Anda di halaman 1dari 11

Tugas ke - 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Nama :

Dini Fitriani 150310080091

Ratna Puspita Dewi 150310080115

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat, yaitu membuat makalah
dengan sebaik-baiknya.

Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat memotifasi
penulis untuk mencari informasi mengenai makalah yang dibuat. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada orang tua yang telah membantu dan memberikan dukungan.
Selain itu juga kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu kritik dan saran akan
penulis terima dengan senang hati.

Jatinangor, September 2010

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeberdayaan manusia merupakan suatu proses yang membangun manusia


atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Tujuan dari pemberdayaan tersebut
bisa untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, mengorganisir masyarakat.
Konsep-kosep yang tersusun ini perlu dasar dimana kita mudah untuk memahami
mengenai keseluruhan pemberdayaan masyarakat secara baik, detail dan menyeluruh.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca, khususnya
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang pengertian-
pengertian yang berhubungan dengan Pemberdayaan Masyarakat.

1.3 Metoda Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah melalui studi
pustaka yang bersumber dari internet dan berbagai sumber lain mengenai
Pemberdayaan Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Relasi, Peta, Ketimbangan & Tanggung Jawab Sosial

Relasi atau bisa disebut juga dengan Hubungan merupakan sesuatu yang
terdiri dari komunikasi antara 2 insan manusia atau lebih. Hubungan adalah
kesempatan untuk mengekspresikan diri secara fisik, dan syukur adalah pengakuan
dari sebuah kesempatan diambil. Kesempatan tidak lebih dari waktu dan tempat
untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang baik atau orang atau kejam.
Semua kebutuhan hidup untuk mengekspresikan diri, dan terlibat dengan orang lain
adalah kesempatan yang telah menarik kita pada diri sendiri untuk mengatakan
"inilah aku," "Aku baik," "Aku kejam," atau apa pun yang ingin diungkapkan.
Peta bisa didefinisikan sebagai alat penyimpanan informasi dari unsur-unsur
alam dan buatan manusia pada permukaan bumi yang dibuat secara kartografis
( informasi yang berreferensi geografis ) pada bidang datar menurut proyeksi tertentu
dan skala tertentu. Peta yang baik adalah peta yang memiliki nilai informative,
komunikatif artistic, dan estetik.
Selanjutnya, berdasarkan skalanya, lazim dipahami umum ada 5 (lima) macam, yaitu
:
a. Peta Kadaster, skala 1 : 100 s/d 1 : 5.000 biasa dipakai menggambar peta-peta
tanah dan peta dalam sertifikat tanah;
b. Peta Skala Besar, skala 1 : 5.000 s/d 1 : 250.000 biasa untuk menggambar
wilayah yang relatif sempit seperti kelurahan, kecamatan dan seterusnya;
c. Peta Skala Sedang, skala 1 : 250.000 s/d 1 : 500.000 biasa untuk menggambar
wilayah yang agak luas seperti wilayah propinsi dan seterusnya;
d. Peta Skala Kecil, skala 1 : 500.000 s/d 1 : 1.000.000 biasa untuk menggambar
wilayah yang cukup luas seperti wilayah negara dan seterusnya;
e. Peta Skala Lebih Kecil, skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000 biasa untuk
menggambar kelompok negara atau benua dan dunia.
Jenis peta menurut data dan informasi yang ditonjolkan dibagi menjadi 2 :
1. Peta dasar
Peta yang menunjukkan obyek-obyek dipermukaan bumi pada posisi yang
sebenarnya, yang digunakan sebagai dasar bagi kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan data dan informasi yang berreferensi geografis (misalnya untuk pembuatan
peta-peta tematik). Peta dasar bisa dibuat berdasarkan atas pengukuran langsung di
lapangan, pengukuran fotogrametris dan penafsiran potret udara, atau dengan analisa
citra penginderaan jauh lain seperti citra satelit atau radar.
2. Peta tematik
Peta tematik adalah peta yang menyajikan informasi tentang suatu tema atau maksud
tertentu, dalam kaitannya dengan unsur topografi yang spesifik sesuai tema peta.
Detail topografi pada peta tematik diambil dari peta dasar. Tema peta dapat diketahui
dari judul petanya, sehingga dengan membaca judul peta dapat diketahui tema atau
informasi pokok apa yang tersaji dalam peta tersebut.

Ketimbangan
Tanggung jawab sosial adalah perbuatan memilih dan mengambil tindakan yang
dapat memberikan manfaat kepada kesejahteraan dan kepetingan masyarakat dan
organisasi. Tanggung jawab sosial adalah etika atau ideologis teori bahwa bisnis tidak
harus berfungsi amorally melainkan harus memberikan kontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat mereka dan entitas apakah itu pemerintah , perusahaan , organisasi atau
individu memiliki tanggung jawab besar untuk masyarakat luas. Tanggung jawab ini
dapat "negatif", yang berarti ada pembebasan dari menyalahkan atau kewajiban, atau
bisa "positif," yang berarti ada tanggung jawab untuk bertindak beneficently (sikap
proaktif).

2.2Memahami Paradigma dan Mencari Konsep Pemberdayaan (Definisi,


Unsur dan Pilar Pemberdayaan)

Pemberdayaan Masyarakat merupakan upaya untuk memberi daya atau


kekuatan kepada masyarakat. Sehingga konsep ini bisa dilihat dari tiga sisi,
yaitu;pertama, pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi berkembang (enabling). Setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena kalau demikian pasti punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering). Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan
menyangkut berbagai penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kepada
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat makin berdaya. Dalam hal ini,
pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan
dan pengalaman.
Ketiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang
berdaya mengadapi yang kuat. Oleh karena perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
eksplorasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program
pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan
atas usaha sendiri. Dengan demikian tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang konsep pemberdayaan
masyarakat, dapat dirangkum bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan
sebagai proses untuk mendorong, memotivasi, dan mestimulasi masyarakat agar
memiliki kekuatan atau berdaya, serta upaya untuk mengembangkan dan memperkuat
potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka untuk mencapai kemandirian dan
kehidupan yang lebih baik atau sejahtera secara sinambung (berkelanjutan).
Namun, akhir-akhirnya semua penjelasan tersebut terasa hambar.
Pemberdayaan masyarakat sering diplesetkan menjadi memperdayakan masyarakat.
Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, gagasan besar reformasi,
menempatkan pemberdayaan masyarakat sebagai variable kunci suksesnya
pelaksanaan otonomi daerah yang bermuara pada aksi pengurangan masyarakat
miskin, perluasan kesempatan kerja, peningkatan mutu pendidikan, perbaikan derajat
kesehatan masyarakat dan lain sejenisnya dalam bungkus peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Baiknya tidak hanya itu, konsep tersebut bisa menjadi variable kunci bagi
penanggulangan masalah kepemerintahan: korupsi, kolusi dan nepotisme. Masalah
sosial kemasyarakatan: budaya malas, rasa aman yang kian memudar, empaty sosial
yang cenderung melemah, termasuk penanggulangan bencana banjir, tanah longsor
dan kerabatnya yang saat ini terjadi ganti berganti.
Pemberdayaan masyarakat, segera dimaknai dengan benar sehingga berarti
memberi kewenangan kepada masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam setiap
urusan yang menyangkut mereka, masyarakat selalu ditempatkan/ diposisikan/
diperlakukan sebagai subjek dan objek, tidak satu-satu sebagai subjek ataupun objek,
tapi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Namun pemberdayaan tidak bakal menggantikan semua yang telah ada.
Tujuannya agar ada upaya mengakomodasi kepentingan kelompok masyarakat yang
terabaikan untuk masuk kedalam proses pengambilan kebijakan ekonomi dan politik.
Ada penghargaan dan pembukaan peluang mereka sebagai manusia dan masyarakat
dalam proses pembangunan itu. Dalam perspektif ini, kelompok kelompok
masyarakat memainkan peran vital dan penting.
Karena itu, dengan menguatnya paradigma pemberdayaan, kita membutuhkan
cara cara menumbuhkan, memelihara dan memfasilitasi kegiatan kelompok.
Katakanlah, semacam buku petunjuk ’seperti cara memasak’ yang detil. Buku itu
mampu menyajikan cara cara bekerja dan belajar bersama kelompok. Sehingga, pada
gilirannya lembaga, institusi atau kelompok mampu menghasilkan kinerja yang
memperbaiki anggota dan bangsa ini. Bukan sebaliknya, anggota terjebak dalam
struktur, yang menjadikan mereka budak hierarki lembaga. Lalu, bekerja tanpa
banyak menggunakan ‘kepala’, karena tidak ada yang sanggup merubahnya.
Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang
mempunyai makna dasar ‘pemberdayaan’, di mana ‘daya’ bermakna kekuatan
(power). Bryant & White (1987) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya
menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat
miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme dari dalam (build-in) untuk meluruskan
keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai
pengaruh. Sementara Freire (Sutrisno, 1999) menyatakan empowerment bukan
sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya
pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan
kebebasan dari struktur yang opresif.
Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua makna,
yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi
tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di
segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela dan
berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan Pranarka,
1996).
Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan primer
berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan
sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya
(Prijono dan Pranarka, 1996).
Sedangkan dalam kajian ini pengertian “pemberdayaan” dimaknai sebagai
segala usaha untuk membebaskan masyarakat miskin dari belenggu kemiskinan yang
menghasilkan suatu situasi di mana kesempatan-kesempatan ekonomis tertutup bagi
mereka, karena kemiskinan yang terjadi tidak bersifat alamiah semata, melainkan
hasil berbagai macam faktor yang menyangkut kekuasaan dan kebijakan, maka upaya
pemberdayaan juga harus melibatkan kedua faktor tersebut.
Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan
kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki
kehidupannya. Konsep pemberdayaan merupakan hasil dari proses interaksi di tingkat
ideologis dan praksis. Pada tingkat ideologis, pemberdayaan merupakan hasil
interaksi antara konsep top-down dan bottom-up, antara growth strategy dan people
centered strategy. Sedangkan di tingkat praksis, proses interaksi terjadi melalui
pertarungan antar ruang otonomi. Maka, konsep pemberdayaan mencakup pengertian
pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang
bertumpu pada masyarakat (community based development). Community
development adalah suatu proses yang menyangkut usaha masyarakat dengan pihak
lain (di luar sistem sosialnya) untuk menjadikan sistem masyarakat sebagai suatu pola
dan tatanan kehidupan yang lebih baik, mengembangkan dan meningkatkan
kemandirian dan kepedulian masyarakat dalam memahami dan mengatasi masalah
dalam kehidupannya, mengembangkan fasilitas dan teknologi sebagai langkah
meningkatkan daya inisiatif, pelayanan masyarakat dan sebagainya. Secara
filosofis, community developmentmengandung makna ‘membantu masyarakat agar
bisa menolong diri sendiri’, yang berarti bahwa substansi utama dalam aktivitas
pembangunan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan merupakan upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang


yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme
dari dalam (build-in) untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni
dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Sementara Freire (Sutrisno, 1999)
menyatakan empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat
menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk
mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://id.intelistart.com/relationships_are_opportunities207382a.html. 2009
http://personal.babelred.com/penjelajah/categoria.asp?idcat=20
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:QMOIgK22msQJ:portal.kmpp.matrik.edu.my/file.php/40/Nota_Powerpoint/
Bab_10_Nota_Etika.ppt+definisi+tanggung+jawab+sosial&cd=15&hl=id&ct=clnk&
gl=id
http://studio42c.wordpress.com/2008/05/15/’paradigma’-pemberdayaan/
http://bhairawaputera.multiply.com/journal/item/36/OPINI_Pelurusan_Paradigma_Pe
mberdayaan_Masyarakat
http://gusrah.blogspot.com/2009/01/konsep-pemberdayaan-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai