ISLAM
Islam adalah agama yang diturunkan allah kepada nabi Muhammad saw. Yang
mengatur hubungan manusia dengan khaliq nya, dengan dirinya dan dengan manusia
sesamanya. Hubungan manusia dengan khaliq nya tercakup dalam perkara aqidah dan
ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya tercakup dalam perkara ahlaq, makanan, dan
dan aqubat (sanksi). Islam adalah akidah dan peraturan (syari’at). Akidah islam adalah
serta qadla dan qadar bahwa baik buruknya dari allah swt.
Islam membanguan aqidah berdasrkan pembuktian akal dalam hal-hal yang dapat di
jangkau oleh akal. Seperti iman kepada wujud (keberadaan) allah, kenabian Muhammad
saw, dan terhadap mukjizat al-quranul karim. dan islam membangun hal-hal yang ghoib,
yaitu perkara yang akal tidak mampu menjangkaunya. Seperti hari kiamat, keberadaan
malaikat, syurga dan neraka, yang di dasarkan pada pengakuan dan penyerahan total,
yang bersumber dari sesuatu yang telah terbukti kebenarannya melalui akal, yaitu Al-
Qur’anul kharim dan Hadis. Di samping itu islam telah menjadi akal sebagai obyek
hukum (taklif).
seluruh aspek kehidupan. Islam bukan berupa teologi. Bahkan tidak ada kaitannya
pemerintahan agama, pent). Di dalam islam tidak ada istilah (sekelompok) ahli agama,
juga tidak dijumpai istilah ahli politik.setiap orang yang memeluk agama islam disebut
sebagai kaum muslimin. Semuanya sama di hadapan agama. Jadi didalam agama islam
Adapun yang dimaksud dengan aspek kerohanian di dalam islam adalah, bahwa
segala sesuatu itu adalah mahluk bagi khaliqnya, yang teratur mengikuti perintah dan
kehendak khaliq. Berdasarkan tujuan yang mendalam tentang alam, manusia, dan
kehidupan, serta apa-apa yang ada di sekitarnya dan yang berkaitan dengannya, maka
dapat di indra dan disaksikan atas segala sesuatu yang berkaitan dengan nya (yaitu alam
semesta, manusia, dan hidup, pent). Inilah yang menunjukkan secara pasti bahwa
ketiganya adalah mahluk bagi khaliq dan diatur menurut pemerintah dan
memerlukan system yang mengatur naluri dan kebutuhan jasmaninya. Tentu saja aturan
itu tidak mungkin berasal dari manusia, karena ia bersifat lemah dan tidak mampu
mrngetahui segala sesuatu. Juga karena pemahaman manusia terhadap tata aturan sangat
mungkin sekali terjadinya perbedaan, perselisihan, dan pertentangan. Suatu hal yang
hanya akan melahirkan tata aturan yang saling bertentangan, yang berakibat
kesengsaraan bagi amnesia. Oleh karena itu, peraturan tersebut harus berasal dari allah
peraturan yang bersumber dari Allah Swt. Namun, apabila dalm mengikuti peraturan ini
berdasarkan hanya pada adanya manfaat di dalam peraturan, bukan berdasarkan pada
kesadaran bahwa peraturan tersebut bersumber dari allah, tentu tidak terdapat aspek
manusia terhadap hubungannya dengan allah swt. Sehingga akan terwujudlah ruh dalam
amal-amal perbuatannya. Dengan kata lain harus ada kesadaran akan hubungannya
dengan allah. Dengan kesadarannya ini manusia akan menyesuaikan seluruh amal
Artu ruh adalah kesadaran manusia akan hubungannya dengan allah. Sedangkan
Dengan demikian, manusia akan menyesuaikan setiap amal perbuatanya dengan perintah
allah tatkala melakukan setiap perbuatan di namakan ruh. Penggabungan antara amal
perbuatan dengan perintah allah dan larangannya yang didasarkan pada kesadaran
hubungannya dengan allah, itulah yang dimaksud dengan menyatukan materi dengan
ruh. Atas dasar penjelasan ini maka kesesuaian amal perbuatan orang yang buakn
muslim dengan hukum-hukum syari’at yang di gali dari Al-Qur’an dan sunah tidak
tergolong sebagai aktifitas yang di pengaruhi oleh ruh. Bahkan penggabungan materi
dengan ruh tidak ada sama sekali dalam perbuatannya itu, sebab, ia tidak beriman
kepada islam. Dengan sendirinya ia tidak menyadari hubungan nya dengan allah. Ia
hanya mengambil hukum-hukum dari syari’at itu sebagai peraturan yang di kaguminya,
yang mengatur segala amal perbuatannya.berbeda halnya dengan seorang muslim yang
melakukan segala perbuatannya sesuai dengan perintah dan larangan allah yang di
bangun berdasarkan kesadaran hubungannya dengan allah, dan tujuannya hanya mencari
keridhaan allah swt, bukan sekedar mendapatkan manfaat dari peraturan. Oleh karena itu
harus terdapat aspek rohaniah dalam segala sesuatu, dan harus ada ruh tatkala
melakukan seluruh amal perbuatan. Arti aspek kerohanian adalah segala sesuatu itu
Sedangkan ruh adalah kesadaran tentang hubungan ini, yaitu kesadaran manusia akan
hubungannya dengan allah.inilah yang dimaksud dengan aspek kerohanian dan ruh.
Sebagian agama memandang bahwa alam terdiri dari dua jenis, yang dapat di indra
dan yang abstrak (ghaib). Manusia terdiri dari aspek jasmani dan rohani . oleh karena
itu, aspek kerohanian tidak akan pernah bertemu dengan unsure materi. Keduanya
terpisah.berdasrkan hal ini maka orang yang menghendaki kehidupan akhirat harus
memperkuat aspek spiritualnya . dari sisni timbulah dalam agam masehi dua kekuasaan,
yaitu kekuasaan sepiritual dan kekuasaan politik, yang terkenal dengan semboyan
“berilah apa yang menjadi milik kaisar intuk kaisar, dan apa yang menjadi milik allah
untuk allah.”
Islam menganggab bahwa segala sesuatu yang di serap oleh indra adalah hal-hal
mahluk. Dan ruh adalah kesadarannya dengan allah. Di antara naluri naluri itu terdapat
naluri beragama, yaitu kebutuhan terhadap sang pencpta dan pengatur, yang muncul dari
Adapun yang dimaksud dengan peraturan islam, adalah hukum-hukum syariat yang
mengtur seluruh aspek kehidupan manusia. Peraturan islam mecangkup semua aspek
kehidupan. Hanya saja dalam bentuk-bentuk yang umum (garis besar), dan dengan
makna-makna (petunjuk) yang umum pula. Sedangkan rinciannya dapat digali dari
berbagai makna-makna umum tadi tatkala menerapkan hukum-hukum tersebut. Di
dalam Al-Qur’an dan Hadis telah terhimpun garis-garis besar, yaitu mencakup berbagai
keterangan umum untuk memecahkan berbagai urusan manusia secara universal. Para
Islam hanya memiliki satu metode (thriqah) dalam memecahkan berbagai macam
nash-nash syara’. Dengan kata lain seorang mujtahid menggali hukum syara’tentang
persoalan tersebut dari dalil-dalil syar’i. secara mutlak ia tidak menempuh jalan yang
sebagai salah satu persoalan manusia secara universal dan tidak menganggabnya sebagi
persoalan ekonomi, sosial atau pemerintahannya saja, atau yang lainnya. Hal itu
B. Hukum Syara’
berkaitan dengan amal perbuatan manuasia, baik itu berupa ketetapan yang sumbernya
pasti (qath’I tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadis, maupun ketetapan yang sumbernya
masih dugaan kuat, seperti hadis yang bukan tergolong mutawatir. Apabila sumber
ketetapannya pasti, maka perlu di cermati, yaitu jika penunjukan dalailnya bersufat pasti
(qath’iud dilalah), maka hukum yang di kandungnya juga bersifat pasti. Misalnya
jumlah rakaat shalat fardu yang kesemuanya bersumber dari hadis mutawatir. Begitu
juga dengan hukum haramnya riba, potong tangan bagi pencuri, atau hukum zilid bagi
pezina. Semua itu merupakan hukum-hukum yang penunjukannya bersifat pasti dan
niali kebenaran didalamnya merupakan suatu ketetapan. Tidak ada tafsiran lain yang di
Akan tetapi jika seruan syari’itu sumber ketetapannya bersifat pasti sedangkan
penunjukan dalilnya bersifat zhanni, maka hukum yang terkan dung didalamnya adalah
zhanni. Adapun seruan syari’yang ketetapannya bersifat zhanni tsubut seperti hadis yang
buakn mutawatir, maka hukum yang terkandung didalamnya menjadi zhanni pula.
Kita dapat memahami hukum syara’dari seruan syari’melalui proses ijtihad yang benar.
Jadi, ijtihad para mujtahid itulah yang memunculkan hukum syara’. Oleh karena itu,
hukum allah bagi setiap mujtahid adalah apa yang dihasilkan melalui prises ijtihad dan
Seorang mukallaf yang telah mencapai derajad ahli ijtihad dalam masalah tertentu,
apabila berijtihad dan mendapatkan hukum tentang masalah tersebut, maka dalam hal ini
dengan mujtahid lain yang pendapatnya berlawanan dengan hasil ijtihadnya. Dia tidak
perkara:
1. Jika sudah jelas baginya bahwa dalil yang menjadi tempat sandaran ijtihadnya itu
adalah lemah. Dan dalil mujtahid lainnya lebih kuat. Dalam kondisi semacam ini, ia
wajib meninggalkan hukum hasil ijtihadnya, dan mengambil hukum yang dalilnya lebih
kuat.
2. jika sudah jelas baginya bahwa mijtahid lainnya itu lebih mampu dalam meramu
(ijtihadnya), atau leih banyak mendalam informasi tentang fakta, atau lebih kuat
3. Jika terdapat pemikiran untuk menyatukan sikap kaum muslimin dalam rangka
mencapai kemaslahatan bagi kaum muslimin. Dalam kondisi semacam ini boleh bagi
4. Jika khalifah telah memilih dan menetapkan salah satu hukum syara’yang berbeda
dengan hukum hasil ijtihad seorang mujtahid. Dalam kondisi semacam ini wajib atasnya
bertaklid kepada para mujtahid. Karena para sahabat telah sepakat tentang bolehnya
seorang mujtahid bertaklid kepada mujtahid lainya. Orang yang tidak memiliki
kemampuan berijtihad dinamakan muqallid. Muqallid itu terbagi dua, yaitu muttabi dan
ammi. Muqallid muttabi adalah orang yang memiliki sebagian ilmu yang di perlukan
dalilnya. Sedangkan muqallid hammi adalah, orang yang tidak memiliki sebagian ilmu
yang diperlukan dalam berijtihad, sehingga ia bertaklid kepada seorang mijtahid tanoa
mengetahui dalailnya.
Hukum syari’at islam terdiri dari lima macam, yaitu fardu, haram, mandub,
makruh, dan mubah. Hukum syariat islam bisa terbentuk tuntutan untuk melekukan
sesuatu atau tuntunan untuk meninggalkan nya. Jika seruan itu terbentuk tuntutan untuk
melekukan sesuatu, maka seruan itu di bagi kedalam dua macam. Pertama, yang
berkaitan dengan tuntunan yang harus di kerjakan, yang di namakan fardu atau wajib.
Oleh karena itu, fardu atau wajib adalah seluruh perbuatan yang mendapatkan
pujian bagi pelakunya, dan celaan bagi yang meninggalkannya. Sedangkan haram adalah
perbuatan yang mendapatkan celaan bagi pelakunya, dan pujian bagi yang
meninggalkanya lebih utama dari pada melakukannya. Adapun mandub adalah pujian
bagi pelakunya. Mubah, adalah apa yang dituju oleh dalil sam’i (wahyu)terhadap seruan