Anda di halaman 1dari 8

ABSTRAK

Kawasan Pesisir merupakan daerah yang tidak stabil dan sangat sensitif derhadap
perubahan faktor lingkungan yang ada, karena interaksi yang sangat kuat atas ekosistem baik di
hulu maupun di laut. Ekosistem mangrove, lamaun dan karang merupakan ekosistem yang
berada pada kawasan pesisir. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di
daerah tropis. Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat
yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Snedaria, klas Anthozoa,, ordo Madreporaria dan
Scleractinia), alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kaisium karbonat
(Nybakken, 1988).
Pada praktikum kali ini, pengambilan sampel dilakukan di pantai Tanjung Lesung,
Banten pada tanggal 14 November 2010. Pantai Tanjung Lesung merupakan wilayah pesisir
yang memiliki salinitas 30-33o/oo dengan suhu berisar antara 28-30oC, pH relative stabil yaitu 8
dan warna tampak perairan biru kehijauan. Hasil praktikum terumbu karang dengan metode
trnsek kuadrat di pantai Tanjug Lesung menunjukkan bahwa karang di Tanjung Lesung sebagian
besar karang yang telah mati dengan dominasi bentuk tubuh coral massive. Jenis karang lain
yang ditemukan antara lain Acropora branching, Coral submassive dan Coral encrusting dengan
luas pentupan karang 0-100%.

Key word : terumbu karang


I. PENDAHULUAN daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan
1.1 Latar Belakang melindungi pantai dari ancaman abrasi.
Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem
Indonesia merupakan  negara terumbu karang menjadi tumpuan hidup
kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya bagi masyarakat pesisir di sekitarnya
yang menjapai 17.508 pulau dengan luas (Suharsono, 1998).
lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan
yang luas tersebut menjadikan Indonesia Ekosistem terumbu karang
mempunyai kekayaan dan keanekaragaman merupakan bagian dari ekosistem laut yang
hayati terbesar di dunia, salah satunya penting karena menjadi sumber kehidupan
adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam
karang merupakan  ekosistem khas daerah ekosistem terumbu karang ini pada
tropis dengan pusat penyebaran di wilayah umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang,
Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan
karang yang terdapat di perairan Indonesia berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean,
adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar sponge, alga, lamun dan biota lainnya
luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa
sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem
1994 dalam Suharsono, 1998). laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal
Ekosistem terumbu karang memiliki yang hangat dan bersih dan merupakan
nilai konservasi (sebagai pendukung proses
ekologis dan penyangga kehidupan di
ekosistem yang sangat penting dan memiliki lainnya, tali tambang, ukuran 100m, suhu,
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. alat tulis dan lembar data (data sheet), serta
Terdapat dua kelompok karang, yaitu transek kuadrat 1x1m2 .
karang hermatifik dan karang ahermatifik.
Perbedaan kedua kelompok karang ini 2.2 Prosedur Kerja
adalah terletak pada kemampuan karang
hermatifik di dalam menghasilkan terumbu Data-data yang dikumpulkan dalam
dalam volume yang lebih besar karena pengkajian ekosistem terumbu karang antara
adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis lain suhu, plankton, luas penutupan karang,
di dalam jaringan karang hermatiflk. dan bentuk lifeform karang.
Karang hermatifik hanya dapat kita jumpai Langkah pertama yang dilakukan adalah tali
di daerah tropis, sedangkan karang tambang ditarik sejauh 100 meter dari garis
ahermatifik tersebar di seturuh dunia. pantai, kemudian transek 1x1 meter yang
Terdapat empat macam tipe struktur sebelumnya telah dibagi menjadi 25 kotak
terumbu karang yang umum dijumpai di kecil dengan tali rafia di bentangkan di dasar
Indonesia,, yaitu terumbu karang tepi perairan. Salah seorang praktikan
(fringing reef), terumbu karang penghalang mengestimasi persen penutupan karang
(barrier reef),, terumbu karang cincin atau pada setiap sektor dan di identifikasi
atoll serta terumbu karang takat (patch reefs lifeform nya. Prosedur tersebut dilakukan
atau platform reefs). Terumbu karang tepi secara berulang. Antar ulangan pengamatan
merupakan tipe yang paling umum. terdapat ”selang antara” berjarak 5 meter
atau sampai ditemukannya karang kembali.
Pengambilan data suhu air laut dilakukan
1.2 Tujuan sekali dengan mencelupkan termometer ke
dalam air dan dibaca sejajar mata untuk
Tujuan praktikum ini mengamati dan menghindari ketidak telitian pembacaan.
mendata komunitas habitat dasar di Pengukuran pH juga dilakukan satu kali.
ekosistem terumbu karang, mengasah Setelah semua data terkumpul, data persen
kemampuan identifikasi lifeform (bentuk penutupan tiap sektor ditentukan kelasnya
hidup) dan genus biota habitat dasar, dan perjenis karang dan dicari nilai tengahnya,
mampu melakukan perhitungan untuk setelah itu dapat dihitung nilai persentase
mengetahui kondisi ekosistem terumbu penutupan tiap jenis karang dalam tiap
karang. transek 1x1m2 dengan rumusan :

C=
∑ ( Mi x Fi ) ,dimana
II. METODOLOGI ∑F
2.1 Alat dan Bahan C = persen pentupan karang per transek
Mi = Nilai tengah dari kelas ke –i
Pada praktikum yang telah dilakukan Fi = frekuensi (jumlah dari sektor dengan
mengenai ekosistem terumbu karang, alat kelas penutupan yang sama)
dan bahan yang digunakan adalah sampel
karang dan biota habitat dasar terumbu
Penetapan kelas dan nilai tengan
berdasarkan tabel dibawah ini : Transek 2

1 2 3 4 5

6 7 8 9 CM 10
Nilai Penutupan % penutupan Nilai Tengah 11 12 13 14 15
Kelas
Pada Substrat substrat (Mi) 16 17 18 19 20
ACB
21 22 23 24 25
5 1/4- Seluruhnya 50-100 75
4 1/4 - 1/2 25-50 37.5  CM
3 1/8 - 1/4 12.5-2 18.75 Sektor 3 penutupan 35 % kelas 4
2 1/16 - 1/18 6.25-12.5 9.38 Sektor 4 penutupan 92 % kelas 5
Sektor 5 penutupan 97% kelas 5
Setelah diketahui % C tiap jenis dari Sektor 9 penutupan 2 % kelas 1
setiap transek, kemudian simpulkan Sektor 10 penutupan 87 % kelas 5
kerapatan karangnya tiap transe tiap jenis  ACB
dengan berdasarkan tabel dibawah ini. Sektor 3 penutpan 3% kelas 1
Sektor 9 penutupan 47% kelas 4
Syarat Penutupan Kesimulan Sektor 13 penutupan 10% kelas 2
Sektor 14 penutupan 98% kelas 5
C<5% Sangat jarang Sektor 15 penutupan 40% kelas 4
5≤C< 25% Jarang Sektor 18 penutupan 1% kelas 1
25≤C<50% Sedang Sektor 19 penutupan 30% kelas 4
50%≤C<75% Rapat Sektor 20 penutupan 40% kelas 4
C≥75% Sangat rapat
Transek 3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

