Anda di halaman 1dari 8

PERAN RESIMEN MAHASISWA DALAM BELA NEGARA SEBAGAI

POTENSI KOMPONEN CADANGAN DEMI KEMURNIAN PANCASILA


DALAM KERANGKA NKRI

Oleh :
Basdar Purwansah BS., Sabir Sumarna
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

Pendahuluan
Pertahanan keamanan Negara (Hankamneg) merupakan upaya nasional
terpadu yang melibatkan seluruh potensi dan kekuatan nasional. Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, kerelaan berjuang dan
berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan Negara.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia membuktikan bahwa bangsa
Indonesia dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan senantiasa
mendasarkan diri pada semangat perjuangan seluruh rakyat yang didorong oleh
perasaan senasib dan sepenaggungan serta sikap rela berkorban untuk tanah air,
oleh karena itu peranan rakyat dalam menyelenggarakan Hankamneg merupakan
faktor yang menentukan. Atas dasar latar belakang di atas, penyelenggaraan
pertahanan dan keamanan Negara senantiasa bersumber dari nilai-nilai kehidupan
bangsa dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
Hakekat pertahanan keamanan nasional Indonesia adalah perlawanan
rakyat semesta yang diselenggarakan dengan Sistem Pertahanan Keamanan
Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sishankamrata adalah sistem pertahanan
keamanan yang mengandalkan kekuatan pada pengarahan secaa total kepada
seluruh komponen kekuatan nasional, oleh sebab itu Sishankamrata memiliki tiga
ciri utama, yaitu kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan (Edi Sudrajad,
1996:2). Kerakyatan maksudnya keikutsertaan seluruh rakyat warga Negara sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya dalam komponen kekuatan pertahanan
keamanan Negara, ciri kesemestaan berarti kemampuan seluruh daya bangsa dan

1
Negara memobilisasikan diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman dari
luar maupun dalam negeri sedangkan ciri kewilayahan berarti seluruh wilayah
negera merupakan tumpuan perlawanan dan segenap lingkungan didayagunakan
untuk mendukung setiap bentuk perlawanan berlanjut. Ditinjau dari proses
kegiatannya upaya pertahanan keamanan Negara pada dasarnya meliputi kegiatan
upaya persiapan selama masa damai, mobilisasi pada saat kritis, dan penggunaan
kekuatan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Dengan demikian elemen
kekuatan, proses untuk menjadi elemen kekuatan sesuai kebutuhan merupakan
tiga hal yang menjadi fokus perhatian dalam penggalangan kekuatan hankam.

Eksistensi Resimen Mahasiswa di Perguruan Tinggi


Keberadaan Resimen Mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan suatu
unit perkembangan minat para mahasiswa dalam bidang pendalaman kesadaran
bela Negara. Adanya organisasi ini di kampus atas dasar legalitas Keputusan
Bersama Tiga Menteri, terdiri atas : Menhankam/Pangab, Mendikbud, dan
mendagri Nomor : Kep/39/XI/1975/. 0246/a/U/1975 dan 247 Tahun 1975 tentang
Pembinaan Organisasi Menwa dalam rangka mengikutsertakan rakyat dalam
pembelaan Negara, yang disertai petunjuk pelaksanaannya dengan surat keputusan
bersama Nomor : Kep/02/I/1978,05/a/u/1978 dan 17 a tahun 1978 tanggal 19
Januari 1978. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa Resimen Mahasiswa
merupakan wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak
dan kewajibannnya untuk turut serta dalam pembelaan Negara, berkewajiban
mempersiapkan para mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak dan
kewajibannnya untuk turut serta dalam pembelaan Negara, berkewajiban
mempersiapkan para mahasiswa baik fisik maupun mental agar mereka mampu
melaksanakan tugas pembelaan Negara, menanamkan dasar-dasar kepemimpinan
serta kesadaran dalam pembelaan Negara dengan tidak melupakan tujuan
pendidikan pada umumnya.
Pada tanggal 28 Desember 1994 dikeluarkan lagi SKB Menhankam,
Mendikbud, dan Mendagri RI No. Kep/11/XII/1994, No. 0342/U/1994,
no.149/1994 tentang Pembinaan dan Penggunaan Resimen Mahasiswa dalam Bela

2
Negara, pada pasal 3 SKB ini disebutkan bahwa tujuan Resimen Mahasiswa
adalah :
1. Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan
hak dan kewajiban warga Negara dalam bela Negara;
2. Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki sikap disiplin, pengetahuan,
fisik dan mental agar mampu melaksanakan tugas bela nagara serta
menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada
tujuan pendidikan nasional;
3. Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat
dalam Sishankamrata.
Pada masa ini Menwa sebagai salah satu unsur pelaksana bela Negara pada
setiap Provinsi dipimpin oleh seorang komandan Resimen Mahasiswa
(Danmenwa) yang bertanggungjawab kepada Pangdam atau Komandan Resort
Militer (Danrem). Di Perguruan Tinggi dibentuk Satuan Menwa sebagai unit
Kegiatan Mahasiswa Khusus yang dipimpin oleh seorang Komandan Satuan
Resimen Mahasiswa (Dansatmenwa) yang bertanggugjawab kepada pemimpin
perguruan tinggi.
Untuk mencapai tujuan di atas Menwa mempunyai fungsi :
1. Melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan kemampuan baik
perorangan maupun satuan di bidang Rakyat Terlatih;
2. Melaksanakan pembinaan disiplin anggota Menwa baik sebagai
mahasiswa maupun warga masyarakat;
Pada masa reformasi eksistensi Resimen Mahasiswa memperoleh tekanan
dari kalangan kampus sendiri, di satu sisi kampus saat itu berjuang menghapus
dwi fungsi ABRI namun justru ada sekelompok mahasiswa yang secara eksplisit,
menyatakan dirinya sebagai bagian TNI. Pernyataan ini tidak berlebihan, selain
atribut militer, Komandan Menwa saat itu selalu dijabat oleh Aster Kasdam atau
Aster Kasrem. Fakta ini secara jelas menunjukkan, bahwa Menwa merupakan
bagian dari TNI. Setidaknya ada beberapa pers kampus yang tulisan-tulisannya
menolak eksistensi Menwa, antara lain Hayam Wuruk (FS Undip), Arena (IAIN
Suka Yogyakarta), Lentera (FS UI), Politika (Pisif Unas), Himmah (UII Yogya),
Keadilan (FH UII), dan Balairung (UGM).

3
Atas tekanan dari berbagai pihak dan mengikuti arus agenda reformasi
politik SKB tiga menteri tahun 1994 direvisi dengan SKB tiga menteri No.
KB/14/M/X/2000, No. 6/U/KB/2000, No. 39 A Tahun 2000 yang pada dasarnya
memuat ketentuan bahwa (1) kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di bidang olah
keprajuritan, kedisiplinan dan wawasan bela Negara dilaksanakan melalui UKM
dan menjadi tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi; (2) pembinaan dan
pemberdayaan Menwa sebagai komponen pertahanan Negara menjadi
tanggungjawab menteri pertahanan; (3) pembinaan dan pemberdayaan Menwa
dalam melaksanakan fungsi linmas menjadi tanggungjawab menteri dalam negeri
dan otonomi daerah.
Eksistensi Menwa di Universitas Hasanuddin, tidak terlalu terpengaruh
oleh perubahan politik secara makro. Menwa Satuan 701 Unhas tidak pernah
membubarkan diri atau dibubarkan, eksis sampai saat sekarang. Pembinaannya
yang menyusaikan diri dengan SKB Tiga Menteri tahun 2000. Selanjutnya
Menwa Unhas menjadi UKM di Universitas Hasanudin.
Eksistensi Menwa di Unhas telah banyak berperan strategis sebagai
stabilisator kampus, ikut menjaga keamanan kampus dengan bergabung dalam
Koorps Baret Ungu Menwa Wolter Monginsidi Sulawesi Selatan. Menwa Unhas
juga ikut berperan dalam bencana Alam di Aceh, Yogyakarta dan daerah-daerah
yang pernah dilanda bencana.

Menwa Sebagai Komponen Cadangan dalam Sistem Pertahanan Negara


Sistem pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan sumber daya nasional
lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan Negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Pertahanan Negara, diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan
secara dini dengan system pertahanan. Sistem pertahanan Negara dalam
menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai
komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung, yang terdiri atas :

4
1. Warga Negara
2. Sumber daya alam
3. Sumber daya buatan
4. Sarana dan prasarana nasional
Dalam melaksanakan perlawanan bersenjata keempat komponen di atas
dibina dan disiapkan sebagai bela semesta TNI yang terdiri atas bala nyata dan
bala potensial. Bala nyata adalah TNI, baik yang merupakan kekuatan siap
maupun kekuatan cadangan, yang bila perlu dapat segera digunakan tanpa harus
mengadakan mobilisasi umum. Sedangkan bala potensial adalah prasarana dan
sarana nasional serta seluruh tenaga rakyat, termasuk di dalamnya adalah Rakyat
Terlatih yang telah disiapkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi ketertiban umum,
perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat. Bala potensial
diaktifkan melalui mobilisasi umum untuk melaksanakan perang rakyat
semesta. Keberadaan Rakyat Terlatih, khususnya dalam penggunaannya untuk
fungsi perlawanan rakyat, memiliki arti yang besar bagi terwujudnya daya tangkal
sistem pertahanan keamanan. Rakyat Terlatih dapat menjadi faktor
pengganda kekuatan. Dengan adanya faktor pengganda itu maka kemampuan
TNI menjadi lebih besar, melebihi kemampuan dari strukturnya sendiri yang
sebenarnya. Daya tangkal yang ditampilkan akan Nampak lebih besar
dibandingkan apabila faktor pengganda itu tidak ada, dengan demikian kekuatan
Sishankamrata adalah terletak pada keterpaduan yang sinergistik dari semua
komponen kekuatan nasional, baik yang berasal dari sumber daya alam, sumber
daya buatan, maupun sumber daya manusia. Andalan kekuatan pertahanan
keamanan kita tidak terletak pada kekuatan sistem senjata teknologi, seperti
misalnya senjata nuklir, armada laut, ataupun kekuatan udara namun terletak pada
kekuatan yang tumbuh dan berkembang dari keterpaduan seluruh komponen
kekuatan nasional dengan keterpaduan sumber daya manusia sebagai intinya.
Kekuatan yang tumbuh demikian akan menjadi kekuatan dahsyat untuk
menghadapi setiap bentuk ancaman. Contoh peristiwa yang membuktikan
keampuhan sistem ini adalah sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,
pengalaman Amerika Serikat di Vietnam, atau peristiwa yang dialami Uni Soviet
di Afghanistan

5
Resimen Mahasiswa sebagai salah satu wadah penyaluran potensi
mahasiswa dalam mengikutsertakan rakyat dalam bela Negara, anggotanya secara
individu berkedudukan sebagai Rakyat Terlatih demikian juga anggota Resimen
Mahasiswa Universitas Hasanuddin.
Pada era globaliasasi, keterbukaan dan liberalisasi usaha bela Negara
memiliki cakupan yang luas dan dinamis. Masalah keamanan dan bela Negara
dapat dikaitkan dengan berbagai isu global kontemporer seperti masalah hak-hak
asasi manusia, lingkungan hidup, perdagangan dan industri, investasi, perburuhan
dan sebagainya. Masalah bela Negara, keamanan dan pertahanan tidak sebatas
pada masalah militer belaka, namun harus disesuaikan dengan persfektif ancaman
yang lebih bersifat multidimensional. Ancaman tidak sekedar eksternal namun
juga melibatkan berbagai masalah domestic, seperti masalah ideologi, sosial,
ekonomi dan kebudayaan. Karena itu usaha bela Negara, disamping tetap
bertumpu pada kekuatan militer, juga harus melibatkan usaha strategis di bidang
sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Untuk mengantisipasi persoalan di atas, strategi usaha pertahanan
keamanan perlu melibatkan komponen-komponen (pelaku-pelaku) baru dalam
masyarakat. Sehingga seluruh lapisan masyarakat harus memahami dinamika
persoalan keamanan dan relevansinya bagi kehidupan mereka. Perlibatan
kalangan sipil dalam usaha pertahanan keamanan ini dapat diwujudkan melalui
keanggotan warga negara dalam rakyat terlatih, namun pelibatan warga negara
dalam rakyat terlatih belum dilaksanakan sampai sekarang. Di kalangan
mahasiswa keanggotan menjadi rakyat terlatih menjadi otomatis dengan
keanggotan mereka secara sukarela menjadi anggota resimen mahasiswa.
Komponen pertahanan khususnya komponen cadangan dan pendukung di
samping Resimen Mahasiswa, penyiapan dan pengelolaanya hingga saat ini belum
menuai harapan. Sehingga ke depan penyiapan dan pendayagunaan komponen ini
harus benar-benar direncanakan dan diimplementasikan secara terencana dan
sistematis.

6
Penutup

SETIAP WARGA NEGARA BERHAK DAN WAJIB IKUT SERTA


DALAM USAHA PEMBELAAN NEGARA YANG DILAKSANAKAN
DENGAN PENUH KESADARAN DAN TANGGUNG JAWAB, KERELAAN
BERJUANG DAN BERKORBAN DALAM PENGABDIAN KEPADA
BANGSA DAN NEGARA.
PERTAHANAN NEGARA DISELENGGARAKAN OLEH
PEMERINTAH DAN DIPERSIAPKAN SECARA DINI DENGAN SISTEM
PERTAHANAN. SISTEM PERTAHANAN NEGARA DALAM
MENGHADAPI ANCAMAN MILITER MENEMPATKAN TENTARA
NASIOANL INDONESIA SEBAGAI KOMPONEN UTAMA DENGAN
DIDUKUNG OLEH KOMPONEN CADANGAN DAN KOMPONEN
PENDUKUNG.
EKSISTENSI RESIMEN MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI
TERGANTUNG REKTOR MASING-MASING, SEBAGAI RAKYAT
TERLATIH RESIMEN MAHASISWA DALAM SISHANKAMNEG
MERUPAKAN KOMPONEN CADANGAN NASIONAL YANG SIAP
DIMOBILISASI KEPANPUN DAN DIMANAPUN APABILA NEGARA
MEMBUTUHKAN.

7
Sumber Pustaka
Muhaimin, Yahya. 1997. Pokok-pokok Pikiran Partisipasi Warga Negara dalam
Pertahanan dan Keamanan. Jurnal Ketahanan Nasional No. II (1) April
1997.
Lemhannas. 1996. Pembinaan Kesadaran Bela Negara dalam Rangka
Meningkatkan Etika dan Moralitas Kesadaran Bela Negara. KRA XXIX.
Jakarta.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Bakornas Menwa. 2002. Pedoman Resimen Mahasiswa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai