Makassar, (KBSC).
Memulihkan kondisi hutan alam Indonesia memang tidak semudah membalikkan telapak
tangan, terbukti selama 2010 kemarin, baru ada 1 izin perorangan pengelolaan hutan yang
diberikan pemerintah kepada masyarakat, selebihnya masih dalam proses, baik pada
pengajuan kelompok tani hutan, koperasi, bumdes, maupun dalam bentuk kelembagaan lain
dalam skema HTR, HKm dan hutan desa.
Hal ini terungkap dalam Worksho Akhir Tahun 2010 Konsilidasi Program Para Pihak dalam
Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan, yang digelar oleh Yayasan Sulawesi
Community Foundation dengan Kemitraan, 27 – 28 Desember 2010, di Hotel Sahid Jaya
Makassar.
Hadir dalam acara ini, adalah narasumber dari Disut Kabupaten Soppeng, Dishut Pinrang,
Dishut Barru, lalu Dishut Bulukumba, Bupati Bantaeng (diwakili kepala dinas pertanian dan
peternakan), Dr.Aryadi Hiwaman dan Danang Kuncoro dari Bina Perhutanan Sosial, Hasbi B
dari Kemitraan. Begitu juga dari aktivis LSM, seperti Konstan, Sulawesi Channel, Walda,
Yajalindo, Lambose, dan lainnya.
“Sebagaimana diketahui bersama bahwa Menhut pada tahun 2009 telah menujuk kawasan
hutan seluas 2.725.796 hektar (47 persen) dari luas wilayah daratan melalui SK 434/Menhut-
II/2009 tentang penunjukan kawasan hutan dan konservasi perairan di wilayah Propinsi
Sulsel,” demikian penegasan Sri Endang Sukarsih, Kepala Bidang Pengusahaan Hutan Dinas
Kehutanan Sulawesi Selatan dalam sambutan pembukaannya.
Jadi, katanya, penunjukkan itu sudah melalui proses revisi tata ruang wikayah Propinsi
(RTRWP) Sulsel didalamnya terdapat kawasan hutan. Kawasan hutan ini sudah dibagi dalam
fungsi lindung atau konservasi 76,4 persen dan produksi 23,6 persen.
Menurut Direktur SCF, Muhammad Rifai, di Sulsel khusus untuk skema HTR Dinas
Kehutanan Propinsi Sulsel menargetkan 5.000 hektar pertahunnya yang dapat diakses
masyarakat desa hutan, namun realistiasnya hingga penghujung tahun 2010, IUPHHK yang
telah terbit di Sulsel, baru di Kabupaten Soppeng seluas 9 hektar. Sedangkan Kabupaten
Barru, Maros, Pinrang dan Enrekang telah mendapatkan rekomendasi hasil verifikasi PB2HP.
“Untuk skema HKm, saat ini izin yang ada baru diterbitkan di kabupaten Jeneponto pada
tanggal 26 Nopember 2010 untuk 3 kelompok tani demgan luas area 890 hektar, sementara di
Kabupaten Bulukumba haru sebatas hasil rekomendasi tim verifikasi untuk usulan areal kerja
seluas 2.250 hektar,” kata Rifai
Sedangkan pada skema HD tiga Bumdes di Kabupaten Bantaeng telah mendapatkan izin
HPHD (hak pengelolaan hutan desa) dari Gubernur Sulawesl seluas 703 hektar.
Program ke depan
Sri mengakui, pemerintah Sulsel, telah merspon kebijakan tersebut dengan mengusulkan
pengcadangan areal HTR, HKm dan HD kepada Menhut. Pada 2008, Menhut telah
mencadangkan areal pembangunan HTR Sulsel seluas 34.535 ha yang tersebar pada 11
kabupaten / kota.
Sementara Rifai, da beberapa problema yang harus diselesaikan, misalnya soal negatif
orientasi, misalnya kredit, bukan skema HTR yang dipertanyakan masyarakat, tapi
bagaimana duit yang katanya akan dikasih oleh Dephut.