Efek kapasitansi yang besar yang disebabkan oleh panjangnya saluran
transmisi menyebabkan terjadinya tegangan lebih (overvoltage) yang dapat terjadi apabila terjadi perubahan pola aliran daya pada sistem interkoneksi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar. Perubahan pola aliran daya ini antara lain dapat disebabkan oleh permasalahan perubahan konfigurasi jaringan (kontigensi). Untuk mengatasi kemungkinan overvoltage ini diperlukan peralatan kompensasi yang dapat mengontrol tegangan. Pada penelitian ini dilakukan suatu studi pemasangan Thyristor Controlled Reactor (TCR) pada sistem interkoneksi Sulseltrabar untuk kondisi pelepasan saluran. Kondisi pelepasan saluran sebagai simulasi permasalahan kontigensi. Penentuan letak pemasangan TCR memanfaatkan metode Continuation Power Flow (CPF) untuk menentukan bus paling tidak stabil pada sistem interkoneksi Sulseltrabar. Simulasi pelepasan saluran dan pemasangan TCR menggunakan software PSAT. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi overvoltage paling berbahaya terjadi apabila saluran Jeneponto-Tallasa lepas dengan tegangan sebesar 1.0625 p.u pada bus Bone, 1.0785 p.u pada bus Sinjai, 1.0869 p.u pada bus Bulukumba, dan 1.0883 p.u pada bus Jeneponto. Penggunaan metode CPF diperoleh bus Bone bus paling tidak stabil dengan drop tegangan mencapai 0.625 p.u pada loading parameter sebesar 3.0 p.u sehingga TCR ideal dipasang di Bone. Setelah TCR dipasang di Bone diperoleh tegangan bus Bone sebesar 1 p.u, Sinjai sebesar 1.0147 p.u, Bulukumba sebesar 1.0226 p.u, dan Jeneponto sebesar 1.0239 p.u.