Anda di halaman 1dari 4

Question 2: Pendekatan membangun teori yang manakah (pragmatik, sintaktik & semantik,

normatif, dan positif) yang dianut dalam penyusunan standar akuntansi yang sekarang
berlaku dan berikan contoh...!

Jawab:
Teori yang dianut dalam dalam penyusunan standar akuntansi yang sekarang adalah
pendekatan pragmatik, sintaktik, dan semantic. Dikecualikan yang tidak sesuai dengan
penyusunan standar akuntansi adalah prgamatik deskriptif. Sterling (1975)
menyimpulkan bahwa descriptive pragmatic approach tidak sesuai untuk penyusunan
teori akuntansi. Sterling cenderung menggunakan normative theories (bagaimana
akuntansi seharusnya dilaksanakan) daripada pragmatic theories (yang
menggambarkan praktik di dunia nyata). Namun demikian teori normatif masih perlu
diperkuat dengan teori positif. Alasan ketiga pendekatan (pragmatik, sintaktik, dan
semantic) tersebut digunakan karena ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi sebagai
sarana komunikasi bisnis, sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis (the
language of business) (Suwardjono, 2014). Bahasa merupakan bagian penting dalam
komunikasi. Pesan atau makna yang ada di benak pengirim disimbolkan dalam bentuk
ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut ditafsirkan sama persis seperti yang
dimaksudkan.

Apa yang terkandung dalam simbol bahasa, itulah yang menjadi informasi bagi penerima
(pembaca). Tanda atau simbol bahasa (gambar-gambar dan kata-kata) dan tata bahasa
membentuk ungkapan bahasa yang menjadi media komunikasi. Tataran semiotika dalam
teori komunikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Tataran Semiotika dalam Teori Komunikasi

Tataran Sasaran bahasan Penekanan Kandungan Pesan


komunikasi
Sintaktika Aspek formal tanda Operasional, Informasi sintaktik
bahasa (kosa kata, penandaan
tata bahasa)
Semantika Aspek isi tanda Penafsiran, Informasi semantik
bahasa pelambangan
Pragmatika Keefektivan tanda Fungsional, Informasi pragmatik
bahasa (efek pemengaruhan
komunikatif)
Sumber: Suwardjono, 2014
Keterkaitan antara sintaktik, semantik, dan pragmatik digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Contoh informasi semantik, sintaktik, dan pragmatik


Sumber: Suwardjono, 2014

Contoh penerapan praktek:

Akuntansi keuangan dikembangkan/direkayasa atas dasar premis bahwa investor dan


kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek informasi yang ingin dicapai adalah
agar pihak yang dituju tersebut, mau menanamkan dana ke kegiatan ekonomik
perusahaan. Karena investor dan kreditor merupakan sasaran pemengaruhan, pesan
(message) yang ingin disampaikan mengenai perusahaan adalah likuiditas, solvensi,
dan profitabilitas. Pesan tersebut merupakan masukan dalam pengambilan keputusan
investor dan kreditor. Pesan tersebut disampaikan melalui medium statemen keuangan.

1. Teori Akuntansi Semantik

 Contoh
Pendefinisian aset. Penguasaan (control), bukan kepemilikan (ownership) yang
dijadikan kriteria, karena jika pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak objek yang
tidak masuk sebagai aset. Secara konseptual, informasi akuntansi dalam laporan
terefleksi dalam tiga unsur, yakni elemen (objek), jumlah rupiah sebagai pengukur
(size), dan hubungan (relationship) antar elemen. Ketiga elemen tersebut saling
berhubungan yang membentuk informasi. Jadi, teori akuntansi semantik
berkepentingan dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk
menghasilkan informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan. Agar
komunikasi akuntansi efektif, penyampaian informasi semantik (makna suatu
objek) tidak dapat dipisahkan dengan informasi sintaktik (struktur akuntansi).
2. Teori Akuntansi Sintaktik

Teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang


bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik
dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk statemen
keuangan.

 Contoh
Simbol tersebut (misal aset, kewajiban, pendapatan) harus berkaitan secara logis
sehingga informasi semantik dapat dikandung dalam statemen keuangan. Cakupan
teori akuntansi sintaktik lebih luas dari sekadar menentukan hubungan struktural
antarelemen statemen keuangan, melainkan meliputi juga hubungan antara unsur-
unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam
suatu negara yaitu, manajemen, entitas pelapor (pelaporan), pemakai informasi ,
sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan.

3. Teori Akuntansi Pragmatik

Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada penaruh informasi


terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain, teori ini membahas
reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Apakah informasi sampai kepada
pihak yang dituju dan diinterpretasikan dengan tepat, merupakan masalah
keefektifan informasi. Apakah akhirnya pihak yang dituju informasi memakai
informasi tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan, merupakan masalah
kebermanfaatan (usefulness informasi). Pada gilirannya, kebermanfaatan informasi
akan menetukan keefektivan pencapaian tujuan pelaporan keuangan
 Contoh

Teori Pragmatis dibedakan menjadi 2 (dua) menurut Godfrey, yakni Pendekatan


Pragmatis Deskriptif dan Pendekatan Pragmatis Psikologis.

a. Pragmatis Deskriptif (Relevansi dengan Pendekatan Normatif dan


Positif)

Sebgaiamana telah disebutkan di atas bahwa descriptive pragmatic approach


tidak sesuai untuk penyusunan teori akuntansi dan lebih menggunakan
normative theories (bagaimana akuntansi seharusnya dilaksanakan) daripada
pragmatic theories (yang menggambarkan praktik di dunia nyata) (Sterling 1975).

Perumusan akuntansi normatif mencapai keemasan pada tahun 1950 dan


1960an. Pada periode tersebut teori normatif lebih berkosentrasi pada
penciptaan laba sesungguhnya dan pengambilan keputusan. Teori normatif
berusaha untuk membenarkan tentang apa saja yang harus dipraktikan, misalnya
pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan
pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) teori normatif
hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya
dipraktikan tanpa menguji hasil hipotesis tersebut.

Sebagai contoh, teori akuntansi akan menghasilkan pernyataan bahwa


“aktiva tetap harus dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar biaya
historis”. Jika teori akuntansi normatif ini digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan standar akuntansi, maka standar akuntansi tersebut juga akan
bersifat normatif, penuh dengan “keharusan” atau “kewajiban”. Standar akuntansi
normatif menjadi tidak peduli tentang apa yang senyatanya terjadi jika standar
akuntansi tersebut diterapkan.

Namun demikian Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran


untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan
dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan
positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan menjustifikasi
berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.

b. Pragmatis Psikologis

Pada pendekatan ini akuntan akan menghitung transaksi keuangan untuk


menunjukkan perbedaan sintaksis yang berguna untuk membuat laporan
keuangan yang kemudian akan dipakai oleh penggunanya. Psychological
pragmatic approaches meminta teoritisi untuk mengamati respon pemakai
informasi yang dihasilkan oleh akuntan, misalnya laporan keuangan. Reaksi
pemakai dipakai sebagai bukti bahwa laporan keuangan bermanfaat dan berisi
informasi yang relevan. Masalah dalam psychological pragmatic approach adalah
bahwa sebagian pemakai mungkin bereaksi secara tidak rasional, sebagian lain
mungkin bereaksi dalam situasi kondisional, dan sebagian lain tidak beraksi
padahal seharusnya bereaksi. Kelemahan ini diatasi dengan berkonsentrasi pada
teori keputusan dan pengujian reaksi dengan sampel besar dan bukannya
berkonsentrasi pada respon individual. Contohnya adanya sistem akuntansi
inflasi yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai