I. PENDAHULUAN
Metodologi atau Metode Penelitan yang tepat dan benar semakin dirasakan urgensinya dan menjadi
peringkat sangat penting bagi keberhasilan suatu riset (penelitian). Salah satu hal yang penting dalam
setiap penelitian adalah perumusan metodologi penelitian. Melalui metodologi harus dengan jelas
tergambar diantaranya bagaimana cara penelitian dilaksanakan yang tertata secara sistimatis;
bagaimana landasan teori tentang rancangan penelitian (research design), model yang digunakan
(didahului dengan rancangan percobaan (penelitian eksperiment) atau teknik – teknik yang lumrah
digunakan dalam pengumpulan, pengolahan dan analisa data. Metodologi atau metode yng digunakan
antara lain metode sejarah, metode deskriptif antara lain menggambarkan tentang objek tertentu,
manusia, kondisi, sistem dan sebagainya yang terkini. Sering juga digunakan metode survey (menyelidiki
gejala, fakta secara faktual), metode percobaan (eksperiment), metode KASUS (suatu objek spesifik),
kooperatif (menjawab sebab akibat dengan menganlisis faktor penyebab utama) atau gabungan, serta
pemikiran kritis dan analisa tentang sampling maupun design percobaan serta studi kepustakaan.
Metode penelitian yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang
digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat
yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang digunakan. Saat ini,
Kemantapan ataupun ketajaman, keakuratan metodologi penelitian sudah “terlihat kecendrungan mulai
diabaikan“. Hal ini terlihat jelas, bahwa setelah term of reference (TOR) disetujui (ok) baru dicari
pembenar terutama pembenaran metodologi, diantaranya proporsi sampling, pemilihan daerah studi
dan sebagainya. Padahal sebelum penelitian dilaksanakan seorang peneliti perlu menjawab sekurang-
kurangnya 3 (tiga) pertanyaan pokok (NAZIR, Mohammad: 1985 : 51) yaitu:
2. Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan dan analisa data ?
Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dimana dalam
menentukan plot-dilapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian
blok-blok tersebut dibagi 4 (empat) keperluan perlakuan yang akan dia kerjakan dan seterusnya, maka
yang dibicarakan disini adalah posedur penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara berurut
suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan,
maka yang dibicarakan adalah metode penelitian.
A. Metode Kuantitatif
Metode ini sangat cocok untuk digunakan pada penelitian dimana data yang dapat diidentifikasi dengan
mudah.
5. Sangat erat hubungannya dengan metode penelitian Survey, Sensus dan sebagainya;
6. Kondisi data hanya menunjukkan keadaan atau situasi pada suatu waktu priode tertentu atau
beberapa waktu (longitudinal);
8. Sangat cocok untuk pertanyaan yang diawali, apa, dimana, siapa dan kapan dan tidak cocok untuk
pertanyaan mengapa dan bagaimana;
9. Hasil analisis jika dikumpulkan dalam survey, sensus, secara statistik dapat digeneralisasi.
B. Metode Kualitatif
Metode ini sangat cocok digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, dimana dan kenapa atau
bagaimana.
7. Hasil penelitian secara ilmiah dapat digenderalisasi (tidak dapat di gendralisasikan) dengan repliability
penemuan dari beberapa studi.
9. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti partisipasi observasi,
wawancara berstruktur dan tidak berstruktur serta focus group.
Dalam usulan proyek (USPRO) terdapat tiga kata kunci yang dulu sangat populer dengan istilah penting
yaitu Abstrak, kata kunci dan urgensi (AKU). Abstrak merupakan keterangan singkat padat serta utuh
tentang permasalahan yang akan ditangani (a); tujuan serta keluaran kegiatan (b) dan (c); pengaruh-nya
terhadap permasalahan yang ditangani. Bagi kegiatan penelitian kekhususan pendekatan yang
diperguna-kan (maksimal sepertiga halaman). Kata kunci merupakan sejumlah kata, bukan kalimat yang
mengindikasikan teknik, proses atau keluaran yang sesuai dengan subjek kegiatan. Sedangkan urgensi
merupakan keterangan tentang pokok-pokok kebijaksanaan yang diacu (a); pentingnya usaha untuk
mengatasi permasalahan yang ditangani bagi pembangunan nasional, sektoral dan regional atau bagi
perkembangan IPTEK, serta (c); pengaruh kegiatan ini bagi pemecahan permasalahan tsb. Dengan kata
lain, diterangkan apa keuntungan/ manfaatnya jika proyek ini berhasil mencapai tujuan dan sasarannya
(a) dan (b) apa pula kerugiannya atau kesulitan yang akan timbul jika masalah ini tidak diteliti; maksimal
setengah halaman.
Sering dengan berkembangnya IPTEK dan berjalannya waktu istilah tersebut sudah nyaris tak terdengar
sampai saat ini. Sampai akhirnya pada tahun 2001 melalui pelatihan Peningkatan Kapasitas Penelitian
yang dipelopori oleh Ibu Dr. Yulfita Raharjo dan Timnya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
muncul pula hal baru yaitu Sembilan Magic untuk membuat PROPOSAL Penelitian menuju keberhasilan,
Sbb. :
A. ALASAN
Alasan atau argumentasi ini sangat diperlukan untuk (a) mencegah kegiatan penelitian yang tidak
potensial, dan (b) untuk memecahkan masalah (tidak mencapai tujuan)
1. Alasan rasional
3. Apa masalah pokoknya, dan bagaimana nanti untuk konseptual framework nya.
6. Analisa tentang isu/kebijakan, (informasi) yang akan menuntun kepada penspisifikasian tujuan
B. KONTEKS
Konteks sangat berguna untuk memperkaya atau memperbaiki pengeta-huan peneliti, latar belakang
pengalaman atau dasar-dasar untuk pendekatan yang akan dilakukan.
1. Mengacu pada usaha-usaha penelitian serupa (keadaan, situasi kecenderung-an, konsep metode dan
hasil);
2. Mengacu pada situasi/keadaan atau daerah, waktu, sistem, kebijakan tertentu dan sebagainya.
Untuk catatan, janganlah mengguna-kan konsep-konsep yang harus diukur yang tidak sesuai dengan
permintaan.
C. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual sangat berguna, untuk menegaskan batas-batas secara logis untuk
penyelidikan/penelitian (a) dan (b). sebagai petunjuk bagi peneliti untuk memperhitungkan tentang apa
yang relevan dan apa yang tidak relevan untuk dipelajari dalam penelitian.
1. Peneliti menyusun sebuah kerangka logis untuk hal yang akan ditelit (apa-apa yang relevan)
2. Dilengkapi dengan perspektif yang diperoleh dari usaha-usaha atau penelitian sebelumnya, serta
konsep-konsep apa yang relevan untuk itu
4. Menspesifikasikan:
Perlu diingat hal ini baru hanya kerangka, belum tahu hasilnya.
D. TUJUAN
Dimaksudkan agar proposisi-proposisi (dugaan-dugaan) yang merupa-kan subjek dan juga metode
penelitian yang cocok dengan pelaksanaan peneliti-an tersebut. Bentuk tujuan penelitian dapat, (a).
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab, dan (b). hypotesis-hypotesis apa yang akan diuji
sehingga menjadi arah / sasaran penelitian.
Tujuan penelitian merupakan atau menunjukan unit–unit yang seharusnya diobservasi (a); apa yang
harus diobservasi (b) dan (c). bagaimana proses pengobservasiannya.
1. Merupakan sasaran dari penelitian yang akan ditangani. Sebagai acuan, memeriksa sampai seberapa
jauh permasalahannya (a), apa perma-salahan pokok atau akar permasala-hannya (b), apa penyebabnya
(c) dan (d), bagaimana kira-kira penanganan-nya.
2. Dari kerangka konseptual akan mempermudah penelitian dalam merumuskan tujuan yang akan
diinginkan. Artinya, ditarik dari sudah jelasnya kerangka konseptual pertanyaan kita, apalagi yang belum,
apa lagi yang ingin dicapai. Itulah tujuan, dengan konsep yang telah benar-benar.
3. Setelah kiat-kiat proposal dikuasai, sekarang penjabaran proposalnya menjadi rancangan penelitian
(Research Design).
Untuk memantapkan tujuan mantapkan dulu pada pendahuluan, latar belakang, apa saja yang harus
dimuat, diantaranya:
4. Memberikan rambu-rambu yang mencegah terangkatnya penelitian yang tidak potensial terhadap
pemecahan masalah atau pencapaian dari tujuan-tujuan penelitian.
5. Populasi penelitian sangat berkaitan dengan operasionalisasi dari metodologi atau metode penelitian
1. Dicari / didapatkan dari siapa? Apakah individu; kelompok tertentu; tokoh masyarakat; lembaga
/instansi/ pemerintah, swasta, LSM dan sebagainya), keluarga dan lain-lain
2. Data yang dikumpulkan, ditentukan populasi yang akan dikaji sampai didapatkan untuk menjawab
permasalahan dan tujuan penelitian (a), data yang relevan dan tidak relevan, bisa Perda dan sebagainya.
Makna dari semua populasi yang diteliti adalah makna yang sifatnya prinsif, yang mana suatu
metodologi/metode penelitian dioperasionalkan.
F. SPESIFIKASI DATA
Melalui Spesifikasi data akan dapat membantu peneliti untuk BERHATI-HATI untuk tidak mengumpulkan
data yang tidak relevan atau tidak digunakan (useless).
Variabel adalah semua objek yang menjadi sasaran penyidikan sebut saja gejala-gejala yang menunjukan
variasi, baik dalam jenisnya (a), maupun dalam tingkatannya (b).
G. PENGUMPULAN DATA
Setelah spesifikasi data, tahap pengumpulan data sangat menentukan ukuran besar indeks variabel (a)
dan (b). realibilitas data yang akan dikumpulkan.
4. Mendiskripsikan langkah-langkah atau urut-urutan yang harus diikuti dalam pemakaian instrumen
(secara rinci)
5. Hindarkan redaksi-redaksi yang sifatnya statement-statement yang tidak sesuai ujung pangkalnya
atau mother hood.
H. ANALISIS
Tahap analisis merupakan TEST RIEL dari sebuah rencana penelitian yang menuntut pemahaman/
penguasaan peneliti untuk memahami lebih dulu beberapa keterbatasan dalam menerapkan
kesimpulan-kesimpulan yang akan diambil.
I. PENGADMINISTRASIAN (ORGANISASI)
Setelah peneliti mengetahui atau memutuskan populasi yang akan ditentukan dan digunakan seperti (a)
daerah penelitian, (b). hakekat dan jenis data yang akan dikumpulkan; (c). jenis-jenis prosedur yang akan
dipakai untuk mengumpulkan dan menganalisa data, peneliti telah mempunyai dasar untuk
memutuskan serangkaian keputusan-keputusan Administratif yang Rasional seperti perkiraan biaya (a);
Personil (peneliti utama, madya, pembantu peneliti (b); jadwal waktu (c) dan (d). rencana kerja.
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji prihal urutan langkah-langkah yang
ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat
dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita
membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar
bela-kangi berbagai metode yang diperguna-kan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud
adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti didalam kegiatan
ilmiah mereka.
A. RENE DESCARTES
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah
maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung
metode yang dimaksud yaitu:
1. Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai
pengetahuan yang jelas mengenai kebenaranya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan
dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun kedalam pertimbangan anda lebih
dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat
dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
3. Arahkan pemikiran andah secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling
mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap kepengetahuan yang paling
kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak
mempunyai ketertiban baru.
4. Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang
secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.
5. Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam
memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:
1. Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan
sejak masa kanak-kanak.
2. Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling
meragukan.
3. Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat
membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak
bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita
dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang
dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan prihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS
(jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin
yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat
ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh.
Jiwa manusia itu abadi.
B. ALFRED JULESAYER
Dalam karyanya yang berjudul Language, truth and logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah
prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-
dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan
dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung
makna
3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika
(termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak
dapat dilakukan verifikasi apapun
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat
pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada.
1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya
melalui perinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada
kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistimatis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti
gejala (Simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan
adanya ciri-ciri umum yang dirumus-kan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan
cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan
(justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja diatas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu
dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa
sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori
kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di
dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa “Semua angsa berbulu putih” melalui prinsip
falsitiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau,
dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan
melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).
IV. PENUTUP
Sebagai penutup, dengan memahami dan menghayati metodologi dan sembilan keajaiban (magic)
pembuatan proposal penelitian semoga kita memiliki tenaga ahli peneliti yang genius, cerdas (a) dan (c)
menghasilkan luaran penelitian yang berkualitas, serta (c). dapat menyinari instansi terkait sebagai
bahan masukan bagi pengembangan kebijakan dan program yang operasional dimasa datang. Agar
tujuan tersebut dapat diwujudkan, berikut disampaikan dua puluh satu kiat untuk mencapai sukses dari
Nugroho A Suryo sebagai berikut:
1. Kenali diri sendiri dan lingkungan sekitar kitanya. Manfaatkan kekuatan yang dimiliki, hilangkan
kelemahan, gunakan peluang dan hindari ancaman yang ada.
2. Bekerjalah dengan keras dan cerdik. Gunakan kreativitas untuk mempperoleh keunggulan bersaing.
3. Milikilah komitment yang kuat untuk menjadi pemenang dan jangan mudah putus asa.
4. Bekerjalah dengan memperhatikan konsep bisnis, indera bisnis dan suara hati nurani.
5. Buatlah perencanaan kerja tetapi jangan terlalu kaku dengan rencana tersebut.
6. Belajarlah dari pengalaman orang lain atau perusahaan lain, dan ikuti perkembangan konsep bisnis.
7. Berani mengakui kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau yang sudah di ketahui.
8. Berani mengambil resiko tetapi berani pula mengelola resiko dengan baik.
10. Lakukan perbaikan secara terus menerus baik dari sendiri maupun proses kerja di perusahaan.
12. Tanggap atas perubahan yang terjadi maupun yang akan terjadi.
13. Perbesar jaringan bisnis yang ada. Gunakan jaringan yang ada dan perbesar terus. Jaringan ini bukan
untuk membentuk kolusi atau nepotisme, tetapi memperbesar peluang dengan cara sehat.
14. Jangan terlalu sering pindah kerja atau usaha. Tekunilah apa yang dikerjakan. Dengan menekuni,
maka seseorang akan mengenali, menikmati pekerjaannya dengan baik dan menjadi ahli dibidangnya.
15. Tingkatkan kemampuan berbaha asing.
17. Tingkatkan kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan imple-mentasi perubahan yang
besar.
18. Tingkatkan kemampuan mengatasi konflik dan jangan menjadi penyebab konflik.
19. Tingkatkan terus kemampuan, ketrampilan kecil seperti teknik penyusunan laporan, pembuatan
proposal yang baik, teknik presentasi dan teknik negosiasi.
20. Tingkatkan terus motivasi kerja dan tunjukkan kemampuan untuk berprestasi.
21. Tingkatkan terus motivasi kerja dan kemampuan bawahan atau kelompok kerja anda.