Transek 1 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20
CM
1 2 3 4 5
21 22 23 24 25
6 7 8 9 10
Sektor 1 penutpan 5% kelas 1
11 12 13 14 15
Sektor 2 penutupan 10% kelas 2
16 17 18 19 20
Sektor 6 penutupan 10% kelas 2
21 22 23 24 25
Sektor 7 penutupan 98% kelas 5
Sektor 8 penutupan 40% kelas 4
Sektor 1-25 pentutupan 100 % Sektor 11 penutupan 35% kelas 4
Jenis karang : campuran patahan karang Sektor 12 penutupan 100% kelas 5
mati Sektor 13 penutupan 80% kelas 5
Sektor 16 penutupan 40% kelas 4
Sektor 17 penutupan 70% kelas 5
Sektor 18 penutupan 5% kelas 1 Sektor 7,8,12,14,17, 18 penutupan 100 %
Sektor 21 penutupan 8% kelas 2 kelas 5
Sektor 9 penutupan 26 % kelas 4
Tranasek 4 Sektor 11 penutupan 12 % kelas 2
1 2 3 4 5
Sektor 14 penutupan 50 % kelas 5
6 7 8 9 10
CS Sektor 16 penutupan 4 % kelas 1
111 12 113 14 15
Sektor 19 penutupan 45 % kelas 4
1616 17 118 1919 20
Sektor 22 penutupan 17 % kelas 3
21 22 223 24 25
CE Sektor 23 penutupan 12 % kelas 2
 CS
Sektor 3 penutupan 45 % kelas 4 Transek Jenis C (%) Kesimpulan
Sektor 4 penutupan 95 % kelas 5 1 Campuran 75 Sangat
Sektor 5 penutupan 70% kelas 5 Karang mati rapat
Sektor 8 penutupan 24 % kelas 3 2 CM 10,65 Jarang
Sektor 9 penutupan 100 % kelas 5 ACB 9,63 Jarang
Sektor 10 penutupan 100 % kelas 5 3 CM 17,88 Jarang
4 CS 18 Jarang
Sektor 14 penutupan 15 % kelas 3
CE 19,75 Jarang
Sektor 15 penutupan 75 % kelas 5 5 CM 29,63 Sedang
 CE
Sektor 8 penutupan 2 % kelas 1 Ket : ACB = Acropora branching
Sektor 13 penutupan 60 % kelas 5 CE = Coral encrusing
Sektor 14 penutupan 50% kelas 5 CM = Coral massive
Sektor 18 penutupan 75 % kelas 5 CS = Coral submassive
Sektor 19 penutupan 100 %kelas 5
Sektor 20 penutupan 62 %kelas 5 Pembahasan
Sektor 23 penutupan 45 %kelas 4
Sektor 24 penutupan 70 %kelas 5 Parameter fisik dan kimia yang dikur
Sektor 25 penutupan 3 %kelas 1 pada saat praktikum di Pantai Tanjung
Lesung diantaranya suhu, salinitas, dan pH.
Transek 5 Sedangkan parameter biologi berupa
1 2 3 44 5
petumbuhan karang dan persen peutupan
6 7 8 9 10
karang dihitung berdasarkan lifeform karang
11 12 13 14 15
CM tersebut.
16 17 18 19 20
Suhu perairan Tanjung Lesung
21 22 23 24 25
berkisar anatara 28-30oC. Suhu tersebut
Sektor 1 penutupan 2 % kelas 1
merupakan faktor yang penting bagi
Sektor 2 penutupan 7 % kelas 2
pertumbuhan karang diperairan. Karang
Sektor 3 penutupan 87% kelas 5
dapat tumbuh pada laut bersuhu hangat
Sektor 4 penutupan 5 % kelas 1
diatas 18oC. Suhu perairan Tanjung Lesung
Sektor 6 penutupan 10 % kelas 2
diatas menunjukkan bahwa karang dapat
tumbuh pada perairan tersebut bila dilihat lingkungan setempat. Perbedaan kecepatan
dari parameter suhu. tumbuh karang bercabang dan karang masif
Salinitas merupakan gambaran diduga karena adanya perbedaan dalam
kandungan garam di perairan atau ukuran besarnya rasio antara kerangka dan jaringan
asinnya air laut yang berpengaruh terhadap karang. Berat jenis karang Acropora 2% dari
daya hantar listrik suatu perairan. Salinitas berat total, sedangkan jaringan Goniastrea
didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut hanya 0,5% (Suharsono, 1984). Sifat-sifat
dalam per kilogram air laut, atau berat hidup karang serta faktor-faktor yang
garam dalam gram per kilogram air laut. mempengaruhi penting untuk diketahui
Satuan salinitas adalah pro mil (o/oo ). dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan
Salinitas pantai Tanjung Lesung adalah 30 ekosistem terumbu karang ini.
o
/oo., nilai salinitas ini cocok untuk Jenis karang yang ditemukan di
pertumbuhan karang karena karang dapat transek satu pada pengamatan di pantai
tumbuh pada salinitas air yang tetap di atas Tanjung Lesung adalah jenis karang yang
30 o/oo dan tidak melebhi 35 o/oo. telah mati dan merupakan campuran dari
Terumbu karang yang ditemukan banyak patahan beberapa jenis karang.
pada praktikum di panatai Tanjung Lesung Kerapatan pada transek satu dikatagorikan
sebahagian besar merupakan karang yang sangat rapat karena seluruh sector tertutup
telah mati dengan jenis yang dominan oleh karang.
Acropora branching, Coral massive, coral Nilai kerapatan jenis karang Coral
submassive, dan Coral encrusting. masif pada transek dua dikatagorikan jarang
Pengamatan dilakukan dengan melihat dengan %C 10,65. Hal ini berarti dalam satu
lifeform dari karang karena tidaklah transek 1x 1 m2 jenis karang Coral massif
mungkin menghitung hewan karangnya hanya menutupi transek dengan persentase
langsung. 10,65 % dan kerapatannya dalam tidak
Karang umumnya tidak dapat tahan sampai menutupi setengah dari transek. Pada
terhadap sedimen, karena sedimen transek dua juga terdapat jenis karang
merupakan salah satu faktor pembatas yang Acropora branching dengan kerapatan
potensial bagi sebaran karang di daerah di jarang dan persentase penutupannya 9,63%.
mana suhu cocok untuk hewan ini. Karang Jenis karang Acropora berbeda dengan jenis
dapat tumbuh pada sedimentasi yang rendah coral yang merupakan karang non acropora.
dimana peredaran air bebas pencemaran Karang Acropora memiliki aksial koralit
cukup dan tersedianya substrat keras. pada ujung terumbunya sedangkan karang
Pertumbuhan hewan karang ini tidak non acropora tidak memiliki aksial coralit.
cepat, tergantung pada bentuk karangnya. Kerapatan jenis Coral massif pada
Karang massif misalnya, tumbuh sampai 2 transek tiga termasuk jarang dengan
cm garis tengahnya dalam satu tahun, penutupan 17,88%, sedangkan pada transek
sedangkan karang acropora (bercabang) lima termasuk sedang dengan persentase
dapat tumbuh antara 5-10 cm pertahun. penutupan 29,63%. Kerapatan jenis pada
Kecepatan tumbuh karang itu lambat dan transek empat untuk jenis Coral submasif
sangat berbeda-beda menurut keadaan adalah jarang dengan penutupan 18% dan
jenis coral encrusting juga jarang dengan karang terhadap salinitas berkisar antara 32-
persen penutupan 19,75%. 35‰.
Kerapatan jenis suatu karang dapat 4. pH
menentukan bahwa perairan tersebut banyak Derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion
dihuni hewan karang atau tidak. H+ dalam air. Menurut Tomascik (1997),
Pertumbuhan karang sangat dipengaruhi habitat yang cocok bagi pertumbuhan
oleh berbagai faktor pembatas yang karang memiliki kisaran pH 8,2-8,5.
merupakan faktor- faktor lingkungan yang 5. Pergerakan Arus
dapat mempengaruhi laju pertumbuhan Pergerakan arus sangat diperlukan
suatu individu di dalam habitatnya. Faktor untuk tersedianya aliran suplai makanan
pembatas untuk pertumbuhan dan (dalam bentuk jasad renik) dan suplai
perkembangan karang antara lain : oksigen yang segar, serta menjaga agar
1. Suhu terumbu karang terhindar dari timbunan
Menurut Nybakken (1988), kotoran/endapan (Soegiarto, 1980).
pertumbuhan karang mencapai maksimum 6. Sedimentasi
pada suhu optimum 25-29 °C dan bertahan Sedimentasi merupakan salah satu
hidup sampai suhu minimum 15°C dan pembatas pertumbuhan karang. Daerah yang
maksimum 36°C. Pertumbuhan optimal memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit
terjadi di perairan yang memiliki rata-rata untuk menjadi tempat yang baik bagi
suhu tahunan 23-25°C . Suhu ekstrim yang pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi
masih dapat ditoleransi adalah 36-40°C. menyebabkan penetrasi cahaya di air laut
2. Kecerahan dan Kedalaman akan berkurang dan hewan karang (polip)
Hewan karang pembentuk terumbu akan bekerja keras untuk membersihkan
membutuhkan sinar matahari bagi partikel yang menutupi tubuhnya
zooxanthellae untuk berfotosintesis Menurut (Nybakken, 1988).
Nybakken (1988), terumbu karang tidak Faktor-faktor pembatas diatas
dapat berkembang di perairan yang lebih merupakan faktor lingkungan penentu
dalam dari 50-70 meter. Zooxanthellae mampu tidaknya karang tumbuh disuatu
sebagai alga simbiotik yang memerlukan perairan. Perairan Tanjung Lesung terdapat
cahaya matahari sehingga terjadi sedikit berbagai jenis terumbu karang yang artinya
pertumbuhan di bawah kedalaman 46 meter faktor pembatas ditas tidak dilampaui
dan di bawah kedalaman 90 meter terumbu sehingga karang dapat tumbuh di perairan
karang sudah sangat jarang. tersebut. Namun saat ini keberadaan
3. Salinitas terumbu karang di pantai Tanjung Lesung
Salinitas rata-rata di daerah tropis terancam keberadaannya akibat pencemaran
adalah 35 ‰ dimana masih berada pada yang dikarenkan daerah patai yang dijadikan
kisaran optimum untuk pertumbuhan karang objek wisata. Keberadaan ekosistem
yaitu 34-36‰ (Hill, Jos and Clive terumbu karang penting karana
Wilkinson. 2004). Nybakken (1988) produktivitasnya berpengaruh besar
menyatakan bahwa toleransi organisme terhadap perairan disekitarnya.
IV. KESIMPULAN Managers. Australian Institute of
Marine Science. p : vi + 117
Berdasarkan praktikum mengenai
ekosistem terumbu karang di pantai Tanjung Lampiran
Lesung dengan metode trnsek kuadrat dapat
disimpulkan bahwa terumbu karang yang Contoh perhitungan
dominan di pantai Tanjung Lesung
berdasarkan lifeform nya adalah jenis Coral Transek 3 jenis Coral Masive
massive dan terdapat banyak karang yang
telah mati pada perairan tersebut. ∑ ( Mi x Fi )
%C =
Keberadaan karang di perairan di pengaruhi ∑F
berbagai fator pembatas seperti suhu, pH, % C=(75*4)+(37.5*3)+(9.38*3)+(3.13*2)
salinitas, sedimen, kecerahan dan 25
kedalaman, dan pergerakan arus. Faktor = 17.88%
pembatas ini merupakan faktor lingkungan
yang menentukan pertumbuhan karang di Kerapatan termasuk jarang.
perairan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Nybakken JW. 1988. Readings in marine


ecology. Ed.2. Page.289-291.
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan
sumberdaya kelautan untuk
kesejahteraan masyarakat. LISPI.
Jakarta.
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji & M.K.
Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas: Part One. Periplus
Editions (HK) Ltd., Singapore: xiv +
642 pages.
Soegiarto A. 1980. The preent state of
mangrove ecosystem in S. E. Asia,
and the impact of pollution-
Indonesia. SCSFD &
CP.SCS/80/WP(Sa, FAO, UNEP,
Rome, 25 p.
Hill, Jos and Clive Wilkinson. 2004.
Methods For Ecological Monitoring
Of Coral Reefs : A Resource For

Anda mungkin juga menyukai

  • IPAL
    IPAL
    Dokumen27 halaman
    IPAL
    Putri Mushandri Pratami
    100% (1)
  • IPAL
    IPAL
    Dokumen22 halaman
    IPAL
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Laporan Lamun
    Laporan Lamun
    Dokumen7 halaman
    Laporan Lamun
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Run Off
    Run Off
    Dokumen4 halaman
    Run Off
    Putri Mushandri Pratami
    100% (1)
  • Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)
    Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)
    Dokumen11 halaman
    Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Slides Tanjung Lesung
    Slides Tanjung Lesung
    Dokumen51 halaman
    Slides Tanjung Lesung
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • EVAPOTRANSPIRASI
    EVAPOTRANSPIRASI
    Dokumen6 halaman
    EVAPOTRANSPIRASI
    Putri Mushandri Pratami
    0% (1)
  • Ekoper2 Revisi
    Ekoper2 Revisi
    Dokumen5 halaman
    Ekoper2 Revisi
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Praktikum 7 Hari
    Praktikum 7 Hari
    Dokumen4 halaman
    Praktikum 7 Hari
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Praktikum 7 Hari
    Praktikum 7 Hari
    Dokumen5 halaman
    Praktikum 7 Hari
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Praktikum 7 Hari
    Praktikum 7 Hari
    Dokumen5 halaman
    Praktikum 7 Hari
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat