Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT ILMU

(Diringkas dari buku Philosophy of Science Karangan John Bird)

Oleh: Kuntjojo

PENDAHULUAN

Ada beberapa pertanyaan mendasar beerkenaan dengan pembahasan ilmu secara filosofis.
Pertanyaan-pertanyaan dimaksud antara lain: a. Apakah yang dimaksud dengan ilmu? b. Ilmu
tentang apa? Apakah yang dimaksud dengan teori ilmiah? Bagaimana kita mengetahui bahwa
suatu teori benar?

Apakah yang Dimaksud dengan Ilmu ?

Apakah yang membedakan ilmu (pengetahuan ilmiah) dengan non-ilmu atau ilmu semu (pseudo
science)? Menurut William R. Overton, ilmu memiliki teori ilmiah dengan karakteristik: 1)
sesuai dengan hukum alam, 2) penjelasannya dengan acuan hukum alam, 3) dapat diuji di
dunia pengalaman, 4) kesimpulannya bersifat tentatif, dan 5) dapat diverifikasi.

Apakah Induksi itu?

Induksi dinamai untuk bentuk penalaran yang berbeda dari ilmu-ilmu alam, seperti kimia,
meteorology, dan geologi dengan matematika, seperti aljabar dan geometri. Pengetahuan ilmiah
dikembangkan dengan jalan yang berbeda dengan matematika. Bila ilmu-ilmu alam tergantung
dari data yang diperoleh melalui observasi, sedangkan matematika dikembangkan berdasarkan
teori umum yang sudah ada.

Istilah induktif dipergunakan paling tidak untuk 2 hal yang berbeda. Dalam arti yang sangat luas,
iduktif artinya non-dedutif. Dalam arti yang sempit induksi dipakai untuk menamai suatu
argument ilmiah yang spesifik.

Teori ilmiah tidak dimiliki oleh pengetahuan non ilmiah maupun ilmu semu. Para filsuf
menggolongkan pengetahuan ilmiah menjadi dua, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a
posteriori . Pengetahuan a priori merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pemikiran semata tanpa didasarkan pada pengalaman (metode deduksi). Sedangkan pengetahuan
a posteriori merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (metode induksi).

Representation dan Reason

Apa yang dinyatakan oleh Overton, mangandung 2 hal pokok, yaitu: pertama berkenaan subject
matter ilmu yaitu: hukum-hukum alam, penjelasan alami, jenis-jenis fenomena alam (jika ada),
dan kedua berkenaan dengan sikap dan pendekatan ilmuwan terhadap teori ilmiah, apakah
mereka percaya pada bukti-bukti kuat yang ada, menjauhi pandangan-pandan yang bersifat
dogmatis, dan terbuka pada verifikasi suatu teori. Hal pokok pertama merupakan representation
dan yang kedua merupakan aspek reason dalam pembahasan ilmu.

REPRESENTATION

Hukum Alam

Hukum alam bukan hasil karya ilmuwan, tugas ilmuwan adalah menemukan hukum alam dan
menjelaskannya dalam teori ilmiah. Penjelasan-penjelasan tentang hukum alam adalah sebagai
berikut.

1. Minimalism about the law – the Simple Regularity Theory

Menurut the Simple Regurality Theory, hukum alam itu sama dengan keteraturan. Adalah suatu
hukum bahwa Fs adalah Gs jika dan hanya jika semua Fs adalah Gs. Problem yang dapat timbul
berkenaan dengan keteraturan yang simpel adalah keterbatasannya untuk menjelaskan berbagai
fenomena.

2. Regularities that are not laws

Tidak setiap keteraturan sebagai hukum. Suatu keteraturan bisa saja terjadi karena faktor
kebetulan.

3. Laws and counterfactuals

Hukum mendukung keberlawanan fakta. Contoh mobil Freddie berwarna hitam dan ketika dia
membiarkannya di bawah terik sinar matahari, mobil itu menjadi panas. Ada pernyataan yang
berlawanan dengan fakta, yaitu: jika mobil Freddie berwarna putih maka mobil itu akan lebih
lama panasnya.

4. Laws that are not regularities – probabilistic laws

Ada beberapa keteraturan yang bukan merupakan hukum alam, yaitu: 1) accidental regularities
(keteraturan-keteraturan secara kebetulan, 2) contrived regularities (keteraturan-keteraturan
yang disusun). 3) uninstantiated trivial regularities (keteraturan-keteraturan yang sepele), dan 4)
computing functional regularities.

Ada hukum yang menunjukkan adanya ketidak teraturan. Hukum ini merupakan hukum yang
umum dalam fisika nuklir. Yang berlaku dalam fisika nuklir adalah probabilitas atau peluang.

Penjelasan

Satu satu fungsi ilmu adalah fungsi deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena yang menjadi objek
kajiannya. Ada beberapa macam penjelasan yaitu : 1. penjelasan sebab-alibat, 2. penjelasan
nomic (penjelasan dalam hubungannya dengan hukum alam, 3. penjelasan secara psikologis, 4.
penjelasan secara psikoanalitis, 5. penjelasan model Darwin, dan 6. penjelasan fungsional.
Menurut Hempel, penjelasan adalah prediksi setelah suatu kejadian dan prediksi adalah
penjelasan sebelum kejadian.

Berbagai Macam Fenomena Alam

Para filsuf dan ilmuwan sudah lama dihadapkan pada 2 pertanyaan yang saling berhubungan.
What is the constitution of things? What kinds of things are there? Jika ada beberapa bentuk
dasar dari sesuatu maka perbedaan-perbedaan antara bentuk yang bukan utama dapat dijelaskan
berkenaan dengan jenis-jenis bentuk utama.

Realisme

Pandangan realisme tentang teori ilmiah, sebagaimana dinyatakan oleh salah satu tokohnya,
yaitu Dalton, adalah sebagai berikut:

1. Teori ilmiah dapat dievaluasi berkenaan dengan kebenaran yang dikemukannya.

2. Teori ilmiah memiliki tujuan untuk mencapai kebenaran atau sesuatu yang mendekati
kebenaran.

3. Keberhasilan teori ilmiah adalah bukti bahwa teori tersebut benar.

4. Jika teori ilmiah benar, sesuatu yang tak dapat diobservasi disusun hipotesisnya sebagai
sesuatu yang ada, dan

5. Jika hal itu benar, teori ilmiah akan menjelaskan fenomena yang dapat diobservasi.

Bagi kaum instrumentalis, bertanya tentang kebenaran suatu teori merupakan kesalahan
konseptual. Pertanyaan yang tepat menurut mereka adalah apakah suatu teori memiliki ketepatan
secara empiris. Suatu teori dinyatakan memiliki ketepatan secara empiris jika teori tersebut dapat
membuat prediksi yang akurat.

REASON

Teori dan Observasi

Teori dan observasi berhubungan erat. Ada pandangan yang menyatakan bahwa observasi
tergantung pada teori dan ketergantungan kognitif observasi pada teori. Berdasarkan
ketergantungan kognitif observasi pada teori, pernyataan-pernyataan dari hasil observasi
dianggap benar jika didukung oleh kebenaran teoritis.

Probabilitas dan Kesimpulan Ilmiah

Penalaran secara statististik dan probabilistik memainkan suatu peran penting dalam penarikan
kesimpulan ilmiah. Penalaran tersebut kadang-kadang terpikirkan bahwa penalaran tertentu
menyajikan suatu pertanyaan pada problem induksi. Jika induksi tak mampu memberikan
penjelasan yang logis, sebab tidak acuan untuk hal itu maka penyelesainnya bias menggunakan
probabilitas sehingga bias diperoleh kesimpulan. Ada beberapa jenis probabilitas, yaitu: a.
probabilitas subjektif, b. probabilitas objektif dan kesempatan, c. penalaran statistik klasik, dan
d. bayesianisme.

Pengetahuan Induktif

Ada masalah skeptis induksi dari Hume. Untuk itu harus ada solusi terbaik. Kadang-kadang
permasalahannya menyangkut induksi justifikasi. Ini adalah arah yang salah karena tidak ada
satu induksipun yang membutuhkan justifikasi. Strawson telah menunjukkan bahwa terdapat
banyak argumen induktif, dan beberapa diantaranya masuk akal.

Metode dan Perkembangan Ilmu

Pengetahuan dinyatakan benar dan dapat dipercaya jika didukung oleh metode yang realiabel.
Metode yang dipergunakan untuk memperoleh ilmu adalah metode ilmiah. Metode ilmiah inilah
yang membedakan ilmu dengan pengetahuan bukan ilmu. Metode ilmiah memiliki beberapa
karakteristik, yaitu: a. membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya dan memberikan cirri khas
pada ilmu, b. metode ilmiah menjelaskan keberhasilan dan kemajuan ilmu, c. penerapannya
bersifat umum, d. dapat diterapkan pada suatu pola metode, tidak tergantung pada imajinasi,
intuisi, dst. e. reliabilitasnya dapat diketahui a priori.

Konteks Penemuan dan Konteks Pembenaran

Menurut tinjauan the context of discovery, ilmu tidak secara otomatis ada di dunia manusia tetapi
adanya karena sengaja diadakan oleh manusia. Berbagai macam ilmu lahir dan berkembang
karena kebutuhan. Dalam konteks ini ilmu pada dasarnya tidak bersifat netral. Sedangkan
menurut tinjauan the context of justification, ilmu hanya bias diperoleh melalui usaha, yaitu
metode ilmiah yang kebenarannya bias dipertanggung jawabkan.

Penjelasan Terbaik dan Metode Ilmiah

Bilamana suatu teori ilmiah dapat memberikan penjelasan dengan baik tentang fenomena yang
jadi sasarannya? Bill Newton-Smith telah mengidentifikasi 8 ciri teori ilmiah yang mampu
digunakan untuk memberikan penjelasan dengan baik, yang bias digunakan acuan dalam
memilih suatu teori, yaitu:

a. Observational nesting. Suatu teori seharusnya mempunyai paling tidak konsekuensi


observasi yang sama dengan teori-teori sebelumnya.

b. Fertility. Suatu teori seharusnya terbuka untuk diuji dan dikembangkan.

c. Track-record. Suatu teori hendaknya memiliki keberhasilan pada waktu-waktu sebelumnya.

d. Inter-theory support. Suatu teori seharusnya terintegrasi dan memberikan dukungan pada
teori-teori lainnya.
e. Smootness. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fenomena yang dijelaskannya hendaknya
terbuka untuk dilakukan perbaikan.

f. Internal consistency. Suatu teori hendaknya memiliki konsistensi internal.

g. Compaibility with well-grounded metaphysical beliefs. Suatu teori hendaknya konsisten


dengan asumsiasumsi umum atau metafisis thenrtang dunia.

h. Simplicity. Teori yang simpel lebih baik dari pada teori yang rumit.

Ada aspek lain dari investigasi ilmiah yang membedakannya dari bukan pengetahuan ilmiah.
Overton telah menyatakan penjelasan-penjelasan ilmiah mencakup hukum-hukum alam dan
membentuk hipotesis yang dapat diuji dengan bukti-bukti empiris. Dan hal itu bertentangan
dengan penjelasan-penjelasan yang bersifat supernatural. Dengan penjelasan-penjelasan ilmiah
yang terus dikembangkan melalui verifikasi ilmiah maka ilmu mengalami perkembangan yang
sangat pesat.

Anda mungkin juga menyukai