat 86 89 99 3 10 13
3 Penulisan bagian-bagian
surat 47 49 66 2 17 19
4 Kejelasan isi surat 52 60 65 8 5 13
5 Pilihan kata 37 42 47 5 5 10
6 Ejaan dan tanda baca 50 52 65 2 13 15
7 Penggunaan bahasa
baku 78 78 87 0 9 9
8 Struktur kalimat 77 82 80 5 -2 3
116

Jumlah 495 522 597 27 75 102


Rata-rata Nilai 62 65 75 3 10 13

Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan menulis surat resmi

dari pratindakan sampai siklus II, dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada

aspek kesesuaian bentuk surat mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada tes

siklus I mengalami peningkatan sebesar 2% dari tes pratindakan. Peningkatan

tersebut karena pada pembelajaran siklus I guru melakukan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar sehingga melalui diskusi

siswa dapat memahami cara menulis surat resmi yang benar. Pada pembelajaran

siklus II rata-rata nilai tes meningkat sebesar 18%. Pada pembelajaran siklus II

siswa sudah memahami bentuk surat yang sesuai dalam menulis surat resmi.

Jadi, peningkatan rata-rata nilai dari tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar

18%. Setelah dilakukan pembelajaran siklus II, siswa lebih memahami aturan

dalam penggunaan bentuk surat dalam menulis surat resmi.

Keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat

mengalami peningkatan dari tes pratindakan sampai siklus II. Nilai rata-rata pada

tes siklus I meningkat sebesar 3% dari tes pratindakan. Melalui diskusi pada

pembelajaran siklus I, siswa sudah dapat mengidentifikasi sistematika penulisan

surat resmi sehingga siswa sudah mengetahui bagian-bagian dalam penulisan surat

resmi. Nilai rata-rata pada tes siklus II mengalami peningkatan sebesar 10% dari

tes siklus I. Pada pembelajaran siklus II, siswa sudah mampu menulis bagian-

bagian surat dengan lengkap. Jadi, peningkatan rata-rata nilai pada aspek
117

kelengkapan bagian-bagian surat dari tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar

13%.

Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, nilai rata-rata siswa mengalami

peningkatan sebesar 2% pada siklus I. Pada pembelajaran siklus I, siswa sudah

memahami cara penulisan surat resmi karena melalui diskusi siswa sudah berlatih

untuk menulis surat resmi. Kemudian pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai

meningkat sebesar 17% dari siklus I. Setelah beberapa kali berlatih menulis surat

resmi, pada pembelajaran siklus II siswa sudah semakin mampu menulis bagian-

bagian surat resmi dengan benar. Peningkatan nilai rata-rata pada aspek penulisan

bagian-bagian surat dari tes pratindakan sampai siklus II sebesar 19%. Pada

pembelajaran siklus II sebagian besar siswa sudah mampu menulis bagian-bagian

surat resmi dengan benar.

Pada aspek kejelasan isi surat, nilai rata-rata siswa pada tes siklus I

meningkat sebesar 8% dari tes pratindakan. Pada siklus I, siswa sudah mampu

menulis isi surat dengan jelas walaupun masih terdapat penggunaan kata dan

struktur kalimat yang kurang sesuai. Pada pembelajaran siklus II peningkatan nilai

rata-rata sebesar 5%. Peningkatan tersebut lebih rendah karena pada tes siklus II

siswa menulis surat resmi dengan topik yang berbeda dari siklus I sehingga siswa

kurang mampu menyesuaikan pilihan kata dengan topik surat. Jadi, peningkatan

nilai rata-rata pada aspek kejelasan isi surat dari tes pratindakan sampai tes siklus

II sebesar 13%.

Peningkatan nilai rata-rata pada aspek pilihan kata pada tes siklus I dan

siklus II sebesar 5%. Kedua siklus tersebut memiliki peningkatan yang sama
118

karena tes menulis surat resmi pada siklus I dan siklus II dilakukan dengan topik

yang berbeda sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memilih kata yang tepat.

Peningkatan rata-rata nilai pada aspek pilihan kata pada siklus II sebesar 10 %

dari tes pratindakan. Dalam menulis surat resmi, sebagian besar siswa mengalami

kesulitan dalam pilihan kata.

Peningkatan rata-rata nilai pada aspek ejaan dan tanda baca pada siklus I

sebesar 2%. Dalam pembelajaran siklus I, sebagian besar siswa belum

menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam menulis surat resmi. Pada

pembelajaran siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 13% dari siklus II.

Peningkatan tersebut karena guru selalu mengarah kan siswa untuk menggunakan

ejaan dan tanda baca yang sesuai dalam penulisan surat resmi. Pada tes siklus II

nilai rata-rata pada aspek ejaan dan tanda baca meningkat sebesar 15% karena

pada siklus II sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan ejaan dan tanda

baca dengan tepat dalam menulis surat resmi.

Nilai rata-rata pada aspek penggunaan bahasa baku pada tes siklus I tidak

mengalami peningkatan karena adanya kesamaan nilai rata-rata siswa pada tes

pratindakan dan tes siklus I. Hal itu disebabkan karena dalam penulisan surat

resmi pada tes pratindakan maupun siklus I sebagian besar siswa menggunakan

bahasa dan kata-kata yang sama. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa

meningkat sebesar 9% karena dalam pembelajaran siklus II siswa sudah berlatih

menulis surat resmi dengan pilihan kata dan bahasa yang tepat. Jadi, nilai rata-rata

pada aspek penggunaan bahasa baku pada siklus II mengalami peningkatan

sebesar 9% dari tes pratindakan.


119

Nilai rata-rata aspek struktur kalimat pada tes siklus I mengalami

peningkatan sebesar 5% dari tes pratindakan karena melalui diskusi siswa sudah

berlatih menulii surat resmi dengan struktur kalimat yang tepat. Pada tes siklus II

nilai rata-rata siswa mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena perbedaan

topik pada tes menulis surat resmi siklus I dan siklus II. Pada siklus II siswa

menulis surat resmi dengan topik yang berbeda dengan siklus II sehingga siswa

mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat. Jadi, peningkatan nilai rata-rata

aspek struktur kalimat pada siklus II sebesar 3% dari siklus I. Sebagian besar

siswa tidak mampu menyusun struktur kalimat yang tepat dalam menulis surat

resmi.

Berdasarkan rata-rata nilai dan peningkatan pada masing-masing aspek

penilaian menulis surat resmi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas pada

tes pratindakan mencapai 62 termasuk dalam kategori kurang karena masih berada

pada rentang nilai 0-64. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata setiap

aspek yang dinilai. Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi

tersebut karena kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan masih

kurang. Hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian setiap aspek surat yang

menunjukkan hasil yang jauh di bawah kategori baik.

Nilai rata-rata kelas pada tes menulis surat resmi siklus I sebesar 65 dan

termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 65-74. Dengan

demikian, nilai tes siklus I belum memenuhi target nilai yang telah ditentukan.

Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari masing-masing aspek penilaian.

Dilihat dari nilai rata-rata setiap aspek penilaian pada siklus I, dapat disimpulkan
120

bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek penilaian menulis surat resmi

mengalami peningkatan sebesar 3% dari rata-rata nilai pratindakan.

Nilai rata-rata kelas keterampilan menulis surat resmi siklus II sebesar 75

dan termasuk dalam kategori baik karena berada pada rentang nilai 75-84.

Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target nilai yang ditentukan dan

tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Nilai masing-masing aspek pada siklus II

hampir semua mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai rata-rata setiap aspek

penilaian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada setiap

apek penilaian menulis surat resmi mengalami peningkatan sebesar 9% dari nilai

rata-rata siklus I. Jadi, secara keseluruhan peningkatan keterampilan menulis surat

resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang sebesar 13%.

Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi merupakan

prestasi yang baik. Sebelum dilakukan pembelajaran siklus I dan II, keterampilan

menulis surat resmi siswa masih kurang. Setelah dilakukan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar pada siklus I dan siklus II,

keterampilan menulis surat resmi siswa mengalami peningkatan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual komponen

masyarakat belajar dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VIIB SMP

Negeri 30 Semarang. Hasil menulis surat resmi siswa menjadi lebih baik dalam

aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan.

4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa


121

Dari hasil nontes, yaitu observasi, wawancara, angket, jurnal, dan

dokumentasi foto pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam

mengikuti pembelajaran menulis surat resmi dengan pendekatan kontekstual

komponen masyarakat belajar masih kurang. Sikap dari sebagian siswa masih

menunjukkan perilaku yang negatif. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangku dan masih adanya siswa

yang tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi

juga masih banyak siswa yang tidak aktif. Dari data yang diperoleh melalui

wawancara dan jurnal, ternyata sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam

menulis surat resmi.

Kondisi yang ada pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dicari

solusinya. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti membuat rencana

pembelajara siklus II dengan lebih baik. Pada pembelajaran siklus II sudah ada

perubahan tingkah laku siswa. Siswa tampak siap dan semangat mengikuti

pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan diskusi maupun

dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah lebih

memahami materi surat resmi sehingga berdampak pada hasil tes menulis surat

resmi siswa yang semakin meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perilaku siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual

komponen masyarakat belajar menunjukkan perubahan yang mengarah pada

perilaku positif.
123

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis surat resmi siswa kelas VIIB SMP Negeri 30 Semarang

mengalami peningkatan sebesar 13% setelah dilakukan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar. Nilai rata-rata kelas pada

tes pratindakan mencapai 62 dan termasuk dalam kategori kurang. Setelah

dilakukan tindakan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat

sebesar 3% menjadi 65 dan termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada

siklus I belum memenuhi target penilaian yang ditentukan sehingga perlu

dilakukan tindakan pembelajaran siklus II. Setelah dilakukan tindakan

pembelajaran siklus II, nilai rata-rata tes menulis surat resmi siswa meningkat

sebesar 10%. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus II mencapai 75 dan sudah

memenuhi target penilaian yang ditentukan karena termasuk dalam kategori baik.

2. Setelah digunakan pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar

terjadi perubahan tingkah laku siswa. Pada pembelajaran siklus I, kesiapan siswa

mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang dan sebagian siswa masih

menunjukkan perilaku yang negatif. Keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan diskusi masih kurang sehingga dalam menulis surat resmi

sebagian siswa masih mengalami kesulitan. Pada pembelajaran siklus II siswa

tampak siap dan semangat mengikuti pembelajaran. Perilaku siswa dalam

123
124

kegiatan pembelajaran menunjukkan perubahan yang mengarah pada perilaku

positif. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran maupun diskusi.

5.2 Saran

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Guru, khususnya guru bidang studi bahasa Indonesia, hendaknya

menggunakan pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar dalam

kegiatan menulis surat resmi karena dapat melatih siswa bekerja sama dengan

orang lain.

b. Guru hendaknya melatih siswa untuk gemar menulis dan selalu mengarahkan

siswa untuk menggunakan kata. kalimat, dan bahasa yang sesuai dalam

kegiatan menulis.

2. Untuk Siswa

a. Siswa hendaknya selalu berlatih menulis terutama menulis surat resmi

dengan pilihan kata, kalimat, dan bahasa yang sesuai.

b. Siswa disarankan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat

mengatasi kesulitan dalam belajar.

3. Untuk Peneliti

Penelitian mengenai keterampilan menulis dengan pendekatan kontekstual

penting untuk dilakukan. Penelitian lanjutan dari penelitian ini perlu dilakukan

dengan membahas aspek yang berbeda dan untuk menambah khasanah ilmu

bahasa.
125

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G Arsjad, dan Sakura H Ridwan. 1988. Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arifin, Syamsir. 1987. Pedoman Penulisan Surat menyurat Indonesia. Padang:


Angkasa Raya.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan


Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning (CTL)). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

________2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP kerangka Dasar


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Hasil Belajar Siswa SLTP
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Giati, Sri. 2000. Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Resmi dengan Pendekatan
Keterampilan Proses pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Talang Kabupaten
Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Haryuni, Sri. 2004. Peningkatan Penguasaan EYD dalam Surat Dinas dengan Teknik
Tubian pada Siswa Kelas IE MTs Al Asror Patemon Gunungpati. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kustiawan, Nanang. 2003. Membuat Surat Dinas/ Resmi. Surabaya: Pustaka media.

Mafrukhi. 2003. Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa


dan Sastra Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Regional
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di Sekolah. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
negeri Semarang.

Mahmudah, Siti Ida Asrotul. 2000. Peningkatan Menulis Surat Undangan resmi
dengan Teknik Pelatihan Berjenjang pada Siswa Kelas II SLTP 3 Ungaran
Tahun Ajaran 1999/2000. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan


Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia.
126

Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat-Menyurat Resmi dalam Bahasa Indonesia.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudarsa, Caca, Farid Hadi, dan Atika Sya’rani. 1992. Surat Menyurat dalam Bahasa
indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suriamiharja, Agus, Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1996. Petunjuk Praktis
Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Sutikno. 2002. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Melalui


Penyajian Gambar pada Siswa Kelas ID SLTP 30 Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Zulaeha, Ida. 2003. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Seminar Regional
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di Sekolah. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
negeri Semarang.

.
127

LAMPIRAN 1
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS I

RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang : SMP
Kelas/ Semester : VII/ II
Tema : Transportasi
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Standar Kompetensi
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi tidak resmi, teks
pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman,
mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi,
dan menulis memo atau pesan singkat.
B. Kompetensi Dasar
Menulis berbagai surat resmi
C. Indikator
Mampu menulis surat permohonan dengan sistematika yang tepat dan bahasa
yang efektif.
D. Materi Pokok
Surat Permohonan
128

E. Skenario Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Pendahuluan 10` Tanya jawab
1. Guru memberikan apersepsi mengenai pengertian,
sistematika, dan penggunaan bahasa surat resmi.
2. Guru menanyakan kepada siswa apakah mereka
pernah menulis surat resmi.
3. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Kegiatan inti 70` Diskusi
1. Siswa berkelompok, masing-masing kelompok
terdiri atas empat sampai lima orang.
2. Guru membagikan kertas yang berisi contoh surat
resmi yang berupa surat permohonan izin kepada
setiap kelompok.
3. Secara berkelompok, siswa mengamati contoh
surat resmi dan menentukan jenis surat resmi
tersebut.
4. Setelah mengetahui jenis surat resmi, siswa
mengidentifikasi sistematika dan penggunan
bahasa dalam contoh surat resmi tersebut.
5. Siswa kembali ke tempat masing-masing dan
berdiskusi secara klasikal untuk membahas
sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat
resmi.
6. Setelah mengetahui sistematika dan penggunaan
bahasa dalam surat resmi, siswa menulis surat
resmi yang berupa surat permohonan izin secara
individu dengan sistematika yang tepat dan bahasa
yang efektif.
3. Penutup 10` Refleksi
1. Siswa menyimpulkan materi mengenai surat resmi
yang telah diajarkan.
2. Guru bersama dengan siswa merefleksi proses dan
hasil belajar.
3. Guru memberi tugas kepada siswa untuk Penugasan
menganalisis contoh surat permohonan bantuan.
129

F. Media Pembelajaran
Kertas yang berisi contoh surat resmi

G. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
2. Penilaian Hasil

Soal:
1. Buatlah sebuah surat resmi berupa surat permohonan izin kepada kepala
sekolah untuk menggunakan aula sekolah untuk kegiatan PMR dan kamu
sebagai ketuanya!
2. Gunakan pilihan kata, ejaan, tanda baca, bahasa, dan kalimat yang tepat!

Semarang, Mei 2005


Guru Pengamat,

Desi Wiramurti
NIM 2101401039
130

LAMPIRAN II
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II
RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang : SMP
Kelas/ Semester : VII/ II
Tema : Transportasi
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Standar Kompetensi
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi tidak resmi, teks
pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman,
mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi,
dan menulis memo atau pesan singkat.
B. Kompetensi Dasar
Menulis berbagai surat resmi
C. Indikator
Mampu menulis surat permohonan dengan sistematika yang tepat dan bahasa
yang efektif.
D. Materi Pokok
Surat Permohonan
131

E. Skenario Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Pendahuluan 10` Tanya
1) Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan siswa
jawab
dalam menulis surat resmi pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya.
2) Guru menanyakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa pada kegiatan pembelajaran
sebelumnya.
3) Guru menjelaskan rencana pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada saat itu.
2. Kegiatan Inti 70` Diskusi
1) Siswa membahas tugas yang diberikan pada
pembelajaran sebelumnya, yaitu menganalisis
sistematika dan penggunaan bahasa pada surat
permohonan bantuan.
2) Siswa berlatih menulis surat permohonan
bantuan secara berkelompok dengan teman
sebangku.
3) Siswa menukar hasil pekerjaan dengan
kelompok lain.
4) Siswa mengoreksi hasil pekerjaan dan
menemukan kesalahan-kesalahan yang ada
dalam penulisan surat resmi oleh kelompok lain.
5) Secara klasikal, siswa berdiskusi untuk
membahas sistematika penulisan surat
permohonan bantuan.
6) Siswa menulis surat resmi yang berupa surat
permohonan bantuan secara individu dengan
sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif.
3. Penutup
10` Refleksi
1) Guru memberikan umpan balik kepada siswa
berupa pertanyaan berkaitan dengan materi
surat resmi.
2) Guru bersama dengan siswa merefleksi proses
dan hasil pembelajaran.
132

F. Media Pembelajaran
Kertas manila yang berisi bagian-bagian surat resmi.
G. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
2. Penilaian Hasil

Soal:
1. Buatlah sebuah surat resmi berupa surat permohonan bantuan uang untuk
menyelenggarakan pertandingan bola basket se-Semarang dalam rangka
memperingati Hari Olahraga Nasional Ke-54 yang diselenggarakan oleh
OSIS dan kamu sebagai sekretarisnya!
2. Gunakan pilihan kata, ejaan, tanda baca, bahasa, dan kalimat yang tepat!

Semarang, Mei 2005


Guru Pengamat,

Desi Wiramurti
NIM 2101401039
133

LAMPIRAN 3
PEDOMAN PENILAIAN
Skor Penilaian

Rentangan Skor
No. Aspek Penilaian Bobot Jumlah
SB B C K Skor
1. Kesesuaian bentuk surat 10
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 15
3. Penulisan bagian-bagian surat 15
4. Kejelasan isi surat 10
5. Pilihan kata 10
6. Ejaan dan tanda baca 15
7. Penggunaan bahasa baku 10
8. Struktur kalimat 15
Jumlah 100

Keterangan:

Sangat Baik (SB) : Skor 4

Baik (B) : Skor 3

Cukup (C) : Skor 2

Kurang (K) : Skor 1


134

Kriteria Penilaian Surat Resmi

No. Aspek Penilaian Rentangan Skor Kategori

1. Kesesuaian bentuk surat


a. sesuai 8 – 10 Sangat baik
b. cukup sesuai 5–7 Baik
c. kurang sesuai 2–4 Cukup
d. tidak sesuai 0–1 Kurang
2. Kelengkapan bagian-bagian surat
a. lengkap 12 – 15 Sangat baik
b. cukup lengkap 8 – 11 Baik
c. kurang lengkap 4–7 Cukup
d. tidak lengkap 0–3 Kurang
3. Penulisan bagian-bagian surat
a. semua benar 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. salah semua 0–3 Kurang
4. Kejelasan isi surat
a. jelas 8 – 10 Sangat baik
b. cukup jelas 5–7 Baik
c. kurang jelas 2–4 Cukup
d. tidak jelas 0–1 Kurang
5. Pilihan kata
a. sesuai 8 – 10 Sangat baik
b. cukup sesuai 5–7 Baik
c. kurang sesuai 2–4 Cukup
d. tidak sesuai 0–1 Kurang
6. Ejaan dan tanda baca
a. sangat sempurna 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. semua salah 0–3 Kurang
7. Penggunaan bahasa baku
a. semua benar 8 – 10 Sangat baik
b. sedikt kesalahan 5–7 Baik
c. banyak kesalahan 2–4 Cukup
d. semua salah 0–1 Kurang
8. Struktur kalimat
a. semua benar 12 – 15 Sangat baik
b. sedikit kesalahan 8 – 11 Baik
c. banyak kesalahan 4–7 Cukup
d. semua salah 0–3 Kurang
135

Keterangan pedoman penilaian surat resmi sebagai berikut.

1. Kesesuaian bentuk surat

a. Sesuai: bentuk surat sesuai dengan aturan

b. Cukup sesuai: bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan

c. Kurang sesuai: bentuk surat kurang sesuai dengan aturan

d. Tidak sesuai: bentuk surat tidak sesuai dengan aturan

2. Kelengkapan bagian-bagian surat

a. Lengkap: semua bagian surat resmi ditulis lengkap

b. Cukup lengkap: jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10

c. Kurang lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 10

d. Tidak lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 7

3. Penulisan bagian-bagian surat

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

d. Salah semua: semua penulisan bagian surat salah

4. Kejelasan isi surat

a. Jelas: isi surat disampaikan dengan jelas

b. Cukup jelas: isi surat yang disampaikan cukup jelas


136

c. Kurang jelas: isi surat yang disampaikan kurang jelas

d. Tidak jelas: isi surat yang disampaikan tidak jelas

5. Pilihan kata

a. Sesuai: pilihan kata sesuai dengan isi surat

b. Cukup sesuai: pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat

c. Kurang sesuai: pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat

d. Tidak sesuai: pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat

6. Ejaan dan tanda baca

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan antara 11 sampai 20

d. Semua salah: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah

7. Penggunaan bahasa baku

a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3

b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

d. Semua salah: semua penggunaan bahasa baku salah

8. Struktur kalimat

b. Sangat sempurna: jumlah kesalaha antara 1 sampai 3

c. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10

d. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10

e. Semua kesalahan: semua struktur kalimat salah


137

Penilaian Keterampilan Menulis Surat Resmi

No. Kategori Skor


1. Sangat baik 85 - 100
2. Baik 75 - 84
3. Cukup 65 - 74
4. Kurang 0 - 64
138
LAMPIRAN 4
CONTOH SURAT RESMI

PEMERINTAH DAERAH SINGKAWANG


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI II SINGKAWANG
Jalan Merak 35, Singkawang, Kalimantan Barat

Nomor : 77/SMPN II/SKG/VIII/2005 5 Agustus 2005


Hal : Permohonan izin

Yth. Kepala Balai Penelitian Bahasa


Jalan Merak 35
Singkawang

Dengan hormat,
Dalam rangka memeriahkan ulang tahun SMP Negeri II Singkawang ke-14, kami
akan mengadakan kegiatan ceramah mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, besok pada tanggal 18 Agustus 2005.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon agar Bapak berkenan memberikan izin
salah seorang staf teknis Bapak untuk menjadi penceramah dalam kegiatan tersebut.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami sampaikan terima kasih.

Hormat kami,

Bambang Subekti
NIP 130251012
139

PANITIA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA KE-58


KARANG TARUNA DESA KARANGKAMULYAN
Balai Desa Karangkamulyan, Kecamatan Rejosari, Semarang

15 Agustus 2003

Nomor : 02/ HUT-RI/2003


Hal : Permohonan bantuan uang

Yth. Kepala Desa Karangkamulyan


Kantor Kepala Desa Karangkamulyan

Dengan hormat,
Kami ingin memberitahukan kepada Bapak bahwa untuk pelaksanaan kegiatan HUT
RI ke-58, kami masih kekurangan dana. Kekurangan tersebut disebabkan oleh
kenaikan transportasi dan harga-harga barang yang tidak kami duga sebelumnya.
Dana yang belum bisa kami tutupi itu sebesar Rp 150.000.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon Bapak berkenan memberikan bantuan
uang sebanyak tersebut di atas.

Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Asep Saefudin
Ketua Panitia
140

LAMPIRAN 5
INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN OBSERVASI
No Jenis Perilaku Fokus Observasi KS K C B BS
.
1. Keaktifan 1. Siswa memperhatikan
mendengarkan penjelasan guru.
penjelasan guru 2. Siswa mau bertanya tentang
materi yang diajarkan guru.
3. Siswa mau berkomentar tentang
materi yang diajarkan guru.
4. Siswa menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
5. Semua siswa mau membuat
catatan hal-hal penting.

2. Keaktifan siswa selama 1. Semua siswa semangat dalam


belajar menulis surat belajar menulis surat resmi.
resmi 2. Semua siswa terlibat dalam
pembelajaran menulis surat
resmi.
3. Semua siswa berdiskusi dalam
belajar menulis surat resmi.

3. Keaktifan mengerjakan 1. Semua siswa mengerjakan tugas


tugas menulis surat menulis surat resmi dengan
resmi sungguh-sungguh.
2. Siswa mampu menyelesaikan
tugas dalam waktu yang
ditentukan.

Keterangan:
KS : Kurang sekali
K : Kurang
C :Cukup
B : Baik
BS : Baik Sekali
141

PEDOMAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal :
Waktu :
Kelas :

PERTANYAAN
1. Apakah Anda senang dengan materi menulis surat resmi? Berikan alasannya!
2. Apakah Anda senang dengan teknik mengajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran menulis surat resmi? Berikan alasannya!
3. Apakah dengan diskusi Anda menjadi termotivasi dalam menulis surat resmi?
Berikan alasannya!
4. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi? Berikan
alasannya!
5. Sudahkah Anda memperbaiki surat resmi agar hasil menulis surat resmi lebih
baik? Berikan alasannya!
142

LEMBAR ANGKET
Hari/ Tanggal :
Nama :
Nomor :
Kelas :

No. Pernyataan SS S KS TS
1. Penjelasan guru tentang materi menulis surat
resmi mudah dipahami.
2. Guru melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Guru meberikan bimbingan dan pengarahan
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
5. Saya merasa teknik diskusi memberikan
semangat dalam kegiatan menulis surt resmi.
6. Saya merasa teknik diskusi mempermudah saya
memahami materi surat resmi.
7. Saya merasa teknik diskusi mempermudah saya
dalam menulis surat resmi.
8. Saya merasa telah bisa membedakan surat resmi
dengan surat pribadi.
9. Saya merasa telah bisa menulis surat resmi
dengan benar.
10. Cara mengajar guru menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan saya.

Keterangan:
SS: Sangat setuju
S : Setuju
KS: Kurang setuju
TS: Tidak setuju
143

LEMBAR JURNAL SISWA


Hari/ Tanggal :
Nama :
Nomor :
Kelas :

PERTANYAAN
1. Bagaimana kesan Anda tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru?
Berikan alasannya!
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
2. Apakah Anda senang mengikuti pelajaran dengan teknik yeng digunakan oleh
guru? Berikan alasan!
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
3. Bagaimana kesan Anda terhadap materi menulis surat resmi? Berikan alasan!
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
4. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi? Berikan alasan!
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
5. Bagaimanakah kesan Anda terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang?
……………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………….
148

HASIL OBSERVASI SIKLUS I

Hari/ Tanggal : Kamis/ 19 Mei 2005


Jam : 10.15 - 11.45 WIB
Kelas : VIIB

Jenis Fokus BS B C K KS Skor


Perilaku Observasi
1 1 V 4
2 V 1
3 V 2
4 V 4
5 V 3

2 1 V 3
2 V 4
3 V 4

3 1 V 4
2 V 4
Jumlah 0 6 2 1 1 33
% 0% 60% 20% 10% 10% 66%

Semarang, 19 Mei 2005


Pengamat

Tri Yuarno
149

HASIL OBSERVASI SIKLUS II

Hari/ Tanggal : Kamis/ 2 Juni 2005


Jam : 10.15 – 11.45 WIB
Kelas : VIIB

Jenis Fokus BS B C K KS Skor


Perilaku Observasi
1 1 V 5
2 V 3
3 V 3
4 V 5
5 V 4

2 1 V 4
2 V 5
3 V 5

3 1 V 5
2 V 5
Jumlah 6 2 2 0 0 44
% 60% 20% 20% 0% 0% 88%

Semarang, 2 Juni 2005


Pengamat

Tri Yuarno
150

PERBANDINGAN SKOR OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS II

JENIS FOKUS SKOR


PERILAKU OBSERVASI SIKLUS I SIKLUS II
1 1 4 5
2 1 3
3 2 3
4 4 5
5 3 4

2 1 3 4
2 4 5
3 4 5

3 1 4 5
2 4 5
JUMLAH 33 44
% 66% 88%
RATA-RATA 22%
151

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Retno Dwi Kanosari


Nomor : 32
Nilai : 72,75 (Nilai tinggi)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena agar suatu saat
menulis surat resmi? Berikan nanti dapat menulis surat lamaran
alasannya! pekerjaan dengan benar.
2 Apakah anda senang dengan teknik Kurang senang, karena dengan
mengajar yang digunakan dalam diskusi pembagian tugasnya tidak
kegiatan pembelajaran menulis adil, hanya orang tertentu saja
surat resmi? Berikan alasannya! yang aktif.
3 Apakah dengan diskusi Anda Tidak, karena dengan diskusi
menjadi termotivasi dalam menulis kelas menjadi ramai dan saya
surat resmi? Berikan alasannya! merasa terganggu.
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya mengalami kesulitan
dalam menulis surat resmi? Berikan pada struktur kalimat dan susunan
alasannya! katanya.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Belum, karena saya belum sempat
resmi agar hasil menulis surat resmi memperbaikinya
lebih baik? Berikan alasannya!
152

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Rahmat Yuni Ardianto


Nomor : 31
Nilai : 72,5 (Nilai tinggi)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena mengajarkan
menulis surat resmi? Berikan untuk menulis surat resmi dengan
alasannya! benar sehingga jika suatu saat
nanti ingin menulis surat lamaran
pekerjaan sudah tahu cara
menulisnya.
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena mengajarkan
mengajar yang digunakan dalam untuk bekerjasama dengan baik.
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Kurang termotivasi, karena
menjadi termotivasi dalam menulis dengan diskusi pembagian
surat resmi? Berikan alasannya! tugasnya tidak adil, hanya orang
tertentu saja yang aktif.
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya masih mengalami
dalam menulis surat resmi? Berikan kesulitan dalam menguraikan
alasannya! kata, tanda baca, struktur kalimat,
dan penulisan nomor surat.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Belum, karena tidak tahu
resmi agar hasil menulis surat resmi kesalahannya dan belum tahu cara
lebih baik? Berikan alasannya! memperbaikinya.
153

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Lolla Marrietta


Nomor : 22
Nilai : 67,5 (Nilai sedang)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Cukup senang, karena karena
menulis surat resmi? Berikan agak gampang dan agak susah.
alasannya! Dalam surat resmi harus
menggunakan bahasa yang resmi
dan saya mengalami kesulitan
dalam penggunaan tanda baca dan
menulis bagian-bagian surat.
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena jika mengalami
mengajar yang digunakan dalam kesulitan dapat diskusi dan
kegiatan pembelajaran menulis dibicarakan bersama teman.
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Kurang termotivasi, karena kelas
menjadi termotivasi dalam menulis menjadi ramai dan sehingga tidak
surat resmi? Berikan alasannya! bisa bekerja dengan bak.
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya mengalami kesulitan
dalam menulis surat resmi? Berikan dalam penggunaan bahasa, tanda
alasannya! baca, dan penulisan bagian-bagian
surat.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Belum, karena belum sempat.
resmi agar hasil menulis surat resmi
lebih baik? Berikan alasannya!
154

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Eko Wisnu Prabowo


Nomor : 15
Nilai : 65,75 (Nilai sedang)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena jika nanti ingin
menulis surat resmi? Berikan menulis surat pekerjaan dapat
alasannya! menulis dengan benar.
2 Apakah anda senang dengan teknik Tidak, karena kelas menjadi ramai
mengajar yang digunakan dalam dan tidak mau bekerja sama,
kegiatan pembelajaran menulis hanya satu orang saja yang aktif.
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena tidak ada yang
menjadi termotivasi dalam menulis menganggur.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya mengalami kesulitan
dalam menulis surat resmi? Berikan dalam menulis kepala surat, yaitu
alasannya! pada penulisan alamat dan pada
isi surat saya mengalami kesulitan
pada penggunaan tanda baca.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Belum, karena tidak tahu
resmi agar hasil menulis surat resmi kesalahannya.
lebih baik? Berikan alasannya!
155

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Irfan Adi Sukmawan


Nomor : 21
Nilai : 60 (Nilai rendah)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Sedikit suka, karena saya belum
menulis surat resmi? Berikan begitu bisa menulis surat resmi.
alasannya!
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena mudah dipahami.
mengajar yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Tidak, karena anggota
menjadi termotivasi dalam menulis kelompoknya perempuan semua.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya mengalami kesulitan
dalam menulis surat resmi? Berikan dalam kepala surat dan isi surat,
alasannya! yaitu pada penyusunan kata dan
kalimatnya.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena saya merasa hasil
resmi agar hasil menulis surat resmi pekerjaan saya masih ada
lebih baik? Berikan alasannya! kesalahan.
156

