SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi.
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang
Ketua, Sekretaris,
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Yuni Gilangsari
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan mampu menentukan
jumlahnya. Sungguh Alllah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
(An Nahl:18)
Persembahan:
Ayah ibu tercinta, Kakakku
dan adikku serta kak Danar
v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak pihak
telah memberikan bantuan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi
ini. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. H. A.T. Soegito, SH. M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian;
2. Prof. Dr. Rustono, Dekan FBS Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Drs. Eko Djatmiko, Kepala SMP Negeri 38 Semarang yang telah memberikan
izin penelitian;
4. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini;
5. Drs. Wagiran, M.Hum., dosen pembimbing I dan Drs.Suparyanto, dosen
pembimbing II yang telah penjelasan dan pengarahan dengan penuh ikhlas;
6. Ibu Endah Kusumoningrum, SPd., guru bahasa dan sastra Indonesia SMP
Negeri 38 Semarang yang telah memberikan pengarahan dengan penuh ikhlas.
7. Bapak dan ibu dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada
penulis.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca. Semarang, Oktober 2005
Penulis
SARI
vi
Gilangsari, Yuni. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi
Melalui Teknik Modeling dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa
Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Drs. Suparyanto.
Kata Kunci: peningkatan, menulis, pengalaman pribadi, modeling, kontekstual.
vii
terfokus dalam menulis, setelah mendapatkan pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.
Saran yang peneliti sampaikan adalah Guru dalam pembelajaran
keterampilan menulis hendaknya menggunakan teknik modeling, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pengalaman pribadi. Selain itu,
guru hendaknya mengetahui perubahan perilaku siswa, agar dapat memberikan
pengalaman yang menarik dan mengesankan pada siswa untuk meningkatkan
keterampilan menulis pengalaman pribadi. Peneliti yang mengembangkan
penelitian tentang menulis hendaknya dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai acuan dan pembanding hasil penelitian. Lembaga pendidikan hendaknya
menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
program-program pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran
menulis bagi siswa.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………. iii
PERNYATAAN ……………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………. v
PRAKATA ……………………………………. vi
SARI ……………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………. xv
ix
2.2.6 Teknik Modeling …………………………… 26
2.2.7 Hakikat Pembelajaran Menulis …………………………… 30
2.2.8 Pemilihan Materi Pembelajaran …………………………… 32
Menulis
2.2.9 Metode Pembelajaran Menulis …………………………… 34
2.2.10 Media Pembelajaran menulis …………………………… 38
2.2.11 Evaluasi Pembelajaran Menulis …………………………… 40
2.2.12 Pembelajaran Menulis Pengalaman …………………………… 41
Pribadi dengan Teknik Modeling
2.3 Kerangka Berpikir …………………………… 42
2.4 Hipotesis Tindakan …………………………… 44
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Tabel 21 Kelengkapan Unsur Cerita Siklus II ……………………………. 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
7. Di
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
10. Hasil Tes Siklus II Menulis Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VIID
xiv
15. Hasil Observasi Siklus I ................................................................................ 136
25. Hasil Angket Siklus I Siswa Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang .......... 150
26. Hasil Angket Siklus II Siswa Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang ......... 151
xv
SARI
PENDAHULUAN
secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses
tertentu (Depdiknas 2003: 4). Dalam konteks alami, fungsi bahasa yang utama
adalah sebagai alat komunikasi. Untuk itu, pengajaran bahasa Indonesia lebih
banyak melatih siswa terampil berbahasa, bukan dituntut lebih banyak mengetahui
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Fungsi dan tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs sebagai
(1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan
budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai
(Depdiknas 2003: 3). Oleh karena itu, tujuan pembelajaran bahasa diharapkan
1
2
dapat membentuk kompetensi bahasa Indonesia siswa SMP dan MTs dengan
standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs.
tematis.
sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan
dan sastra Indonesia SMP dan MTs, standar kompetensi yang harus dicapai siswa
pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat
pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang
menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat (Depdiknas
2004: 78). Ragam tulisan yang dimaksud dalam standar kompetensi ini dipertegas
memiliki keterampilan menulis dengan baik. Selain itu, siswa menulis karangan
hanya untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Semarang ditemukan, pada saat siswa dilatih menulis karangan, siswa lebih
menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan rutin dan
berkesinambungan.
Menurut Purwo (1997: 7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan
yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan
pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu
disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran
keterampilan menulis.
SMP Negeri 38 Semarang, ternyata hasil karangan siswa kelas VIID masih rendah
gagasan (ide), kurang latihan menulis karangan, dan kesalahan pada aspek
Indonesia. Kegiatan menulis akan lebih optimal bila dipadukan dengan kegiatan
membaca. Siswa yang banyak membaca akan mudah dan lancar menulis. Selain
yang menarik dan lebih bervariasi agar siswa lebih tertarik dan memiliki
kurang disentuh. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibelajarkan dengan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
5
Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dalam hal
modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pemodelan
para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu. Artinya, ada model yang ditiru
dan diamati oleh siswa. Dalam pembelajaran tersebut, dihadirkan beberapa model
karangan bersumber pengalaman yang ditulis oleh penulis di sebuah media cetak
dan hasil karangan siswa. Dengan model ini, siswa berdiskusi mengenai hal-hal
teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID SMP Negeri 38
Semarang.
6
tersebut antara lain guru, siswa, teknik pembelajaran, materi pembelajaran, media
pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang tidak terlepas dari faktor
pemberian contoh secara lisan masih menjadi pilihan utama dalam pembelajaran
yang menarik dan variatif. Salah satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan
Hasil karangan siswa yang rendah dan belum memuaskan berkaitan erat
dengan faktor siswa. Faktor tersebut antara lain kurangnya minat siswa dalam
menulis. Pengembangan bahan ajar menulis dengan berpedoman pada buku paket
dan buku pegangan guru merupakan pengembangan yang biasa digunakan guru
untuk mengajar. Guru dapat menggunakan kedua bahan ajar tersebut sepanjang
guru dapat menggunakan objek yang ada di sekitar siswa maupun sumber dari
hasil penilaian cenderung subjektif. Oleh karena itu, guru harus menciptakan alat
yang kurang kondusif dan memadai dapat menyebabkan minat belajar siswa
kurang. Guru harus memperhatikan hal tersebut guna meningkatkan minat siswa
teknik modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP
Negeri 38 Semarang?
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
9
modeling dapat dijadikan salah satu solusi efektif dalam upaya mengatasi
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia adalah menambah wawasan
pembelajaran.
bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian tindakan kelas mengenai menulis karangan
sekolah sangat menarik untuk diteliti. Penelitian menulis karangan sudah banyak
dilakukan, antara lain oleh Sukris (2000), Yuniati (2000), Iswahyudi (2001),
Menulis Wacana Narasi melalui Media Reka Cerita Bergambar pada Siswa Kelas
II E SLTP Negeri Jekulo Kudus menggunakan peran media reka cerita bergambar
tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini adalah media reka cerita bergambar dapat
efisien. Buktinya, secara klasikal pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai
64,78 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 69,78. Sedangkan, hasil
11
12
perubahan perilaku siswa. Hasil penelitian ini adalah model penyajian gambar
berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil tes siklus I mencapai 62,93% dan siklus II mencapai 71,41%.
tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini menyebutkan, metode diskusi kelompok
dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Adapun hasil tes siklus I
peningkatan menulis wacana narasi dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil
dengan teknik penceritaan pengalaman pribadi dan adanya perubahan tingkah laku
siswa. Hal ini terbukti dari hasil tes siklus I mencapai 63,77 dan siklus II
kuantitatif diperoleh persentase rata-rata kelas siklus I 72,2% dan siklus II 80%.
Dalam penelitian ini data nontes siswa mengalami perubahan tingkah laku positif.
pemodelan dan adanya perubahan tingkah laku siswa. Hal ini dibuktikan dengan
nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 68 dan pada siklus II mencapai 75.
Data nontes menunjukkan bahwa tingkah laku siswa dalam pembelajaran juga
mengalami perubahan, yaitu dari tingkah laku negatif menjadi tingkah laku
positif.
tindakan kelas tentang menulis memiliki persamaan, yaitu menulis sangat menarik
yang sudah ada. Pemilihan teknik modeling dengan pendekatan kontekstual dalam
pengalaman pribadi dan perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38
Semarang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu. Sebab, teknik
menulis adalah (1) siswa dapat melihat wujud karangan bersumber pengalaman
secara langsung, (2) siswa dapat mengamati dan meniru model karangan
mengembangkan gagasan yang akan disampaikan sebab ada acuan sebagai model,
dan (4) siswa akan lebih mudah untuk menulis pengalaman pribadi sesuai dengan
berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil
tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik
menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan
seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa
medium yang telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis
juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu,
disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai
dengan baik.
16
Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis
tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai,
tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa
adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari
adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse), (4) tulisan
yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut
(creative purpose), yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7)
yang meliputi (1) situasi kegiatan menulis, sehingga berjenis-jenis proses menulis
menulis dapat diukur dari tingkat kerumitan tertentu, pemakaian kosakata, dan
standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa
dalam berbagai ragam tulisan. Artinya, siswa terampil menulis secara efektif dan
tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk memperoleh
adalah (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2) penulis
dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan, (3) penulis dapat lebih banyak
serta mengekspresikan secara tersurat, (5) penulis dapat meninjau serta menilai
permasalahan, (7) penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) penulis
mengarang, yaitu (1) suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-
expression), (2) suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), (3)
dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal satisfaction,
pride, and a feeling of self-worth), (4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran
keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for
dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang dapat
menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah dipahami.
gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, penulis
menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis. Selain itu, penulis
lucu, khas, unik, aneh. Berbagai pengalaman seperti itu tidak atau menjadi lucu,
20
khas, unik, dan aneh apabila tidak dikomunikasikan dengan orang lain. Artinya,
lain. Membaca hal-hal yang telah ditulis mengenai pengalaman masa lalu,
agaknya dapat disamakan dengan melihat kejadian tersebut. Salah satu manfaat
tulisan adalah penemuan diri. Hal ini dibenarkan dengan menulis pengalaman
Menurut Tarigan (1994: 31), tulisan pribadi adalah suatu bentuk tulisan
pribadi sang penulis. Dengan catatan atau laporan pribadi yang tertulis, kita dapat
menangkap kembali atau merekam secara tepat apa-apa yang telah kita rasakan
atau alami di masa lalu. Selain itu, tulisan pribadi juga mempersiapkan penulisan
tugas-tugas yang jauh lebih pelik dengan jalan memudahkan kita menggarap suatu
pokok-pokok pembicaraan yang telah kita pahami benar-benar dan dapat dengan
menyakitkan.
dikomunikasikan kepada orang lain. Pengalaman lucu ini sering membuat orang
yang terlibat menjadi tertawa. Dalam kondisi normal, tertawa adalah ukuran
kelucuan itu. Demikian juga orang lain yang mendengar atau membaca cerita
sekali dalam seumur hidup. Dikatakan aneh karena pengalaman itu kemungkinan
kecil terjadi. Misalnya, berjumpa dengan makhluk yang bersifat gaib dapat
mendebarkan. Pada saat seperti ini hati berdebar-debar, denyut jantung semakin
seseorang untuk dikomunikasikan dengan orang lain. Kita mungkin juga pernah
Melihat orang buta yang tertatih-tatih mencari sesuap nasi adalah pengalaman
yang mengharukan.
menanggung malu. Bagi si korban atau keluarganya, pengalaman seperti ini akan
dalam hati pelakunya. Pelakunya akan selalu teringat dan akan sulit
melupakannya. Bahkan, bagi orang yang amat perasa, dalam setiap kehidupan
Keraf (2000: 136) mengartikan narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Maksudnya, narasi adalah
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Menurut Keraf (2000: 145),
mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Mereka tidak menerima kata-kata
umum untuk menyebut suatu perbuatan, tetapi mereka menyerap tindakan itu
rangkaian tindakan itu dijalin satu sama lain dalam suatu hubungan yang logis
karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan. Dalam hal ini, karakter-karakter
Latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu,
maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar yang
latar yang berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang
konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi
ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur mengatur bagaimana
dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu terikat
cerita yang dipaparkan. Dalam narasi, peranan sudut pandang sangat penting
sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Sudut pandang dalam sebuah narasi
itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah itu (Keraf 2000: 191).
adalah sudut pandang orang pertama. Presentasi sudut pandang orang pertama ini
disebut juga sudut pandang terbatas (limited point of view). Sudut pandang ini
disebut demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat
berurutan dan sistematis. Hal ini tampak pada sebuah karangan dalam bentuk
perincian utamanya akan bersifat kronologis atau menurut urutan waktu alamiah.
gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh
dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Sebaiknya gagasan yang akan
salah satu keterampilan menulis yang sangat integral dalam pembelajaran bahasa
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, standar kompetensi yang harus dicapai
siswa SMP dan MTs kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis
buku harian, surat pribadi tidak resmi, teks pengumuman, menyunting karangan
sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi
25
bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan
singkat. Dalam hal ini, menulis pengalaman merupakan kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa SMP dan MTs kelas VII. Indikator dari kompetensi dasar
tersebut adalah siswa mampu menulis pengalaman pribadi. Materi pokok yang
Sehubungan dengan hal itu, Sunarti dan Subana (Tth: 18) juga mengungkapkan,
untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
26
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
daripada hasil. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
bahwa yang dipelajari berguna bagi hidupnya. Mereka mempelajari apa yang
bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka
(2003: 31) menyebutkan, ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan
(reflection).
kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa alat peraga
mengajar.
