Anda di halaman 1dari 141

PENINGKATAN

KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI


MELALUI TEKNIK MODELING
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 38 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2004/2005

SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Yuni Gilangsari


NIM : 2101401042
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi.

Semarang, Oktober 2005


Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Wagiran, M.Hum Drs. Suparyanto


NIP 132050001 NIP 130516901

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang

pada hari : ……………………….


tanggal : ……………………….

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono Drs. Mukh Doyin, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132106367

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Dra. Mimi Mulyani, M.Hum. Drs. Suparyanto Drs. Wagiran, M.Hum


NIP 131863779 NIP 130516901 NIP 132050001

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Oktober 2005

Yuni Gilangsari

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
Jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan mampu menentukan
jumlahnya. Sungguh Alllah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
(An Nahl:18)

Persembahan:
Ayah ibu tercinta, Kakakku
dan adikku serta kak Danar

v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak pihak
telah memberikan bantuan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi
ini. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. H. A.T. Soegito, SH. M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian;
2. Prof. Dr. Rustono, Dekan FBS Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Drs. Eko Djatmiko, Kepala SMP Negeri 38 Semarang yang telah memberikan
izin penelitian;
4. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini;
5. Drs. Wagiran, M.Hum., dosen pembimbing I dan Drs.Suparyanto, dosen
pembimbing II yang telah penjelasan dan pengarahan dengan penuh ikhlas;
6. Ibu Endah Kusumoningrum, SPd., guru bahasa dan sastra Indonesia SMP
Negeri 38 Semarang yang telah memberikan pengarahan dengan penuh ikhlas.
7. Bapak dan ibu dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada
penulis.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca. Semarang, Oktober 2005
Penulis

SARI

vi
Gilangsari, Yuni. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi
Melalui Teknik Modeling dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa
Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Drs. Suparyanto.
Kata Kunci: peningkatan, menulis, pengalaman pribadi, modeling, kontekstual.

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang


perlu dikembangkan dan ditingkatkan sebagai sarana komunikasi tulis. Menulis
harus dilakukan secara efektif dan efisien mengingat menulis merupakan kegiatan
produktif dan ekspresif. Peningkatan keterampilan menulis perlu dilakukan
dengan pendekatan yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam hal ini, guru
sebagai fasilitator berperan penting memilih teknik pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran keterampilan menulis. Teknik modeling dengan pendekatan
kontekstual diharapkan tepat dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Permasalahan yang timbul pada penelitian ini adalah bagaimana
peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi dan perubahan perilaku
siswa melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas
VIID SMP Negeri 38 Semarang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi dan
mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang
setelah mendapatkan pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling dengan pendekatan kontekstual. Penelitiaan ini bermanfaat untuk
menambah khasanah pengembangan pengetahuan keterampilan menulis
pengalaman pribadi, memberikan alternatif dalam pemilihan teknik pembelajaran
menulis dan mengembangkan teori pembelajaran menulis pengalaman pribadi
melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Subjek
penelitian ini adalah keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID
SMP Negeri 38 Semarang tahun 2004/2005 sebanyak 48 siswa. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan tes dan nontes. Tes berupa menulis pengalaman pribadi,
sedangkan nontes berupa observasi, jurnal, angket, dan wawancara. Analisis data
meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan keterampilan menulis siswa kelas VIID
SMP Negeri 38 Semarang meningkat 90,32% atau rata-rata meningkat 18,05%
untuk semua aspek. Peningkatan tersebut dicapai setelah dilakukan tindakan kelas
yang meliputi siklus I dan siklus II melalui teknik modeling dengan pendekatan
kontekstual berdasarkan nilai rata-rata pada tahap pratindakan 61,04. Pada siklus I
nilai rata-rata meningkat 4,34% menjadi 65,38 dan pada siklus II nilai rata-rata
meningkat 4,04% menjadi 70,42. Persentase peningkatan pada siklus II dari
pratindakan, yaitu (1) aspek pengembangan gagasan (ide) 26,68%, (2) aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita 12,08%, (3) aspek kelengkapan unsur cerita
13,67%, (4) aspek kebahasaan 13,43%, dan kerapian karangan 10,08%. Perubahan
sikap dan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mengalami
peningkatan ke arah lebih baik, yaitu siswa mulanya tidak terfokus menjadi

vii
terfokus dalam menulis, setelah mendapatkan pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.
Saran yang peneliti sampaikan adalah Guru dalam pembelajaran
keterampilan menulis hendaknya menggunakan teknik modeling, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pengalaman pribadi. Selain itu,
guru hendaknya mengetahui perubahan perilaku siswa, agar dapat memberikan
pengalaman yang menarik dan mengesankan pada siswa untuk meningkatkan
keterampilan menulis pengalaman pribadi. Peneliti yang mengembangkan
penelitian tentang menulis hendaknya dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai acuan dan pembanding hasil penelitian. Lembaga pendidikan hendaknya
menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
program-program pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran
menulis bagi siswa.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………. iii
PERNYATAAN ……………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………. v
PRAKATA ……………………………………. vi
SARI ……………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………. 6
1.3 Pembatasan Masalah ……………………………………. 8
1.4 Rumusan Masalah ……………………………………. 8
1.5 Tujuan Masalah ……………………………………. 9
1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS ……….. 11


2.1 Kajian Pustaka ……………………………. 11
2.2 Landasan Teoretis …………………………… 14
2.2.1 Hakikat Menulis …………………………… 14
2.2.2 Tujuan Menulis …………………………… 16
2.2.3 Manfaat Menulis …………………………… 18
2.2.4 Menulis Pengalaman Pribadi …………………………… 19
2.2.5 Pendekatan Kontekstual …………………………… 25

ix
2.2.6 Teknik Modeling …………………………… 26
2.2.7 Hakikat Pembelajaran Menulis …………………………… 30
2.2.8 Pemilihan Materi Pembelajaran …………………………… 32
Menulis
2.2.9 Metode Pembelajaran Menulis …………………………… 34
2.2.10 Media Pembelajaran menulis …………………………… 38
2.2.11 Evaluasi Pembelajaran Menulis …………………………… 40
2.2.12 Pembelajaran Menulis Pengalaman …………………………… 41
Pribadi dengan Teknik Modeling
2.3 Kerangka Berpikir …………………………… 42
2.4 Hipotesis Tindakan …………………………… 44

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 45


3.1 Desain Penelitian …………………………………… 45
3.2 Subjek Penelitian …………………………………… 50
3.3 Variabel Penelitian …………………………………… 50
3.4 Instrumen Penelitian …………………………………… 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 58
3.6 Teknik Analisis Data …………………………………… 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 60


4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………… 60
4.2 Pembahasan ………………………………………………… 94

BAB V PENUTUP ……………………………………………………. 106


5.1 Simpulan ……………………………………………………….. 106
5.2 Saran ……………………………………………………….. 107

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 108


LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 110

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pedoman Penilaian …………………………………………….. 52

Tabel 2 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi 53

Tabel 3 Daftar Skala Skor Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi 55

Tabel 4 Hasil Tes Pratindakan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi 61

Tabel 5 Pengembangan Gagasan Pratindakan …………………………… 62

Tabel 6 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Pratindakan ……………….. 63

Tabel 7 Kelengkapan Unsur Cerita Pratindakan …………………………. 64

Tabel 8 Aspek Kebahasaan Pratindakan …………………………………. 65

Tabel 9 Kerapian Karangan Pratindakan …………………………………. 66

Tabel 10 Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi ….. 67

Tabel 11 Pengembangan Gagasan Siklus I ………………………………… 69

Tabel 12 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus I ……………………. 70

Tabel 13 Kelengkapan Unsur Cerita Siklus I ……………………………… 71

Tabel 14 Menggunakan Aspek Kebahasaan Siklus I ……………………… 72

Tabel 15 Kerapian Karangan Siklus I ……………………………………… 73

Tabel 16 Hasil Observasi Siklus I …………………………………………. 74

Tabel 17 Hasil Angket Siklus I ……………………………………………. 77

Tabel 18 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi …. 80

Tabel 19 Pengembangan Gagasan Siklus II ………………………………. 82

Tabel 20 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II …………………… 83

xi
Tabel 21 Kelengkapan Unsur Cerita Siklus II ……………………………. 84

Tabel 22 Aspek Kebahasaan Siklus II …………………………………….. 85

Tabel 23 Kerapian Karangan Siklus II ……………………………………. 86

Tabel 24 Hasil Observasi Siklus II …………………………………………. 87

Tabel 25 Hasil Angket Siklus II ……………………………………………. 91

Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi ………… 95

Tabel 27 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II …………….. 99

Tabel 28 Perbandingan Hasil Angket Siklus II dan Siklus II ……………... 102

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Hasil Tes Pratindakan Keterampilan Menulis Pengalaman ......... 62

2. Diagram Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menulis Pengalaman ................. 68

3. Diagram Hasil Observasi Siklus I ………………………………………… 75

4. Diagram Hasil Angket Siklus I …………………………………………… 79

5. Diagram Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Pengalaman ................ 81

6. Diagram Hasil Observasi Siklus II ………………………………………… 89

7. Di

agram Hasil Angket Siklus II …………………………………………… 92

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pembelajaran Siklus I .................................................................... 110

2. Model Karangan Bersumber Pengalaman Siklus I ...................................... 114

3. Rencana Pembelajaran Siklus II ................................................................... 115

4. Model Karangan Bersumber Pengalaman Siklus II ...................................... 119

5. Hasil Pratindakan Menulis Pengalaman Pribadi .......................................... 120

6. Hasil Siklus I Menulis Pengalaman Pribadi.................................................. 123

7. Hasil Siklus II Menulis Pengalaman Pribadi ................................................ 126

8. Hasil Tes Pratindakan Menulis Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang ............................................................................ 129

9. Hasil Tes Siklus I Menulis Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang............................................................................. 130

10. Hasil Tes Siklus II Menulis Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang............................................................................. 131

11. Data Nilai Siswa Menulis Pengalaman Pribadi melalui Teknik

Modeling Pratindakan .................................................................................. 132

12. Data Nilai Siswa Menulis Pengalaman Pribadi melalui Teknik

Modeling Siklus I.......................................................................................... 133

13. Data Nilai Siswa Menulis Pengalaman Pribadi melalui Teknik

Modeling Siklus II ........................................................................................ 134

14. Format Observasi .......................................................................................... 135

xiv
15. Hasil Observasi Siklus I ................................................................................ 136

16. Hasil Observasi Siklus II............................................................................... 138

17. Format Jurnal ............................................................................................... 140

18. Hasil Jurnal Siklus I ...................................................................................... 141

19. Hasil Jurnal Siklus II..................................................................................... 142

20. Rekap Hasil Jurnal Siklus I .......................................................................... 143

21. Rekap Hasil Jurnal Siklus II ......................................................................... 145

22. Format Angket ............................................................................................. 147

23. Hasil Angket Siklus I .................................................................................... 148

24. Hasil Angket Siklus II................................................................................... 149

25. Hasil Angket Siklus I Siswa Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang .......... 150

26. Hasil Angket Siklus II Siswa Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang ......... 151

27. Data Nontes Angket Siklus I ........................................................................ 152

28. Data Nontes Angket Siklus II ....................................................................... 153

29. Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II ................................................. 154

30. Hasil Wawancara Siklus I ............................................................................. 155

31. Hasil Wawancara Siklus II............................................................................ 161

32. Rekap Hasil Wawancara Siklus I.................................................................. 167

33. Rekap Hasil Wawancara Siklus II................................................................. 169

xv
SARI

Gilangsari, Yuni. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi


melalui Teknik Modeling dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa
Kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Drs. Suparyanto.
Kata Kunci: peningkatan, menulis, pengalaman pribadi, modeling, kontekstual.

Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang


perlu dikembangkan dan ditingkatkan sebagai sarana komunikasi tulis. Menulis
harus dilakukan secara efektif dan efisien mengingat menulis merupakan kegiatan
produktif dan ekspresif. Peningkatan keterampilan menulis perlu dilakukan
dengan pendekatan yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam hal ini, guru
sebagai fasilitator berperan penting memilih teknik pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran keterampilan menulis. Teknik yang tepat dalam
pembelajaran menulis pengalaman pribadi adalah menggunakan teknik modeling
dengan pendekatan kontekstual.
Permasalahan yang timbul pada penelitian ini adalah bagaimana
peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi dan perubahan perilaku
siswa melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas
VIID SMP Negeri 38 Semarang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi dan
mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang
setelah mendapatkan pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling dengan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Subjek
penelitian ini adalah keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VII D
SMP Negeri 38 Semarang tahun 2004/2005 sebanyak 48 siswa. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan tes dan nontes. Tes berupa menulis pengalaman pribadi,
sedangkan nontes berupa observasi, jurnal, angket, dan wawancara. Analisis data
meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan
kontekstual. Pada pratindakan diperoleh nilai rata-rata kelas 61,04, siklus I
diperoleh nilai rata-rata kelas 65,38, dan siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas
70,42. Nilai rata-rata aspek pengembangan gagasan pada siklus I adalah 62,5 dan
pada siklus II meningkat 73,35. Pada aspek rangkaian cerita menurut waktu nilai
rata-rata siklus I 85,5 dan siklus II 85,5. Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita
nilai rata-rata mencapai 60,85 dan pada siklus II meningkat 65,85. Nilai rata-rata
aspek kelengkapan unsur cerita pada siklus I 63,75 dan pada siklus II 67,9. Pada
aspek kebahasaan nilai rata-rata siklus I 59,15 dan pada siklus II 63,35. Aspek
kerapian karangan nilai rata-rata pada siklus I 75,4 dan pada siklus II 77,5.
Perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mengalami
peningkatan lebih baik setelah mendapatkan pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.
Saran yang peneliti sampaikan adalah guru dalam pembelajaran
keterampilan menulis hendaknya menggunakan teknik modeling, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis pengalaman pribadi dan
hendaknya mengetahui perubahan perilaku siswa, sehingga dapat memberikan
pengalaman yang menarik dan mengesankan pada siswa untuk meningkatkan
keterampilan menulis pengalaman pribadi.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah pertama

perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik

secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses

penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran

tertentu (Depdiknas 2003: 4). Dalam konteks alami, fungsi bahasa yang utama

adalah sebagai alat komunikasi. Untuk itu, pengajaran bahasa Indonesia lebih

banyak melatih siswa terampil berbahasa, bukan dituntut lebih banyak mengetahui

pengetahuan tentang bahasa.

Kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Fungsi dan tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs sebagai

(1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan

budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana

penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai

keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman

keberagaman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan Indonesia

(Depdiknas 2003: 3). Oleh karena itu, tujuan pembelajaran bahasa diharapkan

1
2

dapat membentuk kompetensi bahasa Indonesia siswa SMP dan MTs dengan

menyajikan komponen kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen

penggunaan bahasa secara terpadu.

Dalam Kurikulum 2004 terdapat standar kompetensi bahan kajian dan

standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs.

Standar kompetensi tersebut meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis (Depdiknas 2004: 59). Keempat keterampilan berbahasa

tersebut dalam pembelajaran harus dilaksanakan secara seimbang, terpadu, dan

tematis.

Salah satu keterampilan berbahasa yang dikembangkan adalah

keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan kemampuan

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi memakai bahasa tulisan yang baik

sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan

efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia SMP dan MTs, standar kompetensi yang harus dicapai siswa

kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,

pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat

pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang

lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif,

menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat (Depdiknas

2004: 78). Ragam tulisan yang dimaksud dalam standar kompetensi ini dipertegas

dalam kompetensi dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam

penelitian ini, peneliti lebih menfokuskan pada keterampilan menulis pengalaman.


3

Alokasi waktu pembelajaran menulis di SMP dan MTs dalam Kurikulum

2004 lebih sedikit daripada kurikulum sebelumnya. Akibatnya, pembelajaran

keterampilan menulis kurang maksimal. Karena itu dikhawatirkan siswa belum

memiliki keterampilan menulis dengan baik. Selain itu, siswa menulis karangan

hanya untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Berdasarkan observasi terhadap siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang ditemukan, pada saat siswa dilatih menulis karangan, siswa lebih

mementingkan panjang karangan dibandingkan dengan kualitas karangan. Selain

itu, siswa kurang mampu menerapkan pengetahuaan, keterampilan, dan sikap

hasil belajar ke dalam kehidupan sehari-hari. Padahal menulis merupakan

kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan bahasa tulisan. Keterampilan

menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan rutin dan

berkesinambungan.

Menurut Purwo (1997: 7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan

yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan

pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu

disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran

keterampilan menulis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia

SMP Negeri 38 Semarang, ternyata hasil karangan siswa kelas VIID masih rendah

dan belum memuaskan. Penyebabnya, siswa kurang mampu dalam menuangkan

gagasan (ide), kurang latihan menulis karangan, dan kesalahan pada aspek

kebahasaan yang tinggi. Berdasarkan wawancara, siswa kurang termotivasi dalam

pembelajaran menulis karangan. Hal ini disebabkan mereka jarang memperoleh


4

nilai tinggi. Dengan demikian, keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa

kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang perlu ditingkatkan.

Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis perlu mendapat

perhatian sungguh-sungguh semua pihak, terutama guru bahasa dan sastra

Indonesia. Kegiatan menulis akan lebih optimal bila dipadukan dengan kegiatan

membaca. Siswa yang banyak membaca akan mudah dan lancar menulis. Selain

itu, guru sebagai fasilitator hendaknya menggunakan teknik pembelajaran menulis

yang menarik dan lebih bervariasi agar siswa lebih tertarik dan memiliki

kemampuan menulis yang baik. Berdasarkan kenyataan, pembelajaran menulis

yang dilaksanakan kurang produktif. Guru umumnya hanya menerangkan hal-hal

yang berkenaan dengan teori menulis. Sementara pelatihan yang sebenarnya

kurang disentuh. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibelajarkan dengan

benar, yaitu membelajarkan anak untuk terampil menulis.

Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa. Dengan demikian, mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan

sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (constructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), penilaian sebenarnya (authentic assessment), dan refleksi

(reflection) (Depdiknas 2002: 5). Dengan konsep pendekatan kontekstual tersebut

proses pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
5

Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dalam hal

ini, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Peningkatan keterampilan menulis pengalamam pribadi melalui teknik

modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran

menulis karangan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pemodelan

(modeling) sebagai salah satu komponen pendekatan kontekstual mempunyai

peran penting dalam pembelajaran keterampilan menulis. Kegiatan pemberian

model dalam pembelajaran keterampilan menulis bertujuan untuk membahasakan

gagasan yang kita pikirkan dengan cara mendemonstrasikan, kita menginginkan

para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu. Artinya, ada model yang ditiru

dan diamati oleh siswa. Dalam pembelajaran tersebut, dihadirkan beberapa model

karangan bersumber pengalaman yang ditulis oleh penulis di sebuah media cetak

dan hasil karangan siswa. Dengan model ini, siswa berdiskusi mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan menulis pengalaman pribadi. Di samping itu, penghadiran

model menulis pengalaman pribadi dalam pembelajaran dapat memberikan nilai

positif bagi siswa maupun guru. Komponen pemodelan (modeling) melibatkan

guru, siswa, dan model dari luar untuk menjadi model.

Keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual diasumsikan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam

pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi. Oleh karena itu, peneliti

melakukan penelitian mengenai peningkatan menulis pengalaman pribadi melalui

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang.
6

1.2 Identifikasi Masalah

Keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berkaitan erat

dengan komponen menulis dan ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut antara lain guru, siswa, teknik pembelajaran, materi pembelajaran, media

pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut

saling mengait dan menentukan dalam pembelajaran keterampilan menulis.

Faktor-faktor penyebab kurangnya keterampilan menulis pengalaman

pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang tidak terlepas dari faktor

ketidaktepatan pemilihan teknik pembelajaran yang digunakan guru. Selama ini

dalam pembelajaran menulis karangan, guru cenderung masih menganggap

dirinya sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga teknik ceramah dengan

pemberian contoh secara lisan masih menjadi pilihan utama dalam pembelajaran

menulis. Dalam pembelajaran menulis, hendaknya guru menggunakan teknik

yang menarik dan variatif. Salah satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan

pembelajaran keterampilan menulis adalah teknik modeling.

Hasil karangan siswa yang rendah dan belum memuaskan berkaitan erat

dengan faktor siswa. Faktor tersebut antara lain kurangnya minat siswa dalam

menulis karangan, kurangnya kreativitas siswa dalam mengembangkan ide yang

akan disampaikan, dan kecenderungan siswa ingin menghasilkan karangan

panjang tanpa memperhatikan kaidah penulisan. Untuk mengatasi hal tersebut

siswa perlu mendapatkan model pembelajaran keterampilan menulis secara rutin,

seimbang, terpadu, tematis, dan berkesinambungan.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil karangan siswa yaitu

ketidaktepatan pemilihan materi, media, dan evaluasi dalam pembelajaran


7

menulis. Pengembangan bahan ajar menulis dengan berpedoman pada buku paket

dan buku pegangan guru merupakan pengembangan yang biasa digunakan guru

untuk mengajar. Guru dapat menggunakan kedua bahan ajar tersebut sepanjang

dapat menunjang pencapaian kompetensi dasar pembelajaran menulis. Selain itu,

guru dapat menggunakan objek yang ada di sekitar siswa maupun sumber dari

pembelajaran mata pelajaran lain.

Dalam pembelajaran menulis, tampaknya masih sedikit guru yang

menggunakan media dalam mengajarkan keterampilan menulis. Sebaiknya guru

mempersiapkan berbagai macam media yang digunakan untuk menggairahkan

pembelajaran menulis. Peneliti mencoba memberikan contoh model karangan

bersumber pengalaman yang diambil di media cetak untuk menarik perhatian

siswa. Faktor evaluasi pembelajaran menulis sering juga difokuskan pada

menulis karangan tanpa memperhatikan kriteria penilaian yang baik, sehingga

hasil penilaian cenderung subjektif. Oleh karena itu, guru harus menciptakan alat

evaluasi yang tepat guna dan berdaya guna.

Di samping keenam faktor tersebut ada satu faktor yang mempengaruhi

pembelajaran keterampilan menulis, yaitu faktor lingkungan. Kondisi lingkungan

yang kurang kondusif dan memadai dapat menyebabkan minat belajar siswa

kurang. Guru harus memperhatikan hal tersebut guna meningkatkan minat siswa

dalam pembelajaran menulis.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah dalam skripsi ini difokuskan pada upaya peningkatan

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang.


8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

disampaikan di atas, permasalahan penelitian ini disusun sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang?

2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang setelah mendapat pembelajaran menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa

kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual melalui teknik modeling.

2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang setelah mendapatkan pembelajaran menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis
9

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah

pengembangan pengetahuan keterampilan menulis pengalaman pribadi serta

memberikan alternatif dalam pemilihan teknik pembelajaran menulis. Teknik

modeling dapat dijadikan salah satu solusi efektif dalam upaya mengatasi

masalah kesulitan menulis pengalaman pribadi. Selain itu, manfaat penelitian

ini diharapkan dapat mengembangkan teori pembelajaran menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, peneliti,

dan lembaga pendidikan.

a. Manfaat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia adalah menambah wawasan

guru tentang keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik

modeling dengan pendekatan kontekstual. Manfaat bagi siswa dapat lebih

mudah menemukan dan mengembangkan ide dalam menulis karangan

dengan teknik modeling. Sebab dengan adanya model karangan bersumber

pengalaman, siswa dapat mengacu pada karangan model.

b. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat memperkaya wawasan tentang

penggunaan teknik modeling dengan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran.

c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah adanya peningkatan kualitas

pembelajaran keterampilan berbahasa, terutama keterampilan menulis

dengan pendekatan kontekstual.


10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Keterampilan menulis merupakan bagian integral dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian tindakan kelas mengenai menulis karangan

sangat menarik perhatian para peneliti. Banyaknya penelitian tentang

keterampilan menulis karangan dapat dijadikan bukti, menulis karangan di

sekolah sangat menarik untuk diteliti. Penelitian menulis karangan sudah banyak

dilakukan, antara lain oleh Sukris (2000), Yuniati (2000), Iswahyudi (2001),

Suwarna (2002), Suryanto (2004), dan Astuti (2004).

Sukris (2000) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan

Menulis Wacana Narasi melalui Media Reka Cerita Bergambar pada Siswa Kelas

II E SLTP Negeri Jekulo Kudus menggunakan peran media reka cerita bergambar

dalam peningkatan menulis karangan narasi kategori insiden dan perubahan

tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini adalah media reka cerita bergambar dapat

meningkatkan keterampilan menulis wacana narasi siswa secara efektif dan

efisien. Buktinya, secara klasikal pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai

64,78 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 69,78. Sedangkan, hasil

nontes perubahan tingkah laku siswa mengalami peningkatan.

Yuniati (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Model Pembelajaran

Menulis dengan Penyajian Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Narasi Siswa Kelas III Cawu 3 SLTP 29 Semarang menggunakan

11
12

penyajian gambar berseri dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi dan

perubahan perilaku siswa. Hasil penelitian ini adalah model penyajian gambar

berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Hal ini dapat dibuktikan

dengan hasil tes siklus I mencapai 62,93% dan siklus II mencapai 71,41%.

Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku keterampilan

menulis yang dicerminkan oleh daya serap siswa.

Iswahyudi (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Keterampilan

Menulis Narasi dengan Metode Diskusi Siswa SLTP N 1 Dempet menggunakan

metode diskusi dalam peningkatan menulis karangan narasi dan perubahan

tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini menyebutkan, metode diskusi kelompok

dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Adapun hasil tes siklus I

mencapai 81% dengan ketuntasan belajar secara keseluruhan dan 100%

ketuntasan hasil belajar secara klasikal.

Suwarna (2002) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Menulis

Wacana Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas II 4

MAN 1 Surakarta menggunakan teknik penceritaan pengalaman pribadi dalam

peningkatan menulis wacana narasi dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil

penelitian ini, yaitu adanya peningkatan keterampilan menulis wacana narasi

dengan teknik penceritaan pengalaman pribadi dan adanya perubahan tingkah laku

siswa. Hal ini terbukti dari hasil tes siklus I mencapai 63,77 dan siklus II

mencapai 72,15. Selain itu, data nontes menunjukkan, siswa mengalami

perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan

menggunakan teknik penceritaan pengalaman pribadi.


13

Penelitian mengenai keterampilan menulis yang dilakukan oleh Suryanto

(2004) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis

Karangan Narasi dengan Teknik Modeling pada Kelas II D SLTP 1 Sukorejo

Kendal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, teknik modeling dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Berdasarkan analisis data

kuantitatif diperoleh persentase rata-rata kelas siklus I 72,2% dan siklus II 80%.

Dalam penelitian ini data nontes siswa mengalami perubahan tingkah laku positif.

Sejalan dengan penelitian Suryanto tersebut, Astuti (2004) juga

mengadakan penelitian mengenai Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan

Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas

II PS 4 SMK N 8 Semarang. Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan

keterampilan menulis karangan narasi dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan adanya perubahan tingkah laku siswa. Hal ini dibuktikan dengan

nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 68 dan pada siklus II mencapai 75.

Data nontes menunjukkan bahwa tingkah laku siswa dalam pembelajaran juga

mengalami perubahan, yaitu dari tingkah laku negatif menjadi tingkah laku

positif.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut dapat diketahui bahwa penelitian

tindakan kelas tentang menulis memiliki persamaan, yaitu menulis sangat menarik

perhatian, kemampuan siswa relatif rendah, perlu adanya peningkatan

kemampuan menulis bagi siswa, dan percobaan menggunakan metode dan

pendekatan pembelajaran. Perbedaannya, setiap penelitian yang dilakukan

memiliki kebaruan dengan hasil yang berbeda.


14

Penelitian ini berfungsi sebagai pengembang dari penelitian-penelitian

yang sudah ada. Pemilihan teknik modeling dengan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran menulis merupakan alternatif peningkatan keterampilan menulis

pengalaman pribadi dan perubahan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu. Sebab, teknik

modeling merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan model atau contoh

yang dapat dilihat wujudnya secara langsung oleh siswa. Keunggulan

menggunakan model karangan bersumber pengalaman dalam pembelajaran

menulis adalah (1) siswa dapat melihat wujud karangan bersumber pengalaman

secara langsung, (2) siswa dapat mengamati dan meniru model karangan

bersumber pengalaman secara konkret, (3) siswa mudah menemukan dan

mengembangkan gagasan yang akan disampaikan sebab ada acuan sebagai model,

dan (4) siswa akan lebih mudah untuk menulis pengalaman pribadi sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Hakikat Menulis

Menurut Tarigan (1994: 3-4), menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini


15

tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik

yang banyak dan teratur.

Berkait dengan itu, Suriamiharja, dkk. (1996: 1-2) mengungkapkan,

menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis

juga dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.

Adapun Akhadiah, dkk. (1997: 3) mengungkapkan, menulis merupakan

suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan

merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol

atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya.

Lado (dalam Suriamiharja, dkk. 1996: 1), menulis adalah menempatkan

simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh

seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa

tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis merupakan

kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai

medium yang telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis

juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu,

keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan berkesinambungan

disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai

dengan baik.
16

2.2.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang.

Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis

tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai,

tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa

maksud dan tujuannya.

Menurut Tarigan (1994: 23-24), tujuan menulis (the writer‘s intention)

adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari

pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan menulis

adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut

wacana informatif (informative discourse), (2) tulisan yang bertujuan untuk

meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), (3)

tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang

mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse), (4) tulisan

yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut

wacana ekspresif (expressive discourse).

Hugo Hartig (dalam Tarigan 1994: 24-25) mengungkapkan, tujuan

menulis meliputi (1) tujuan penugasan (assignment purpose), yaitu menulis

karena ditugaskan bukan kemauan sendiri, (2) tujuan altruistik (altruistic

purpose), yaitu untuk menyenangkan pembaca, (3) tujuan persuasif (persuasive

purpose), yaitu meyakinkan pembaca dan kebenaran gagasan yang diutamakan,

(4) tujuan informasional (informational purpose), yaitu memberi informasi

kepada pembaca, (5) tujuan pernyataan diri (self-expressive purpose), yaitu


17

memperkenalkan diri sebagai pengarang kepada pembaca, (6) tujuan kreatif

(creative purpose), yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7)

tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose), yaitu mencerminkan serta

menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Sehubungan dengan tujuan menulis tersebut, Soenardji dan Hartono

(1998: 104) mengungkapkan, tujuan pembelajaran menulis yang ditetapkan oleh

Armed Forces Institute dan Educational Testing Service merumuskan kriteria

yang meliputi (1) situasi kegiatan menulis, sehingga berjenis-jenis proses menulis

mendapatkan perhatian, (2) taraf perkembangan siswa, sehingga kemahiran

menulis dapat diukur dari tingkat kerumitan tertentu, pemakaian kosakata, dan

kemampuan pengorganisasiannya, (3) tahapan pengkembangan yang

berkesinambungan, sehingga taraf-taraf keterampilan dicapai menurut

perkembangan yang teratur.

Depdiknas (2003: 4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran menulis

standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa

mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan. Artinya, siswa terampil menulis secara efektif dan

efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks.

Berdasarkan uraian tujuan menulis yang disampaikan di atas, dapat

diketahui menulis mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki

kompetensi menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu,

tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk memperoleh

masukan dari pembaca.


18

2.2.3 Manfaat Menulis

Menurut Akhadiah (dalam Suriamiharja, dkk. 1996: 4-5), manfaat menulis

adalah (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2) penulis

dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan, (3) penulis dapat lebih banyak

menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang

ditulis, (4) penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis

serta mengekspresikan secara tersurat, (5) penulis dapat meninjau serta menilai

gagasannya sendiri secara objektif, (6) penulis lebih mudah memecahkan

permasalahan, (7) penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) penulis

menjadi terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

Percy (dalam Gie 2002: 21-22) mengemukakan enam manfaat kegiatan

mengarang, yaitu (1) suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-

expression), (2) suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), (3)

suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan,

dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal satisfaction,

pride, and a feeling of self-worth), (4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran

dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing

awareness and perception of one’s environment), (5) suatu sarana untuk

keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for

active involvement, not passive acceptanee), (6) suatu sarana untuk

mengembangkan suatu pemahaman tentang kemampuan menggunakan bahasa (a

tool for developing an understanding of and ability to use the language).


19

Morsey (dalam Tarigan 1994: 20) mengungkapkan, manfaat menulis

adalah untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain

dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis yang dapat

menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah dipahami.

Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata, dan

struktur kalimat yang baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan ide,

gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, penulis

dituntut mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca, melaporkan, serta

menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis. Selain itu, penulis

hendaknya memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan secara

sistematis serta pengungkapannya secara tersurat.

Berdasarkan pendapat di atas, menulis bermanfaat untuk mengenali

kemampuan dan potensi diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan,

menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang

ditulis, mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengekspresikan

secara tersurat, meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif,

memecahkan permasalahan, mendorong untuk terus belajar secara aktif, menjadi

terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

2.2.4 Menulis Pengalaman Pribadi

Pada kehidupan sehari-hari tentunya manusia pernah mengalami kejadian

lucu, khas, unik, aneh. Berbagai pengalaman seperti itu tidak atau menjadi lucu,
20

khas, unik, dan aneh apabila tidak dikomunikasikan dengan orang lain. Artinya,

pengalaman akan memperoleh maknanya apabila dikomunikasikan pada orang

lain. Membaca hal-hal yang telah ditulis mengenai pengalaman masa lalu,

agaknya dapat disamakan dengan melihat kejadian tersebut. Salah satu manfaat

tulisan adalah penemuan diri. Hal ini dibenarkan dengan menulis pengalaman

yang bernada akrab dan dapat membuahkan tulisan pribadi.

Menurut Tarigan (1994: 31), tulisan pribadi adalah suatu bentuk tulisan

yang memberikan sesuatu yang paling menyenangkan dalam penjelajahan diri

pribadi sang penulis. Dengan catatan atau laporan pribadi yang tertulis, kita dapat

menangkap kembali atau merekam secara tepat apa-apa yang telah kita rasakan

atau alami di masa lalu. Selain itu, tulisan pribadi juga mempersiapkan penulisan

tugas-tugas yang jauh lebih pelik dengan jalan memudahkan kita menggarap suatu

pokok-pokok pembicaraan yang telah kita pahami benar-benar dan dapat dengan

mudah menyusun serta menatanya dalam suatu urutan waktu tertentu.

Depdiknas (2004: 55-56) menyebutkan, jenis-jenis pengalaman pribadi

ada enam, yaitu pengalaman lucu, pengalaman aneh, pengalaman mendebarkan,

pengalaman mengharukan, pengalaman memalukan, dan pengalaman

menyakitkan.

Pengalaman lucu adalah pengalaman yang paling sering diceritakan atau

dikomunikasikan kepada orang lain. Pengalaman lucu ini sering membuat orang

yang terlibat menjadi tertawa. Dalam kondisi normal, tertawa adalah ukuran

kelucuan itu. Demikian juga orang lain yang mendengar atau membaca cerita

tersebut, mereka akan tertawa.


21

Pengalaman aneh adalah sebuah pengalaman yang mungkin saja terjadi

sekali dalam seumur hidup. Dikatakan aneh karena pengalaman itu kemungkinan

kecil terjadi. Misalnya, berjumpa dengan makhluk yang bersifat gaib dapat

dianggap pengalaman yang aneh.

Pengalaman mendebarkan adalah pengalaman seseorang yang mengalami

peristiwa mendebarkan. Pengalaman menunggu ujian adalah pengalaman yang

mendebarkan. Pada saat seperti ini hati berdebar-debar, denyut jantung semakin

keras, jumlah detak jantung naik sekian kali lipat.

Pengalaman mengharukan adalah pengalaman yang berisi ungkapan hati

seseorang untuk dikomunikasikan dengan orang lain. Kita mungkin juga pernah

mengalami pengalaman yang mengharukan. Para pelakunya sering menangis

menghadapinya. Mendengarkan cerita sedih, kita sering terlibat dalam keharuan.

Melihat orang buta yang tertatih-tatih mencari sesuap nasi adalah pengalaman

yang mengharukan.

Pengalaman memalukan adalah pengalaman seseorang yang mengalami

kejadian memalukan. Biasanya korban beserta orang-orang terdekatnya akan

menanggung malu. Bagi si korban atau keluarganya, pengalaman seperti ini akan

dibawa sepanjang hayat. Meskipun orang sudah melupakannya, bagi si korban

pengalaman seperti itu tidak terlupakan.

Pengalaman menyakitkan adalah pengalaman yang paling membekas

dalam hati pelakunya. Pelakunya akan selalu teringat dan akan sulit

melupakannya. Bahkan, bagi orang yang amat perasa, dalam setiap kehidupan

sehari-hari akan selalu teringat pengalaman itu.


22

Menulis pengalaman pribadi merupakan suatu bentuk karangan narasi.

Keraf (2000: 136) mengartikan narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran

utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Maksudnya, narasi adalah

suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya

kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Menurut Keraf (2000: 145),

struktur narasi dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya meliputi

perbuatan, penokohan, latar (setting), alur (plot), dan sudut pandang.

Perbuatan adalah tiap tindakan yang harus diungkapkan secara terperinci

dalam komponen-komponennya, sehingga pembaca merasakan seolah-olah

mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Mereka tidak menerima kata-kata

umum untuk menyebut suatu perbuatan, tetapi mereka menyerap tindakan itu

melalui perincian-perincian perbuatan itu. Selanjutnya, setiap perbuatan atau

rangkaian tindakan itu dijalin satu sama lain dalam suatu hubungan yang logis

(Keraf 2000: 157).

Penokohan dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi

gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung

karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan. Dalam hal ini, karakter-karakter

adalah tokoh-tokoh dalam sebuah narasi dan karakterisasi. Maksudnya, cara

seorang penulis kisah menggambarkan tokoh-tokohnya (Keraf 2000: 164).

Latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu,

maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar yang

bersifat fisikal berhubungan dengan tempat, sedangkan latar psikologis adalah


23

latar yang berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang

mampu menuansakan suatu makna serta mampu mengajuk emosi pembaca

(Aminnudin 2000: 67-69).

Alur adalah rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan

konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi

ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur mengatur bagaimana

tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu insiden

mempunyai hubungan dengan insiden yang lain, bagaimana tokoh-tokoh harus

digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana situasi

dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu terikat

dalam suatu kesatuan waktu (Keraf 2000: 148).

Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam

cerita yang dipaparkan. Dalam narasi, peranan sudut pandang sangat penting

sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Sudut pandang dalam sebuah narasi

mempersoalkan bagaimana pertalian antara seseorang yang mengisahkan narasi

itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah itu (Keraf 2000: 191).

Sudut pandang yang biasa digunakan dalam menulis pengalaman pribadi

adalah sudut pandang orang pertama. Presentasi sudut pandang orang pertama ini

disebut juga sudut pandang terbatas (limited point of view). Sudut pandang ini

disebut demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat

atau apa yang dialami sendiri sebagai pengisah.

Pada umumnya struktur cerita pengalaman pribadi menggunakan alur

maju. Diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran. Klimaks


24

cerita pengalaman pribadi ditata berhimpitan dengan pengakhiran. Bahkan, ada

beberapa cerita pengalaman pribadi yang menampilkan cerita dengan pengakhiran

yang menonjolkan klimaks dan meminimkan unsur pengakhiran.

Rangkaian cerita dalam menulis pengalaman pribadi dilakukan secara

berurutan dan sistematis. Hal ini tampak pada sebuah karangan dalam bentuk

sederhana mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau

mengurutkan proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis).

Dalam kenyataan, menulis pengalaman pribadi didasarkan pada suatu rangkaian

kejadian yang bertalian dengan urutan waktu. Dengan demikian, organisasi

perincian utamanya akan bersifat kronologis atau menurut urutan waktu alamiah.

Dalam menulis pengalaman pribadi juga diperhatikan pengembangan

gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh

dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Sebaiknya gagasan yang akan

disampaikan dalam bentuk tulisan menggunakan bahasa yang menarik dan

komunikatif agar terjalin hubungan erat antara penulis dan pembaca.

Berdasarkan pemaparan di atas, menulis pengalaman pribadi merupakan

salah satu keterampilan menulis yang sangat integral dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, standar kompetensi yang harus dicapai

siswa SMP dan MTs kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai

pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis

buku harian, surat pribadi tidak resmi, teks pengumuman, menyunting karangan

sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi
25

bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan

singkat. Dalam hal ini, menulis pengalaman merupakan kompetensi dasar yang

harus dicapai siswa SMP dan MTs kelas VII. Indikator dari kompetensi dasar

tersebut adalah siswa mampu menulis pengalaman pribadi. Materi pokok yang

akan disampaikan dalam pembelajaran menulis pengalaman adalah cerita

pengalaman yang menarik.

2.2.5 Pendekatan Kontekstual

Menurut Anthony (dalam Pringgawidagda 2002: 57), pendekatan

(approach) adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan

pembelajaran bahasa atau boleh dikatakan ‘falsafah tentang pembelajaran bahasa’.

Sehubungan dengan hal itu, Sunarti dan Subana (Tth: 18) juga mengungkapkan,

pendekatan adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa,

dan proses belajar bahasa.

Depdiknas (2002: 1) mengungkapkan, dewasa ini ada kecenderungan

untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika

mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang

berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jangka panjang.

Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
26

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya dalam status mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar

bahwa yang dipelajari berguna bagi hidupnya. Mereka mempelajari apa yang

bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka

memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing (Depdiknas 2002: 1).

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika

menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif. Nurhadi dan Senduk

(2003: 31) menyebutkan, ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan

pendekatan kontekstual di kelas, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), penilaian sebenarnya (authentic assessment), dan refleksi

(reflection).

2.2.6 Teknik Modeling

Menurut Briggs (dalam Hartono Tth: 24), model adalah seperangkat

prosedur yang bertujuan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian

kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut memiliki peran

penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa alat peraga

digunakan oleh guru untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar

mengajar.
27

Tarigan dan Henry Guntur Tarigan (1986: 194) mengungkapkan,

pemodelan dalam pembelajaran adalah cara guru mempersiapkan suatu karangan

model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam menulis karangan

baru. Karangan tidak sama persis dengan karangan model. Struktur karangan

memang sama tetapi berbeda isinya.

Teknik modeling merupakan teknik pembelajaran dengan menggunakan

model atau alat peraga. Kehadiran alat peraga akan menciptakan suasana kegiatan

belajar mengajar lebih menarik dan mengasyikkan serta siswa dapat berperan aktif

dalam pembelajaran. Wujud alat peraga atau model disesuaikan kebutuhan setiap

mata pelajaran.

Komponen pemodelan (modeling) merupakan bagian dari strategi

pembelajaran kontekstual. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan

berbahasa atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Dalam hal ini,

guru memberi model tentang cara mengerjakan sesuatu dan bagaimana cara

belajar. Siswa dapat dikatakan menguasai keterampilan baru dengan baik jika

guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru (Depdiknas 2002: 16).

Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk

memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika ada seorang siswa

yang pernah mengikuti lomba puisi, siswa itu dapat pula ditunjuk untuk

mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai

model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar”

kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.
28

Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas

untuk menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika

berbicara dan sebagainya (Depdiknas 2002: 17).

Modeling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk

membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita

menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita

inginkan. Dalam teknik modeling, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa dan model dari luar. Dengan demikian, dalam

pembelajaran menulis pengalaman pribadi guru menghadirkan contoh atau model

karangan bersumber pengalaman yang ditulis penulis di media cetak atau hasil

karangan siswa itu sendiri untuk disajikan dalam pembelajaran. Hasil menulis

pengalaman pribadi siswa akan baik dan benar jika siswa terlebih dahulu

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan menulis pengalaman pribadi melalui

model yang dihadirkan oleh guru. Guru juga dapat memberi contoh cara

mengerjakan sesuatu atau memberi model tentang bagaimana cara belajar sebelum

melaksanakan tugas, sehingga apa yang diamati dan ditiru dalam demonstrasi

tersebut dapat dilakukan siswa dalam belajar. Namun demikian, tentunya guru

bukan satu-satunya model pembelajaran. Model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa dan model dari luar.

Pemilihan komponen pemodelan (modeling) dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia merupakan upaya peningkatan keterampilan menulis dan

perubahan perilaku siswa. Persyaratan model yang baik untuk pembelajaran

keterampilan berbahasa khususnya menulis adalah (1) relevan dengan kebutuhan


29

siswa, (2) kontekstual, (3) sesuai dengan tingkat siswa, (4) menarik, (5) praktis,

(6) fungsional, (7) menantang, dan (8) kaya aksi (Depdiknas 2004: 22-28).

Model yang relevan dengan kebutuhan siswa adalah model pembelajaran

yang memang diperlukan peserta didik dalam kehidupannya, sekarang dan yang

akan datang. Dalam kaitannya dengan kebutuhan pada masa yang akan datang,

model yang perlu diangkat adalah model yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan

mereka kelak di masyarakat setelah menyelesaikan pendidikannya.

Pemilihan dan pengembangan model pembelajaran keterampilan

berbahasa adalah kontekstual. Secara sederhana dapat dikemukakan, model

pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang dekat dengan

kehidupan nyata siswa. Hal ini tidak berarti bahwa model yang tidak dekat dengan

kehidupan siswa tidak boleh diangkat dalam pembelajaran. Model yang tidak

dekat dengan kehidupan siswa dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran

dengan cara (1) berpijak pada kehidupan siswa dan (2) “menghadirkan” model itu

sehingga dekat dengan siswa.

Model yang diangkat dalam pembelajaran keterampilan berbahasa,

khususnya menulis disesuaikan dengan tingkat siswa. Sebaiknya model karangan

bersumber pengalaman yang dihadirkan disesuaikan dengan tingkat kemampuan

siswa. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penentuan model berdasarkan

tingkatannya guru perlu mengetahui tingkat kemampuan berbahasa siswa.

Model yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa

terutama menulis adalah model yang diminati dan disukai siswa. Dari sisi isi,

model yang diminati dan menarik bagi siswa tentunya model yang isinya sesuai
30

dengan kebutuhan siswa dan kehidupan siswa. Dari sisi bahasa, model yang

diminati dan menarik bagi siswa adalah model yang diungkapkan dengan gaya

pengungkapan siswa.

Model yang baik dan tepat digunakan dalam pembelajaran adalah model

yang menjamin dapat dipraktikkan dalam proses pembelajaran secara praktis.

Artinya, model tersebut bernilai praktis dalam pembelajaran berbahasa.

Kefungsionalan model adalah model pembelajaran yang benar-benar

fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar

berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Model

pembelajaran yang digunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses

pembelajaran, tetapi benar-benar siswa berlatih terampil berbahasa dengan

berbagai variasi sesuai dengan fokus pembelajaran saat itu.

Model yang menantang dan kaya aksi merupakan persyaratan model yang

baik dalam pembelajaran. Dengan model yang menantang diharapkan siswa lebih

serius untuk mempelajari dan mendalami model tersebut. Tentunya untuk memilih

model dibutuhkan aplikasi berbagai kemahiran berbahasa. Semakin banyak

kemahiran berbahasa yang teraktualisasi, maka model tersebut semakin kaya aksi.

2.2.7 Hakikat Pembelajaran Menulis

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan suatu kegiatan yang

berencana dan bertujuan. Pembelajaran kebahasaan inklusif (melekat) dalam

pembelajaran keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan berbahasa tersebut dalam pembelajaran harus mendapat


31

porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu. Tujuan

pembelajaran bahasa adalah membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan tersebut dapat tercapai

melalui pembelajaran di antaranya keterampilan menulis.

Hal terpenting dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan yang

dihasilkan siswa, melainkan kejelasan isi tulisan, efisiensi pemakaian, dan

pemilihan kata. Selama kegiatan menulis berlangsung, siswa perlu disadarkan

bahwa ada berbagai kemungkinan cara penataan atau pemilihan kata. Menurut

Purwo (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 2), pembelajaran berbahasa perlu

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis, yaitu (1)

pentingnya siswa mendapat kesempatan saling belajar dari temannya dengan

saling membaca hasil tulisan sesama teman, (2) kegiatan menulis adalah kegiatan

menemukan kesalahan penggunaan bahasa (ejaan, kelengkapan atau kejelasan

kalimat, dan pemilihan kata). Oleh karena itu, siswa perlu dilatih menemukan

kesalahan sendiri, tetapi juga memperbaiki dan membenahinya, (3) kegiatan

menulis akan lebih optimal bila didukung oleh kegiatan membaca. Orang yang

banyak membaca akan mudah dan lancar menulis dan semakin baik pula

tulisannya, (4) kegiatan menulis dapat dipadukan dengan kegiatan membaca.

Pada dasarnya keterampilan menulis sangat penting dimiliki siswa SMP

dan MTs dalam mencapai kompetensi dasar. Para siswa sebagai pelajar akan lebih

mudah berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran menulis apabila dilatih

menulis secara rutin dan terus-menerus. Pada pembelajaran menulis ini, siswa

perlu dilatih untuk menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir. Hal itu
32

dilaksanakan guna membantu siswa untuk mencapai maksud dan tujuannya.

Untuk itulah, keterampilan menulis diperoleh dari pengalaman yang berulang-

ulang melalui latihan terstruktur dan motivasi siswa serta dorongan fasilitator

yang profesional dan berkompeten.

2.2.8 Pemilihan Materi Pembelajaran Menulis

Pengembangan bahan belajar menulis dengan berpedoman pada buku

paket atau buku pegangan guru merupakan pengembangan yang biasa dilakukan

oleh guru sebagai sumber belajar. Cara inilah yang tampaknya lebih mudah

dilakukan oleh setiap guru. Pengembangan bahan belajar menulis dengan

menggunakan buku paket atau buku pegangan dapat dilakukan sepanjang

menunjang pencapaian tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Namun,

kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru bergantung pada buku paket

atau buku pegangan, sehingga tidak mampu lagi mengajar tanpa buku tersebut

(Ardiana, dkk. dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 4).

Menurut Subyantoro dan Hartono (2003: 3), guru dapat menggunakan

objek di sekitar siswa sebagai sumber pengajaran menulis. Pengembangan bahan

belajar menulis dapat pula menggunakan sumber dari bahan pembelajaran mata

pelajaran lain. Sebenarnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak

terpisahkan dengan mata pelajaran yang lain. Siswa tidak bisa belajar matematika,

sains, pengetahuan sosial, dan kewarganegaraan tanpa menggunakan bahasa.

Dengan mempelajari bahasa, khususnya menulis yang bersumber pada buku teks
33

lain dapat memiliki makna ganda. Selain menguasai materi pembelajaran tersebut,

siswa dapat menguasai cara menulis karangan yang baik.

Materi pengajaran menulis yang harus disajikan dalam kurikulum sangat

luas dan kompleks. Materi dalam pembelajaran menulis yang begitu banyak tidak

akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang diagendakan apabila

guru kurang berkompeten dalam bidangnya. Untuk mengatasi hambatan seperti

ini, guru dituntut melakukan pengajaran yang terpadu, misalnya melalui

pengajaran menulis guru dapat menjelaskan struktur bahasa, kosakata, ejaan, dan

sebagainya. Dalam memilih materi pembelajaran menulis, guru perlu

memperhatikan keterampilan menulis yang perlu dikuasai siswa, jenis tulisan apa

saja yang perlu diperkenalkan dan dilatihkan kepada siswa, dan apa saja yang

perlu dilakukan guru dalam pembelajaran menulis. Jika hal tersebut diketahui,

pembelajaran menulis dapat dikembangkan dan lebih bermanfaat. Kebiasaan

menyampaikan gagasan secara tertulis dapat membuat siswa terbiasa dalam

menulis berbagai ragam tulisan dengan baik. Sebenarnya pemilihan materi

pembelajaran menulis bertumpu pada pelatihan menulis berbagai ragam tulisan

secara terus-menerus.

Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 7) mengungkapkan

bahwa pembelajaran menulis dapat dilaksanakan dengan materi yang beraneka

ragam. Pokok-pokok pelatihan menulis meliputi (1) berlatih menulis dengan

melihat siapa pembacanya, apa tujuannya, dan apa pesannya, (2) berlatih

mengenal cara mengorganisasikan ide, membuat definisi, membandingkan,

menjelaskan sebab akibat, narasi dan proses, (3) berlatih memilih kata yang tepat,
34

(4) berlatih menyusun dan mengkombinasikan kalimat, (5) berlatih

mengembangkan paragraf dengan berbagai cara, (6) berlatih mengorganisasikan

wacana, (7) berlatih menggunakan tanda baca: titik, koma, titik koma, tanda

hubung, tanda pisah, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa perlu terampil

menulis dengan baik sehingga kompetensi dasar keterampilan menulis dapat

tercapai.

2.2.9 Metode Pembelajaran Menulis

Menurut Pringgawidagda (2002: 57-58), metode (menthod) adalah tingkat

yang menerapkan teori-teori pada tingkat pendekatan. Dalam tingkat ini dilakukan

pemilihan keterampilan-keterampilan khusus yang akan dibelajarkan, materi yang

harus disajikan, dan sistematika urutannya. Metode mengacu pada pengertian

langkah-langkah secara profesional dalam mengolah kegiatan belajar mengajar

bahasa dimulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi

pembelajaran.

Salah satu tujuan utama program bahasa adalah mempersiapkan siswa

untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa alamiah. Agar interaksi

dapat bermakna bagi siswa perlu didesain secara mendalam program

pembelajaran bahasa Indonesia. Desain yang bertumpu pada komunikatif,

integeratif, tematik yang didasari oleh aspek fleksibilitas, siswa sebagai subjek,

proses, dan kontekstual tertuang dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Metode yang digunakan dalam pembelajaran dewasa ini masih bersifat

tradisional. Metode pembelajaran menulis selama ini, yaitu siswa diberi tugas
35

mengarang sementara guru mengerjakan hal-hal lain, dan bahkan meninggalkan

kelas. Sementara itu, teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis belum

memperhatikan bahwa bahasa merupakan suatu keutuhan yang sesuai dengan

fungsinya. Pembelajaran menulis dapat dilakukan secara terpadu dan seimbang,

tidak perlu dilakukan terpisah dengan bahan yang berbeda.

Menurut Juup dan Milne (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 8), dalam

pengajaran menulis tahap awal dapat digunakan metode menulis terbimbing.

Langkah-langkah pengajarannya adalah (1) memperkenalkan subjek, (2)

memperkenalkan struktur yang akan dilatihkan, (3) latihan struktur secara lisan

dan intensif, (4) membacakan contoh karangan, (5) latihan menulis struktur , (6)

meneliti karangan, dan (7) menulis karangan.

Selanjutnya Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 8-9)

memberikan alternatif metode lain untuk menulis terbimbing. Langkah-

langkahnya (1) tahap berbicara menulis merupakan tahap pramenulis. Pada tahap

ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan, (2) tahap menyimak menulis

merupakan tahap di mana siswa memperoleh kertas dari guru yang harus diisi

komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat koreksi yang

dianggap perlu. Setelah itu, mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan

kosakata yang berkaitan dengan subjek yang ditulisnya. Akhirnya, mereka

menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya, (3) diskusi

berpasangan, yaitu sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara

berpasangan, (4) menulis karangan, siswa disuruh menulis karangan sesuai

dengan kerangka yang telah didiskusikan. Mereka mencoba mengerjakan sendiri


36

dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber dari luar, (5) proses penguatan,

setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru harus memberikan penguatan.

Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu

membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata

yang dianggap salah.

Akhadiah, dkk. (1991: 3-5) mengungkapkan, metode menulis meliputi tiga

tahap, yaitu tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan

merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis. Artinya, tahap memikirkan

dan mengerjakan berbagai kegiatan sebelum kegiatan menulis yang sebenarnya.

Tahap ini meliputi pemilihan topik, pembatasan topik, penentuan judul, penentuan

tujuan, dan pengembangan topik. Pemilihan topik, berarti menentukan apa yang

akan dibahas di dalam tulisan. Dalam menentukan topik harus

mempertimbangkan (1) topik itu ada manfaatnya, (2) topik itu menarik bagi

penulis, dan (3) topik itu dikenal. Pembatasan topik, berarti mempersempit dan

memperkhusus lingkup pembicaraan. Penetuan judul, judul ditentukan bisa di

akhir kegiatan menulis, hanya saja agar kegiatan menulis lebih terpadu, akan lebih

baik jika judul ditentukan lebih dahulu. Judul harus sesuai dengan topik, tetapi

perlu diingat topik tidak sama dengan judul. Penentuan tujuan, setiap tulisan pasti

mempunyai tujuan, tujuan tulisan biasanya tercermin lewat ragam karangan.

Pengembangan topik, topik yang telah dipilih kemudian dikembangkan menjadi

sebuah karangan.

Tahap penulisan, yaitu tahap yang membahas setiap butir topik yang ada

di dalam kerangka yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu


37

karangan utuh diperlukan bahasa. Artinya, kita harus mampu memilih kata dari

istilah yang tepat, sehingga gagasan dapat dipahami dan diterima pembaca. Kata-

kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya

kalimat-kalimat disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan.

Tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang

tepat.

Tahap revisi, yaitu tahap pemeriksaan hasil karangan. Sebenarnya, revisi

sudah dilakukan pada waktu tahap penulisan berlangsung. Pada tahap ini biasanya

diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan

kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, dan daftar pustaka. Jika tidak ada

lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah tulisan itu.

Metode-metode pembelajaran menulis yang diungkapkan oleh Juup dan

Milne, Ardiana, serta Akhadiah sangat baik diterapkan dalam pembelajaran

menulis karangan. Metode pembelajaran menulis tersebut dapat menghasilkan

karangan yang baik. Langkah-langkah dalam kegiatan menulis akan dibawa

kepada pengertian dan proses sebenarnya. Siswa akan memperoleh hasil menulis

karangan yang memuaskan apabila kegiatan menulis dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan. Dalam hal ini, guru dapat memberikan arahan, bimbingan,

dorongan, dan motivasi agar siswa dapat menulis karangan secara efektif dan

efisien. Selain itu, pihak sekolah bisa berperan aktif dalam upaya penyediaan

sarana pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis.


38

2.2.10 Media Pembelajaran Menulis

Menurut Santoso (dalam Subana dan Sunarti Tth: 287), media adalah

semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar gagasan (ide),

sehingga gagasan (ide) itu sampai pada penerima. Remiszewski (dalam Subana

dan Sunarti Tth: 287) memberi batasan tentang pengertian media, yaitu pembawa

pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses

belajar mengajar penerima pesan ialah siswa. Melalui inderanya, siswa dirangsang

oleh media untuk menggunakan kombinasi dari beberapa inderanya, sehingga

mampu menerima pesan lebih lengkap.

Media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk

menyampaikan materi pembelajaran kepada pembelajar. Dalam proses

pembelajaran informasi tersebut dapat berupa sejumlah keterampilan atau

pengetahuan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Media pembelajaran tersebut

dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan

pembelajar (Pringgawidagda 2002: 145).

Berkaitan dengan media pembelajaran itu, Depdiknas (2004: 39-41)

mengemukakan beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan

untuk memilih dan menentukan media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia,

(1) fungsional, yaitu media pembelajaran benar-benar fungsional dalam arti cocok

dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang

ketercapaian tujuan pembelajaran, (2) tersedia, yaitu pada saat siswa memerlukan

media dalam pembelajaran, media itu tersedia, (3) murah, yaitu media belajar
39

pembelajaran yang digunakan untuk melatih siswa berbahasa dan tidak harus

mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan

sekolah, dan lingkungan keluarga dapat digunakan sebagai media pembelajaran

bahasa dan sastra, (4) menarik, yaitu media pembelajaran mampu menarik

perhatian siswa, sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses

pembelajaran secara intens.

Media pembelajaran memegang peranan penting dalam meningkatkan

hasil belajar, tetapi tampaknya masih sedikit guru yang menggunakan media

dalam mengajarkan menulis. Sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam

hadiah yang dapat digunakan untuk menggairahkan pembelajaran menulis.

Berbagai bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media pembelajaran menulis

(Subyantoro dan Hartono 2003: 10).

Untuk itulah, ketika siswa akan berlatih menulis pengalaman pribadi, guru

dapat menggunakan model karangan bersumber pengalaman yang diambil di

sebuah media cetak atau hasil karangan siswa itu sendiri. Siswa dapat mengamati

dan meniru struktur menulis pengalaman pribadi dengan baik dan benar serta

mampu mendemonstrasikannya. Dengan media pembelajaran yang fungsional,

tersedia, murah, dan menarik, maka kreativitas siswa untuk menulis karangan

tergugah. Kemudian siswa akan berlomba-lomba untuk menyusun karangan

dengan baik serta menarik apabila para siswa berkompetisi secara aktif dan sehat.
40

2.2.11 Evaluasi Pembelajaran Menulis

Evaluasi pembelajaran menulis sering hanya dipusatkan pada menulis

karangan bebas. Siswa disuruh menulis karangan dengan beberapa judul yang

dapat dipilihnya. Siswa yang satu dengan yang lain boleh berbeda judul. Hal itu

akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menentukan kriteria penilaian. Hasil

penilaian pun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat

menciptakan alat evaluasi yang tepat guna dan berdaya guna (Subyantoro dan

Hartono 2003: 11).

Dalam pelaksanaan tes atau evaluasi pembelajaran, guru dapat melihat

seberapa jauh tingkat keberhasilan pengajaran serta kemampuan perkembangan

anak didiknya. Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan Hartono 2003: 12-14)

mengungkapkan bahwa metode yang dapat digunakan dalam menilai karangan,

yaitu metode impresi, metode analitik, dan metode mekanis.

Metode impresi adalah metode yang mendasarkan penilaian pada impresi

atau kesan terhadap karangan secara keseluruhan, dan penilai tidak boleh

mengadakan analisis karangan. Penilaian ini hasilnya lebih dipercaya apabila

didasarkan pada beberapa hal (norma) Ardiana, dkk. (dalam Subyantoro dan

Hartono 2003: 12-14).

Cara kerja metode ini, yaitu dua atau tiga orang menilai setiap karangan.

Hasil penilaiannya dijumlahkan kemudian diambil rata-ratanya. Jika ternyata

perbedaan nilai itu terlalu mencolok perlu diadakan pemeriksaan ulang. Untuk itu

perlu diadakan diskusi, sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan yang
41

dinilai tersebut. Penilaian metode ini ditentukan oleh penilai-penilai. Skala

penilaian dapat dengan rentangan antara 0-5, 0-10, 0-20, atau 0-100. Jadi penilai

diberi waktu khusus untuk menilai sejumlah karangan tertentu, misalnya untuk 20

karangan diberikan waktu 1 jam.

Kelemahan penilaian metode impresif ini sangat melelahkan penilai. Oleh

karena itu, jika penilai sudah merasa lelah sebaiknya penilaian dihentikan untuk

sementara waktu. Kelebihan metode ini skor yang dicapai lebih dipercaya karena

dinilai oleh beberapa penilai.

Metode analitik adalah metode penilaian karangan yang didasarkan pada

suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai. Metode ini biasanya digunakan

oleh guru-guru yang mengalami kesulitan uantuk menilai karangan. Cara kerja

metode ini, misalnya aspek karangan yang akan dinilai adalah aspek kerjaan,

aspek tata bahasa, aspek kelancaran, dan aspek relevansi, setiap karangan dapat

dinilai dengan menggunakan rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya memperoleh

hasil yang baik, maka perlu ada pembobotan pada setiap aspek.

Metode mekanis adalah metode penilaian karangan yang dilakukan dengan

cara menghitung kesalahan siswa secara keseluruhan. Metode ini tidak dianjurkan

pemakaiannya karena dianggap kurang sahih.

2.2.12 Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi dengan Teknik Modeling

Pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang dilakukan menggunakan

teknik modeling. Teknik modeling merupakan teknik dalam pembelajaran yang

menghadirkan model untuk diamati dan ditiru oleh siswa di kelas. Dalam
42

pembelajaran menulis pengalaman pribadi ini, model yang digunakan adalah

model atau contoh karangan bersumber pengalaman. Kegiatan yang dilakukan

guru dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa pernahkah mereka membaca atau

menulis pengalaman pribadi di media cetak.

2. Guru menunjukkan beberapa model karangan bersumber pengalaman yang

ditulis oleh penulis di sebuah media cetak.

3. Guru meminta siswa mendengarkan pembacaan model karangan bersumber

pengalaman.

4. Guru meminta siswa mendiskusikan struktur menulis pengalaman dan unsur-

unsur cerita pengalaman yang telah dibacakan.

5. Guru memperkuat penegasan hasil diskusi tentang struktur menulis

pengalaman dan unsur-unsur cerita pengalaman.

6. Guru meminta siswa secara individual berlatih menulis pengalaman pribadi.

7. Guru meminta siswa menyunting bersama hasil karangan.

8. Guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar

tentang menulis pengalaman pribadi.

2.3 Kerangka Berpikir

Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam

pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut

untuk menulis pengalaman pribadi secara bertahap. Menulis pengalaman pribadi

ini diawali dengan menuangkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
43

dalam menulis pengalaman pribadi adalah pengembangan gagasan (ide),

rangkaian cerita menurut waktu, kesesuaian dan kejelasan isi cerita, kelengkapan

unsur cerita, aspek kebahasaan, dan kerapian karangan. Namun demikian,

keterampilan menulis pengalaman pribadi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Pada umumnya siswa SMP dan MTs mengalami kesulitan menuangkan ide ke

dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, agar kesulitan tersebut dapat diatasi perlu

dihadirkan teknik pembelajaran yang tepat serta menarik perhatian siswa. Salah

satu teknik pembelajaran yang digunakan adalah teknik modeling.

Dengan munculnya permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian

tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Setiap

siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi.

Siklus I dimulai dari tahap perencanaan berupa rencana kegiatan

menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan

masalah. Pada tahap tindakan, tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Tindakan yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Tahap observasi

dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam

pembelajaran kemudian direfleksikan. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I

dipertahankan, sedangkan kelemahan yang ada dicarikan solusi dalam siklus II

dengan cara memperbaiki perencanaan siklus II. Setelah perencanaan pada siklus

ke II diperbaiki pada tahap berikutnya tindakan dan observasi dilakukan sama

dengan siklus I. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada
44

siklus II kemudian direfleksi untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah

dicapai dalam proses pembelajaran. Hasil tes siklus I dan II kemudian

dibandingkan dalam hal pencapaian nilai. Hal ini digunakan untuk mengetahui

peningkatan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual.

Pratindakan (Pembelajaran)
Teori menulis pengalaman pribadi

Masalah Perencanaan PBM Siklus I Hasil Siklus I

PBM Siklus II Hasil Siklus II

Refleksi I Pembelajaran menulis pengalaman Refleksi II


pribadi melalui teknik modeling dengan
pendekatan kontekstual

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis

pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang dapat

ditingkatkan dengan pembelajaran melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang

terdiri atas empat tahapan, yaitu (1) perencanaan (planing), (2) tindakan (action),

(3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection).

Untuk memperjelas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat

digambarkan sebagai berikut.

P RP
K S

Siklus I Siklus II
R T R T

O O
Keterangan:

K = Kondisi awal R = Refleksi

P = Perencanaan RP = Rencana ulang

T = Tindakan S = Simpulan

O = Observasi

45
46

Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus I dapat

dijabarkan sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini adalah

sebagai berikut.

1) Membuat skenario pembelajaran yaitu membuat rencana pembelajaran

menulis pengalaman pribadi topik pengalaman menyenangkan.

2) Menyiapkan alat bantu mengajar berupa model karangan bersumber

pengalaman.

3) Mendesain alat keberhasilan penggunaan teknik modeling dalam

menulis pengalaman pribadi.

4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui bagaimana kondisi

belajar mengajar di kelas ketika teknik modeling diterapkan dengan

pendekatan kontekstual. Tahap perencanaan ini juga menggunakan

jurnal, angket, dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

dengan pendekatan kontekstual.

b. Tindakan

Kegiatan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini

menempuh tahapan sebagai berikut.

1) Guru membacakan model karangan bersumber pengalaman di hadapan

para siswa.
47

2) Siswa mendengarkan pembacaan model karangan bersumber

pengalaman

3) Siswa mendiskusikan unsur-unsur cerita pengalaman pribadi yang

telah dibacakan.

4) Guru memperkuat penegasan hasil diskusi tentang unsur-unsur cerita.

5) Siswa secara individual berlatih menulis pengalaman pribadi.

6) Siswa menyunting bersama hasil karangan.

7) Guru membacakan hasil karangan dan hasil menyunting beberapa

siswa, kemudian memberikan tanggapan secara sekilas hasil karangan

dan hasil menyunting tersebut.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi

digunakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai siswa dalam menulis

pengalaman pribadi.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap pencapaian hasil belajar pada setiap

siklus. Apabila hasil yang dicapai pada siklus I belum sesuai dengan target

yang ditetapkan, berdasarkan refleksi akan disempurnakan pada

perencanaan siklus II. Langkah ini ditempuh dengan tujuan adanya

perubahan positif dan peningkatan hasil tes.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut.


48

1) Membuat skenario pembelajaran yaitu membuat rencana pembelajaran

menulis pengalaman pribadi topik pengalaman mengesankan.

2) Menyiapkan alat bantu mengajar yang berupa model karangan

bersumber pengalaman.

3) Mendesain alat keberhasilan penggunaan teknik modeling dalam

melatih keterampilan menulis pengalaman pribadi dengan pendekatan

kontekstual.

4) Membuat lembar observasi, angket, wawancara, dan jurnal untuk

mengetahui bagaimana kondisi belajar mengajar ketika teknik

modeling tersebut diaplikasikan dengan pendekatan kontekstual.

b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan

skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun prosedur

pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menempuh tahapan sebagai

berikut.

1) Guru memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada

siklus I.

2) Siswa mendengarkan pembacaan model karangan bersumber

pengalaman.

3) Siswa mendiskusikan struktur menulis pengalaman dan unsur-unsur

cerita pengalaman.

4) Guru memperkuat penegasan hasil diskusi tentang struktur menulis

pengalaman dan unsur-unsur cerita pengalaman.

5) Siswa secara individual berlatih menulis pengalaman pribadi.

6) Siswa menyunting bersama hasil karangan secara berkelompok.


49

7) Guru membacakan hasil karangan dan hasil menyunting beberapa

siswa, kemudian memberikan tanggapan sekilas hasil karangan dan

hasil menyunting tersebut.

8) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik menyunting

karangan dan siswa terbaik menulis pengalaman pribadi.

c. Observasi

Pada siklus II juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Sasaran observasi ini mengarah pada hasil kemajuan yang dicapai siswa

dalam menulis pengalaman pribadi selama penelitian berlangsung. Adapun

kegiatan siswa yang diobservasi berupa perilaku siswa selama mengikuti

pembelajaran.

d. Refleksi

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat diketahui tingkat

keberhasilan dari kegiatan tindakan kelas siklus II. Pada siklus ini yang

menjadi target utama pencapaian pembelajaran menulis adalah

peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik

modeling dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang. Pada siklus II diharapkan telah ada peningkatan dan

perubahan yang positif.


50

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah keterampilan menulis

pengalaman pribadi pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang.

Pengambilan keputusan untuk memilih siswa kelas VIID didasarkan atas beberapa

faktor sebagai berikut.

1. Berdasarkan Kurikulum 2004 pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP

dan MTs, kompetensi dasar yang harus dicapai siswa kelas VIID adalah siswa

mampu menulis pengalaman.

2. Siswa kelas VIID merupakan siswa yang belum terampil menulis pengalaman

pribadi dibandingkan dengan siswa kelas VIIA, VIIB, dan VIIC.

3. Kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VIID yang terendah dibanding

dengan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.

4. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas VIID termasuk kelas yang rendah

prestasinya dan kurang motivasi belajar.

5. SMP Negeri 38 Semarang merupakan tempat praktik (PPL) peneliti, sehingga

lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

3.3 Variabel Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini ada dua

variabel yang akan diselidiki, yaitu:

1. Keterampilan menulis pengalaman pribadi

Menulis pengalaman pribadi yang dimaksud adalah tulisan yang

berbentuk cerita berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami penulis yang

disusun menurut waktu dan disesuaikan dengan pendekatan kontekstual.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis pengalaman adalah


51

pengembangan gagasan, rangkaian cerita menurut waktu, kesesuaian dan

kejelasan isi cerita, kelengkapan unsur cerita, aspek kebahasaan, dan kerapian

karangan.

2. Teknik modeling

Dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi menggunakan teknik

modeling yaitu pembelajaran dengan menggunakan model untuk dilihat dan

ditiru. Teknik modeling ini menggunakan media atau alat peraga sebagai

model.

3.4 Instrumen Penelitian

1. Bentuk Instrumen

Penelitian ini menggunakan bentuk instrumen sebagai berikut.

a. Instrumen Tes

Instrumen tes adalah instrumen yang berupa tes subyektif yang

berisi perintah pada siswa untuk menulis pengalaman pribadi dengan

memperhatikan aspek-aspek penilaian keterampilan menulis. Pada

instrumen tersebut digunakan pedoman penilaian keterampilan menulis

pengalaman pribadi.
52

Tabel 1 Pedoman Penilaian

Skala Nilai Bobot Skor


No Aspek Penilaian
1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita 4 20
3. Kelengkapan unsur cerita 6 30
− Tokoh dan penokohan
− Latar (setting)
− Alur (plot)
4. Aspek kebahasaan 4 20
− Pengembangan paragraf
− Penyusunan kalimat efektif
− Ketepatan diksi
− EYD
5. Kerapian karangan 2 10
Jumlah 20 100

Keterangan:

1) Pemberian nilai untuk setiap aspek dilakukan dengan memberi tanda

cek (9) pada kolom skala nilai yang dianggap cocok.

2) Skor = skala nilai x bobot

3) Skala nilai:

1 = Sangat kurang bila karangan siswa memenuhi kurang dari dua

aspek penilaian.

2 = Kurang bila karangan yang disusun hanya memenuhi tiga

aspek penilaian.

3 = Cukup bila karangan yang disusun memenuhi empat aspek

penilaian.

4 = Baik bila karangan yang disusun memenuhi lima aspek

penilaian.
53

5 = Sangat baik bila karangan siswa memenuhi semua aspek

penilaian.

4) Perhatikan deskripsi setiap skala sebelum dan selama penilaian

berlangsung.

5) Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan

masing-masing aspek dan berfungsi sebagai penggali angka skala yang

diperoleh masing-masing aspek.

6) Penentuan nilai siswa berdasarkan standar nilai 100 dengan menjumlah

skor setiap aspek.

Tabel 2 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

No. Aspek Penilaian Skala Nilai Patokan


1. Pengembangan Gagasan
a. Sangat sempurna dan Sangat baik Padat informasi, penalaran logis, dan
sesuai tuntas.
b. Sempurna dan sesuai Baik Padat informasi, penalaran logis, dan
kurang tuntas.
c. Sempurna dan kurang Cukup Informasi cukup, penalaran logis, dan
sesuai kurang tuntas.
d. Kurang sempurna dan Kurang Informasi kurang, penalaran kurang
kurang sesuai logis, dan kurang tuntas.
e. Tidak sempurna dan Sangat Informasi tidak jelas, penalaran tidak
tidak sesuai kurang logis, dan tidak tuntas.
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
a. Sangat sesuai Sangat baik Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
sangat sesuai.
b. Sesuai Baik Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
sesuai.
c. Cukup sesuai Cukup Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
cukup sesuai.
d. Kurang sesuai Kurang Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
kurang sesuai.
e. Tidak sesuai Sangat Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
kurang tidak sesuai.
3. Kelengkapan Unsur Cerita
(Tokoh dan penokohan,
54

latar, dan alur)


a. Sangat sempurna dan Sangat baik Kelengkapan unsur cerita sangat
sesuai sempurna dan sesuai.
b. Sempurna dan sesuai Baik Kelengkapan unsur cerita sempurna
dan sesuai.
c. Sempurna dan kurang Cukup Kelengkapan unsur cerita sempurna
sesuai dan kurang sesuai.
d. Kurang sempurna dan Kurang Kelengkapan unsur cerita kurang
kurang sesuai sempurna dan kurang sesuai.
e. Tidak sempurna dan Sangat Kelengkapan unsur cerita tidak
tidak sesuai kurang sempurna dan tidak sesuai.
4. Aspek Kebahasaan
(Pengembangan paragraf,
penggunaan kalimat efektif,
ketepatan diksi, dan EYD)
a. Sangat sempurna, sangat Sangat baik Aspek kebahasaan yang digunakan
sesuai, dan tidak ada sangat sempurna, sangat sesuai, dan
kesalahan tidak ada kesalahan.
b. Sempurna, sesuai, dan Baik Aspek kebahasaan yang digunakan
tidak ada kesalahan sempurna, sesuai, dan tidak ada
kesalahan.
c. Sempurna, sesuai, dan Cukup Aspek kebahasaan yang digunakan
tidak ada kesalahan. sempurna, sesuai, dan sedikit
kesalahan.
d. Kurang sempurna, Kurang Aspek kebahasaan yang digunakan
kurang sesuai, dan kurang sempurna, kurang sesuai, dan
sedikit kesalahan. sedikit kesalahan.
e. Tidak sempurna, tidak Sangat Aspek kebahasaan yang digunakan
sesuai, dan banyak kurang tidak sempurna, tidak sesuai, dan
kesalahan. banyak kesalahan.
5. Kerapian Karangan
a. Jelas terbaca dan sangat Sangat baik Tulisan terbaca jelas dan tidak ada
bersih coretan.
b. Terbaca dan bersih Baik Tulisan terbaca dan sedikit coretan.
c. Terbaca dan tidak bersih Cukup Tulisan terbaca dan terdapat coretan.
d. Tidak terbaca dan bersih Kurang Tulisan tidak terbaca dan tidak ada
coretan.
e. Tidak terbaca dan tidak Sangat Tulisan tidak terbaca dan banyak
bersih kurang coretan.

Berdasakan kriteria di atas, dapat diketahui siswa yang berhasil mencapai

skala nilai sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Berikut ini skala

nilai keterampilan menulis pengalaman pribadi.


55

Tabel 3 Daftar Skala Skor Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

Skala Skor
No. Aspek Penilaian
SB B C K SK
1. Pengembangan gagasan (ide) 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
3. Kelengkapan unsur cerita 25-30 19-24 13-18 7-12 0-6
− Tokoh dan penokohan
− Latar (setting)
− Alur (plot)
4. Aspek kebahasaan 17-20 13-16 9-12 5-8 0-4
− Pengembangan paragraf
− Penyusunan kalimat efektif
− Ketepatan diksi
− EYD
5. Kerapian karangan 9-10 7-8 5-6 3-4 0-2

Keterangan:

SB = Sangat baik bila karangan siswa memenuhi semua aspek

penilaian.

B = Baik bila karangan yang disusun memenuhi lima aspek penilaian.

C = Cukup bila karangan yang disusun memenuhi empat aspek

penilaian.

K = Kurang bila karangan yang disusun memenuhi tiga aspek

penilaian.

SK = Sangat kurang bila siswa memenuhi kurang dari dua aspek


penilaian.

b. Nontes

Bentuk instrumen penelitian nontes

1) Observasi
56

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati siswa pada

waktu mengikuti kegiatan pembelajaran menulis pengalaman pribadi

dengan teknik modeling. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut akan

diamati sikap siswa terhadap pembelajaran.

2) Jurnal

Jurnal adalah catatan selama penelitian berlangsung. Jurnal

yang ini berisi pesan, kesan, dan saran siswa terhadap pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

dengan pendekatan kontekstual.

3) Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran

menulis pengalaman pribadi. Sasaran pernyataan dalam angket adalah

kejadian dalam proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi

dengan teknik modeling. Jumlah pernyataan meliputi 10 butir dengan

menggunakan alat penilaian skor dan dipilih dengan tanda cek list.

4) Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data dengan

teknik bebas terpimpin. Wawancara tidak dilakukan kepada semua

siswa tetapi hanya dilakukan kepada siswa tertentu. Aspek yang

diungkap dalam wawancara ini, meliputi (a) minat siswa terhadap

pembelajaran keterampilan menulis, (b) kesulitan siswa dalam

pembelajaran menulis, (c) cara mengatasi kesulitan pembelajaran

keterampilan menulis, (d) ketertarikan siswa dalam pembelajaran


57

menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual, (e) manfaat menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

2. Validitas Instrumen

Validitas adalah ukuran yang menunjuk tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Tinggi

rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas yang

digunakan adalah validitas isi dan perumusan instrumen.

Untuk mengukur tingkat validitas instrumen pada penelitian ini

digunakan dua cara, yaitu:

1) Validitas isi adalah validitas yang isinya harus sesuai atau harus logis

dengan teori, sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas

yang dikehendaki.

2) Validitas permukaan adalah validitas yang didasarkan pada permukaan.

Maksudnya, pengkajian instrumen tidak sampai pada isi, tetapi pada segi

bahasa, struktur, dan konteks masalah yang digunakan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan

nontes. Teknik tes diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam
58

menulis pengalaman pribadi setelah pembelajaran dengan teknik modeling.

Sementara itu, teknik nontes digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

perubahan perilaku siswa setelah diadakan proses pembelajaran menulis

pengalaman pribadi dengan teknik modeling.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Secara Kuantitatif

Analisis data hasil tes secara kuantitatif atau deskriptif dihitung secara

persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Merekap skor yang diperoleh siswa

b. Menghitung skor komulatif dari seluruh aspek

c. Menghitung skor rata-rata

d. Menghitung persentase dengan rumus:

SK
SP = X 100%
R

Keterangan:

SP = skor persentase

SK = skor kumulatif

R = jumlah responden

2. Secara Kualitatif
59

Analisis data hasil observasi, jurnal, angket, dan wawancara dilakukan

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan teknik modeling

dengan pendekatan kontekstual dan untuk mengetahui perubahan perilaku

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini memaparkan peningkatan keterampilan menulis

pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran pratindakan, siklus I, dan siklus II. Tindakan

pada siklus I dan siklus II berupa pembelajaran menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Pada pratindakan

(sebelum tindakan penelitian) dilakukan tes keterampilan menulis pengalaman

pribadi siswa. Data ini digunakan sebagai data awal yang mendasari adanya

peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi pada siklus I dan siklus II.

Adapun tes pada tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan

menulis pengalaman pribadi siswa dengan aspek-aspek penilaian yang menunjang

keterampilan menulis pengalaman pribadi, yaitu (1) pengembangan gagasan (ide),

(2) kesesuaian dan kejelasan isi cerita, (3) kelengkapan unsur cerita: tokoh dan

penokohan, latar, dan alur, (4) aspek kebahasaan: pengembangan paragraf,

penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD, dan (5) kerapian karangan.

Selain itu, hasil nontes dengan observasi, jurnal, angket, dan wawancara

digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung simpulan penelitian.

4.1.1 Pratindakan

Hasil tes pada tahap pratindakan berupa nilai keterampilan menulis

pengalaman pribadi siswa sebelum mengikuti pembelajaran menulis pengalaman

60
61

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Berikut ini hasil

tes pratindakan keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang yang terlihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil Tes Pratindakan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik - 0 0
2. 75 – 84 Baik 3 232 7,92
3. 65 – 74 Cukup 12 818 27,92
4. 55 – 64 Kurang 21 1276 43,55
5. 0 – 54 Sangat Kurang 12 604 20,61
Jumlah 48 2930 100
Nilai Rata-rata 2930 / 48 = 61,04
Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan data pada tabel 4 di atas dapat diketahui, keterampilan

menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang masih

rendah atau dalam skala nilai kurang. Hal ini tampak pada nilai rata-rata

keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa, yaitu 61,04 termasuk dalam

skala nilai kurang.

Dalam menulis pengalaman pribadi skala nilai sangat baik dengan rentang

nilai 85 – 100 ternyata tidak dicapai oleh siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan

rentang nilai 75 – 84 dicapai oleh 3 siswa atau 7,92%. Skala nilai cukup dengan

rentang nilai 65 – 74 dicapai oleh 12 siswa atau 27,92%. Skala nilai kurang

dengan rentang nilai 55 – 64 dicapai oleh 21 siswa atau 43,55% dan skala nilai

sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 dicapai 12 siswa atau 20,61%. Hasil

tersebut tampak pada diagram 1 sebagai berikut.


62

Diagram 1 Hasil Tes Pratindakan Keterampilan Menulis Pengalaman

50
45
40
35
Persentase

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5
Skala Nilai

4.1.1.1 Aspek Pengembangan Gagasan

Pada tes pratindakan penilaian aspek pengembangan gagasan difokuskan

pada kepadatan informasi, penalaran, dan ketuntasan dalam menulis pengalaman

pribadi. Hasil penilaian tes pratindakan pengembangan gagasan dapat dilihat pada

tabel 5 berikut.

Tabel 5 Pengembangan Gagasan

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik - 0 0
2. 13 – 16 Baik 8 128 23,02
3. 9 – 12 Cukup 28 336 60,43
4. 5–8 Kurang 11 88 15,83
5. 0–4 Sangat Kurang 1 4 0,72
Jumlah 48 556 100
Nilai Rata-rata ((556/48)x100)/20 = 57,9

Data pada tabel 5 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek pengembangan gagasan dalam menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

mencapai nilai rata-rata 57,9. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada
63

skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%.

Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 8 siswa atau 23,02%. Skala

nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 28 siswa atau 60,43%. Skala nilai

kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 11 siswa atau 15,83%, sedangkan skala

nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 dicapai 1 siswa atau 0,72%.

4.1.1.2 Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita, penilaiannya difokuskan

pada kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil

penilaian tes pratindakan kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 6

berikut.

Tabel 6 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik - 0 0
2. 13 – 16 Baik 4 64 11,35
3. 9 – 12 Cukup 37 444 78,72
4. 5–8 Kurang 7 56 9,93
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 564 100
Nilai Rata-rata ((564/48)x100)/20 = 58,75

Data pada tabel 6 menunjukkan, nilai rata-rata keterampilan siswa kelas

VIID SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita

dalam menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual adalah 58,75. Keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan

rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan rentang

skor 13 – 16 dicapai 4 siswa atau 11,35%. Skala nilai cukup dengan rentang skor

9 – 12 dicapai 37 siswa atau 78,72%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8
64

dicapai 7 siswa atau 9,93%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan

rentang skor 0 – 4 adalah 0 %.

4.1.1.3 Aspek Kelengkapan Unsur Cerita

Pada aspek kelengkapan unsur cerita, penilaiannya difokuskan pada aspek

kelengkapan unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes

pratindakan kelengkapan unsur cerita tampak pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 Kelengkapan Unsur Cerita

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 25 – 30 Sangat Baik - 0 0
2. 19 – 24 Baik 32 680 72,65
3. 13 – 18 Cukup 14 232 24,78
4. 7 – 12 Kurang 2 24 2,56
5. 0–6 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 580 100
Nilai Rata-rata ((936/48)x100)/30 = 65

Data pada tabel 7 menunjukkan, nilai rata-rata keterampilan siswa kelas

VIID SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kelengkapan unsur cerita dalam

menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual adalah 65. Hal ini diperoleh dari keterampilan siswa pada skala nilai

sangat baik dengan rentang skor 25 – 30 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai

baik dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 32 siswa atau 72,65%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 14 siswa atau 24,78%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 7 – 12 dicapai 2 siswa atau 2,56%, sedangkan skala nilai

sangat kurang dengan rentang skor 0 – 6 adalah 0%.


65

4.1.1.4 Aspek Kebahasaan

Pada aspek kebahasaan tes pratindakan ini, penilaiannya difokuskan pada

pengembangan paragraf, penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD

dalam karangan. Hasil penilaian tes pratindakan aspek kebahasaan dapat dilihat

pada tabel 8 berikut.

Tabel 8 Aspek Kebahasaan

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik - 0 0
2. 13 – 16 Baik 5 80 14,94
3. 9 – 12 Cukup 28 336 62,68
4. 5–8 Kurang 15 120 22,38
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 536 100
Nilai Rata-rata ((536/48)x100)/20 = 55,85

Data pada tabel 8 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kebahasaan dalam menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual mencapai nilai rata-rata

55,85. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik

dengan rentang skor 17 – 20 tidak dicapai siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan

rentang skor 13 – 16 dicapai 5 siswa atau 14,94%. Skala nilai cukup dengan

rentang skor 9 – 12 dicapai 28 siswa atau 62,68%. Skala nilai kurang dengan

rentang skor 5 – 8 dicapai 15 siswa atau 22,38%, sedangkan skala nilai sangat

kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.1.5 Aspek Kerapian Karangan


66

Pada aspek kerapian karangan, penilaiannya difokuskan pada rapi atau

tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Hasil penilaian tes pratindakan

kerapian karangan dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Kerapian Karangan

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 9 – 10 Sangat Baik 3 30 8,87
2. 7–8 Baik 23 184 54,55
3. 5–6 Cukup 18 108 31,85
4. 3–4 Kurang 4 16 4,73
5. 0–2 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 338 100
Nilai Rata-rata ((338/48)x100)/10 = 70,4

Data pada tabel 9 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kerapian karangan dalam menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual mencapai nilai

rata-rata 70,4. Hasil tersebut meliputi keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 9 – 10 dicapai 3 siswa atau 8,87%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 7 – 8 dicapai 23 siswa atau 54,55%. Skala nilai cukup dengan

rentang skor 5 – 6 dicapai 18 siswa atau 31,85%. Skala nilai kurang dengan skor 3

– 4 dicapai 4 siswa atau 4,73%, sedangkan skala nilai sangat kurang dengan

rentang skor 0 – 2 adalah 0%.

4.1.2 Hasil Siklus I

4.1.2.1 Hasil Tes


67

Pada siklus I ini hasil tes keterampilan menulis pengalaman pribadi topik

pengalaman menyenangkan melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 10

berikut.

Tabel 10 Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik - 0 0
2. 75 – 84 Baik 4 318 10,31
3. 65 – 74 Cukup 18 1226 39,06
4. 55 – 64 Kurang 25 1540 49,02
5. 0 – 54 Sangat Kurang 1 54 1,61
Jumlah 48 3138 100
Nilai Rata-rata 3138/48 = 65,38
Sumber : Data Penelitian

Berdasarkan data siklus I pada tabel 10 di atas dapat diketahui,

keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang mencapai nilai rata-rata 65,38 atau dalam skala nilai cukup. Dengan

demikian, secara keseluruhan keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa

belum memenuhi target pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas.

Hasil tersebut diperoleh dari keterampilan menulis pengalaman pribadi

siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang nilai 85 – 100 tidak dicapai

siswa atau 0%. Skala nilai baik dengan rentang nilai 75 – 85 dicapai 3 siswa atau

10,31%. Skala nilai cukup dengan rentang nilai 65 – 74 dicapai 19 siswa atau

39,06%. Skala nilai kurang dengan rentang nilai 55 – 64 dicapai 25 siswa atau
68

49,02% dan skala nilai sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 dicapai 1 siswa

atau 1,61%. Hasil tersebut tampak pada digram 2 berikut.

Diagram 2 Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menulis Pengalaman

60

50

40
Persentase

30

20

10

0
1 2 3 4 5
Skala Nilai

4.1.2.1.1 Aspek Pengembangan Gagasan

Pada aspek pengembangan gagasan, penilaiannya difokuskan pada

kepadatan informasi, penalaran, dan ketuntasan dalam menulis pengalaman

pribadi. Hasil penilaian tes siklus I aspek pengembangan gagasan tampak pada

tabel 11 berikut.

Tabel 11 Pengembangan Gagasan

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 1 20 3,4
69

2. 13 – 16 Baik 7 112 18,6


3. 9 – 12 Cukup 37 444 74
4. 5–8 Kurang 3 24 4
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 600 100
Nilai Rata-rata ((600/48)x100)/20 = 62,5

Pada tabel 11 menunjukkan, keterampilan mengembangkan gagasan siswa

kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 62,5. Keterampilan

mengembangkan gagasan pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 –

20 dicapai 1 siswa atau 3,4%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16 dicapai

7 siswa atau 18,6 %. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 37

siswa atau 74%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 3 siswa atau

4%, sedangkan nilai sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 4 tidak dicapai siswa

atau 0%.

4.1.2.1.2 Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita, penilaiannya difokuskan

pada sesuai atau tidaknya isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil

penilaian tes siklus I aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel

12 berikut.

Tabel 12 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
70

1. 17 – 20 Sangat Baik 1 20 3,43


2. 13 – 16 Baik 4 64 10,95
3. 9 – 12 Cukup 39 468 80,15
4. 5–8 Kurang 4 32 5,47
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 584 100
Nilai Rata-rata ((584/48)x100)/20 = 60,85

Data pada tabel 12 menunjukkan, keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita

mencapai nilai rata-rata 60,85. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 1 siswa atau 3,43%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 4 siswa atau 10,95%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 39 siswa atau 80,15%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 4 siswa atau 5,47%, sedangkan pada skala nilai

sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.2.1.3 Aspek Kelengkapan Unsur Cerita

Pada aspek kelengkapan unsur cerita, penilaiannya difokuskan pada

lengkap atau tidaknya unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Aspek

kelengkapan unsur cerita meliputi tokoh dan penokohan, latar (setting), dan alur

(plot). Hasil penilaian tes siklus I aspek kelengkapan unsur cerita dapat dilihat

pada tabel 13 berikut.

Tabel 13 Kelengkapan Unsur Cerita

No. Rentang Skala Nilai Frekuensi Bobot Persentase


71

Skor Skor (%)


1. 25 – 30 Sangat Baik 5 136 13,28
2. 19 – 24 Baik 38 804 78,52
3. 13 – 18 Cukup 5 84 8,20
4. 7 – 12 Kurang - 0 0
5. 0–6 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 1024 100
Rata-rata ((1024/48)x100)/30 = 71,11

Data pada tabel 13 menunjukkan, keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang didasarkan pada aspek kelengkapan unsur cerita

mencapai nilai rata-rata 71,11. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 25 – 30 dicapai 5 siswa atau 13,28%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 38 siswa atau 78,52%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 5 siswa atau 8,20%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 7 – 12 dan skala nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 –

6 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.2.1.4 Aspek Kebahasaan

Pada aspek kebahasaan, penilaiannya difokuskan pada pengembangan

paragraf, penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD dalam karangan.

Hasil penilaian tes siklus I aspek kebahasaan dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14 Aspek Kebahasaan

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 1 20 3,53
2. 13 – 16 Baik 5 80 14,08
3. 9 – 12 Cukup 33 396 69,72
4. 5–8 Kurang 9 72 12,67
72

5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0


Jumlah 48 568 100
Nilai Rata-rata ((568/48)x100)/20 = 59,15

Pada tabel 14 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP Negeri

38 Semarang pada aspek kebahasaan dalam menulis pengalaman pribadi melalui

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual mencapai nilai rata-rata 59,15.

Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 17 –

20 dicapai 1 siswa atau 3,53%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16

dicapai 5 siswa atau 14,08%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai

33 siswa atau 69,72%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 9

siswa atau 12,67%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor

0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.2.1.5 Aspek Kerapian Karangan

Pada aspek kerapian karangan, penilaiannya difokuskan pada rapi atau

tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Penilaian tes siklus I aspek

kerapian karangan dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15 Kerapian Karangan

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 9 – 10 Sangat Baik 2 20 5,52
2. 7–8 Baik 34 272 75,14
3. 5–6 Cukup 11 66 18,23
4. 3–4 Kurang 1 4 1,11
5. 0–2 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 362 100
Nilai Rata-rata ((362/48)x100)/10 = 75,4
73

Pada tabel 15 tersebut menunjukkan, keterampilan kerapian karangan

siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 75,4. Untuk

keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor 9 – 10

dicapai 2 siswa atau 5,52%. Skala nilai baik dengan rentang skor 7 – 8 dicapai 34

siswa atau 75,14%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 5 – 6 dicapai 11 siswa

atau 18,23%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 3 – 4 dicapai 1 siswa atau

1,11%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 2 tidak

dicapai siswa atau 0%.

4.1.2.2 Hasil Nontes

4.1.2.2.1 Observasi

Observasi siklus I dilakukan pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang selama proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman melalui

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual berlangsung. Dalam observasi,

peneliti sebagai guru bersama dengan seorang teman memberikan catatan-catatan

terhadap aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis

pengalaman pribadi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16 Hasil Observasi Siklus I

Skor Skor Persentase


No. Aspek yang Diamati
Total Maks (%)
1. Semua siswa semangat dan antusias 4 5 80
mengikuti pembelajaran keterampilan
menulis pengalaman pribadi.
2. Semua siswa memperhatikan penjelasan 4 5 80
guru dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab, dan 3 5 60
berkomentar tentang materi yang
dijelaskan guru.
4. Semua siswa terlibat dalam 4 5 80
pembelajaran menulis pengalaman
74

pribadi melalui teknik modeling.


5. Semua siswa membuat catatan penting 2 5 40
tentang materi pembelajaran menulis
pengalaman pribadi.
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis 4 5 80
pengalaman pribadi dengan serius dan
tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil 3 5 60
karangan menulis pengalaman pribadi
dengan tertib dan tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan 3 5 60
hasil pembelajaran menulis pengalaman
pribadi.
Jumlah 27 5
Nilai Rata-rata 27/40 = 67

Pada tabel 16 di atas dapat diketahui, hasil observasi siklus I mencapai

nilai rata-rata 67. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati

pada kondisi siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Pada aspek (1) semua

siswa semangat dan antusias mengikuti pembelajaran keterampilan menulis

pengalaman pribadi mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (2) semua siswa

memperhatikan penjelasan guru dengan baik mencapai skor 4 atau 80%. Pada

aspek (3) siswa aktif bertanya, menjawab, dan berkomentar tentang materi yang

dijelaskan guru mencapai skor 3 atau 60%. Pada aspek (4) semua siswa terlibat

dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (5) semua siswa membuat catatan penting

tentang materi pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 2 atau

40%. Pada aspek (6) semua siswa mengerjakan tugas menulis pengalaman pribadi

dengan serius dan tekun mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (7) semua siswa

mengumpulkan hasil karangan menulis pengalam pribadi dengan tertib dan tepat

waktu mencapai skor 3 atau 60%. Pada aspek (8) siswa mampu merefleksi proses
75

dan hasil pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 3 atau 60%.

Hasil tersebut tampak pada diagram 3 berikut.

Diagram 3 Hasil Observasi Siklus I

90
80
70
Persentase

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Diamati

Berdasarkan diagram 3 dapat diketahui, siswa memiliki sikap yang cukup

baik dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

4.1.2.2.2 Jurnal

Jurnal digunakan untuk memperjelas peristiwa yang terjadi dan keadaan

yang dialami siswa selama pembelajaran keterampilan menulis pengalaman


76

pribadi berlangsung. Kemudian, berdasarkan jurnal ini dilakukan perbaikan proses

pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Hasil jurnal siklus I menunjukkan, siswa lebih mudah dalam menulis

pengalaman pribadi. Sebab, memulai teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual siswa dapat lebih mudah menemukan ide dalam menulis. Selain itu,

siswa setuju dan senang dengan teknik modeling karena dapat berpikir lebih cepat

dan kritis, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menulis lebih singkat untuk

memulai menulis pengalaman pribadi.

Siswa menyukai dan tertarik terhadap pembelajaran menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling. Dengan kehadiran model karangan bersumber

pengalaman pribadi, siswa dapat membaca dan memahami menulis pengalaman

pribadi secara lebih mudah dengan mencermati model yang diberikan, sehingga

siswa mengetahui hal-hal yang harus ada dalam karangan bersumber pengalaman

pribadi.

Siswa menyatakan, pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan

teknik modeling dapat memberikan nilai positif. Namun, kehadiran model

menyebabkan siswa meniru sebagian model yang diberikan. Sedangkan kesulitan

siswa, belum dapat menulis pengalaman pribadi sesuai dengan kaidah kebahasaan.

4.1.2.2.3 Angket

Pada penelitian tindakan kelas siklus I, angket diberikan kepada siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi.

Sasaran pernyataan dalam angket adalah peristiwa selama proses pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan


77

pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang. Hasil

angket siklus I tampak pada tabel 17 berikut.

Tabel 17 Hasil Angket Siklus I

Skor Skor Persentase


No. Pernyataan
Total Maks (%)
1. Saya senang mengikuti pembelajaran 412 480 85,8
keterampilan menulis.
2. Saya tertarik dengan pembelajaran 396 480 82,5
keterampilan menulis.
3. Keterampilan menulis dapat meningkatkan 418 480 87,1
kreativitas siswa dalam belajar.
4. Saya senang terhadap cara guru 402 480 83,3
menerangkan keterampilan menulis
pengalaman pribadi.
5. Saya memahami materi pembelajaran 372 480 77,5
menulis pengalaman pribadi yang
disampaikan oleh guru.
6. Saya mudah menemukan ide dalam menulis 360 480 75
pengalaman pribadi.
7. Pembelajaran menulis pengalaman pribadi 370 480 77,1
sangat tepat menggunakan teknik modeling.
8. Saya tertarik dengan teknik modeling pada 356 480 74,2
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
9. Menulis pengalaman pribadi dapat 384 480 80
dipublikasikan melalui media cetak.
10. Saya dapat mengambil nilai positif dari 402 480 83,8
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 3872 4800
Nilai Rata-rata 3872/ 4800 = 80,67

Pada tabel 17 dapat diketahui, nilai rata-rata yang dicapai siswa dalam

mengikuti pembelajaran adalah 80,67. Pernyataan yang terdapat dalam angket,

yaitu: (1) saya senang mengikuti pembelajaran keterampilan menulis mencapai

skor 412 atau 85,8%; (2) saya tertarik dengan pembelajaran keterampilan menulis

mencapai skor 396 atau 82,5%; (3) keterampilan menulis dapat meningkatkan
78

kreativitas siswa dalam belajar mencapai skor 418 atau 87,1%; (4) saya senang

terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis pengalaman pribadi

mencapai skor 402 atau 83,3%; (5) saya memahami materi pembelajaran menulis

pengalaman pribadi yang disampaikan oleh guru mencapai skor 372 atau 77,5%;

(6) saya mudah menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi mencapai

skor 360 atau 75%; (7) pembelajaran menulis pengalaman pribadi sangat tepat

menggunakan teknik modeling mencapai skor 370 atau 77,1%; (8) saya tertarik

dengan teknik modeling pada pembelajaran menulis pengalaman pribadi

mencapai skor 356 atau 74,2%; (9) menulis pengalaman pribadi dapat

dipublikasikan melalui media cetak mencapai skor 384 atau 80%; (10) saya dapat

mengambil nilai positif dari pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai

skor 402 atau 83,8%. Hasil tersebut tampak pada diagram 4 berikut.

Diagram 4 Hasil Angket Siklus I

90

85
Persentase

80

75

70

65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
79

Berdasarkan diagram 4, dapat diketahui sikap baik siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik

modeling dengan pendekatan kontekstual.

4.1.2.2.4 Wawancara

Wawancara dilaksanakan kepada tujuh siswa, yaitu Anang, Gilang,

Kandu, Mardiana, Nenang, Novi, dan Rini. Melalui wawancara tersebut diketahui,

siswa berminat dan menyukai pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Wawancara

siklus I ini dilakukan untuk mengetahui perilaku siswa-siswa terhadap proses

pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi.

Hasil wawancara menunjukkan, mereka berminat mengikuti pembelajaran

keterampilan menulis, yaitu pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Dengan hadirnya

model karangan bersumber pengalaman, siswa akan mudah menemukan ide.

Selain itu, mereka juga dapat mengambil manfaat positif menulis pengalaman

pribadi, yaitu menambah kreativitas siswa dalam menulis pengalaman pribadi.

Namun, mereka masih kesulitan dalam menulis pengalaman pribadi sesuai dengan

kaidah EYD yang berlaku karena waktu yang disediakan terlalu singkat.

Berdasarkan wawancara, siswa menyatakan cara mengatasi kesulitan

dengan lebih berkonsentrasi, bertanya kepada teman dan guru, dan berlatih

menulis secara rutin dan berkesinambungan. Selain itu, siswa menginginkan

waktu yang lebih lama untuk menulis pengalaman pribadi, sehingga dapat teliti

dengan baik.
80

4.1.3 Hasil Siklus II

4.1.3.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis pengalaman pribadi topik pengalaman mengesankan

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual tampak pada tabel 18

berikut.

Tabel 18 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Nilai (%)
1. 85 – 100 Sangat Baik 3 260 7,69
2. 75 – 84 Baik 10 796 23,55
3. 65 – 74 Cukup 22 1528 45,21
4. 55 – 64 Kurang 13 796 23,55
5. 0 – 54 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 3380 100
Nilai Rata-rata 3380/48 = 70,42
Sumber : Data Penelitian

Berdasarkan data siklus II pada tabel 18 di atas dapat diketahui,

keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang pada siklus II mencapai nilai rata-rata 70,42 atau pada skala nilai

cukup. Dengan demikian, keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa kelas

VIID SMP Negeri 38 Semarang sudah memenuhi target pencapaian nilai rata-rata

yang telah ditentukan, yaitu nilai 70 untuk rata-rata kelas.

Keterampilan menulis pengalaman pribadi pada skala nilai sangat baik

dengan rentang nilai 85 – 100 dicapai 3 siswa atau 7,69%. Skala nilai baik dengan

rentang nilai 75 – 84 dicapai 10 siswa atau 23,55%. Skala nilai cukup dengan

rentang nilai 65 – 74 dicapai 22 siswa atau 45,21%. Skala nilai kurang dengan

rentang nilai 55 – 64 dicapai 13 siswa atau 23,55%, sedangkan pada skala nilai
81

sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 54 tidak dicapai siswa atau 0%. Hasil

tersebut tampak pada diagram 5 berikut.

Diagram 5 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Pengalaman

50
45
40
35
Persentase

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5
Skala Nilai

4.1.3.1.1 Aspek Pengembangan Gagasan

Pada aspek siklus II ini, penilaian masih difokuskan pada kepadatan

informasi, penalaran, dan ketuntasan dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil

penilaian tes siklus II aspek pengembangan gagasan dapat dilihat pada tabel 19

berikut.

Tabel 19 Pengembangan Gagasan

Rentang Bobot Persentase


No. Skala Nilai Frekuensi
Skor Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 9 180 25,56
82

2. 13 – 16 Baik 16 256 36,37


3. 9 – 12 Cukup 21 252 35,79
4. 5–8 Kurang 2 16 2,28
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 704 100
Nilai Rata-rata ((704/48)x100)/20 = 73,35

Data pada tabel 19 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek pengembangan gagasan dalam menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

mencapai nilai rata-rata 73,35. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 9 siswa atau 25,56%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 16 siswa atau 36,37%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 21 siswa atau 35,79%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 2 siswa atau 2,28%, sedangkan skala nilai

sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.3.1.2 Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita, penilaiannya difokuskan

pada kesesuaian isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes

siklus II aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 4 80 12,66
2. 13 – 16 Baik 8 128 20,25
3. 9 – 12 Cukup 34 408 64,55
4. 5–8 Kurang 2 16 2,54
83

5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0


Jumlah 48 632 100
Nilai Rata-rata ((632/48)x100)/20 = 65,85

Data pada tabel 20 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

mencapai nilai rata-rata 65,85. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 17 – 20 dicapai 4 siswa atau 12,66%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 13 – 16 dicapai 8 siswa atau 20,25%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 9 – 12 dicapai 34 siswa atau 64,55%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 2 siswa atau 2,54%, sedangkan pada skala nilai

sangat kurang dengan rentang skor 0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0 %.

4.1.3.1.3 Aspek Kelengkapan Unsur Cerita

Pada aspek kelengkapan unsur cerita, penilaiannya difokuskan pada

kelengkapan unsur cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Hasil penilaian tes

siklus II aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita tampak pada tabel 21.

Tabel 21 Kelengkapan Unsur Cerita

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 25 – 30 Sangat Baik 12 316 29,69
2. 19 – 24 Baik 32 686 64,47
3. 13 – 18 Cukup 3 50 4,69
4. 7 – 12 Kurang 1 12 1,13
5. 0 –4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 1064 100
Nilai Rata-rata ((1064/48)x100)/30 = 73,89
84

Data pada tabel 21 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kelengkapan unsur cerita dalam menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

mencapai nilai rata-rata 73,89. Adapun keterampilan siswa pada skala nilai sangat

baik dengan rentang skor 25 – 30 dicapai 12 siswa atau 29,69%. Skala nilai baik

dengan rentang skor 19 – 24 dicapai 32 siswa atau 64,47%. Skala nilai cukup

dengan rentang skor 13 – 18 dicapai 3 siswa atau 4,69%. Skala nilai kurang

dengan rentang skor 7 – 12 dicapai 1 siswa atau 1,13%, sedangkan pada skala

nilai sangat kurang dengan rentang skor 0 – 6 yakni 0% atau tidak dicapai siswa.

4.1.3.1.4 Aspek Kebahasaan

Pada aspek kebahasaan siklus II, penilaiannya difokuskan pada

pengembangan paragraf, penyusunan kalimat efektif, ketepatan diksi, dan EYD

dalam karangan. Berikut ini hasil penilaian tes siklus I aspek kebahasaan dapat

dilihat pada tabel 22.

Tabel 22 Aspek Kebahasaan

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 17 – 20 Sangat Baik 2 40 6,58
2. 13 – 16 Baik 7 112 18,42
3. 9 – 12 Cukup 36 432 71,05
4. 5–8 Kurang 3 24 3,95
5. 0–4 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 608 100
Nilai Rata-rata ((608/48)x100)/20 = 63,35
85

Data pada tabel 22 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kebahasaan dalam menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual mencapai nilai rata-rata

63,35. Untuk keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang skor

17 – 20 dicapai 2 siswa atau 6,58%. Skala nilai baik dengan rentang skor 13 – 16

dicapai 7 siswa atau 18,42%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 9 – 12 dicapai

36 siswa atau 71,05%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 5 – 8 dicapai 3

siswa atau 3,95%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan rentang skor

0 – 4 tidak dicapai siswa atau 0%.

4.1.3.1.5 Aspek Kerapian Karangan

Pada aspek kerapian karangan, penilaiannya masih difokuskan pada rapi

dan tidaknya hasil menulis pengalaman pribadi siswa. Hasil penilaian tes siklus II

aspek kerapian karangan dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23 Kerapian Karangan

Rentang Persentase
No. Skala Nilai Frekuensi Bobot Skor
Skor (%)
1. 9 – 10 Sangat Baik 8 80 21,51
2. 7–8 Baik 27 216 58,06
3. 5–6 Cukup 12 72 19,35
4. 3–4 Kurang 1 5 1,34
5. 0–2 Sangat Kurang - 0 0
Jumlah 48 372 100
Nilai Rata-rata ((372/48)x100)/10 = 77,5

Data pada tabel 23 menunjukkan, keterampilan siswa kelas VIID SMP

Negeri 38 Semarang pada aspek kerapian karangan dalam menulis pengalaman


86

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual mencapai nilai

rata-rata 77,5. Keterampilan siswa pada skala nilai sangat baik dengan rentang

skor 9 – 10 dicapai 8 siswa atau 21,51%. Skala nilai baik dengan rentang skor 7 –

8 dicapai 27 siswa atau 58,06%. Skala nilai cukup dengan rentang skor 5 – 6

dicapai 12 siswa atau 19,35%. Skala nilai kurang dengan rentang skor 3 – 4

dicapai 1 siswa atau 1,34%, sedangkan pada skala nilai sangat kurang dengan

rentang skor 0 – 2 adalah 0%.

4.1.3.2 Hasil Nontes

4.1.3.2.1 Observasi

Observasi siklus II dilakukan pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang selama proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman melalui

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual berlangsung. Dalam observasi,

peneliti sebagai guru bersama dengan seorang teman memberikan catatan-catatan

terhadap aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis

pengalaman pribadi.

Hasil observasi II menunjukkan, siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang pada siklus II aktif mengikuti proses pembelajaran keterampilan

menulis pengalaman pribadi. Hal ini tampak pada skor yang dicapai siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi siklus II tersebut dapat dilihat

pada tabel 24 berikut.

Tabel 24 Hasil Observasi Siklus II


Skor Skor Persentase
No. Aspek yang Diamati
Total Maks (%)
1. Semua siswa semangat dan antusias 5 5 100
mengikuti pembelajaran keterampilan
menulis pengalaman pribadi.
87

2. Semua siswa memperhatikan penjelasan 5 5 100


guru dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab, dan 4 5 80
berkomentar tentang materi yang
dijelaskan guru.
4. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran 5 5 100
menulis pengalaman pribadi melalui
teknik modeling.
5. Semua siswa membuat catatan penting 3 5 60
tentang materi pembelajaran menulis.
pengalaman pribadi
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis 5 5 100
pengalaman pribadi dengan serius dan
tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil 4 5 80
karangan menulis pengalaman pribadi
dengan tertib dan tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil 4 5 80
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 35 40
Nilai Rata-rata 35 / 40 = 87

Pada tabel 24 di atas dapat diketahui, hasil observasi siklus II mencapai

nilai rata-rata 87. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati

pada kondisi siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Pada aspek (1) semua

siswa semangat dan antusias mengikuti pembelajaran keterampilan menulis

pengalaman pribadi mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (2) semua siswa

memperhatikan penjelasan guru dengan baik mencapai skor 5 atau 100%. Pada

aspek (3) siswa aktif bertanya, menjawab, dan berkomentar tentang materi yang

dijelaskan guru mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (4) semua siswa terlibat

dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (5) semua siswa membuat catatan penting

tentang materi pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 3 atau

60%. Pada aspek (6) semua siswa mengerjakan tugas menulis pengalaman pribadi

dengan serius dan tekun mencapai skor 5 atau 100%. Pada aspek (7) semua siswa
88

mengumpulkan hasil karangan menulis pengalaman pribadi dengan tertib dan

tepat waktu mencapai skor 4 atau 80%. Pada aspek (8) siswa mampu merefleksi

proses dan hasil pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai skor 4 atau

80%. Hasil tersebut tampak pada diagram 6 berikut.


89

Diagram 6 Hasil Observasi Siklus II

120
100
Persentase

80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Diamati

Berdasarkan diagram 6 dapat diketahui, siswa memiliki sikap yang baik

dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi

melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

4.1.3.2.2 Jurnal

Jurnal digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk memperjelas

segala sesuatu yang terjadi dan dialami siswa. Hasil jurnal menunjukkan, siswa

kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang sudah disiplin mengikuti proses

pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi. Hal ini dibuktikan

dengan kenaikan jumlah siswa mengumpulkan tugas menulis pengalaman pribadi

tepat waktu.

Hasil jurnal menunjukkan, siswa mampu menemukan dan

mengembangkan gagasan menulis pengalaman pribadi dengan baik dan benar.

Selain itu juga diketahui, siswa semakin tertarik dan senang mengikuti

pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

dengan pendekatan kontekstual. Selain itu, siswa menyatakan pembelajaran


90

menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling sangat jelas karena

penyampaiannya sistematis.

4.1.3.2.3 Angket

Angket dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi. Namun, sasaran pernyataan angket

adalah kejadian selama proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual. Pernyataan yang

digunakan dalam angket siklus II masih didasarkan pada angket siklus I. Jumlah

pernyataan sebanyak sepuluh butir dengan alat penilaian berupa cek list. Hasil

angket pada siklus II tampak pada tabel 25 berikut.

Tabel 25 Hasil Angket Siklus II


Skor Skor Persentase
No. Pernyataan
Total Maks (%)
1. Saya senang mengikuti pembelajaran 416 480 86,7
keterampilan menulis.
2. Saya tertarik dengan pembelajaran 398 480 82,9
keterampilan menulis.
3. Keterampilan menulis dapat 438 480 91,3
meningkatkan kreativitas siswa dalam
belajar.
4. Saya senang terhadap cara guru 412 480 85,5
menerangkan keterampilan menulis
pengalaman pribadi.
5. Saya memahami materi pembelajaran 386 480 80,4
menulis pengalaman pribadi yang
disampaikan oleh guru.
6. Saya mudah menemukan ide dalam 384 480 80
menulis pengalaman pribadi.
7. Pembelajaran menulis pengalaman pribadi 372 480 77,5
sangat tepat menggunakan teknik
modeling.
8. Saya tertarik dengan teknik modeling 374 480 77,9
pada pembelajaran menulis pengalaman
pribadi.
91

9. Menulis pengalaman pribadi dapat 384 480 80


dipublikasikan melalui media cetak.
10. Saya dapat mengambil nilai positif dari 412 480 85
pembelajaran menulis pengalaman
pribadi.
Jumlah 3976 4800
Nilai Rata-rata 3976 /4800 = 82,83

Pada tabel 25 dapat diketahui, nilai rata-rata yang dicapai siswa dalam

mengikuti pembelajaran 82,83. Pernyataan yang terdapat dalam angket, yaitu: (1)

saya senang mengikuti pembelajaran keterampilan menulis mencapai skor 416

atau 86,7%; (2) saya tertarik dengan pembelajaran keterampilan menulis

mencapai skor 398 atau 82,9%; (3) keterampilan menulis dapat meningkatkan

kreativitas siswa dalam belajar mencapai skor 438 atau 91,3%; (4) saya senang

terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis pengalaman pribadi

mencapai skor 412 atau 85,5%; (5) saya memahami materi pembelajaran menulis

pengalaman pribadi yang disampaikan oleh guru mencapai skor 386 atau 80,4%;

(6) saya mudah menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi mencapai

skor 384 atau 80%; (7) pembelajaran menulis pengalaman pribadi sangat tepat

menggunakan teknik modeling mencapai skor 372 atau 77,5%; (8) saya tertarik

dengan teknik modeling pada pembelajaran menulis pengalaman pribadi

mencapai skor 374 atau 77,9%; (9) menulis pengalaman pribadi dapat

dipublikasikan melalui media cetak mencapai skor 384 atau 80%; (10) saya dapat

mengambil nilai positif dari pembelajaran menulis pengalaman pribadi mencapai

skor 412 atau 85%. Hasil tersebut tampak pada diagram 7 berikut.

Diagram 7 Hasil Angket Siklus II


92

95

90
Persentase

85

80

75

70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan

Diagram 7 menunjukkan kondisi siswa dalam proses pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi dengan teknik modeling. Skala

penilaian yang digunakan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan

sangat tidak setuju. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini, 48 siswa diminta

mengisi format angket yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil angket siklus II

tersebut diketahui, siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang secara umum

berminat dan tertarik terhadap pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.

4.1.3.2.4 Wawancara

Wawancara siklus II juga dilakukan peneliti kepada tujuh siswa, yaitu

Anita, Candra, Hestiana, Rosa, Santi, Wilda, dan Yuli. Wawancara pada siklus II

ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perilaku siswa-siswa terhadap proses

pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

dengan pendekatan kontekstual.


93

Hasil wawancara siklus II ini mengungkap bahwa siswa-siswa berminat

dan menyukai pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang dilakukan peneliti.

Dengan adanya penghadiran model bersumber pengalaman pribadi siswa mampu

mengembangkan ide secara lebih kreatif dalam karangan bersumber pengalaman

pribadi yang dimiliki setiap siswa. Sebelum hasil menulis pengalaman pribadi

dikumpulkan, mereka masih berkesempatan memperbaiki hasil karangannya agar

hasil yang diperoleh lebih baik.

Namun demikian, mereka masih berkesulitan mengolah kata-kata, sulit

menulis kalimat yang baik, dan sulit menulis pengalaman pribadi sesuai dengan

kaidah EYD. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa menggunakan bahasa Jawa

dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi kesulitan itu, siswa menyatakan

hasil karangan harus disunting dan diubah sesuai dengan kalimat bahasa

Indonesia.

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada hasil tindakan siklus I

dan hasil siklus II, meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes tindakan siklus I dan

siklus II berupa keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik

modeling, sedangkan hasil nontes siklus I dan siklus II berupa observasi, jurnal,

angket, dan wawancara.

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi


94

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

pengalaman pribadi siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang mengalami

peningkatan yang cukup berarti. Peningkatan tersebut tampak pada tahapan

penelitian tindakan kelas, yaitu pratindakan, siklus I, dan siklus II. Untuk

memberikan deskripsi yang lebih jelas mengenai peningkatan rata-rata skor nilai

setiap aspek penilaian maka ditunjukkan hasil tes keterampilan menulis

pengalaman pribadi pada tabel 26 berikut.

Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi

Nilai Rata-rata
Peningkatan (%)
Aspek
No Aspek Penilaian
PT SI S II PT – S I S I–S II PT–S II

1. Pengembangan 57,9 62,5 73,35 7,94 17,36 26,68


gagasan (ide)
2. Kesesuaian dan 58,75 60,85 65,85 3,57 8,22 12,08
kejelasan isi cerita
3. Kelengkapan unsur 65 71,11 73,89 9,4 3,91 13,67
cerita
- Tokoh dan
penokohan
- Latar (setting)
- Alur (plot)
4. Aspek kebahasaan 55,85 59,15 63,35 5,91 7,10 13,43
- Pengembangan
paragraf
- Penyusunan
kalimat efektif
- Ketepatan diksi
- EYD
5. Kerapian karangan 70,4 75,4 77,5 7,10 2,79 10,08
Nilai Rata-rata Kelas 61,04 65,38 70,42 9,14 8,39 18,05
Pada data tabel 26 menunjukkan bahwa hasil pratindakan nilai rata-rata

semua aspek keterampilan menulis siswa kelas VII D SMP Negeri 38 Semarang

mencapai 61,04 atau masih pada skala nilai kurang, berada pada rentang nilai 55 –
95

64. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata setiap aspek yang dinilai.

Pada pratindakan ini aspek pengembangan gagasan mencapai nilai rata-rata 57,9.

Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai rata-rata 58,75. Aspek

kelengkapan unsur cerita mencapai nilai rata-rata 65. Aspek kebahasaan mencapai

nilai rata-rata 55,85, sedangkan aspek kerapian karangan mencapai nilai rata-rata

70,4.

Hasil tes siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis siwa kelas VIID

SMP Negeri 38 Semarang mencapai nilai rata-rata 65,38 atau masih pada skala

nilai cukup, berada pada rentang nilai 65 – 74. Namun, dibandingkan dengan nilai

rata-rata keterampilan menulis pengalaman pribadi pada pratindakan hasil siklus I

ini telah mengalami peningkatan, yaitu 9,14. Meskipun demikian, belum

memenuhi target nilai yang ditetapkan, yaitu 70.

Penyebab belum tercapainya target nilai pada siklus I, yaitu siswa kelas

VIID SMP Negeri 38 Semarang belum cukup mampu mengembangkan gagasan

yang baik dalam menulis pengalaman pribadi. Namun, mereka sudah mampu

menemukan ide dalam menulis pengalaman pribadi. Hal ini tampak pada aspek

pengembangan gagasan mencapai nilai rata-rata 62,5.

Penyebab lain, aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai

rata-rata 60,85. Dengan demikian dapat dikatakan, siswa belum cukup mampu

menyesuaikan isi cerita dalam menulis pengalaman pribadi. Aspek kebahasaan

yang meliputi pengembangan paragraf, penyusunan kalimat efektif, menggunakan

diksi, dan EYD mencapai nilai rata-rata 59,15. Hal ini menunjukkan siswa belum

mampu mengembangkan paragraf, menyusun kalimat efektif, menggunakan diksi,

dan EYD dengan tepat.


96

Adapun aspek yang telah memenuhi target nilai keterampilan menulis

pengalaman pribadi, meliputi aspek kelengkapan unsur cerita dengan nilai rata-

rata 71,11. Aspek lain yaitu kerapian karangan dengan nilai rata-rata 75,4.

Hasil tes siklus II nilai rata-rata kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang

mencapai 70,42 atau dengan skala nilai cukup baik. Dengan demikian nilai rata-

rata siklus II sudah memenuhi target yang ditentukan, yaitu 70. Dengan demikian,

tindakan siklus III tidak perlu dilakukan.

Nilai rata-rata pada setiap aspek siklus II secara keseluruhan mengalami

peningkatan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan pada siklus II perilaku siswa

pada saat mengikuti proses pembelajaran keterampilan menulis pengalaman

pribadi sudah mengalami perubahan yang signifikan dengan pembelajaran

menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual. Hal itu tampak pada peningkatan nilai rata-rata siklus II dari siklus I

adalah 8,39.

Pada aspek pengembangan gagasan mencapai nilai rata-rata 73,35 dan

mengalami peningkatan 26,68% dari pratindakan. Dengan demikian dapat

dikatakan, siswa telah mampu menemukan dan mengembangkan gagasan dalam

menulis pengalaman pribadi.

Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita mencapai nilai rata-rata 65,85.

Berarti mengalami peningkatan 12,08% dari pratindakan.. Dengan demikian dapat

dikatakan, siswa telah mampu menyesuaikan isi cerita dan memenuhi kejelasan

cerita.

Aspek kelengkapan unsur cerita mencapai nilai rata-rata 73,89 dan

mengalami peningkatan 13,67%. Untuk aspek kebahasaan mencapai nilai rata-rata


97

63,35 dan mengalami peningkatan 13,43% dari pratindakan. Dengan demikian,

siswa telah memenuhi kelengkapan unsur cerita dan aspek kebahasaan.

Pada aspek kerapian karangan mencapai nilai rata-rata 77,5 dan

mengalami peningkatan 10,08% dari pratindakan. Dengan demikian, secara

keseluruhan masing-masing aspek penilaian mengalami peningkatan nilai rata-

rata. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata semua aspek menulis

pengalaman pribadi siklus I dan siklus II adalah 18,05.

Berdasarkan deskripsi pembahasan di atas dapat dibuktikan bahwa

pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis pengalaman

pribadi siswa kelas VIID SMP 38 Negeri Semarang.

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa

Berdasarkan hasil nontes siklus I yang diperoleh melalui observasi, jurnal,

angket, dan wawancara diketahui kesiapan siswa mengikuti pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui modeling dengan pendekatan

kontekstual belum sepenuhnya terfokus. Hal ini tampak pada siswa yang ramai,

mengobrol dengan teman sebangkunya, bermain-main sendiri, dan tidak displin

dalam mengumpulkan tugas menulis pengalaman pribadi sesuai dengan waktu

yang sudah ditetapkan.

Pada siklus II siswa mengalami perubahan perilaku yang lebih baik.

Dalam hal ini, kesiapan siswa mengikuti pembelajaran keterampilan menulis

pengalaman pribadi mulai terlihat dan sikap siswa mulai terfokus dengan materi

yang diajarkan. Hal itu dapat dibuktikan dengan semangat dan antusiasme siswa

mengikuti pembelajaran keterampilan menulis pengalaman pribadi. Hasil


98

observasi pada siklus I dan siklus II tampak secara lebih jelas pada tabel 27

berikut.

Tabel 27 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

Hasil Peningkatan
No. Aspek yang Diamati
Observasi (%)
SI SII
1. Semua siswa semangat dan antusias mengikuti 80 100 20
pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi.
2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru 80 100 20
dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab, dan 60 80 20
berkomentar tentang materi yang dijelaskan
guru.
4. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran 80 100 20
menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling.
5. Semua siswa membuat catatan penting tentang 40 60 20
materi pembelajaran menulis pengalaman
pribadi.
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis 80 100 20
pengalaman pribadi dengan serius dan tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil karangan 60 80 20
menulis pengalam pribadi dengan tertib dan
tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil 60 80 20
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 540 700 160
Nilai Rata-rata 67 87 20

Berdasarkan data tabel 27, peningkatan perilaku siswa pada siklus II

untuk semua aspek 20% dari siklus I. Hal ini menunjukkan pembelajaran menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

mengalami peningkatan.

Pada aspek semangat dan antusias siswa mengikuti pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi pada siklus II mengalami peningkatan


99

20% dari siklus I. Hal ini terjadi karena siswa sangat senang dengan pembelajaran

menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan

kontekstual. Mereka merasa senang ketika guru menunjukkan model karangan

bersumber pengalaman. Selain menunjukkan model, guru juga memberi motivasi

siswa untuk terus berlatih menulis, yaitu hasil menulis pengalaman pribadi siswa

dapat dipublikasikan di media cetak atau majalah dinding sekolah.

Pada aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru dengan baik, siklus II

mengalami peningkatan 20% dari siklus I. Hal ini menunjukkan, siswa memiliki

ketertarikan yang lebih baik sehingga lebih memperhatikan. Perhatian ini tampak

pada saat guru meminta siswa mencermati model karangan bersumber

pengalaman. Usaha guru untuk meningkatkan perhatian siswa ini adalah

memberikan penyadaran dan keterangan mengenai manfaat menulis pengalaman

pribadi. Di samping itu, guru juga memberi ulasan kembali tentang materi untuk

menguatkan pemahaman siswa.

Pada aspek siswa aktif bertanya, menjawab, dan berkomentar tentang

materi yang dijelaskan guru pada siklus II mengalami peningkatan 20% dari siklus

I. Keaktifan siswa tampak pada aktivitas bertanya, menjawab, dan berkomentar

tentang materi pembelajaran menulis pengalaman pribadi. Dalam aktivitas

tersebut, siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab, dan berkomentar tanpa

ditunjuk guru.

Pada aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling pada siklus II mengalami peningkatan 20%.

Peningkatan ini diusahakan dengan mendorong setiap siswa untuk secara intensif

mengerjakan tugas menulis yang diberikan. Bentuk nyata yang dilakukan guru

adalah memeriksa proses yang dilakukan setiap siswa dan memberikan bimbingan

saat siswa mengalami kesulitan.


100

Pada aspek siswa membuat catatan penting tentang materi pembelajaran

menulis pengalaman pribadi pada siklus II mengalami peningkatan 20%.

Terjadinya peningkatan ini karena diberikan petunjuk tahapan-tahapan yang

seharusnya dilalui siswa dalam menulis pengalaman pribadi. Siswa sudah mulai

membuat catatan penting karena menyadari manfaat positif, terutama berkaitan

dengan materi pembelajaran menulis pengalaman pribadi.

Pada aspek siswa lebih serius dan tekun dalam mengikuti proses belajar

pada siklus II meningkat 20% dari siklus I. Peningkatan ini selalu diusahakan

guru dengan memberikan pengarahan, bimbingan, dan pengawasan terhadap

siswa.

Pada aspek siswa mengumpulkan hasil karangan menulis pengalaman

pribadi dengan tertib dan tepat waktu pada siklus II meningkat 20% dari siklus I.

Hal ini menunjukkan, kedisiplinan yang selalu ditekankan guru pada siswa

meningkat. Kedisiplinan selalu disampaikan sebagai hal yang sangat penting

untuk keberhasilan belajar, terutama dalam menulis pengalaman pribadi.

Pada aspek siswa mampu merefleksi proses dan hasil pembelajaran

menulis pengalaman pribadi pada siklus II meningkat 20% dari siklus I. Hal ini

menunjukkan, proses belajar yang dilalui siswa telah berhasil dengan baik. Siswa

telah mampu menyerap pengetahuan, menentukan sikap, dan mampu secara

motorik mengungkap kembali materi yang dipelajari.

Peningkatan hasil belajar menulis pengalaman pribadi melalui teknik

modeling dengan pendekatan kontekstual juga tampak pada hasil angket yang

diberikan siswa. Hasil angket siklus I dan siklus II tampak pada tabel 28 berikut.

Tabel 28 Perbandingan Hasil Angket Siklus I dan II


No. Pernyataan Hasil Angket Peningkatan
SI SII (%)
101

1. Saya senang mengikuti pembelajaran 85,8 86,7 0,9


keterampilan menulis.
2. Saya tertarik dengan pembelajaran 82,5 82,9 0,4
keterampilan menulis.
3. Keterampilan menulis dapat meningkatkan 87,1 91,3 4,2
kreativitas siswa dalam belajar.
4. Saya senang terhadap cara guru 83,8 85,8 2
menerangkan keterampilan menulis
pengalaman pribadi.
5. Saya memahami materi pembelajaran 77,5 80,4 2,9
menulis pengalaman pribadi yang
disampaikan oleh guru.
6. Saya mudah menemukan ide dalam menulis 75 80 5
pengalaman pribadi.
7. Pembelajaran menulis pengalaman pribadi 77,1 77,5 0,4
sangat tepat menggunakan teknik modeling.
8. Saya tertarik dengan teknik modeling pada 74,2 77,9 3,7
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
9. Menulis pengalaman pribadi dapat 80 80 0
dipublikasikan melalui media cetak.
10. Saya dapat mengambil nilai positif dari 83,8 85,8 2
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 806,7 828,3 21,5
Nilai Rata-rata 80,67 82,83 2,15

Berdasarkan hasil angket siklus II, pernyataan siswa yang diuraikan dalam

10 pernyataan menunjukkan perubahan sikap siswa meningkat 2,15% dari siklus

I. Peningkatan tersebut disebabkan siswa senang, tertarik, dan intensif mengikuti

proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual.

Peryataan (1) saya senang mengikuti pembelajaran keterampilan menulis

meningkat 0,9%. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, yaitu siswa lebih senang

mengikuti proses belajar mengajar pengalaman pribadi.

Pernyataan (2) saya tertarik dengan pembelajaran keterampilan menulis

meningkat 0,4% dari siklus I. Peningkatan ini menunjukkan rasa ketertarikan

siswa semakin kuat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
102

hasil observasi, yaitu siswa tertarik dengan pembelajaran menulis pengalaman

pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual karena

pembelajaran ini dianggap sebagai hal baru bagi siswa.

Pernyataan (3) keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas siswa

dalam belajar meningkat 4,2%. Hal ini menunjukkan, pembelajaran menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

memberikan pengalaman baru kepada siswa. Karena itu, siswa merasa dapat lebih

kreatif atau memiliki lebih banyak cara untuk menulis pengalaman pribadi.

Pernyataan (4) saya senang terhadap cara guru menerangkan keterampilan

menulis pengalaman pribadi meningkat 2% dari siklus I. Dengan demikian berarti,

teknik modeling dengan pendekatan kontekstual yang dipilih guru untuk

pembelajaran menulis pengalaman pribadi pada siswa kelas VIID SMP Negeri 38

Semarang sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Pernyataan (5) saya memahami materi pembelajaran menulis pengalaman

pribadi yang disampaikan oleh guru meningkat 2,9%. Peningkatan ini

menunjukkan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi, siswa dapat

menangkap lebih mudah materi yang diberikan. Berdasarkan observasi,

kemudahan yang diperoleh siswa karena dengan adanya model, secara otomatis

dapat melihat bentuk nyata tulisan pengalaman pribadi. Dengan demikian, siswa

memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang dijelaskan guru.

Pernyataan (6) saya mudah menemukan ide dalam menulis pengalaman

pribadi meningkat 5%. Peningkatan ini menunjukkan, pembelajaran menulis

pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

dapat membantu siswa untuk menemukan ide dan mengembangkannya dalam

menulis. Hal ini sesuai dengan hasil observasi, aspek pengembangan ide

meningkat karena siswa merasa mudah memahami materi yang diberikan.


103

Pernyataan (7) pembelajaran menulis pengalaman pribadi sangat tepat

menggunakan teknik modeling meningkat 0,4%. Peningkatan nilai pernyataan

siswa melalui angket yang diberikan berkaitan dengan teknik modeling dan

pendekatan kontekstual yang digunakan guru menunjukkan siswa merasa cocok

mengikuti proses pembelajaran ini. Hal ini tampak jelas pada pernyataan (8) yang

menyatakan saya tertarik dengan teknik modeling pada pembelajaran menulis

pengalaman pribadi meningkat 3,7% dari siklus I.

Pernyataan (9) menulis pengalaman pribadi dapat dipublikasikan melalui

media cetak tidak ada peningkatan 0%. Hal ini menunjukkan, siswa tidak merasa

yakin tulisannya dapat diterbitkan di media cetak. Namun, siswa tetap menyadari

dengan menulis pengalaman pribadi tetap memperoleh manfaat. Hal ini tampak

pada pernyaaan (10) saya dapat mengambil nilai positif dari pembelajaran menulis

pengalaman pribadi meningkat 2%.

Berdasarkan jurnal siklus I dan siklus II diketahui, siswa lebih mudah

dalam menulis pengalaman pribadi. Sebab, memulai teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual siswa dapat lebih mudah menemukan dan

mengembangkan ide dalam menulis. Selain itu, siswa setuju dan senang dengan

teknik modeling karena dapat berpikir lebih cepat dan kritis. Selain itu, siswa

menyatakan pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling

sangat jelas karena penyampaiannya sistematis dan dapat meningkatkan disiplin

menulis. Sedangkan kesulitan siswa, belum dapat menulis pengalaman pribadi

sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I dan siklus II terungkap, siswa

lebih mudah menemukan ide dan mengembangkannya dalam menulis pengalaman

pribadi. Siswa juga menyatakan, teknik modeling dengan pendekatan kontekstual

sangat menarik dan sesuai untuk pembelajaran menulis pengalaman pribadi.


104

Namun, siswa masih merasa kesulitan untuk menulis terutama berkait dengan

pemilihan kata dan penyusunan kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan

atau EYD.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang meningkat

90,32% atau rata-rata meningkat 18,05% untuk semua aspek. Peningkatan

tersebut dicapai setelah dilakukan tindakan kelas yang meliputi siklus I dan

siklus II melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual berdasarkan

nilai rata-rata pada tahap pratindakan 61,04. Pada siklus I nilai rata-rata

meningkat 4,34% menjadi 65,38 dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat

4,04% menjadi 70,42. Persentase peningkatan pada siklus II dari pratindakan,

yaitu (1) aspek pengembangan gagasan (ide) 26,68%, (2) aspek kesesuaian

dan kejelasan isi cerita 12,08%, (3) aspek kelengkapan unsur cerita 13,67%,

(4) aspek kebahasaan 13,43%, dan kerapian karangan 10,08%.

2. Perubahan sikap dan perilaku siswa kelas VIID SMP Negeri 38 Semarang

mengalami peningkatan ke arah lebih baik, yaitu siswa mulanya tidak terfokus

menjadi terfokus dalam menulis, setelah mendapatkan pembelajaran

keterampilan menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan

pendekatan kontekstual.

106
107

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas peneliti memberikan saran-saran sebagai

berikut.

1. Guru dalam pembelajaran keterampilan menulis hendaknya menggunakan

teknik modeling, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

menulis pengalaman pribadi. Selain itu, guru hendaknya mengetahui

perubahan perilaku siswa, agar dapat memberikan pengalaman yang menarik

dan mengesankan pada siswa untuk meningkatkan keterampilan menulis

pengalaman pribadi.

2. Peneliti yang mengembangkan penelitian tentang menulis hendaknya dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dan pembanding hasil

penelitian.

3. Lembaga pendidikan hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan program-program pembelajaran, terutama yang

berkaitan dengan pembelajaran menulis bagi siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1991. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

__________. 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Aminnudin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Alegsindo.

Astuti, Dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan


Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II
PS 4 SMK N 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning


(CTL)). Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa


dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

_____________. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah. Jakarta:
Depdiknas.

_____________. 2004. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru


SMP Bahasa Indonesia dan Sastra: Pengembangan Bahan dan Media
Pembelajaran. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

______________. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP


Bahasa Indonesia dan Sastra: Kerangka Dasar Kurikulum 2004 dan
Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia SMP 2004. Jakarta:
Depdiknas.

_____________. Bahana Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP


Bahasa Indonesia dan Sastra: Pengembangan Keterampilan Menulis
II Ulasan, Teks berita, Teks Pidato/Ceramah, Pengalaman. Jakarta:
Depdiknas.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Hartono. Tanpa Tahun. Perencanaan Pengajaran. Yogyakarta: Mata Angin.

Iswahyudi. 2001. Keterampilan Menulis Narasi dengan Metode Diskusi Siswa


SLTP N Dempet. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
108
109

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan


Kurikulum 1994: Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta:


Adicita Karya Nusa.

Soenardji dan Bambang Hartono. 1998. Asas-Asas Menulis. Semarang: IKIP


Semarang Press.

Subana, M dan Sunarti. Tanpa Tahun. Strategi Belajar Mengajar Bahasa


Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media
Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Subyantoro dan Bambang Hartono. 2003. Pengembangan Kemampuan Berbahasa


(Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan, Berbicara, Membaca,
dan Menulis). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sukris. 2000. Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media


Reka Cerita Bergambar pada Siswa Kelas II E SLTP Negeri Jekulo
Kudus. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Suriamiharja, Agus, H. Akhlah Husein, dan Nunuy Nurjanah. 1996. Petunjuk


Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Suryanto. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan


Teknik Modeling pada Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

Suwarna, Ismaya. 2002. Peningkatan Menulis Wacana Narasi dengan Teknik


Penceritaan Pengalaman Pribadi Kelas II 4 MAN 1 Surakarta.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran


Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Yuniati, Herlin. 2000. Model Pembelajaran Menulis dengan Penyajian Gambar


Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa
Kelas III Cawu 3 SLTP 29 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang.
110
Lampiran 1

RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VII/2 (dua)
Unit :1
Tema : Perkenalan
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran
Budi Pekerti : Cerdas, cermat, mandiri, produktif, dan rasa percaya diri
Life Skill : Kesadaran diri: kesadaran eksistensi diri dan potensi diri
Kecakapan sosial: kecakapan komunikasi tertulis

A. Standar Kompetensi
• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi
dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain,
menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif,
menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat.

B. Kompetensi Dasar
• Menulis pengalaman

C. Indikator
• Mampu menulis pengalaman pribadi

D. Materi Pokok/Uraian Materi


• Cerita pengalaman
- Pengalaman lucu - Pengalaman memalukan
- Pengalaman aneh - Pengalaman menyakitkan
- Pengalaman mendebarkan - Pengalaman menyedihkan
- Pengalaman mengharukan - Pengalaman menyenangkan
111

E. Pengalaman Belajar
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Pendahuluan 10’
1) Guru bertanya kepada siswa pernahkah Tanya
mereka membaca atau menulis pengalaman jawab
pribadi di media cetak.
2) Guru menunjukkan beberapa contoh Menunjuka
karangan bersumber pengalaman yang n model
ditulis oleh penulis di sebuah media cetak.
3) Guru bertanya kepada siswa tentang
manfaat menulis pengalaman pribadi.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
hari itu yakni menulis pengalaman pribadi.

2. Kegiatan Inti 70’


1) Siswa mendengarkan pembacaan contoh Pemodelan
karangan bersumber pengalaman.
2) Siswa mendiskusikan unsur-unsur cerita Diskusi
pengalaman pribadi dalam model yang
telah dibacakan.
3) Guru memperkuat penegasan hasil diskusi Tanya
tentang unsur-unsur cerita pengalaman jawab
dalam model.
4) Siswa secara individual berlatih menulis Kerja
pengalaman pribadi setelah mendapat individu
petunjuk langkah-langkah menyusun
kerangka karangan.
5) Siswa menyunting bersama hasil karangan
6) Guru membacakan hasil karangan dan hasil
menyunting beberapa siswa, kemudian
memberikan tangggapan sekilas hasil
karangan dan hasil menyunting tersebut.
3. Penutup 10’
112

1) Guru bersama siswa mengadakan refleksi Refleksi


terhadap proses dan hasil belajar hari itu
tentang menulis pengalaman pribadi.
2) Guru memberikan penguatan tentang hasil
belajar hari itu serta mendorong siswa agar
banyak membaca, supaya siswa menjadi
penulis yang baik.

F. Media dan Sumber Belajar


• Media
– Model karangan bersumber pengalaman.
– Lembar kerja untuk menulis pengalaman pribadi.
• Sumber Belajar
– Buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa Kelas VII
– Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
– Majalah Bobo yang memuat karangan bersumber pengalaman.
– Guru sebagai fasilitator.

G. Penilaian
• Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
- Ketekunan - Keantusiasan
- Keseriusan - Kerjasama
113

• Penilaian hasil kerja individu


Skala Nilai
No Aspek Penilaian
1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide)
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
3. Kelengkapan unsur cerita
- Tokoh dan penokohan
- Latar (setting)
- Alur (plot)
4. Aspek kebahasaaan
- Pengembangan paragraf
- Penyusunan kalimat efektif
- Ketepatan diksi
- EYD
5. Kerapian

Skala penilaian
1 = Sangat kurang 4 = Baik
2 = Kurang 5 = Sangat baik
3 = Cukup
115
Lampiran 2

RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VII/2 (dua)
Unit : 1
Tema : Perkenalan
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran
Budi Pekerti : Cerdas, cermat, mandiri, produktif, dan rasa percaya diri
Life Skill : Kesadaran diri: kesadaran eksistensi diri dan potensi diri
Kecakapan sosial: kecakapan komunikasi tertulis

A. Standar Kompetensi

• Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan


perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi
dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang
lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk
naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan
singkat.

B. Kompetensi Dasar

• Menulis pengalaman

C. Indikator

• Mampu menulis pengalaman pribadi


116

D. Materi Pokok/Uraian Materi

• Cerita pengalaman
– Pengalaman lucu − Pengalaman memalukan
– Pengalaman aneh − Pengalaman menyakitkan
– Pengalaman mendebarkan − Pengalaman menyedihkan
– Pengalaman mengharukan − Pengalaman menyenangkan

E. Pengalaman Belajar

No. Kegiatan Waktu Metode


1 Pendahuluan 10’
1) Guru bertanya kepada siswa pernahkah Tanya
mereka membaca atau menulis pengalaman jawab
pribadi di media cetak.
2) Guru menunjukkan beberapa contoh Menunjukan
karangan bersumber pengalaman yang ditulis model
oleh penulis di sebuah media cetak.
3) Guru bertanya kepada siswa tentang manfaat
menulis pengalaman pribadi.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
hari itu yakni menulis pengalaman pribadi.
2 Kegiatan Inti 70’
1) Siswa mendengarkan pembacaan model Pemodelan
karangan bersumber pengalaman.
2) Siswa mendiskusikan struktur menulis Diskusi
pengalaman dan unsur-unsur cerita
pengalaman pribadi dalam model yang telah
dibacakan.
3) Guru memperkuat penegasan hasil diskusi Tanya
tentang struktur menulis pengalaman dan jawab
unsur-unsur cerita pengalaman pribadi.
4) Siswa secara individual berlatih menulis Kerja
pengalaman pribadi setelah mendapat individu
petunjuk langkah-langkah menyusun
kerangka karangan.
5) Siswa menyunting bersama hasil karangan
secara berkelompok.
6) Guru membacakan hasil karangan dan hasil
menyunting beberapa siswa, kemudian
memberikan tanggapan sekilas hasil
karangan dan hasil menyunting tersebut.
7) Guru memberikan penghargaan kepada
117

kelompok terbaik dalam menyunting


karangan dan siswa terbaik dalam menulis
pengalaman pribadi.
3. Penutup 10’
1) Guru bersama siswa mengadakan refleksi Refleksi
terhadap proses dan hasil belajar hari itu
tentang menulis pengalaman pribadi.
2) Guru memberikan penguatan tentang hasil
belajar hari itu serta mendorong siswa agar
banyak membaca, supaya siswa menjadi
penulis yang baik.

F. Media dan Sumber Belajar


• Media
– Model karangan bersumber pengalaman.
– Lembar kerja untuk menulis pengalaman pribadi.
• Sumber Belajar
– Buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa Kelas VII
– Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
– Majalah Yunior dan Mop yang memuat karangan bersumber
pengalaman.
– Guru sebagai fasilitator.

G. Penilaian
• Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
- Ketekunan - Keseriusan
- Keantusiasan - Kerjasama
118

• Penilaian hasil kerja individu


Kategori
No Aspek Penilaian
1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide)
2. Kesesuaian dan kejelasan isi cerita
3. Kelengkapan unsur cerita
- Tokoh dan penokohan
- Latar (setting)
- Alur (plot)
4. Aspek kebahasaaan
- Pengembangan paragraf
- Penyusunan kalimat efektif
- Ketepatan diksi
- EYD
5. Kerapian

Skala penilaian
1 = Sangat kurang 4 = Baik
2 = Kurang 5 = Sangat baik
3 = Cukup
174

REKAP HASIL WAWANCARA SIKLUS I

1. Minat siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis.


• Berminat, karena saya suka menulis.
• Cukup berminat, karena siswa bisa terampil menulis.
• Berminat, karena keterampilan menulis sangat baik diajarkan di sekolah.
• Berminat, karena siswa menjadi terampil menulis. Selain itu,
pembelajaran keterampilan menulis mudah dipahami oleh siswa.
• Berminat, karena saya menyukai pembelajaran keterampilan menulis.

2. Kesulitan siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis.


• Saya tidak mengalami kesulitan. Namun demikian, saya tidak bisa menulis
dengan cepat.
• Kesulitannya adalah memberi tanda baca dan huruf kapital. Selain itu,
saya juga tidak bisa menulis dengan cepat.
• Kesulitan dalam menceritakan pengalaman pribadi.

3. Cara mengatasi kesulitan pembelajaran keterampilan menulis.


• Berkonsentrasi penuh dalam menulis dan bertanya kepada teman.
• Menulis dengan santai.
• Berlatih menulis dan giat belajar.
• Menulis dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa.

4. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis pengalaman


pribadi melalui teknik modeling dengan pendekatan kontekstual.
• Tertarik, karena saya dapat menemukan ide dalam menulis pengalaman
pribadi melalui model yang diberikan guru.
• Tertarik, karena model tersebut mudah dipahami.
• Tertarik, karena pengalaman itu menarik dan tidak mudah dilupakan.
175

• Tertarik, karena siswa dapat menemukan ide dan mengungkapkan isi


pengalaman dengan baik.
• Tertarik, karena mudah dipahami dan melatih siswa terampil menulis.
• Tertarik, karena kata-kata yng terdapat dalam model tersebut menarik.
• Cukup tertarik, karena saya suka menulis pengalaman pribadi.

5. Manfaat menulis pengalaman pribadi melalui teknik modeling dengan


pendekatan kontekstual.
• Manfaatnya adalah saya bisa menulis pengalaman pribadi.
• Berkesan, karena model tersebut dapat merangsang pikiran siswa untuk
terampil menulis.
• Tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa dibaca orang lain.
• Merangsang otak untuk berpikir cepat.
• Menambah kreativitas siswa.
176

REKAP HASIL WAWANCARA SIKLUS II

1. Minat siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis.


• Berminat, karena menulis dapat mengembangkan potensi anak.
• Berminat, karena siswa menjadi lebih kreatif dalam menulis.
• Berminat, karena dapat menambah kreativitas siswa dalam menulis.
• Berminat, karena dapat melatih siswa terampil menulis.

2. Kesulitan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis.


• Kesulitan adalah menulis kalimat dengan baik karena siswa terbiasa
menggunakan bahasa Jawa.
• Kesulitan dalam menulis EYD terutama tanda baca koma, tanda baca titik,
dan tanda seru.
• Kesulitannya adalah saya tidak bisa mereke-reka cerita.

3. Cara mengatasi kesulitan pembelajaran keterampilan menulis.


• Mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat yang lebih baik dan menarik.
• Belajar dan bertanya kepada orang yang lebih bisa dari kita.
• Bertanya kepada guru dan teman.

4. Ketertarikan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis pengalaman


pribadi melalui teknik modeling.
• Sangat tertarik, karena dapat menambah kreativitas siswa dalam menulis
pengalaman pribadi.
• Tertarik, karena menulis pengalaman pribadi sangat tepat menggunakan
teknik modeling.
• Tertarik, karena siswa yang tidak bisa menulis pengalaman pribadi dengan
baik menjadi bisa.
• Tertarik, karena siswa dapat menulis pengalaman pribadi dengan baik.
177

5. Manfaat menulis pengalaman pribadi dengan teknik modeling dengan


pendekatan konstektual.
• Saya bisa menulis pengalaman pribadi.
• Siswa menjadi pandai dan kreatif dalam menulis pengalaman pribadi.
• Menulis dapat menambah kreativitas siswa dan menambah wawasan yang
luas.
• Siswa dapat bertukar pengalaman.
HASIL OBSERVASI SIKLUS I

Hari dan tanggal : Rabu, 18 Mei 2005


Tempat : SMP Negeri 38 Semarang
Kelas : VII D
Waktu : 11.00 - 12.45 WIB
Topik : Menulis pengalaman pribadi
No. Aspek yang Diamati Kategori Skor
SB B C K SK
1. Semua siswa semangat dan antusias mengikuti √ 4
pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi melalui teknik modeling.
2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru √ 4
dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab dan √ 3
berkomentar tantang materi yang dijelaskan
oleh guru.
4. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran √ 4
menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling.
5. Siswa membuat catatan penting tentang materi √ 2
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis √ 4
pengalaman pribadi dengan serius dan tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil karangan √ 3
menulis pengalaman pribadi dengan tertib dan
tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil √ 3
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 27
Nilai Rata-rata 27/40 = 67
Keterangan :
SB = Sangat baik skornya adalah 5
B = Baik skornya adalah 4
C = Cukup skornya adalah 3
K = Kurang skornya adalah 2
SK = Sangat kurang skornya adalah 1

Semarang, 18 Mei 2005


Observer

Siti Komariah
NIM 2101401021
HASIL OBSERVASI SIKLUS II

Hari dan tanggal : Rabu, 1 Juni 2005


Tempat : SMP Negeri 38 Semarang
Kelas : VII D
Waktu : 11.00- 12.45 WIB
Topik : Menulis pengalaman pribadi
No. Aspek yang Diamati Kategori Skor
SB B C K SK
1. Semua siswa semangat dan antusias mengikuti √ 5
pembelajaran keterampilan menulis
pengalaman pribadi melalui teknik modeling.
2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru √ 5
dengan baik.
3. Siswa aktif bertanya, menjawab dan √ 4
berkomentar tantang materi yang dijelaskan
oleh guru.
4. Semua siswa terlibat dalam pembelajaran √ 5
menulis pengalaman pribadi melalui teknik
modeling.
5. Siswa membuat catatan penting tentang materi √ 3
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis √ 5
pengalaman pribadi dengan serius dan tekun.
7. Semua siswa mengumpulkan hasil karangan √ 4
menulis pengalaman pribadi dengan tertib dan
tepat waktu.
8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil √ 4
pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Jumlah 35
Nilai Rata-rata 35/40 = 87
Keterangan :
SB = Sangat baik skornya adalah 5
B = Baik skornya adalah 4
C = Cukup skornya adalah 3
K = Kurang skornya adalah 2
SK = Sangat kurang skornya adalah 1

Semarang, 1 Juni 2005


Observer

Siti Komariah
NIM 2101401042

Anda mungkin juga menyukai