HASIL WAWANCARA SIKLUS I

Responden : Dwi Hana Panji S


Nomor : 14
Nilai : 60,25 (Nilai rendah)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena dapat melatih
menulis surat resmi? Berikan menulis surat dengan benar.
alasannya!
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena lebih mudah
mengajar yang digunakan dalam dipahami.
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena bisa bekerja sama
menjadi termotivasi dalam menulis dengan teman.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya masih mengalami
dalam menulis surat resmi? Berikan kesulitan dalam menulis isi surat
alasannya! terutama dalam penggunaan
bahasanya.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar dapat menulis
resmi agar hasil menulis surat resmi surat dengan benar.
lebih baik? Berikan alasannya!
157

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Vita Sulistya Ariani


Nomor : 44
Nilai : 79,5 (Nilai tinggi)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena dapat menambah
menulis surat resmi? Berikan pengetahuan tentang menulis surat
alasannya! resmi yang benar.
2 Apakah anda senang dengan teknik Ya, karena lebih mudah dipahami.
mengajar yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena dapat bekerja sama
menjadi termotivasi dalam menulis dengan teman.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Tidak, karena sudah diberi
dalam menulis surat resmi? Berikan penjelasan oleh guru.
alasannya!
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar tidak ada
resmi agar hasil menulis surat resmi kesalahan dalam menulis surat
lebih baik? Berikan alasannya! resmi.
158

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Indra Fransnowo


Nomor : 20
Nilai : 78,75 (Nilai tinggi)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena dapat
menulis surat resmi? Berikan mengajarkan untuk menulis surat
alasannya! resmi dengan benar.
2 Apakah anda senang dengan teknik Ya, karena lebih mudah dalam
mengajar yang digunakan dalam memahami pelajaran.
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena kesulitan yang ada
menjadi termotivasi dalam menulis dapat didiskusikan dengan teman.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Tidak, karena saya sudah paham
dalam menulis surat resmi? Berikan tentang surat resmi.
alasannya!
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar lebih paham
resmi agar hasil menulis surat resmi dalam menulis surat resmi.
lebih baik? Berikan alasannya!
159

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Privi Anjarwani


Nomor : 27
Nilai : 75,8 (Nilai sedang)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena dapat memberikan
menulis surat resmi? Berikan manfaat dalam kehidupan.
alasannya!
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena mudah dipahami.
mengajar yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Sedikit termotivasi, karena dalam
menjadi termotivasi dalam menulis diskusi tidak semua anak aktif.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, terutama dalam susunan
dalam menulis surat resmi? Berikan kalimatnya.
alasannya!
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar dapat menulis
resmi agar hasil menulis surat resmi surat resmi dengan benar.
lebih baik? Berikan alasannya!
160

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Siti Mukarromah


Nomor : 38
Nilai : 75 (Nilai sedang)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena jika ingin
menulis surat resmi? Berikan melamar pekerjaan dapat menulis
alasannya! surat lamaran dengan benar.
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena memudahkan
mengajar yang digunakan dalam siswa dalam belajar.
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena dapat menyelesaikan
menjadi termotivasi dalam menulis tugas dengan bekerja sama
surat resmi? Berikan alasannya! dengan teman.
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Tidak, karena penjelasan dari guru
dalam menulis surat resmi? Berikan sudah bisa saya pahami.
alasannya!
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar lebih paham
resmi agar hasil menulis surat resmi mengenai surat resmi surat resmi.
lebih baik? Berikan alasannya!
161

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Fajar ardi Bastian


Nomor : 16
Nilai : 71,8 (Nilai rendah)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Cukup senang, karena saya belum
menulis surat resmi? Berikan begitu paham mengenai surat
alasannya! resmi.
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena mudah dipahami.
mengajar yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Ya, karena kesulitan yang ada
menjadi termotivasi dalam menulis dapat diselesaikan dengan teman.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya mengalami kesulitan
dalam menulis surat resmi? Berikan dalam membuat nomor surat.
alasannya!
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Belum, karena saya masih
resmi agar hasil menulis surat resmi mengalami kesulitan.
lebih baik? Berikan alasannya!
162

HASIL WAWANCARA SIKLUS II

Responden : Titus wembie P


Nomor : 42
Nilai : 71,8 (Nilai rendah)

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah anda senang dengan materi Senang, karena menambah
menulis surat resmi? Berikan pengetahuan tentang surat resmi.
alasannya!
2 Apakah anda senang dengan teknik Senang, karena mudah
mengajar yang digunakan dalam dimengerti.
kegiatan pembelajaran menulis
surat resmi? Berikan alasannya!
3 Apakah dengan diskusi Anda Kurang termotivasi, karena kelas
menjadi termotivasi dalam menulis menjadi ramai.
surat resmi? Berikan alasannya!
4 Apakah Anda mengalami kesulitan Ya, saya masih mengalami
dalam menulis surat resmi? Berikan kesulitan dalam menulis isi surat
alasannya! terutama dalam menyusun kata.
5 Sudahkah Anda memperbaiki surat Sudah, karena agar dapat menulis
resmi agar hasil menulis surat resmi surat resmi dengan benar.
lebih baik? Berikan alasannya!
165

HASIL JURNAL SIKLUS I

Hari/ Tanggal : Kamis/ 21 Mei 2005

Kelas : VIIB

ASPEK JAWABAN JUMLAH


1 Senang 33
Cukup senang 10
Tidak senang 1

2 Senang 33
Cukup senang 10
Tidak senang 1

3 Senang 32
Cukup senang 11
Tidak senang 1

4 Ya 13
Tidak 31
JUMLAH 176
166

HASIL JURNAL SIKLUS II

Hari/ Tanggal : Kamis/ 2 Juni 2005

Kelas : VIIB

ASPEK JAWABAN JUMLAH


1 Senang 36
Cukup senang 7
Tidak senang 1

2 Senang 34
Cukup senang 9
Tidak senang 1

3 Senang 35
Cukup senang 8
Tidak senang 1

4 Ya 7
Tidak 37
JUMLAH 176
167

PERBANDINGAN HASIL JURNAL SIKLUS I DAN SIKLUS II

JAWABAN
ASPEK JAWABAN
SIKLUS I SIKLUS II
1 Senang 33 36
Cukup senang 10 7
Tidak senang 1 1

2 Senang 33 34
Cukup senang 10 9
Tidak senang 1 1

3 Senang 32 35
Cukup senang 11 8
Tidak senang 1 1

4 Ya 13 7
Tidak 31 37
JUMLAH 176 176
168

DESKRIPSI HASIL JURNAL SIKLUS I

1. Bagaimana kesan anda tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru? Berikan
alasan!
Jawaban: Senang
- Baik, karena guru bisa menerangkan dengan baik.
- Baik, membuat siswa belajar tertib.
- Mudah dipahami, sebab guru menjelaskan dengan sabar sehingga kami bisa
memahaminya.
- Baik, karena tidak menegangkan.
- Mudah dipahami karena guru memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan jelas.
- Baik, karena dijelaskan secara detail dan mengadakan diskusi lalu dibahas
bersama-sama.
- Senang, karena selalu memberi tanggapan kepada semua siswa.
Jawaban: Cukup senang
- Baik, tetapi penjelasannya kurang detail karena guru menjelaskannya terlalu
cepat.
- Agak senang, karena cara mengajar guru kurang dimengerti tetapi sudah baik
dan agak dipahami.
- Kurang baik, karena tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran siswa
Jawaban: Tidak senang
- Hampir tidak terdengar karena guru kurang tegas dengan murid yang ramai.

2. Apakah Anda senang mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh
guru? Berikan alasan!
Jawaban: senang
- Senang, karena bisa mengerti mengenai surat resmi.
- Senang, karena penjelasan guru jelas, singkat, dan mudah dipahami.
- Senang, karena pelajaran ini langsung dengan contohnya.
- Senang, karena dapat menambah ilmu pengetahuan saya.
169

- Senang, karena kalau mengajar dengan penuh perhatian dan tanggung jawab.
Jawaban: cukup senang
- Kurang senang, karena pada sistem KBK ini guru jarang menerangkan akan
tetapi siswa yang mencarinya sendiri.
- Kurang senang, karena kadang-kadang guru menjelaskan pelajaran yang tidak
dipahami oleh siswa.
- Kurang senang, karena cara guru menerangkan sangat membosankan.
- Agak senang, karena tekniknya agak membingungkan tetapi saya sudah
mengerti apa yang disampaikan.
Jawaban: tidak senang
- Tidak, karena kurang sabar dan kurang jelas.

3. Bagaimana kesan Anda terhadap materi menulis surat resmi? Berikan alasan!
Jawaban: senang
- Senang, karena saya bisa belajar susunan surat resmi.
- Sangat bagus, karena surat resmi itu mudah dipahami.
- Mudah dipahami, karena guru menjelaskan dengan benar dan murid menjadi
tahu.
- Dapat dimengerti, karena guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajar.
- Dapat menambah wawasan mengenai surat resmi.
- Materi menulis surat resmi membuat saya mengerti cara menulis surat resmi
dengan benar.
- Saya sangat senang, karena dilihat dari ilustrasi surat sudah mengerti hanya
saja penulisan kata dan hurufnya agak sulit.
- Jelas, karena saya sudah bisa menulis surat resmi dan membedakan surat
resmi dan surat pribadi.
- Baik, karena tidak mudah untuk membuat surat resmi.
Jawaban: cukup senang
- Agak susah, tetapi setelah dipelajari dan dipahami akhirnya mengerti.
- Lumayan mudah, sebab materinya sedikit dan mudah dipahami.
- Lumayan dipahami, karena saya masih bingung.
170

- Kurang, karena saya kurang memahami surat resmi.


- Lumayan mudah, sebab materinya sedikit dan mudah dipahami.
- Agak susah, ada aturan-aturannya dalam menulis surat resmi.
- Agak susah, karena harus teliti menulisnya.
Jawaban: tidak senang
- Materi surat resmi sulit dipahami.

4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi? Berikan alasan!
Jawaban: ya
- Ya, karena ada yang tidak saya pahami.
- Ya, karena kata-kata yang digunakan agak susah tetapi setelah dipelajari
akhirnya bisa.
- Ya, karena masih sedikit bingung.
- Ya, tentang penulisan tanggal.
- Ya, pada penulisan isi saya belum mengerti.
- Ya, karena sulit untuk dipahami.
- Ya karena pada saat pertama mengerjakan tidak mengerti apa yang ingin
ditulis.
- Ya, karena saya tidak memperhatikan.
Jawaban: tidak
- Tidak, karena asal saya mau memperhatikan penjelasan dari guru saya pasti
bisa.
- Tidak, karena materinya mudah dipahami.
- Tidak, karena saya sudah mengetahui aturan-aturan dalam menulis surat
resmi.
- Tidak, karena setelah mengetahui bagian-bagian surat resmi jadi mudah
memahami.
- Tidak, karena saya tahu benar materi menulis surat resmi.
- Tidak, karena saya sudah agak jelas dan penjelasan guru mudah dipahami.
- Tidak, saya sudah lumayan mengerti bagaimana cara menulis surat dengan
urutan yang benar.
171

- Tidak, karena saya sudah tahu bagian-bagiannya.


- Tidak, karena guru mengajar dengan baik.
- Tidak, karena saya sudah bisa membedakan antara surat resmi maupun yang
lainnya.

5. Bagaiman pesan Anda terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang?


- semoga siswa dapat mengerti tentang surat resmi.
- Semoga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tertib.
- Semoga saja kegiatan belajar yang akan datang lebih baik dan lebih bagus
agar mudah dimengerti oleh siswa.
- Semoga pelajaran yang dibahas lebih mudah dipahami dan guru sabar dalam
membahas materi itu.
- Semoga kegiatan pembelajaran yang akan datang menggunakan diskusi agar
tetap bersemangat.
- Semoga akan lebih baik dari sebelumnya.
- Semoga kegiatan pembelajaran yang akan datang tidak terlalu sulit.
- Lebih banyak bermain dan ketika menjelaskan pelan-pelan saja.
- Guru harus sabar dalam menghadapi siswa.
- Banyak-banyaklah melibatkan siswa.
172

DESKRIPSI HASIL JURNAL SIKLUS II

1. Bagaimana kesan anda tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru? Berikan
alasan!
Jawaban: senang
- Senang, karena guru menjelaskan dengan baik.
- Baik dan mudah dimengerti. Sebelimnya saya kurang bisa tetapi setelah
dibahas dan dijelaskan saya mudah mengerti.
- Senang, guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
- Baik, karena guru memberitahukan cara yang betul membuat surat
permohonan dengan jelas dan secara berulang-ulang.
- Baik, karena mempermudah untuk belajar.
- Baik, karena diberi contoh satu persatu dan dijelaskan kemudian disuruh
untuk berlatih.
- Baik sekali, karena kalau mengajar penuh tenggung jawab, perhatian, dan
sabar.
Jawaban: cukup senang
- Kurang jelas, karena volume suara tidak jelas.
- Cukup baik, karena kalau menjelaskan tergesa-gesa.
- Cukup menyenangkan, karena mudah dipahami dan tidak membingungkan.
Guru sabar dalam membimbing murid-muridnya.
Jawaban: tidak senang
- Cara mengajar kurang sabar.

2. Apakah Anda senang mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh
guru? Berikan alasan!
Jawaban: senang
- Senang, karena selain jelas cara mengajar tetapi juga mudah dipahami.
- Senang, karena teknik yang digunakan disiplin dan permasalahannya mudah
dipecahkan.
173

- Senang, karena membuat saya tidak lupa dan cepat paham dengan isi
pelajaran.
- Senang, karena teknik yang digunakan sekarang lebih asyik.
- Ya, karena kita bisa tahu mana yang harus diperhatikan dalam menulis surat
resmi.
- Senang sekali, karena saya dapat memahami isi surat resmi dan dapat menulis
surat resmi dengan baik.
- Senang, karena mempermudah dalam belajar.
- Senang, karena saya sudah sedikit mengerti apa yang dimaksud surat resmi.
- Senang, karena guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
berkomentar.
Jawaban: cukup senang
- Lumayan, karena dalam menjelaskan sudah cukup baik.
- Cukup baik, karena guru tabah dalam menghadapi murid-muridnya.
Jawaban: tidak senang
- Tidak senang, karena gurunya kurang sabar.

3. Bagaimana kesan Anda terhadap materi menulis surat resmi? Berikan alasan!
Jawaban: senang
- Saya sangat senang sekali, karena ternyata menulis surat resmi mudah tetapi
jika saya menulis pasti ada kesalahan.
- Senang, karena dapat menulis surat resmi dengan baik dan benar.
- Awalnya susah, tetapi setelah dipelajari akhirnya bisa.
- Mudah, surat resmi sudah saya mengerti dan pahami.
- Senang, karena bisa mendalami bagaimana cara membuatnya.
- Sangat baik, karena memberi tahu cara menulis surat dengan baik dan benar.
- Senang, Karena apabila kita ingin menulis surat resmi kita dapat menulis
dengan benar.
Jawaban: cukup senang
- Sedikit sulit, karena letak tanda bacanya kurang mengerti.
- Lumayan sulit, karena ada yang belum dimengerti.
174

- Lumayan sulit, karena pengunaan bahasa menggunakan bahasa resmi dan


baku.
- Cukup susah, karena terdiri atas beberapa susunan.
- Cukup sulit, karena dalam pembuatan surat resmi harus teliti.
- Tidak begitu sulit, karena saya sudah sedikit memahami.
- Lumayan sulit, karena banyak yang harus dipahami.
- Cukup menyenangkan, karena memberikan pengetahuan tentang membuat
surat resmi.
- Agak sulit, karena harus berhati-hati dalam penulisannya.
Jawaban: tidak senang
- Susah, karena ketika menulis surat resmi pasti banyak kesalahannya.

4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi? Berikan alasan!
Jawaban: ya
- Sedikit sulit, karena dalam menulis isi saya mengalami kesulitan dalam
memilih kata.
- Sedikit mengalami kesulitan, yaitu cara menulis kepala surat.
- Ya, karena harus menggunakan bahasa yang sopan.
- Ya, karena kita harus mengerti letak tanda baca, ejaan, bahasa, dan pilihan
kata yang tepat.
- Agak kesulitan, yaitu ketika membuat isi.
- Lumayan kesulitan, karena saya agak bingung dengan penulisannya, terutama
nomor surat.
Jawaban: tidak
- Tidak, karena saya sudah dapat mengerti dalam menulis surat resmi.
- Tidak, karena guru telah memberikan penjelasan.
- Awalnya ya, tetapi setelah dijelaskan saya tidak mengalami kesulitan lagi.
- Tidak, karena mudah menurut saya.
- Tidak, karena cara mengajar guru lebih jelas daripada yang kemarin, dan
dijelaskan satu persatu.
- Tidak, karena saya sudah lebih mengerti tentang menulis surat resmi.
175

- Tidak, karena semuanya sudah dijelaskan dan diberi contoh.


- Tidak, karena tidak begitu sulit.
5. Bagaimana pesan anda terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang?
- Semoga dalam mengajar menggunakan teknologi atau cara mengajar yang
lebih maju agar lebih mudah dipahami siswa.
- Semoga pembelajaran yang akan datang lebih mudah.
- Semoga guru dalam memberikan penjelasan lebih jelas lagi.
- Teruslah sabar menghadapi siswa yang belum mengerti.
- Semoga lebih mudah dan tidak monoton.
- Semoga kalau menerangkan tidak tergesa-gesa, santai, dan mudah
dimengerti.
- Semoga guru dapat mengenal siswa dengan baik.
- Cara mengajar harus ditingkatkan lagi.
HASIL PENILAIAN

Nama : Rahmat Yuni Ardianto


Nomor : 31
Kelas : VIIB

No. ASPEK SKOR


1. Kesesuaian bentuk surat 36
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 56
3. Penulisan bagian-bagian surat 30
4. Kejelasan isi surat 32
5. Pilihan kata 21
6. Ejaan dan tanda baca 27
7. Penggunaan bahasa baku 36
8. Struktur kalimat 52
Jumlah skor 290
Nilai 72,5
HASIL PENILAIAN

Nama : Sudrajat
Nomor : 39
Kelas : VIIB

No. ASPEK SKOR


1. Kesesuaian bentuk surat 36
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 60
3. Penulisan bagian-bagian surat 14
4. Kejelasan isi surat 32
5. Pilihan kata 21
6. Ejaan dan tanda baca 14
7. Penggunaan bahasa baku 15
8. Struktur kalimat 56
Jumlah skor 248
Nilai 62
HASIL PENILAIAN

Nama : Grasia Mulat Maharsiwi


Nomor : 19
Kelas : VIIB

No. ASPEK SKOR


1. Kesesuaian bentuk surat 40
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 60
3. Penulisan bagian-bagian surat 33
4. Kejelasan isi surat 32
5. Pilihan kata 18
6. Ejaan dan tanda baca 33
7. Penggunaan bahasa baku 36
8. Struktur kalimat 48
Jumlah skor 300
Nilai 75
HASIL PENILAIAN

Nama : Merry Anggun Saraswati


Nomor : 24
Kelas : VIIB

No. ASPEK SKOR


1. Kesesuaian bentuk surat 32
2. Kelengkapan bagian-bagian surat 60
3. Penulisan bagian-bagian surat 30
4. Kejelasan isi surat 32
5. Pilihan kata 21
6. Ejaan dan tanda baca 48
7. Penggunaan bahasa baku 32
8. Struktur kalimat 48
Jumlah skor 303
Nilai 75,75

Anda mungkin juga menyukai