Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

“ Sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari proses
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD “ ( Permendagri No 13 tahun
2006 pasal 232 ayat 3 ).

Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berdasarkan Permendagri Nomor


13 tahun 2006 jo Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
telah murni dilaksanakan Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Tahun Anggaran 2007,
sebelum tahun 2007 pelaksanaan sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh Bagian
Akuntansi Biro Keuangan Setda Prov. Jateng.
Pada awal pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah masih terdapat perbedaan
persepsi antar berbagai elemen yang berkaitan dengan sistem akuntansi tersebut, Biro
Keuangan yang menganut Sistem berdasarkan Permendagri sering kali harus
menyamakan persepsi dengan BPKP yang menganut Standart Akuntansi Pemerintahan.
Sedangkan SKPD???.
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang notabene harus mengikuti kebijakan dari Biro
Keuangan Setda Prov Jateng seringkali menunggu kebijakan lebih lanjut dari hasil
penyamaan persepsi antara Biro Keuangan dengan Setda Prov. Jateng, dan hal tersebut
masih terjadi hingga saat ini.
Walaupun asal muasal dasar pelaksanaannya sama, yakni Standart Akuntansi
Pemerintahan hasil konggres IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia ), namun ketika Standart
tersebut diimplementasikan atau diterjemahkan dalam sebuah Peraturan ( UU,
Permendagri, Permenkeu ) maka standart tersebut dapat ditafsirkan secara berbeda-beda
berdasarkan kebutuhan akan pengambilan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan
masing-masing pihak.
Belum dilaksanakannya Permendagri secara konsisten oleh entitas pelaporan ( Biro
Keuangan ) juga menyebabkan permasalahan mendasar bagi SKPD selaku entitas
akuntansi. Sebagai contoh adalah masalah akuntansi asset, dimana didalam Permendagri
Nomor 13/2006 maupun Permendagri Nomor 59/2007 telah mengatur masalah

1
penyusutan asset, namun oleh entitas pelaporan belum ada kebijakan yang mengatur
mengenai penyusutan asset SKPD. Hal ini dikarenakan beberapa hal :
a. Belum tertibnya administrasi pengeloaan asset
b. Kurang koordinasi antara KPBD* , dengan semua elemen yang berkepentingan
dengan asset tetap.
( * : menyebut KPBD karena permasalahan terjadi sebelum SOTK baru ).
c. Tidak sinkronnya data sensus barang dengan kondisi riil di lapangan.
d. Sebelum tahun 2007, data penambahan mutasi beserta pemeliharaannya di
akumulasikan terus menerus tanpa adanya penyusutan, sehingga nilai tersebut
menjadi tidak wajar.
e. Belum adanya persepsi yang sama mengenai ; kebijakan sistem mutasi asset tetap
( apakah menggunakan metode distribusi belanja barang dan jasa atau metode
belanja modal netto ).
Metode Distribusi Belanja Barang dan Jasa adalah suatu metode yang membagi
rata berdasarkan prosentase belanja barang dan jasa didistribusikan ke dalam
belanja modal x dibagi total belanja modal.
Metode belanja modal netto adalah belanja modal yang diperoleh pada saat nilai
perolehan berdasarkan SPK atau Berita Acara tanpa penambahan belanja
lainnya.

Ada beberapa metode penyusutan didalam Permendagri No 13/2006 jo No 59/2007 :


a. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan
kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset
tetap berkenaan.

b. Metode Saldo Menurun Ganda

Metode saldo menurun ganda sebagaimana merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan
membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode
awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset
tetap berkenaan.

2
c. Metode unit Produksi

Metode unit produksi merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan
penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari
aset tetap berkenaan.

Cat : Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.

Apabila metode penyusutan dapat dilaksanakan maka hal itu akan sedikit membantu
persoalan asset yang selama ini terjadi. Terlebih ketika dalam menyiasati penggabungan
beberapa instansi seperti pada dewasa ini, kita bisa melihat sistem akuntansi pada
perusahaan swasta ketika menjalani merger, afiliasi maupun akuisisi. Disitu peranan
sistem akuntansi sangat dominant dalam mencatat kekayaan perusahaan ketika
penggabungan tersebut, bahkan bukan hanya asset namun sudah meliputi akun utang,
piutang, penjualan dan pembelian.
Hal ini sangat berbalik 180º dibandingkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah pada
saat ini, banyak SKPD yang melakukan penggabungan pada pertengahan tahun 2008
namun pada Neraca tidak terdapat penambahan asset dari hasil penggabungan, hal ini
jelas merupakan temuan BPK.
Hal ini penulis jumpai ketika membantu penyusunan Neraca di salah satu SKPD dan
menyarankan supaya di jabarkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Mengapa Aset hasil penggabungan tidak dapat masuk dalam Neraca?, karena tidak ada
Berita Acara.
Tak perlu mencari kesalahan yang telah terjadi, karena sama juga dengan mencari
”duluan mana Ayam dan telur”?.

Adapun Laporan Keuangan Akuntansi Pemerintah Daerah sebagaimana diamanatkan


oleh Permendagri terdiri dari :
1. Kertas Kerja Laporan Keuangan ( KKLK ) atau Neraca Lajur.
Kertas Kerja Laporan Keuangan merupakan proses awal setelah proses
pembukuan atau pencatatan transaksi selesai dilaksanakan pada tahun berkenaan.

3
Kertas Kerja Laporan Keuangan memuat serangkaian proses mulai dari saldo
awal, mutasi hingga neraca akhir tahun berkenaan dan mutasi arus masuk dan
keluar pada SKPD.
Kertas Kerja Laporan Keuangan memuat Saldo Awal, Mutasi, Neraca Saldo,
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian, LRA dan Neraca.
Kertas Kerja Laporan Keuangan sebenarnya hanya diamanatkan oleh Peraturan
Gubernur Prov. Jateng, namun harus tetap dilaksanakan oleh SKPD selaku entitas
akuntansi.
2. Neraca
Terdapat beberapa komponen di dalam neraca :
2.1. Asset
Asset Terdiri dari ;
2.1.1 Aset Lancar ; Kas, Investasi, Piutang, Persediaan
2.1.2 Aset Tetap ; Tanah, Gedung Bangunan, Peralatan Mesin, Jalan, Irigasi
dan bangunan serta Aset Tetap lainnya.
2.2. Kewajiban
Kewajiban terdiri dari ;
2.2.1. Kewajiban Jangka Pendek
2.2.2. Kewajiban Jangka Panjang
2.3. Ekuitas
Ekitas terdiri dari ;
2.3.1 Ekuitas Dana Lancar ; SiLPA, Non SiLPA, Pendapatan yang
ditangguhkan, Cadangan Persediaan, Utang Jk Pendek.
2.3.2 Ekuitas Dana Investasi ; Investasi Jk panjang, investasi Aset Tetap,
Investasi Aset lainnya, Utang Jk Panjang
2.3.3 Ekuitas Dana Cadangan ; Investasi Dana Cadangan, RK Pemprov
( Cat : Neraca terdiri dari Neraca sebelum Konversi dan Neraca setelah Konversi )

4
3. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggarang terdiri dari LRA sebelum Konversi, LRA setelah
Konersi, Rincian LRA, Penjabaran dan Rekap LRA.
4. Catatan atas Laporan Keuangan ( CaLK )
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan suatu Catatan hasil analisa Neraca
dan LRA entitas Akuntansi dan alat pengungkap yang perlu diterjemahkan
melalui kalimat serta alat pengungkap yang tidak bisa/tidak terdapat didalam
Neraca dan LRA atau alat pengungkap yang tidak bisa diungkapkan dengan
bahasa angka.

Minimnya Sumber Daya Manusia juga menjadi hambatan tersendiri bagi pelaksanaan
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, masih sering kita jumpai didalam penyusunan
neraca banyak SKPD yang terpaksa “ meminjam tangan ” personel Biro keuangan
maupun SKPD lain. Sehingga untuk menuju ke Sistem Akuntansi modern masih sangat
jauh dari apa yang kita harapkan. Dilaksanakannya Sistem Akuntansi dengan harapan
untuk mewujudkan Good Governance, Transparansi dan Akuntabilitas sesuai dengan
semangat Reformasi di segala bidang.
Namun demikian dengan adanya Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
(SIPKD) yang telah disiapkan oleh Biro Keuangan Setda Prov Jateng dan akan
dilaksanakan pada TA 2010 akan sedikit membantu kendala tersebut, terlebih kita
berharap adanya sebuah sistem penyusutan di dalam aplikasi SIPKD tersebut.

( Semarang, 11 Februari 2009)

5
6
7
Perbedaan Antara Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dengan Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat, antara lain :

1 URAIAN SAPD SAPP


1 Peiode Laporan Semester 1 dan Setiap Bulan
Akhir Tahun
2 Perlakuan terhadap Kas Akun penyeimbang Akun Penyeimbang
pada Ekuitas pada Kewajiban dan
Ekuitas
3 Pencatatan dan Penyusunan Lap Manual Aplikasi Komputer
Keuangan
4 Dasar Hukum Permendagri Permenkeu
5 Entitas Pelaporan Bag Akuntansi Biro KPPN
Keuangan
6 Konversi Ada Tidak Ada
7 Format Neraca Sesuai Aturan Sesuai Transaksi
8 Penyesuaian Asset Jurnal Kolorari Restore Data
9 Pencatatan Akuntansi dilaporkan Tidak dilaporkan

Anda mungkin juga menyukai