Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022

Yogyakarta, 17 Juni 2006

PEMODELAN BISNIS DALAM DUNIA OTOMOTIF UNTUK MENGATASI


KESENJANGAN ANTARA PENGGUNA DAN PENGEMBANG APLIKASI SUPPLY
CHAIN MANAGEMENT (SCM)
Eko K. Budiardjo1, Anton W. Pramono2
1
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia
2
Divisi Multimedia, Service Area Makasar, PT Telkom Indonesia
E-mail: 1awpramono@telkom.co.id, 2eko@cs.ui.ac.id

ABSTRAKSI
Aplikasi SCM melibatkan beragam pengguna, dengan tingkat literasi komputer yang sangat beragam,
menyulitkan dalam menyusun prasyarat dan spesikasi perangkat lunak. Rekayasa aplikasi SCM dituntut untuk
menghasilkan yang berkualitas, tepat waktu, tepat biaya, dan memenuhi harapan pengguna yang beragam.
Terjadilah kesenjangan yang terlihat dari banyaknya kegagalan proyek pengembangan aplikasi SCM terlambat
dan tidak sesuai dengan keinginan penggunanya yang disebabkan oleh kegagalan dalam menyusun prasyarat
dan spesifikasinya. Pada makalah ini membahas pengentasan kesenjangan melalui pemodelan bisnis untuk
menghindari kegagalan tersebut.

Kata kunci: Supply Chain Management (SCM), Pemodelan Bisnis (Business Modeling), Unified Modeling
Language (UML), Unified Process (UP).

1. PENDAHULUAN bisnis inti kepada perusahaan lain. Dengan


Spesifikasi dan Prasyarat Piranti Lunak terjalinnya kerjasama antar perusahaan, karakteristik
(SPPL) atau Software Requirement Specification dan kualitas suatu barang atau layanan kepada
(SRS) untuk aplikasi SCM merupakan kegiatan awal pelanggan akan bergantung pada perusahaan-
pengembangan piranti lunak yang sangat perusahaan yang mendukung produksi atau
menentukan. Kesalahan dalam mengembangkan pelayanan yang diberikan. Hal ini memberikan
SPPL berakibat pada pengembangan yang tantangan bagi perusahaan - perusahaan dalam rantai
berkepanjangan atau piranti lunak aplikasi yang nilai tersebut untuk mengintegrasikan dan
dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh mengkoordinasikan alur material, informasi dan
pengguna. Dengan kompleksitas aplikasi SCM yang finansial dalam memberikan pelayanan.
meningkat, diperlukan metoda dan teknik yang lebih
baik agar spesifikasi dapat disusun dengan lebih 2. MEMAHAMI SCM PADA INDUSTRI
tepat. Pemodelan bisnis merupakan solusi yang OTOMOTIF
dapat dilakukan oleh para pengembang aplikasi Bisnis otomotif merupakan bisnis yang
SCM sebelum menyusun SPPL. sangat sangat luas dan beragam dengan lingkup
Mengingat luasnya domain aplikasi SCM, kompetisi yang cukup ketat. Beragam merek
pembahasan akan lebih fokus pada industri otomotif kendaraan diperdagangkan mulai dari negara eropa,
yang merupakan salah satu industri yang cukup amerika dan asia seperti Jepang atau Korea. Dengan
stabil di Indonesia. Saat ini distibusi penjualan dan jumlah pemain yang cukup banyak dan market di
dukungan purna jual tersebar mulai dari kendaraan, Indonesia yang cukup besar, menjadikan persaingan
suku cadang hingga assesoris kendaraan. antar merek kendaraan menjadi semakin kompetitif
Memperhatikan struktur geografis Indonesia, [6,7].
terbuka peluang untuk menyediakan aplikasi SCM Kegiatan pada bisnis otomotif tidak hanya
berbasis internet yang mampu mengintegrasikan sebatas penjualan kendaraan baru, pengadaan suku
distribusi/penyediaan produk antar entitas bisnis cadang dan asesoris juga merupakan bagian industri
secara terpadu. otomotif yang menarik. Industri lokal seperti
Kehadiran aplikasi SCM akan membentuk pembuatan velg di Surabaya dan pembuatan helm
kemampuan dalam mengintegrasikan rantai nilai lokal, telah turut meramaikan industri otomotif.
(value-chain) untuk menyediakan barang atau Bagian terbesar di Indonesia adalah pelayanan
layanan kepada pelanggannya. Dalam menghasilkan penjualan kendaraan baru dan pelayanan purna jual
barang atau memberikan pelayanan kepada para melalui pemeliharaan kendaraan ditunjukan dengan
pelanggannya, perusahaan membutuhkan bekerja- semakin menjamurnya ruang pamer (showroom) dan
sama dengan perusahaan lain. Hal ini diperlukan bengkel.
karena setiap perusahaan akan berusaha untuk tetap Alur distribusi dari perdagangan di industri
fokus pada bisnis utama yaitu kegiatan bisnis yang otomotif dapat dijelaskan pada gambar berikut:
berkaitan dengan kompetensi inti (core competency)
mereka.
Sebagai konsekuensi dengan berfokusnya Manufaktur Distributor Retailer
pada bisnis inti, perusahaan membutuhkan Gambar 1. Alur distribusi industri perdagangan
perusahaan lain untuk mendukung produksi atau otomotif
pelayanan kepada pelanggannya. Perusahaan akan
menyerahkan kegiatan yang tidak berkaitan pada

E-105
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

ƒ Manufaktur pemesanan barang, mengirimkan barang dan


Manufaktur dapat didefinisikan sebagai tagihan. Sedangkan proses pembelian
perusahaan yang melakukan pembuatan maupun (Procurement), merupakan proses yang yang
perakitan dari produk yang akan disampaikan dilakukan oleh distributor dan riteler dalam
kepada customer-nya. Sebagai contoh adalah melakukan pembelian barang seperti, proses
perusahaan pembuatan velg, helm maupun suku permintaan penawaran harga, pemesanan barang,
cadang kendaraan lainnya. penerimaan barang dan pembayaran tagihan.
Manufaktur ini dicirikan dengan proses bisnis
untuk menangani proses permintaan/penjualan Manufaktur Distributor Retailer

barang dari para distributor atau retailer secara


langsung untuk hasil produksinya. Termasuk ƒ Pengiriman Penawaran Harga ƒ Permintaan Penawaran Harga
didalamnya proses pengiriman dan penagihan ƒ Penerimaan Pemesanan Barang ƒ Pemesanan Barang
ƒ Pengiriman Barang ƒ Penerimaan Barang
atas penjualan barang. ƒ Pengiriman Tagihan ƒ Pembayaran Tagihan
ƒ Perusahaan Distributor
Distibutor merupakan salah satu komponen Gambar 2. Proses utama pada tiga jenis perusahaan
dalam proses bisnis untuk menyampaikan dalam alur distribusi
barang dari manufaktur ke retailer. Dalam hal
ini, bentuk perusahaan sebagai distibutor 3. KESENJANGAN PENGGUNA-PENGEMBANG
merupakan jumlah terbesar dimana perusahaan Awal yang sangat menentukan dalam
berhubungan dengan manufaktur dalam dan luar mengembangkan piranti lunak terletak pada
negeri untuk proses pendistribusian di dalam penyusunan SPPL. Kesenjangan antara kedua belah
negeri. pihak, pengguna dan pengembang, lebih banyak
Proses bisnis yang terjadi pada distibutor terbagi disebabkan karena problematik artikulasi prasyarat
atas dua bagian, yaitu proses pengadaan dan piranti lunak dan kesamaan persepsi kedua belah
proses penjualan. Pada proses pengadaan, pihak terhadap spesifikasi yang telah disusun oleh
perusahaan berhubungan dengan manufaktur pengembang. Sedangkan spesifikasi merupakan
untuk pemesanan barang (Purchase Order - PO), konsekuensi logis dari prasyarat, yang tertuang
negosiasi (bila diperulakan dalam bentuk dalam notasi–notasi yang bermakna lebih kongkrit
Request for Quotation - RFQ), dan pembayaran dibandingkan dengan penyataan prasyarat secara
tagihan. naratif.
Sedangkan untuk proses penjualan, perusahaan Problematik artikulasi muncul ketika
berhubungan dengan distributor lain/retailer
kegiatan elisitasi prasyarat (Requirement Elicitation)
untuk mengirimkan Quotation, menjawab
Receive Order, mengirimkan barang (Delivery) dilaksanakan, yang antara lain mencakup: (a)
dan mengirimkan tagihan (Invoice). pengguna tidak dapat menetapkan sebagaian dari
ƒ Retailer prasyarat yang perlu; (b) kesukaran dalam
Bentuk terakhir yang ditemukan adalan retailer. menetapkan apa yang menjadi prasyarat; (c)
Retailer merupakan perusahaan yang pengguna tidak menyadari prasyarat yang tepat; (d)
berhubungan dengan customer dalam penjualan perbedaan istilah yang dipergunakan kedua belah
satuan. Dalam hal ini yang menjadi fokus bukan pihak; (e) tidak mungkin satu orang yang dapat
interaksi dengan customer, namun dengan memiliki gambaran utuh terhadap PL yang hendak
distributor. dibangun; (f) pengembang tidak begitu perhatian
Dalam konteks supply chain, perusahaan terhadap pernyataan pengguna; (g) pengembangan
berinterkasi dengan distributor dalam proses gagal dalam memahami dan mengapresiasi
pembeliaan/ pengadaan barang, dimana retailer
mengirimkan daftar pesanannya (PO), keinginan pengguna; (h) pengembang memiliki
melakukan negosiasi (pemintaan penawaran kecenderuangan mendominasi pengguna. Selain itu,
harga) dan membayar atas tagihan yang permasalahan menjadi kian pelik, karena hambatan
dikirimkan. komunikasi dan kekurang-fahaman terhadap domain
Untuk distributor dan retailer masih terdapat masalah.
proses bisnis pengembalian barang apabila Pemodelan proses bisnis dapat menjadikan
barang yang diterima itu salah atau rusak. solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut,
Namun demikian pada analisis ini, proses sebelum menyusun dan menetapkan SPPL. Melalui
tersebut diasumsikan berada di luar sistem yang pemodelan ini kedua belah pihak dapat memahami
dikembangkan dengan pertimbangan lebih tepat proses bisnis dimana PL akan menjadi bagian
masuk dalam proses customer relation integral dalam proses bisnis tersebut. Sehingga
management (CRM).
permalahan dalam artikulasi dan kekurang-fahaman
.
Bila dirangkum, terdapat dua proses utama terhadap domain masalah dapat diatasi.
yang diterjadi pada ketiga jenis perusahaan dalam Keberhasilan dalam memodelkan proses bisnis
alur distribusi, seperti yang terlihat pada gambar 2. sangat tergantung pada representasi model.
Proses penjualan (Sales), merupakan proses Kepelikan dalam model, dapat membingungkan
yang dilakukan oleh manufaktur dan distributor pengguna. Representasi model dengan memper-
dalam menangani penjualan barang seperti, proses gunakan Unified Modeling Language (UML)
mengirimkan penawaran harga, menerima menjadi lebih mudah difahami pengguna, karena

E-106
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

lebih menitik berapkan pada interaksi antara pelaku Adapun langkah-langkah pada business
aktivitas bisnis dengan proses bisnis. Terlebih lagi modeling workflow dapat dijelaskan sebagai
penerapan metoda Unified Process (UP) berikut[10]:
menyebabkan kedua belah pihak secara bertahap
mengurai visi dan sararan proses bisnis yang sedang Assess Business Status:
Tujuan pada langkah ini adalah memahami
dimodelkan. Uraian tersebut secara bertahap
status organisasi dimana sistem akan
dinyatakan melalui sejumlah notasi yang terdapat diimplementasikan, memahami bagaimana
pada UML. mengelompokan project dan skenario bisnis
yang tepat untuk diterapkan, menentukan
4. METODA PEMODELAN BISNIS bagaimana harus melanjutkan pelaksanaan
Untuk memahami proses bisnis yang terjadi untuk iterasi selanjutnya dan menyusun
dari sistem yang akan dikembangkan, Unified pemahaman pertama terhadap tujuan dan
Process (UP) [1,3,10] menyiapkan business objektif dari organisasi tujuan yang disetujui
modeling workflow. Pemodelan proses bisnis oleh para stackholder dan tim business
(business modeling) menjabarkan bagaimana modeling.
membuat visi dari organisasi yang baru, dan Describe Current Business:
berdasarkan visi tersebut didefinisikan proses, peran Tahap penjelasan business bertujuan untuk
(roles), dan tanggung jawab organisasi di dalam memahami proses dan struktur organisasi
sebuah model bisnis. dimana sistem akan diterapkan dan berdasarkan
Model bisnis akan sangat bermanfaat saat pemahaman tersebut tujuan dari business
lebih banyak orang yang menggunakan dan lebih modeling diperbaiki. Pada tahapan ini tim
banyak informasi yang ditangani oleh sistem. business modeling mengundang representatif
Business model ini tidak harus selalu dilakukan pada stackholder dan membahas pengetahuan domain
setiang pengembangan aplikasi. bisnis dan memahami bagaimana sistem saat ini
Tujuan dari pemodelan proses bisnis adalah digunakan untuk mengotomasi bisnis.
untuk memahami struktur dan dinamika dari Identify Business Processes:
organisasi dimana sistem akan diterapkan, Tim business modeling secara bersama-sama
permasalahan yang dihadapi oleh organisasi dan memiliki pemahanan yang sama dalam batasan
perbaikan yang perlu dilakukan, memastikan dari organisasi yang dimodelkan, dan
pengguna dan pengembang memahami organisasi menentukan proses mana yang harus dijelaskan
dan mengumpulkan requirement yang diperlukan lebih detil. Adapun tujuan dari workflow ini
bagi pengembangan sistem. Gambar berikut adalah menentukan terminologi, mengambarkan
merupakan alur kerja dari tahap business modeling: model business use case, dan menentukan
prioritas business use case yang harus
didetilkan.
Refine Business Process Definitions:
Setiap business use case diserahkan pada
seorang anggota tim yang bertanggung jawab
untuk mengambarkan secara detil. Bertindak
sebagai business designer, orang tersebut
melengkapi definisi business use case, dan
memimpin sesi review untuk business use case.
Adapun tujuan dari workflow ini adalah
mendetilkan definisi business use case, dan
memverifikasi apakah business use case
merepleksikan bagaimana business dilakukan.
Design Business Process Realizations:
Pada workflow ini dilaksanakan identifikasi
semua peran (role), produk, deliverables, dan
events di dalam bisnis. Dan mengambarkan
bagaimana business use case realization
dilaksanakan oleh business worker dan business
entities.
Refine Roles and Responsibilities:
Pelaksanan tahapan ini, dilakukan dengan
mendetilkan definisi dari business entity,
mendetilkan tanggung jawab dari business
worker, dan memverifikasi secara formal
apakah business object modeling sesuai dengan
pandangan stackholder.
Gambar 3. Business Modelling Workflow ([1, 10]) Explore Process Automation:
Pada tahapan ini, dilakukan ekplorasi dimana
proses bisnis dapat dan akan dilakukan otomasi,
memahami bagaimana sistem eksisting (legacy

E-107
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

system) digunakan oleh organisasasi, dan akan dijual dan proses penjualan yang dilakukan
menurunkan requirement system. oleh sales officer.
Dalam kesehariannya business worker ini
Artifak-artifak yang dihasilkan pada bekerja sama dengan sales office untuk
pemodelan proses bisnis adalah: menangani pemintaan harga dan pengiriman
ƒ Business vision document, mendefiniskan barang, penentuan harga dan discount serta
objektif dan tujuan dari pelaksanaan pemodelan pembuatan summary report dari proses yang
proses bisnis ditanganinya.
ƒ Business use case model, sebuah model fungsi Sedangkan untuk pihak eksternal, business
bisnis yang diinginkanm yang digunakan worker ini bertugas dalam proses negosiasi
sebagai masukan penting dalam pembentukan business dan kegiatan business
mengidetifikasikan role dan deliverables di lainnya dengan business worket setingkat
dalam organisasi. manajer pembelian (Purchasing Manager) .
ƒ Business object model, sebuah model objek Sales Officer
yang menggambarkan realisasi dari business use Business worker ini bertanggung jawab dalam
case. proses penjualan kesehariaan seperti menjawab
permintaan harga, membuat quotation,
Notasi-notasi yang digunakan dalam mengirimkan perintah pengiriman barang dan
pemodelan proses bisnis yang dijelaskan pada melaporkan penjualan kepada manajer
artifak-artifak yang dihasilkan, dapat disimpulkan penjualan perusahaan.
sebagai berikut: Dalam interaksi dengan pihak luar, business
ƒ Business User (customer, vendor, atau mitra) worker ini berinteraksi dengan puchasing office
direpresentasikan sebagai business actor. perusahaan lain (retailer/distributor) untuk
ƒ Proses bisnis direpresentasikan oleh business proses bisnis yang disebutkan diatas.
use case dan business use case realization. Purchasing Manager
ƒ Peran yang dimainkan oleh tiap orang dalam Business worker ini bertanggung jawab dalam
organisasi direpresentasikan sebagai business proses pengadaan barang perusahaan yang
worker. diperlukan dalam rangka persiapan kebutuhan
ƒ Sesuatu di dalam organisasi yang dikelola dan penjualan kepada rantai berikutnya.
dihasilkan direpresentasikan sebagai business Adapun dalam hal ini bertanggung jawab dalam
entities. perencanaan pengadaan yang dilakukan serta
melakukan perintah pemesanan barang
5. MODEL BISNIS SCM OTOMOTIF termasuk memantau proses negosiasi apabila
4.1 Business Worker diperlukan
Business worker merepresentasikan sebuah Bentuk lainnya adalah bertanggung jawab
atau sekumpulan peran (role) di dalam sebuah dalam kegiatan pembukaan hubungan bisnis
bisnis. Seorang business worker berinteraksi dengan dengan perusahaan distributor atau manufaktur
business worker lainnya dengan mengolah/ untuk produk-produk yang dapat dijual oleh
mempergunakan kegiatan business (business perusahaan.
entities) untuk berpatisipasi dalam business use case Purchasing Officer
realization. Business worker ini bertanggung jawab dalam
Dari tiga jenis perusahaan yang terlibat di proses pembeliaan barang sesuai dengan
dalam sistem. Dan setelah dilakukan analisis rencana pembelian yang disetujui oleh
diperoleh dua proses utama yang terlibat yaitu Purchasing Manager dalam bentuk proses
proses penjualan dan proses pembelian/pengadaan permintaan penawaran harga, pemesanan
barang. Sehingga dalam menemukan business barang dan proses negosiasi apabila diperlukan.
worker akan lebih mudah apabila pencarian dibagi Finance and Administration Officer
atas dua proses utama tersebut. Namun Business worker ini bertanggung jawab dalam
sesungguhnya para business worker itu saling proses penagihan pada pengiriman barang yang
melengkapi di dalam sistem, yang terbagi: telah dilakukan dan melakukan updating
terhadap keuangan perusahaan.
Tabel 1. Peran para business worker Berkoodinasi dengan sales officer atau manajer
Penjualan Pembeliaan penjualan dalam melakukan verifikasi tagihan
Sales Manager Puchasing Manager dan barang yang dikirim. Dan dengan Finance
Sales Offices Puchasing Officer and Administration Officer perusahaan mitra
Finance and Finance and dalam prose penagihan atas pengiriman barang.
Administrator Officer Administrator Officer Di sisi mitra, business worker ini bertanggung
Logistic Officer Logistic Officer jawab untuk melakukan pembayaran sesuai
dengan proses pembeliaan yang dilakukan
Sales and Distribution Manager setelah menerima konfirmasi dari bagian
Business worker ini bertanggung jawab dalam logistik bahwa barang telah diterima.
proses penjualan yang dilakukan perusahaan. Logistic Officer
Dalam hal ini business worker bertanggung Business worker ini bertanggung jawab dalam
jawab untuk memantau persediaan barang yang proses pengiriman barang yang diperintahkan
oleh bagian penjualan kepada pemesan dan

E-108
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

melaporkannya kepada bagian penjualan bahwa


barang telah terkirim.
Di sisi pemesan barang, Logistic Officer
bertanggung jawab dalam penerimaan dan
memeriksa kesesuaian barang yang diterima
oleh perusahaan dengan pemesanan barang
yang kelola.

4.2 Business Entities


Beberapa business entitas utama yang
digunakan oleh business worker antara lain:
Permintaan Penawaran Harga (Request for
Quotation – RFQ)
Permintaan penawaran harga (RFQ) merupakan
bentuk pemohonan pemintaan terhadap suatu
barang yang dilakukan oleh perusahaan yang
ingin membeli dimana barang tersebut masih
dapat ditawar atau belum memiliki harga tetap,
dimana didalamnya hanya terdiri dari daftar
barang yang diminta oleh perusahaan.
Penawaran Harga(Quotation)
Quotation merupakan jawaban pemohonan Gambar 4. 10 Business Use Case Realization
pemintaan terhadap suatu barang yang
dilakukan oleh perusahaan menjual dimana 4.4 Business Usecase “Meninta Penawaran
dijelaskan nilai barang, bentuk diskon bila ada, Harga” Specification
term penjualan dan penjelasan penjualan Setelah kesepakatan bisnis terjalin antar
lainnya. perusahaan penyedia produk dan perusahaan
Pemesanan Harga (Quotation) pembelinya, terdapat keadaan dimana harga produk
Setelah penawaran harga diterima, bila belum ditentukan di awal hubungan bisnis dan
disetujui, dilakukan pemesanan barang sesuai dinamis sesuai waktu. Untuk keadaan seperti hal
dengan quotation yang diterima. Atau proses ini tersebut perusahaan pembeli barang biasanya
dapat langsung dilakukan apabila barang yang meminta penawaran dari perusahaan penyedia
dipesan telah tertera nilainya dan disetujui oleh barang yang dituju dengan mengirimkan surat
kedua belah pihak. permintaan penawaran harga. Sebelumnya terlebih
Tagihan (Invoice) dahulu perusahaan pembeli melihat daftar
Tagihan merupakan nilai yang harus dibayar perusahaan dan catalog yang dimiliki. Kemudian
oleh perusahaan pemesan, sesuai dengan dilanjutkan dengan menentukan produk-produk apa
penjanjian yang dilakukan seperti apabila yang diperlukan oleh perusahaan dan menyusunnya
barang diterima atau dengan konsep uang muka. ke dalam daftar barang yang dipesan. Perusahaan
Pembayaran Tagihan (Payment) pembeli barang selanjutnya menanggapi surat
Pembayaran merupakan nilai yang telah dibayar permintaan barang sesuai yang dapat dilihat pada
oleh perusahaan kepada perusahaan yang telah business use case mengirim penawaran harga.
mengirimkan barang. Alur kerja dalam meminta penawaran harga
Kontrak Mekanisme Pengadaan Barang (Supply (Basic Workflow) meliputi:
Planning Contract) 1. Mencari daftar penyedia barang
Kontrak mekanisme pengadaan barang Langkah awal dalam pengadaan barang oleh
merupakan dokumen yang berisi mekanisme purhasing manager adalah melihat daftar
pengadaan barang secara terjadwal yang perusahaan yang telah menjalin hubungan bisnis
menggunakan mekanisme supply planning untuk jenis barang yang dibutuhkan. Hal ini
(semua pengadaan terjadwal dalam waktu yang dapat dilihat pada sebuah daftar atau MOU atau
ditentukan) atau vendor managed inventory perjanjian kerjasama yang dimiliki. Sehingga
(pengadaan barang secara otomat apabila level diperoleh data perusahaan yang dituju.
stock minimum tercapai). 2 Mendaftar kebutuhan barang
Setelah diperoleh perusahaan-perusahaan yang
4.3 Business Use Case Realization dapat menyediakan jenis barang dibutuhkan,
Terdapat 10 Business Use Case Realization maka perusahaan kemudiaan mendaftarkan
yang dapat digambarkan seperti Gambar 4. barang yang disediakan dalam catalog sesuai
Pemodelan bisnis dilanjutkan dengan dengan daftar kebutuhan yang dimiliki ke dalam
menyusun spesifikasi dari setiap business use case. sebuah daftar barang yang dipesan.
Mengingat keterbatasan ruang pada makalah ini, 3. Mengirimkan surat permintaan penawaran
maka hanya diperlihatkan spesifikasi dari business harga (spph)
usecase “Meninta Penawaran Harga”. Selanjutnya data perusahaan dan daftar barang
yang telah diperoleh dilengkapi dengan sebuah
surat yang berisikan kapan penawaran harga

E-109
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

diperlukan, kriteria yang yang harus dipenuhi 6. KESIMPULAN


dan kemana surat penawaran ditujukan. Dari model bisnis yang telah disampaikan
memberikan gambaran bahwa:
Selain basic flow dan alternate flow (bila a. Terdapat tiga peran (role) utama perusahaan
ada), spesifikasi business usecase mencakup dalam sebuah alur proses supply chain
beberapa diagram sbb:
management yaitu sebagai manufaktur,
distributor dan retailer. Dengan karakteristik
setiap peran, terdapat dua proses utama yang
dimiliki oleh sebuah perusahaan yaitu proses
penjualan dan proses pembeliaan.
b. Business actor yang telibat dalam interaksi
sistem adalah sales manager dan puchasing
manager dan business use case umumnya adalah
adalah kegiatan yang dilakukan oleh business
actor tersebut yang melibatkan pengelolaan
hubungan bisnis, penawaran harga, pemesanan
dan pengiriman barang, dan pengiriman dan
pembayaran tagihan.
c. Realisasi business use case yang telah
diidentifikasi, terdapat empat business worker
Gambar 5. Activity Diagram yaitu sales officer, purchasing officer, finance
officer dan logistic officer, termasuk sejumlah
business entity yang terlibat.

Telah diperlihatkan penerapan pendekatan


UP [10] untuk memodelkan proses bisnis yang
dinyatakan dalam sejumlah diagram UML[3] yang
saling melengkapi. Berbagai sudut pandang terhadap
proses bisnis secara alami, melalui Business User,
Use Case, Worker, Entity, dapat diperlihatkan
dengan lebih akurat. Hal ini dapat mengurangi
kesenjangan antara pengguna dan pengembang
Gambar 6. Business Sequence Diagram aplikasi, yang memberikan manfaat untuk
meningkatan akurasi SPPL piranti lunak SCM
1.1. mencari data perusahaan( )
1.2 . mem buat daftar barang yang akan di mi ntakan harga( )
1.2.1. membuat surat pemintaan penawaran harga( ) DAFTAR PUSTAKA
[1] Dean Leffingwell et. all, Managing Software
Requirements: A Unified Approach, Addison -
1. meminta penawaran harga( ) Wesley, 2000.
[2] Erich Gamma et. all, Design Patterns: Elements
: Purchase
2 . men eri ma surat penawaran harga ( ) of ReuseableObject - Oriented Software,
: Purchase Officer
Manager Addision - Wesley, 1995.
[3] Fowler Martin, and Kendall Scott, UML
Gambar 7. Business Colaboration Diagram
Distilled: A Brief Guide to the Standard Object
Modeling Language 3nd Ed. : Addison-Wesley,
2005.
[4] Gerald Kotonya, and Ian Sommerville,
Requirement Engineering Process and
Techniques 1st Ed.: Jhon Willey & Sons Ltd,
1997
[5] Hans Erik Eriksson et. all, Business Modeling
with UML: Business Patterns at Work, Addison
- Wesley, 2000.
[6] Hartmut Stadtler, and Christoph Kilger, Supply
Chain Management and Advanced Planning 1st
Ed.: Springer, 2000
[7] Menasce, Daniel A. and Virgilio A.D Almeida,
Scaling for e-business: technologies, models,
Gambar 8. Business Object Model performance, and capacity planning : Prentice
Hall, 2000

E-110
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

[8] Paul Evitts, A UML Pattern Language, dari ITB pada tahun 1984 dan Master of Science in
Macmillan Technical Publishing, 201 West Computer Science dari University of New
103rd Street, Indianapolis, IN 46290 USA, 2000 Brunswick – Canada pada tahun 1991. Penelitian
[9] Patricia L. Ferdinandi, A Requirements Pattern: “Software Requirements Patterns” yang
Succeeding in the Internet Economy, Addision - dilakukannya saat ini diharapkan dapat
Wesley, 2002. menghantarkannya untuk memperoleh gelar Doktor
[10] Philippe Kruchten, The Rational Unified pada bidang rekayasa piranti lunak.
Process: An Introduction, Addison - Wesley,
2000. Karya Profesional Anton W. Pramono pada bidang
rekayasa piranti lunak secara aktif diwujudkan
Sekelumit Tentang Penulis melalui Divisi Multimedia di PT Telkom Indonesia.
Dalam meniti karirnya, salah satu keberhasilannya
Profesi Eko K. Budiardjo sebagai pengajar pada dalam dunia akademis tercapai di tahun 2002,
Fakultas Ilmu Komputer (FASILKOM) Universitas memperoleh Magister Komputer dari Magister
Indonesia dimulai pada tahun 1985. Pengajaran, Teknologi Informasi (MTI), Fakultas Ilmu
penelitian dan kegiatan profesional pada domain Komputer, Universitas Indonesia. Ketertarikannya
keilmuan perencanaan strategis sistem informasi dan pada bidang rekayasa prasyarat dan spesifikasi
rekayasa piranti lunak konsisten dilakukan secara perangkat lunak, diwujudkan sebagai mitra bertukar
seiring. Keaktifan pada masyarakat teknologi fikiran dengan Eko K. Budiardjo.
informasi & komunikasi mendekat-kannya antara
teori/konsep dengan praktek yang terdapat pada
dunia nyata. Sarjana teknik elektronika diperolehnya

E-111
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

E-112

Anda mungkin juga menyukai