27
model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam menulis karangan
baru. Karangan tidak sama persis dengan karangan model. Struktur karangan
model atau alat peraga. Kehadiran alat peraga akan menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar lebih menarik dan mengasyikkan serta siswa dapat berperan aktif
dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau model disesuaikan kebutuhan setiap
mata pelajaran.
berbahasa atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Dalam hal ini,
guru memberi model tentang cara mengerjakan sesuatu dan bagaimana cara
belajar. Siswa dapat dikatakan menguasai keterampilan baru dengan baik jika
guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru (Depdiknas 2002: 16).
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk
memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika ada seorang siswa
yang pernah mengikuti lomba puisi, siswa itu dapat pula ditunjuk untuk
kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.
28
Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas
untuk menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika
menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita
inginkan. Dalam teknik modeling, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa dan model dari luar. Dengan demikian, dalam
karangan bersumber pengalaman yang ditulis penulis di media cetak atau hasil
karangan siswa itu sendiri untuk disajikan dalam pembelajaran. Hasil menulis
pengalaman pribadi siswa akan baik dan benar jika siswa terlebih dahulu
model yang dihadirkan oleh guru. Guru juga dapat memberi contoh cara
mengerjakan sesuatu atau memberi model tentang bagaimana cara belajar sebelum
melaksanakan tugas, sehingga apa yang diamati dan ditiru dalam demonstrasi
tersebut dapat dilakukan siswa dalam belajar. Namun demikian, tentunya guru
siswa, (2) kontekstual, (3) sesuai dengan tingkat siswa, (4) menarik, (5) praktis,
(6) fungsional, (7) menantang, dan (8) kaya aksi (Depdiknas 2004: 22-28).
yang memang diperlukan peserta didik dalam kehidupannya, sekarang dan yang
akan datang. Dalam kaitannya dengan kebutuhan pada masa yang akan datang,
model yang perlu diangkat adalah model yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan
kehidupan nyata siswa. Hal ini tidak berarti bahwa model yang tidak dekat dengan
kehidupan siswa tidak boleh diangkat dalam pembelajaran. Model yang tidak
dengan cara (1) berpijak pada kehidupan siswa dan (2) “menghadirkan” model itu
siswa. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penentuan model berdasarkan
terutama menulis adalah model yang diminati dan disukai siswa. Dari sisi isi,
model yang diminati dan menarik bagi siswa tentunya model yang isinya sesuai
30
dengan kebutuhan siswa dan kehidupan siswa. Dari sisi bahasa, model yang
diminati dan menarik bagi siswa adalah model yang diungkapkan dengan gaya
pengungkapan siswa.
Model yang baik dan tepat digunakan dalam pembelajaran adalah model
Model yang menantang dan kaya aksi merupakan persyaratan model yang
baik dalam pembelajaran. Dengan model yang menantang diharapkan siswa lebih
serius untuk mempelajari dan mendalami model tersebut. Tentunya untuk memilih
kemahiran berbahasa yang teraktualisasi, maka model tersebut semakin kaya aksi.
porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu. Tujuan
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan tersebut dapat tercapai
bahwa ada berbagai kemungkinan cara penataan atau pemilihan kata. Menurut
Purwo (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 2), pembelajaran berbahasa perlu
saling membaca hasil tulisan sesama teman, (2) kegiatan menulis adalah kegiatan
kalimat, dan pemilihan kata). Oleh karena itu, siswa perlu dilatih menemukan
menulis akan lebih optimal bila didukung oleh kegiatan membaca. Orang yang
banyak membaca akan mudah dan lancar menulis dan semakin baik pula
dan MTs dalam mencapai kompetensi dasar. Para siswa sebagai pelajar akan lebih
mudah berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran menulis apabila dilatih
menulis secara rutin dan terus-menerus. Pada pembelajaran menulis ini, siswa
perlu dilatih untuk menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir. Hal itu
32
ulang melalui latihan terstruktur dan motivasi siswa serta dorongan fasilitator
paket atau buku pegangan guru merupakan pengembangan yang biasa dilakukan
oleh guru sebagai sumber belajar. Cara inilah yang tampaknya lebih mudah
kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru bergantung pada buku paket
atau buku pegangan, sehingga tidak mampu lagi mengajar tanpa buku tersebut
belajar menulis dapat pula menggunakan sumber dari bahan pembelajaran mata
terpisahkan dengan mata pelajaran yang lain. Siswa tidak bisa belajar matematika,
Dengan mempelajari bahasa, khususnya menulis yang bersumber pada buku teks
33
lain dapat memiliki makna ganda. Selain menguasai materi pembelajaran tersebut,
luas dan kompleks. Materi dalam pembelajaran menulis yang begitu banyak tidak
akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang diagendakan apabila
pengajaran menulis guru dapat menjelaskan struktur bahasa, kosakata, ejaan, dan
memperhatikan keterampilan menulis yang perlu dikuasai siswa, jenis tulisan apa
saja yang perlu diperkenalkan dan dilatihkan kepada siswa, dan apa saja yang
perlu dilakukan guru dalam pembelajaran menulis. Jika hal tersebut diketahui,
secara terus-menerus.
melihat siapa pembacanya, apa tujuannya, dan apa pesannya, (2) berlatih
menjelaskan sebab akibat, narasi dan proses, (3) berlatih memilih kata yang tepat,
34
wacana, (7) berlatih menggunakan tanda baca: titik, koma, titik koma, tanda
hubung, tanda pisah, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa perlu terampil
tercapai.
yang menerapkan teori-teori pada tingkat pendekatan. Dalam tingkat ini dilakukan
pembelajaran.
untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa alamiah. Agar interaksi
integeratif, tematik yang didasari oleh aspek fleksibilitas, siswa sebagai subjek,
tradisional. Metode pembelajaran menulis selama ini, yaitu siswa diberi tugas
35
kelas. Sementara itu, teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis belum
Menurut Juup dan Milne (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 8), dalam
memperkenalkan struktur yang akan dilatihkan, (3) latihan struktur secara lisan
dan intensif, (4) membacakan contoh karangan, (5) latihan menulis struktur , (6)
langkahnya (1) tahap berbicara menulis merupakan tahap pramenulis. Pada tahap
ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan, (2) tahap menyimak menulis
merupakan tahap di mana siswa memperoleh kertas dari guru yang harus diisi
dianggap perlu. Setelah itu, mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan
dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber dari luar, (5) proses penguatan,
Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu
membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata
tahap, yaitu tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan
Tahap ini meliputi pemilihan topik, pembatasan topik, penentuan judul, penentuan
tujuan, dan pengembangan topik. Pemilihan topik, berarti menentukan apa yang
mempertimbangkan (1) topik itu ada manfaatnya, (2) topik itu menarik bagi
penulis, dan (3) topik itu dikenal. Pembatasan topik, berarti mempersempit dan
akhir kegiatan menulis, hanya saja agar kegiatan menulis lebih terpadu, akan lebih
baik jika judul ditentukan lebih dahulu. Judul harus sesuai dengan topik, tetapi
perlu diingat topik tidak sama dengan judul. Penentuan tujuan, setiap tulisan pasti
sebuah karangan.
Tahap penulisan, yaitu tahap yang membahas setiap butir topik yang ada
karangan utuh diperlukan bahasa. Artinya, kita harus mampu memilih kata dari
istilah yang tepat, sehingga gagasan dapat dipahami dan diterima pembaca. Kata-
Tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang
tepat.
sudah dilakukan pada waktu tahap penulisan berlangsung. Pada tahap ini biasanya
diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan
kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, dan daftar pustaka. Jika tidak ada
kepada pengertian dan proses sebenarnya. Siswa akan memperoleh hasil menulis
karangan yang memuaskan apabila kegiatan menulis dilakukan secara rutin dan
dorongan, dan motivasi agar siswa dapat menulis karangan secara efektif dan
efisien. Selain itu, pihak sekolah bisa berperan aktif dalam upaya penyediaan
Menurut Santoso (dalam Subana dan Sunarti Tth: 287), media adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar gagasan (ide),
sehingga gagasan (ide) itu sampai pada penerima. Remiszewski (dalam Subana
dan Sunarti Tth: 287) memberi batasan tentang pengertian media, yaitu pembawa
pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses
belajar mengajar penerima pesan ialah siswa. Melalui inderanya, siswa dirangsang
untuk memilih dan menentukan media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia,
(1) fungsional, yaitu media pembelajaran benar-benar fungsional dalam arti cocok
ketercapaian tujuan pembelajaran, (2) tersedia, yaitu pada saat siswa memerlukan
media dalam pembelajaran, media itu tersedia, (3) murah, yaitu media belajar
39
pembelajaran yang digunakan untuk melatih siswa berbahasa dan tidak harus
mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan
bahasa dan sastra, (4) menarik, yaitu media pembelajaran mampu menarik
hasil belajar, tetapi tampaknya masih sedikit guru yang menggunakan media
Untuk itulah, ketika siswa akan berlatih menulis pengalaman pribadi, guru
sebuah media cetak atau hasil karangan siswa itu sendiri. Siswa dapat mengamati
dan meniru struktur menulis pengalaman pribadi dengan baik dan benar serta
tersedia, murah, dan menarik, maka kreativitas siswa untuk menulis karangan
dengan baik serta menarik apabila para siswa berkompetisi secara aktif dan sehat.
40
karangan bebas. Siswa disuruh menulis karangan dengan beberapa judul yang
dapat dipilihnya. Siswa yang satu dengan yang lain boleh berbeda judul. Hal itu
penilaian pun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat
menciptakan alat evaluasi yang tepat guna dan berdaya guna (Subyantoro dan
anak didiknya. Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 12-14)
atau kesan terhadap karangan secara keseluruhan, dan penilai tidak boleh
didasarkan pada beberapa hal (norma) Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan
Cara kerja metode ini, yaitu dua atau tiga orang menilai setiap karangan.
perbedaan nilai itu terlalu mencolok perlu diadakan pemeriksaan ulang. Untuk itu
perlu diadakan diskusi, sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan yang
41
penilaian dapat dengan rentangan antara 0-5, 0-10, 0-20, atau 0-100. Jadi penilai
diberi waktu khusus untuk menilai sejumlah karangan tertentu, misalnya untuk 20
karena itu, jika penilai sudah merasa lelah sebaiknya penilaian dihentikan untuk
sementara waktu. Kelebihan metode ini skor yang dicapai lebih dipercaya karena
suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai. Metode ini biasanya digunakan
oleh guru-guru yang mengalami kesulitan uantuk menilai karangan. Cara kerja
metode ini, misalnya aspek karangan yang akan dinilai adalah aspek kerjaan,
aspek tata bahasa, aspek kelancaran, dan aspek relevansi, setiap karangan dapat
hasil yang baik, maka perlu ada pembobotan pada setiap aspek.
cara menghitung kesalahan siswa secara keseluruhan. Metode ini tidak dianjurkan
menghadirkan model untuk diamati dan ditiru oleh siswa di kelas. Dalam
42
1. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa pernahkah mereka membaca atau
pengalaman.
8. Guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut
ini diawali dengan menuangkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
43
rangkaian cerita menurut waktu, kesesuaian dan kejelasan isi cerita, kelengkapan
Pada umumnya siswa SMP dan MTs mengalami kesulitan menuangkan ide ke
dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, agar kesulitan tersebut dapat diatasi perlu
dihadirkan teknik pembelajaran yang tepat serta menarik perhatian siswa. Salah
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Setiap
siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
masalah. Pada tahap tindakan, tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
dengan cara memperbaiki perencanaan siklus II. Setelah perencanaan pada siklus
dengan siklus I. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada
44
dibandingkan dalam hal pencapaian nilai. Hal ini digunakan untuk mengetahui
pendekatan kontekstual.
Pratindakan (Pembelajaran)
Teori menulis pengalaman pribadi
kontekstual.
BAB III
METODE PENELITIAN
terdiri atas empat tahapan, yaitu (1) perencanaan (planing), (2) tindakan (action),
P RP
K S
Siklus I Siklus II
R T R T
O O
Keterangan:
T = Tindakan S = Simpulan
O = Observasi
45
46
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus I dapat
1. Siklus I
a. Perencanaan
sebagai berikut.
pengalaman.
b. Tindakan
para siswa.
47
pengalaman
telah dibacakan.
c. Observasi
pengalaman pribadi.
d. Refleksi
siklus. Apabila hasil yang dicapai pada siklus I belum sesuai dengan target
2. Siklus II
a. Perencanaan
bersumber pengalaman.
kontekstual.
b. Tindakan
berikut.
siklus I.
pengalaman.
cerita pengalaman.
c. Observasi
Sasaran observasi ini mengarah pada hasil kemajuan yang dicapai siswa
pembelajaran.
d. Refleksi
keberhasilan dari kegiatan tindakan kelas siklus II. Pada siklus ini yang
Pengambilan keputusan untuk memilih siswa kelas VIID didasarkan atas beberapa
dan MTs, kompetensi dasar yang harus dicapai siswa kelas VIID adalah siswa
2. Siswa kelas VIID merupakan siswa yang belum terampil menulis pengalaman
Untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini ada dua
kejelasan isi cerita, kelengkapan unsur cerita, aspek kebahasaan, dan kerapian
karangan.
2. Teknik modeling
ditiru. Teknik modeling ini menggunakan media atau alat peraga sebagai
model.
1. Bentuk Instrumen
a. Instrumen Tes
pengalaman pribadi.
52
Keterangan:
3) Skala nilai:
aspek penilaian.
aspek penilaian.
penilaian.
penilaian.
53
penilaian.
berlangsung.
skala nilai sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Berikut ini skala
Skala Skor
No. Aspek Penilaian
SB B C K SK
1. Pengembangan gagasan (ide) 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
3. Kelengkapan unsur cerita 25-30 19-24 13-18 7-12 0-6
− Tokoh dan penokohan
− Latar (setting)
− Alur (plot)
4. Aspek kebahasaan 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
− Pengembangan paragraf
− Penyusunan kalimat efektif
− Ketepatan diksi
− EYD
5. Kerapian karangan 9-10 7-8 5-6 3-4 0-2
Keterangan:
penilaian.
penilaian.
penilaian.
b. Nontes
1) Observasi
56
2) Jurnal
yang ini berisi pesan, kesan, dan saran siswa terhadap pembelajaran
3) Angket
menggunakan alat penilaian skor dan dipilih dengan tanda cek list.
4) Wawancara
2. Validitas Instrumen
tersebut mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Tinggi
1) Validitas isi adalah validitas yang isinya harus sesuai atau harus logis
dengan teori, sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas
yang dikehendaki.
Maksudnya, pengkajian instrumen tidak sampai pada isi, tetapi pada segi
nontes. Teknik tes diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam
58
1. Secara Kuantitatif
Analisis data hasil tes secara kuantitatif atau deskriptif dihitung secara
SK
SP = X 100%
R
Keterangan:
SP = skor persentase
SK = skor kumulatif
R = jumlah responden
2. Secara Kualitatif
59
pribadi siswa. Data ini digunakan sebagai data awal yang mendasari adanya
peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi pada siklus I dan siklus II.
(2) kesesuaian dan kejelasan isi cerita, (3) kelengkapan unsur cerita: tokoh dan
penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD, dan (5) kerapian karangan.
Selain itu, hasil nontes dengan observasi, jurnal, angket, dan wawancara
4.1.1 Pratindakan
60
61
pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Berikut ini hasil
tes pratindakan keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik - 0 0
2. 75 – 84 Baik 3 232 7,92
3. 65 – 74 Cukup 12 818 27,92
4. 55 – 64 Kurang 21 1276 43,55
5. 0 – 54 Sangat Kurang 12 604 20,61
Jumlah 48 2930 100
Nilai Rata-rata 2930 / 48 = 61,04
Sumber: Data Penelitian
menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang masih
rendah atau dalam skala nilai kurang. Hal ini tampak pada nilai rata-rata
Dalam menulis pengalaman pribadi skala nilai sangat baik dengan rentang
nilai 85 – 100 ternyata tidak dicapai oleh siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan
rentang nilai 75 – 84 dicapai oleh 3 siswa atau 7,92%. Skala nilai cukup dengan
rentang nilai 65 – 74 dicapai oleh 12 siswa atau 27,92%. Skala nilai kurang
dengan rentang nilai 55 – 64 dicapai oleh 21 siswa atau 43,55% dan skala nilai
sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 dicapai 12 siswa atau 20,61%. Hasil
50
45
40
35
Persentase
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5
Skala Nilai
pribadi. Hasil penilaian tes pratindakan pengembangan gagasan dapat dilihat pada
tabel 5 berikut.
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik - 0 0
2. 13 – 16 Baik 8 128 23,02
3. 9 – 12 Cukup 28 336 60,43
4. 5–8 Kurang 11 88 15,83
5. 0–4 Sangat Kurang 1 4 0,72
Jumlah 48 556 100
Nilai Rata-rata ((556/48)x100)/20 = 57,9
mencapai nilai rata-rata 57,9. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada
63
skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%.
Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 8 siswa atau 23,02%. Skala
nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 28 siswa atau 60,43%. Skala nilai
kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 11 siswa atau 15,83%, sedangkan skala
nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 dicapai 1 siswa atau 0,72%.
pada kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil
penilaian tes pratindakan kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 6
berikut.
VIID SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita
kontekstual adalah 58,75. Keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan
rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan rentang
skor 13 – 16 dicapai 4 siswa atau 11,35%. Skala nilai cukup dengan rentang skor
9 – 12 dicapai 37 siswa atau 78,72%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8
64
dicapai 7 siswa atau 9,93%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan
kelengkapan unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes
VIID SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kelengkapan unsur cerita dalam
kontekstual adalah 65. Hal ini diperoleh dari keterampilan siswa pada skala nilai
sangat baik dengan rentang skor 25 – 30 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai
baik dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 32 siswa atau 72,65%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 14 siswa atau 24,78%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 7 – 12 dicapai 2 siswa atau 2,56%, sedangkan skala nilai
dalam karangan. Hasil penilaian tes pratindakan aspek kebahasaan dapat dilihat
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik - 0 0
2. 13 – 16 Baik 5 80 14,94
3. 9 – 12 Cukup 28 336 62,68
4. 5–8 Kurang 15 120 22,38
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 536 100
Nilai Rata-rata ((536/48)x100)/20 = 55,85
55,85. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik
dengan rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan
rentang skor 13 – 16 dicapai 5 siswa atau 14,94%. Skala nilai cukup dengan
rentang skor 9 – 12 dicapai 28 siswa atau 62,68%. Skala nilai kurang dengan
rentang skor 5 – 8 dicapai 15 siswa atau 22,38%, sedangkan skala nilai sangat
tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Hasil penilaian tes pratindakan
rata-rata 70,4. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 9 – 10 dicapai 3 siswa atau 8,87%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 7 – 8 dicapai 23 siswa atau 54,55%. Skala nilai cukup dengan
rentang skor 5 – 6 dicapai 18 siswa atau 31,85%. Skala nilai kurang dengan skor 3
– 4 dicapai 4 siswa atau 4,73%, sedangkan skala nilai sangat kurang dengan
Pada siklus I ini hasil tes keterampilan menulis pengalaman pribadi topik
kontekstual mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 10
berikut.
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik - 0 0
2. 75 – 84 Baik 4 318 10,31
3. 65 – 74 Cukup 18 1226 39,06
4. 55 – 64 Kurang 25 1540 49,02
5. 0 – 54 Sangat Kurang 1 54 1,61
Jumlah 48 3138 100
Nilai Rata-rata 3138/48 = 65,38
Sumber : Data Penelitian
Semarang mencapai nilai rata-rata 65,38 atau dalam skala nilai cukup. Dengan
siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100 tidak dicapai
siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan rentang nilai 75 – 85 dicapai 3 siswa atau
10,31%. Skala nilai cukup dengan rentang nilai 65 – 74 dicapai 19 siswa atau
39,06%. Skala nilai kurang dengan rentang nilai 55 – 64 dicapai 25 siswa atau
68
49,02% dan skala nilai sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 dicapai 1 siswa
60
50
40
Persentase
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Skala Nilai
pribadi. Hasil penilaian tes siklus I aspek pengembangan gagasan tampak pada
tabel 11 berikut.
kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 62,5. Keterampilan
mengembangkan gagasan pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 –
20 dicapai 1 siswa atau 3,4%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16 dicapai
7 siswa atau 18,6 %. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 37
siswa atau 74%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 3 siswa atau
4%, sedangkan nilai sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 4 tidak dicapai siswa
atau 0%.
pada sesuai atau tidaknya isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil
penilaian tes siklus I aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel
12 berikut.
pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID
SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita
mencapai nilai rata-rata 60,85. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 1 siswa atau 3,43%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 4 siswa atau 10,95%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 39 siswa atau 80,15%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 4 siswa atau 5,47%, sedangkan pada skala nilai
sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.
lengkap atau tidaknya unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Aspek
kelengkapan unsur cerita meliputi tokoh dan penokohan, latar (setting), dan alur
(plot). Hasil penilaian tes siklus I aspek kelengkapan unsur cerita dapat dilihat
pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID
mencapai nilai rata-rata 71,11. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 25 – 30 dicapai 5 siswa atau 13,28%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 38 siswa atau 78,52%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 5 siswa atau 8,20%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 7 – 12 dan skala nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 –
paragraf, penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD dalam karangan.
Hasil penilaian tes siklus I aspek kebahasaan dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 –
20 dicapai 1 siswa atau 3,53%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16
dicapai 5 siswa atau 14,08%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai
33 siswa atau 69,72%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 9
siswa atau 12,67%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor
tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Penilaian tes siklus I aspek
siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 75,4. Untuk
keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 9 – 10
dicapai 2 siswa atau 5,52%. Skala nilai baik dengan rentang skor 7 – 8 dicapai 34
siswa atau 75,14%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 5 – 6 dicapai 11 siswa
atau 18,23%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 3 – 4 dicapai 1 siswa atau
1,11%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 2 tidak
4.1.2.2.1 Observasi
pengalaman pribadi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
nilai rata-rata 67. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati
pada kondisi siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Pada aspek (1) semua
pengalaman pribadi mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (2) semua siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan baik mencapai skor 4 atau 80%. Pada
aspek (3) siswa aktif bertanya, menjawab, dan berkomentar tentang materi yang
dijelaskan guru mencapai skor 3 atau 60%. Pada aspek (4) semua siswa terlibat
mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (5) semua siswa membuat catatan penting
40%. Pada aspek (6) semua siswa mengerjakan tugas menulis pengalaman pribadi
dengan serius dan tekun mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (7) semua siswa
mengumpulkan hasil karangan menulis pengalam pribadi dengan tertib dan tepat
waktu mencapai skor 3 atau 60%. Pada aspek (8) siswa mampu merefleksi proses
75
dan hasil pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 3 atau 60%.
90
80
70
Persentase
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Diamati
4.1.2.2.2 Jurnal
kontekstual siswa dapat lebih mudah menemukan ide dalam menulis. Selain itu,
siswa setuju dan senang dengan teknik modeling karena dapat berpikir lebih cepat
dan kritis, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menulis lebih singkat untuk
pribadi secara lebih mudah dengan mencermati model yang diberikan, sehingga
siswa mengetahui hal-hal yang harus ada dalam karangan bersumber pengalaman
pribadi.
siswa, belum dapat menulis pengalaman pribadi sesuai dengan kaidah kebahasaan.
4.1.2.2.3 Angket
pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang. Hasil
Pada tabel 17 dapat diketahui, nilai rata-rata yang dicapai siswa dalam
skor 412 atau 85,8%; (2) saya tertarik dengan pembelajaran keterampilan menulis
mencapai skor 396 atau 82,5%; (3) keterampilan menulis dapat meningkatkan
78
kreativitas siswa dalam belajar mencapai skor 418 atau 87,1%; (4) saya senang
mencapai skor 402 atau 83,3%; (5) saya memahami materi pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disampaikan oleh guru mencapai skor 372 atau 77,5%;
(6) saya mudah menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi mencapai
skor 360 atau 75%; (7) pembelajaran menulis pengalaman pribadi sangat tepat
menggunakan teknik modeling mencapai skor 370 atau 77,1%; (8) saya tertarik
mencapai skor 356 atau 74,2%; (9) menulis pengalaman pribadi dapat
dipublikasikan melalui media cetak mencapai skor 384 atau 80%; (10) saya dapat
skor 402 atau 83,8%. Hasil tersebut tampak pada diagram 4 berikut.
90
85
Persentase
80
75
70
65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
79
4.1.2.2.4 Wawancara
Kandu, Mardiana, Nenang, Novi, dan Rini. Melalui wawancara tersebut diketahui,
Selain itu, mereka juga dapat mengambil manfaat positif menulis pengalaman
Namun, mereka masih kesulitan dalam menulis pengalaman pribadi sesuai dengan
kaidah EYD yang berlaku karena waktu yang disediakan terlalu singkat.
dengan lebih berkonsentrasi, bertanya kepada teman dan guru, dan berlatih
waktu yang lebih lama untuk menulis pengalaman pribadi, sehingga dapat teliti
dengan baik.
80
berikut.
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik 3 260 7,69
2. 75 – 84 Baik 10 796 23,55
3. 65 – 74 Cukup 22 1528 45,21
4. 55 – 64 Kurang 13 796 23,55
5. 0 – 54 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 3380 100
Nilai Rata-rata 3380/48 = 70,42
Sumber : Data Penelitian
Semarang pada siklus II mencapai nilai rata-rata 70,42 atau pada skala nilai
VIID SMP Negeri 38 Semarang sudah memenuhi target pencapaian nilai rata-rata
dengan rentang nilai 85 – 100 dicapai 3 siswa atau 7,69%. Skala nilai baik dengan
rentang nilai 75 – 84 dicapai 10 siswa atau 23,55%. Skala nilai cukup dengan
rentang nilai 65 – 74 dicapai 22 siswa atau 45,21%. Skala nilai kurang dengan
rentang nilai 55 – 64 dicapai 13 siswa atau 23,55%, sedangkan pada skala nilai
81
sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 tidak dicapai siswa atau 0%. Hasil
50
45
40
35
Persentase
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5
Skala Nilai
penilaian tes siklus II aspek pengembangan gagasan dapat dilihat pada tabel 19
berikut.
mencapai nilai rata-rata 73,35. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 9 siswa atau 25,56%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 16 siswa atau 36,37%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 21 siswa atau 35,79%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 2 siswa atau 2,28%, sedangkan skala nilai
sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.
pada kesesuaian isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes
siklus II aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 20 berikut.
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 4 80 12,66
2. 13 – 16 Baik 8 128 20,25
3. 9 – 12 Cukup 34 408 64,55
4. 5–8 Kurang 2 16 2,54
83
Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis
mencapai nilai rata-rata 65,85. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 4 siswa atau 12,66%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 8 siswa atau 20,25%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 34 siswa atau 64,55%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 2 siswa atau 2,54%, sedangkan pada skala nilai
kelengkapan unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes
siklus II aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 21.
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 25 – 30 Sangat Baik 12 316 29,69
2. 19 – 24 Baik 32 686 64,47
3. 13 – 18 Cukup 3 50 4,69
4. 7 – 12 Kurang 1 12 1,13
5. 0 –4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 1064 100
Nilai Rata-rata ((1064/48)x100)/30 = 73,89
84
mencapai nilai rata-rata 73,89. Adapun keterampilan siswa pada skala nilai sangat
baik dengan rentang skor 25 – 30 dicapai 12 siswa atau 29,69%. Skala nilai baik
dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 32 siswa atau 64,47%. Skala nilai cukup
dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 3 siswa atau 4,69%. Skala nilai kurang
dengan rentang skor 7 – 12 dicapai 1 siswa atau 1,13%, sedangkan pada skala
nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 6 yakni 0% atau tidak dicapai siswa.
dalam karangan. Berikut ini hasil penilaian tes siklus I aspek kebahasaan dapat
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 2 40 6,58
2. 13 – 16 Baik 7 112 18,42
3. 9 – 12 Cukup 36 432 71,05
4. 5–8 Kurang 3 24 3,95
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 608 100
Nilai Rata-rata ((608/48)x100)/20 = 63,35
85
63,35. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor
17 – 20 dicapai 2 siswa atau 6,58%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16
dicapai 7 siswa atau 18,42%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai
36 siswa atau 71,05%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 3
siswa atau 3,95%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor
dan tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Hasil penilaian tes siklus II
Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 9 – 10 Sangat Baik 8 80 21,51
2. 7–8 Baik 27 216 58,06
3. 5–6 Cukup 12 72 19,35
4. 3–4 Kurang 1 5 1,34
5. 0–2 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 372 100
Nilai Rata-rata ((372/48)x100)/10 = 77,5
rata-rata 77,5. Keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang
skor 9 – 10 dicapai 8 siswa atau 21,51%. Skala nilai baik dengan rentang skor 7 –
8 dicapai 27 siswa atau 58,06%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 5 – 6
dicapai 12 siswa atau 19,35%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 3 – 4
dicapai 1 siswa atau 1,34%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan
4.1.3.2.1 Observasi
pengalaman pribadi.
menulis pengalaman pribadi. Hal ini tampak pada skor yang dicapai siswa selama
nilai rata-rata 87. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati
pada kondisi siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Pada aspek (1) semua
pengalaman pribadi mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (2) semua siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan baik mencapai skor 5 atau 100%. Pada
aspek (3) siswa aktif bertanya, menjawab, dan berkomentar tentang materi yang
dijelaskan guru mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (4) semua siswa terlibat
mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (5) semua siswa membuat catatan penting
60%. Pada aspek (6) semua siswa mengerjakan tugas menulis pengalaman pribadi
dengan serius dan tekun mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (7) semua siswa
88
tepat waktu mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (8) siswa mampu merefleksi
proses dan hasil pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 4 atau
120
100
Persentase
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Diamati
4.1.3.2.2 Jurnal
segala sesuatu yang terjadi dan dialami siswa. Hasil jurnal menunjukkan, siswa
tepat waktu.
Selain itu juga diketahui, siswa semakin tertarik dan senang mengikuti
penyampaiannya sistematis.
4.1.3.2.3 Angket
digunakan dalam angket siklus II masih didasarkan pada angket siklus I. Jumlah
pernyataan sebanyak sepuluh butir dengan alat penilaian berupa cek list. Hasil
Pada tabel 25 dapat diketahui, nilai rata-rata yang dicapai siswa dalam
mengikuti pembelajaran 82,83. Pernyataan yang terdapat dalam angket, yaitu: (1)
mencapai skor 398 atau 82,9%; (3) keterampilan menulis dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar mencapai skor 438 atau 91,3%; (4) saya senang
mencapai skor 412 atau 85,5%; (5) saya memahami materi pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disampaikan oleh guru mencapai skor 386 atau 80,4%;
(6) saya mudah menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi mencapai
skor 384 atau 80%; (7) pembelajaran menulis pengalaman pribadi sangat tepat
menggunakan teknik modeling mencapai skor 372 atau 77,5%; (8) saya tertarik
mencapai skor 374 atau 77,9%; (9) menulis pengalaman pribadi dapat
dipublikasikan melalui media cetak mencapai skor 384 atau 80%; (10) saya dapat
skor 412 atau 85%. Hasil tersebut tampak pada diagram 7 berikut.
95
90
Persentase
85
80
75
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
penilaian yang digunakan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini, 48 siswa diminta
mengisi format angket yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil angket siklus II
tersebut diketahui, siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang secara umum
4.1.3.2.4 Wawancara
Anita, Candra, Hestiana, Rosa, Santi, Wilda, dan Yuli. Wawancara pada siklus II
ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perilaku siswa-siswa terhadap proses
pribadi yang dimiliki setiap siswa. Sebelum hasil menulis pengalaman pribadi
menulis kalimat yang baik, dan sulit menulis pengalaman pribadi sesuai dengan
kaidah EYD. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa menggunakan bahasa Jawa
hasil karangan harus disunting dan diubah sesuai dengan kalimat bahasa
Indonesia.
4.2 Pembahasan
dan hasil siklus II, meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes tindakan siklus I dan
modeling, sedangkan hasil nontes siklus I dan siklus II berupa observasi, jurnal,
penelitian tindakan kelas, yaitu pratindakan, siklus I, dan siklus II. Untuk
memberikan deskripsi yang lebih jelas mengenai peningkatan rata-rata skor nilai
Nilai Rata-rata
Peningkatan (%)
Aspek
No Aspek Penilaian
PT SI S II PT – S I S I–S II PT–S II
semua aspek keterampilan menulis siswa kelas VII D SMP Negeri 38 Semarang
mencapai 61,04 atau masih pada skala nilai kurang, berada pada rentang nilai 55 –
95
64. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata setiap aspek yang dinilai.
Pada pratindakan ini aspek pengembangan gagasan mencapai nilai rata-rata 57,9.
Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai rata-rata 58,75. Aspek
kelengkapan unsur cerita mencapai nilai rata-rata 65. Aspek kebahasaan mencapai
nilai rata-rata 55,85, sedangkan aspek kerapian karangan mencapai nilai rata-rata
70,4.
Hasil tes siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis siwa kelas VIID
SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 65,38 atau masih pada skala
nilai cukup, berada pada rentang nilai 65 – 74. Namun, dibandingkan dengan nilai
Penyebab belum tercapainya target nilai pada siklus I, yaitu siswa kelas
yang baik dalam menulis pengalaman pribadi. Namun, mereka sudah mampu
menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi. Hal ini tampak pada aspek
Penyebab lain, aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai
rata-rata 60,85. Dengan demikian dapat dikatakan, siswa belum cukup mampu
diksi, dan EYD mencapai nilai rata-rata 59,15. Hal ini menunjukkan siswa belum
pengalaman pribadi, meliputi aspek kelengkapan unsur cerita dengan nilai rata-
rata 71,11. Aspek lain yaitu kerapian karangan dengan nilai rata-rata 75,4.
Hasil tes siklus II nilai rata-rata kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang
mencapai 70,42 atau dengan skala nilai cukup baik. Dengan demikian nilai rata-
rata siklus II sudah memenuhi target yang ditentukan, yaitu 70. Dengan demikian,
peningkatan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan pada siklus II perilaku siswa
kontekstual. Hal itu tampak pada peningkatan nilai rata-rata siklus II dari siklus I
adalah 8,39.
Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai rata-rata 65,85.
dikatakan, siswa telah mampu menyesuaikan isi cerita dan memenuhi kejelasan
cerita.
rata. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata semua aspek menulis
kontekstual belum sepenuhnya terfokus. Hal ini tampak pada siswa yang ramai,
pengalaman pribadi mulai terlihat dan sikap siswa mulai terfokus dengan materi
yang diajarkan. Hal itu dapat dibuktikan dengan semangat dan antusiasme siswa
observasi pada siklus I dan siklus II tampak secara lebih jelas pada tabel 27
berikut.
Hasil Peningkatan
No. Aspek yang Diamati
Observasi (%)
SI SII
1. Semua siswa semangat dan antusias mengikuti 80 100 20
pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi.
2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru 80 100 20
dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab, dan 60 80 20
berkomentar tentang materi yang dijelaskan
guru.
4. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran 80 100 20
menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling.
5. Semua siswa membuat catatan penting tentang 40 60 20
materi pembelajaran menulis pengalaman
pribadi.
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis 80 100 20
pengalaman pribadi dengan serius dan tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil karangan 60 80 20
menulis pengalam pribadi dengan tertib dan
tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil 60 80 20
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 540 700 160
Nilai Rata-rata 67 87 20
untuk semua aspek 20% dari siklus I. Hal ini menunjukkan pembelajaran menulis
mengalami peningkatan.
20% dari siklus I. Hal ini terjadi karena siswa sangat senang dengan pembelajaran
siswa untuk terus berlatih menulis, yaitu hasil menulis pengalaman pribadi siswa
Pada aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru dengan baik, siklus II
mengalami peningkatan 20% dari siklus I. Hal ini menunjukkan, siswa memiliki
ketertarikan yang lebih baik sehingga lebih memperhatikan. Perhatian ini tampak
pribadi. Di samping itu, guru juga memberi ulasan kembali tentang materi untuk
materi yang dijelaskan guru pada siklus II mengalami peningkatan 20% dari siklus
tersebut, siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab, dan berkomentar tanpa
ditunjuk guru.
Peningkatan ini diusahakan dengan mendorong setiap siswa untuk secara intensif
mengerjakan tugas menulis yang diberikan. Bentuk nyata yang dilakukan guru
adalah memeriksa proses yang dilakukan setiap siswa dan memberikan bimbingan
seharusnya dilalui siswa dalam menulis pengalaman pribadi. Siswa sudah mulai
Pada aspek siswa lebih serius dan tekun dalam mengikuti proses belajar
pada siklus II meningkat 20% dari siklus I. Peningkatan ini selalu diusahakan
siswa.
pribadi dengan tertib dan tepat waktu pada siklus II meningkat 20% dari siklus I.
Hal ini menunjukkan, kedisiplinan yang selalu ditekankan guru pada siswa
menulis pengalaman pribadi pada siklus II meningkat 20% dari siklus I. Hal ini
menunjukkan, proses belajar yang dilalui siswa telah berhasil dengan baik. Siswa
modeling dengan pendekatan kontekstual juga tampak pada hasil angket yang
diberikan siswa. Hasil angket siklus I dan siklus II tampak pada tabel 28 berikut.
Berdasarkan hasil angket siklus II, pernyataan siswa yang diuraikan dalam
pendekatan kontekstual.
meningkat 0,9%. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, yaitu siswa lebih senang
siswa semakin kuat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
102
memberikan pengalaman baru kepada siswa. Karena itu, siswa merasa dapat lebih
kreatif atau memiliki lebih banyak cara untuk menulis pengalaman pribadi.
pembelajaran menulis pengalaman pribadi pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38
kemudahan yang diperoleh siswa karena dengan adanya model, secara otomatis
dapat melihat bentuk nyata tulisan pengalaman pribadi. Dengan demikian, siswa
memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang dijelaskan guru.
menulis. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, aspek pengembangan ide
siswa melalui angket yang diberikan berkaitan dengan teknik modeling dan
mengikuti proses pembelajaran ini. Hal ini tampak jelas pada pernyataan (8) yang
media cetak tidak ada peningkatan 0%. Hal ini menunjukkan, siswa tidak merasa
yakin tulisannya dapat diterbitkan di media cetak. Namun, siswa tetap menyadari
dengan menulis pengalaman pribadi tetap memperoleh manfaat. Hal ini tampak
pada pernyaaan (10) saya dapat mengambil nilai positif dari pembelajaran menulis
mengembangkan ide dalam menulis. Selain itu, siswa setuju dan senang dengan
teknik modeling karena dapat berpikir lebih cepat dan kritis. Selain itu, siswa
Namun, siswa masih merasa kesulitan untuk menulis terutama berkait dengan
pemilihan kata dan penyusunan kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan
atau EYD.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut.
tersebut dicapai setelah dilakukan tindakan kelas yang meliputi siklus I dan
nilai rata-rata pada tahap pratindakan 61,04. Pada siklus I nilai rata-rata
meningkat 4,34% menjadi 65,38 dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat
yaitu (1) aspek pengembangan gagasan (ide) 26,68%, (2) aspek kesesuaian
dan kejelasan isi cerita 12,08%, (3) aspek kelengkapan unsur cerita 13,67%,
2. Perubahan sikap dan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang
mengalami peningkatan ke arah lebih baik, yaitu siswa mulanya tidak terfokus
pendekatan kontekstual.
106
107
5.2 Saran
berikut.
pengalaman pribadi.
penelitian.
Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
108
109
RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I
A. Standar Kompetensi
• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi
dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain,
menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif,
menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat.
B. Kompetensi Dasar
• Menulis pengalaman
C. Indikator
• Mampu menulis pengalaman pribadi
E. Pengalaman Belajar
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Pendahuluan 10’
1) Guru bertanya kepada siswa pernahkah Tanya
mereka membaca atau menulis pengalaman jawab
pribadi di media cetak.
2) Guru menunjukkan beberapa contoh Menunjuka
karangan bersumber pengalaman yang n model
ditulis oleh penulis di sebuah media cetak.
3) Guru bertanya kepada siswa tentang
manfaat menulis pengalaman pribadi.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
hari itu yakni menulis pengalaman pribadi.
G. Penilaian
• Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
- Ketekunan - Keantusiasan
- Keseriusan - Kerjasama
113
Skala penilaian
1 = Sangat kurang 4 = Baik
2 = Kurang 5 = Sangat baik
3 = Cukup
115
Lampiran 2
RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS II
A. Standar Kompetensi
B. Kompetensi Dasar
• Menulis pengalaman
C. Indikator
• Cerita pengalaman
– Pengalaman lucu − Pengalaman memalukan
– Pengalaman aneh − Pengalaman menyakitkan
– Pengalaman mendebarkan − Pengalaman menyedihkan
– Pengalaman mengharukan − Pengalaman menyenangkan
E. Pengalaman Belajar
G. Penilaian
• Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
- Ketekunan - Keseriusan
- Keantusiasan - Kerjasama
118
Skala penilaian
1 = Sangat kurang 4 = Baik
2 = Kurang 5 = Sangat baik
3 = Cukup
174
Siti Komariah
NIM 2101401021
HASIL OBSERVASI SIKLUS II
Siti Komariah
NIM 2101401042