Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman dahulu orang menentukan kecepatan dan arah angin secara
manual tapi seiring degan perkembangan zaman orang hanya memanfaatkan
teknologi-teknologi untuk menentukan kecepatan dan arah angin. Angin
merupakan salah satu bentuk energi yang bersifat ramah lingkungan dan relatif
mudah didapat. Manusia akan terus berupaya untuk menghasilkan teknologi-
teknologi terbaru untuk semakin mempermudah kegiatan hidupnya. Salah satu
hasil teknologi yang populer dan sangat membantu kehidupan manusia dalam
mengukur kecepatan angin adalah anemometer.
Lajunya kecepatan angin ini dapat menyebabkan tingkat kesehatan
masyarakat menurun terlebih anak-anak dan balita yang masih rentan terhadap
penyakit. Oleh karena itu, dengan melakukan pengukuran kecepatan angin ini
dapat diketahui bagaimana kekutan angin dalam membawa mikroba tersebut.
1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui cara kerja anemometer dalam mengukur kecepatan angin
2. untuk mengetahui arah dan kecepatan angin terhadap lingkungan khususnya
penyebaran penyakit.
1.3 Manfaat
1. dapat mengetahui mengetahui cara kerja anemometer dalam mengukur
kecepatan angin
2. dapat mengetahui arah dan kecepatan angin terhadap lingkungan khususnya
penyebaran penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara
dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat
yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu atau temperatur
rendah ke wilayah yang lebih tinggi (Anonim, 2008).
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah
yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi
serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga
menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain (Anonim, 2008).
Yang dimaksud dengan arah angin adalah arah dari mana tiupan angin
berasal. Menurut seorang ahli meteorologi bangsa Belanda yang bernama Buys
Ballot mengemukakan hukumnya yang berbunyi: Udara mengalir dari daerah
maksimum ke daerah minimum. Pada belahan utara bumi, udara/angin berkelok
ke kanan dan di belahan selatan berkelok ke kiri. Pembelokan arah angin terjadi
karena adanya rotasi bumi dari barat ke timur dan karena bumi bulat. Dalam
mempelajari cuaca, diantaranya perlu mengetahui arah angin. Arah angin dapat
diketahui melalui arah baling-baling angin (Sarjani, 1999).
Kekuatan angin ditentukan oleh kecepatannya, makin cepat angin bertiup maka
makin tinggi/besar kekuatannya. Pada tahun 1804 Beaufort seorang Laksamana
Inggris telah membuat daftar kekuatan dan kecepatan angin yang digunakannya
untuk pelayaran. Daftar tersebut kini masih tetap digunakan secara
internasional. Untuk lebih jelasnya silakan Anda perhatikan tabel berikut ini
(sarjani, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin, antara lain:
 Besar kecilnya gradien barometrik.
Gradien Barometrik, yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan
udara melalui dua garis isobar pada garis lurus, dihitung untuk tiap-tiap 111 km
(jarak 111 km di equator 1( atau 1/360 x 40.000 km = 111 km). Menurut hukum
Stevenson bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gxradien
barometriknya. Semakin besar gradien barometriknya, semakin besar pula
kecepatannya.
 Relief Permukaan Bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada
rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dana
rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya.
 Ada Tidaknya Tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan
sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali member hambatan
pada kecepatan angin.
 Tinggi dari Permukaan Tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan
karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas
permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan (Sarjani, 1999).

2.2 Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan
kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala
Beaufort). Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin
meniup mangkok-mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya
piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat
diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang
akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat,
kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. (shafiyyah, 2009)
Anemometer banak sekali jenisnya, diantaranya adalah anemometer
dengan propeler, anemometer digital, dan anemometer high range and low range.
Semua fungsi anemometer tersebut sama, yaitu untuk mengukur kecepatan angin.
Perbedaannya terletak pada prinsip dan cara penggunaannya. Berikut cara
penggunaan anemometer :
1. tentukan arah angin dan hadapkan anemometer ke arah yang berlawanan
dengan arah angin.
2. Nyalakn anemometer dengan cara menekan tombol power.
3. Layar tampilan (display) menghadap kearahmu dan angin akan datang dari
arah belakang layar tampilan.
4. Perhatikan angka yang menunjukan kecepatan angin pada layar tampilan.
5. Apabila angka kecepatan angin telah konstan tekan tombol hold. Catat
hasilnya.

2.3 pengaruh angin terhadap peyebaran penyakit


Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung
mikroorganisme. Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan
ganggang, virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara
tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang
mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan
mikroba akan mati. Udara  terutama merupakan media penyebaran bagi
mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam
dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan (agus krisno,
2011).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan
yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C sampai
49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza,
polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-
24° C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup
mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih
tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh
angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang
tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi (agus krisno, 2011).

BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 februari 2011 pukul
10:20 WITA, bertempat di lingkungan kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Mulawarman tepatnya di jogging track.

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat-Alat
- Anemometer Lutron AM-4200
- Kompas
- Benang
- Jam tangan
- Alat tulis
- kalkulator

3.3 Cara Kerja


1. pilih tempat yang akan diukur kecepatan anginnya.
2. tentukan arah angin secara sederhana dengan menggunakan benang.
3. anemometer dinyalakan dengan menekan tombol power.
4. satuan angin dipilih di sesuai dengan keadaan angin yang akan di ukur.
5. anemometer diarahkan secara berlawanan dengan angin.
6. Perhatikan angka yang menunjukan kecepatan angin pada layar tampilan,
dihiitung sebanyak 10 kali dengan interval 5 detik, cata hasilnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan diatas, dperoleh hasil sebagai berikut :
Pengukura
Selang Kecepatan
n
waktu Angin
Ke- (secon) (m/s)

1 5 0,2
2 10 0,6
3 15 0,7
4 20 0,6
5 25 0,6
6 30 0,6
7 35 0,9
8 40 1,0
9 45 0,8
10 50 0,7
Hasil pengukuran di atas kemudian dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rumus

Rata−rata kecepatanangin=
Total kecepatan angin ( ms )
Frekuensi pengukuran
= 1.0+ 0,6+0,7+0,6+0,6+0.6+0.9+1,0+0,8+0,7

10

= 0.76

Jadi rata-rata kecepatan angin di lokasi percobaan adalah 0.76 m/s

4.2 Pembahasan

Dari percobaan yang telah kami lakukan di jogging track yang terletak di
depan kampus FKM Unmul diperoleh hasil pengukuran kecepatan angin denngan
pencatatan sebanyak 10 kali dengan interval 5 detik yaitu sebesar o,67 m/s.
dalam melakukan penhitungan kecepatan angin ini terdapat beberapa
pengahalang seperti adanya pepohonan dan tempat pengukuran yang terletak di
depan gedung kampus. Pada percobaan tersebut arah angin bergerak dari arah ?
ke arah ?.
berdasarkan dengan skala beaufort, keceptan angin 0,6 m/s termasuk angin
sepoi-sepoi tersebut maka dapat diperkirakan bahwa jika terjadi penyebaran
penyakit dari satu daerah ke daerah yang lain, bibit penyakit atau polutan yang
mungkin terbawa oleh pergerakan udara tersebut menyebabkan bibit atau polutan
tersebut dapat terakumulasi di hampir semua daerah yang dilewati oleh angin
tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh penahan angin di arah barat berupa gedung
dan pagar pembatas berupa seng sehingga angin menjadi lambat dan dispersi
polutan terganggu. Adapun bahan-bahan polutan yang mungkin terbawa oleh
angin dapat berupa partikel-partikel debu, asbes, debu semen, dan partikel-
partikel lainnya yang berasal dari kegiatan pembangunan gedung disekitar lokasi
percobaan.

dengan kondisi yang cukup cerah pada saat percobaan tersebut dilakukan,
menyebabkan suhu di daerah tersebut cukup tinggi. Hal ini akan mempengaruhi
kekuatan dan arah pergerakan angin tersebut yaitu bergerak dari suhu yang rendah
kearah suhu yang tinggi. dimana suhu rendah dapat menyebabkan efek korosif pada
bahan pencemar. Sedangkan di sisi lain suhu yang tinggi dapat menjadi katalisator
untuk mempercepat reaksi kimia perubahan suatu polutan di udara. Suhu yang tinggi
menyebabkan bahan pencemar dalam udara berbentuk partikel menjadi kecil dan
ringan sehingga bertahan lebih lama di udara. Secara tidak langsung hal ini akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat di daerah tersebut terutama penyakit yang
berhungan dengan penyakit infeksi saluran pernafasan. (disesuaikan

BAB V
PENUTUP
3.1 Simpulan
 Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa arah angin di depan
perpustakaan berasal dari arah selatan dengan rata-rata kecepatan angin 0.76 m/s
yang dipengaruhi karena adanya gedung dan pohon-pohon yang menghalangi
kecepatan angin, sehingga berdasarkan skala beaufort jenis angin tersebut termasuk
angin sepoi-sepoi.
3.2 Saran
Saran yang dpat diberikan pada praktikum yang telah dilakukan yaitu sebelum
melakukan pengukuran sebaiknya menentukan tempat yang tepat atau mewakili
karakteristik angin di wilayah tersebut sebagai sampel sehingga hasil pengukuran dapat
dipergunakan untuk mengetahui arah penyebaran penyakit karena angin juga
berpengaruh terhadap peningkatan temperatur udara yang mengakibatkan semakin
banyaknya volume genangan air. Hal ini dikarenakan semakin cepat pergerakkan angin
maka uap air cepat terkumpul pada atmosfer sering terjadinya hujan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arisworo, djoko. 2004. IPA Terpadu (Biologi, Kimia, Fisika). Jakarta : PT
Grafindo Media Pratama
2. Krisno. 2011. Alam sebagai penyebaran penyakit.
aguskrisnoblog.wordpress.com. diakses tanggal 16 feb 2011.
3. anonim. 2008. Definisi/Pengertian Angin Dan Teori Proses Terjadinya Angin -
Ilmu Pengetahuan Alam. Organisasi.org. diakses tanggal 16 feb 2011.
4. Shafiyyah. 2009. JENIS, FUNGSI DAN KALIBRASI ALAT UKUR DI LAB. KONVERSI

ENERGI TEKNIK MESIN UNS. shafiyyah.blog.uns.ac.id. diakses tanggal 16 feb


2011.
5. Sarjani.1999.Modul cuaca dan Iklim. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai