Anda di halaman 1dari 2

Moh.

Zahirul Alim (0811243084)

Non Western International Relation Theory

Selama beberapa waktu lamanya disiplin hubungan internasional disadari atau tidak rupanya
telah didominasi oleh teori-teori yang berasal dari para pemikir dan teoritisi barat sehingga
karena hal itulah tidaklah berlebihan jika kemudian dikatakan belajar hubungan internasional
tak ubahnya belajar tentang ilmu-ilmu yang diproduksi barat. Terlepas dari klaim ini, penting
untuk kita refleksikan bersama; adakah kemungkinan bagi teori-teori non barat bisa
mengambil andil dalam hubungan internasional? Dalam hal ini, titik tekannya adalah adakah
kemungkinan bagi teori-teori non barat bisa menggeser dominasi teori-teori barat dalam
konstelasi Hubungan internasional? Inilah sekelumit pengantar terkait dengan Non western
international relation theory dalam respon paper ini.

Pada prakteknya, ada teori-teori non barat yang memiliki potensi dan peluang bersaing
dengan teori barat dalam konstelasi hubungan internasional. Teori-teori non barat itu secara
implisit dapat dikatakan sebagai teori yang berasal dari timur, terutama sekali Asia. Adanya
gagasan yang lahir dari para pemikir-pemikir non barat semacam gagsan jawaharlal Nehru
yang terkenal dengan ide non alignmentnya yang kemudian menginspirasi negara-negara asia
afrika pada tahun 1950an, selain itu juga Nehru juga memiliki gagasan non-exclusionary
regionalism, sebagai oposisi atas blok militer yang didasarkan atas model klasik balance of
power negara-negaar Eropa. Selain Nehru ada gagasan tentang visi liberal internasionalis dari
Aung San`s yang menitikberatkan pada interdependence dan multilateralisme dibanding
isolasionisme yang bertujuan untuk mengkarakteristikkan isolasionisme Myanmar. Dan
berikutnya adalah gagasan dari Soekarno tetang Oldefos dan Nefos (Old Established Forces
and New Emerging Forces). Di samping gagasan dan ide pemikiran para tokoh non barat di
atas kenyataan tentang kebangkitan China dan Jepang sebagai dua negara besar Asia yang
mampu mengalahkan pertumbuhan ekonomi Amerika sedikit banyak telah diperhitungkan
keberadaanya oleh negara-negara barat.

Kenyataan-kenyataan ini sejatinya merupakan peluang bagi negara-negara non barat untuk
mengkonstruk suatu pengetahuan/teori seperti yang pernah dicetuskan oleh Francis Bacon “
knowledge is power” yaitu suatu semboyan yang cukup rasional di mana kepemilikan
pengetahuan cukup memiliki kuasa dalam membentuk apapun termasuk konstruksi teori
dalam HI. Namun demikian, adanya potensi-potensi yang cukup besar tersebut ternyata tidak
bisa membuat pihak-pihak terkait katakanlah negara-negara dan para teoritisi non barat bisa
menggeser dan menggantikan dominasi teori-teori hubungan internasional barat yang sudah
sekian lama menguasai disiplin HI. Sebuah fakta yang patut direleksikan bersama mengapa
bisa terjadi demikian? Adakah benang merah yang bisa diambil dari fakta ini? Guna
menjawab pertanyaan semacam ini, merujuk kepada Barry Buzan dan Archarya (2009) secara
implisit menyatakan keabsenan teori non barat dalam disiplin HI dikarenakan oleh faktor-
faktor seperti: Western IRT has discovered the right path to understanding IR.

1. Western IRT has acquired hegemonic status in the Gramscian sense. (teori HI barat
telah mendapatkan status hegemoni dalam pengertian Gramsci).
2. Non-Western IR theories do exist, but are hidden. (teori HI non barat sebenarnya
ada tapi tersembunyi).
3. Local conditions discriminate against the production of IR theory.(Kondisi-kondisi
lokal melakukan diskriminasi terhadap produksi teori HI barat).
4. The West has a big head start, and what we are seeing is a period of catching up.
Teori HI barat memiliki sebuah start bagian depan yang besar dan apa yang mereka
lihat adalah sebuah periode catching up/penyusulan atas ketertinggalan.

Anda mungkin juga menyukai