Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai

landasan hukum Indonesia merupakan hal pokok sebagai wujud pelaksanaan

peraturan-peraturan yang berlaku hingga saat ini. Namun, apakah wujud dari

pelaksanaan tersebut telah dihasilkan oleh pemerintah? Dengan latar

belakang tersebut, penulis mencoba untuk mengamati undang-undang

pelaksana dari UUD tahun 1945.

B. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum

Keuangan Negara, mencari undang-undang pelaksana UUD tahun 1945, dan

memahami pentingnya undang-undang tersebut sebagai aturan formal yang

wajib ditaati oleh setiap warga Negara Indonesia.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penulisan karya ilmiah ini adalah aturan-aturan

hukum Negara Republik Indonesia.

D. Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan sumber

data karya ilmiah ini antara lain:

1
i. Studi pustaka

E. Hipotesis

Penulis berasumsi bahwa masih terdapat hukum-hukum yang belum

dibuat oleh pemerintah, dikarenakan pemerintah yang masih mencari formula

yang tepat dengan keadaan saat ini serta pembahasan yang belum mencapai

kesepakatan dengan DPR.

F. Kesistematikaan Penulisan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan

C. Ruang Lingkup Masalah

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

E. Hipotesis

BAB II SUMBER DATA

BAB III ANALISIS DATA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

2
BAB II

SUMBER DATA

Bab ini berisi sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam

mencari undang-undang pelaksana UUD tahun 1945. Sumber-sumber data yang

digunakan dalam mencari undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:

a. www.dpr.go.id

b. www.google.co.id

3
BAB III
ANALISA UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-
UNDANG DASAR TAHUN 1945

BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar. ***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.***)

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat , dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.****)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di Ibu Kota Negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan
suara yang terbanyak.

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –


Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perakilan
Rakyat Daerah sebagai pengganti atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

4
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sebelumnya

Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-undang Dasar. ***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.***/ ****)
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar.***/****)

BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden.

Undang – undang yang dimaksud adalah UU no 42 tahun 2008 tentang


Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang terdiri atas 21 Bab dan 262 pasal
(termasuk ketentuan peralihan dan ketentuan penutup)
UU no 42 th 2008 ini sendiri merupakan perubahan dari UU no 23 tahun 2003
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang sudah tidak sesuai
dengan perkembangan demokrasi dan dinamika masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga Undang-Undang tersebut perlu diganti.
Syarat menjadi Presiden dan Wakil Presiden (Bab III pasal 5) :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kemuannya sendiri
c. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak
pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya

5
d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan keajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden
e. Bertempat tinggal di wilayah NKRI
f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara
g. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara
h. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
i. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
j. Terdaftar sebagai pemilih
k. Memiliki NPWP dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak
selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan
Wajib Pajak Orang Pribadi.

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya.

Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.***)
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.***

Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah:


 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

6
 Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;
 tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan
tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya;
 mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
 bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;
 tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan
dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya
yang merugikan keuangan negara;
 tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;
 tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
 terdaftar sebagai Pemilih;
 memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 tahun
terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;
 belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;
 setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945;
 tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
tahun atau lebih;
 berusia sekurang-kurangnya 35 tahun;
 berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat;

7
 bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis
Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang
terlibat langsung dalam G.30.S/PKI; dan
 memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan
pemerintahan negara Republik Indonesia.
 Pejabat negara yang dicalonkan oleh harus mengundurkan diri
dari jabatannya. Jika yang dicalonkan adalah gubernur, wakil
gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, atau wakil walikota, ia
harus meminta izin kepada Presiden.
Bakal Pasangan Calon didaftarkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai
Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit
20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh
lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelumnya.
Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan dalam satu pasangan

Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat. ***)
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.***)
(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara
lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum
dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden.***)
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung
dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.****)
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih
lanjut diatur dalam undang-undang.***)

8
Undang – undang yang dimaksud dalam pasal 6A(5) tersebut merupakan
UU no 42 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Berdasarkan UU ini dapat disimpulkan:
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pemilihan umum untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Penyelenggara pemilu ini adalah KPU (Komisi Pemilihan Umum)
merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri
Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agamanya di
hadapan MPR tepat pada berakirnya masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.

Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan.*)

Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;
dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

9
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat.***)
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam
sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan
seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu
diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan
sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** )
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk
memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga
puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul
tersebut. ***)
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat.***)

10
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat.*** )
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh
Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon
yang diusulkan oleh Presiden.*** )
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-
sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan
wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****)

Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai
berikut :
Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :
“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

11
Janji Presiden (Wakil Presiden) :
“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban
Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan
sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang teguh Undang-Undang
Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat


tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan
oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*)

Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara.

Dalam pasal diatas dijelaskan bahwa presiden merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi dalam militer indonesia. Dan sebagai implementasi atas
pasal diatas maka dibuatlah sebuah undang-undang yang mengatur lebih lanjut
mengenai hal tersebut yang terwujud sebagai Undang-Undang No.3 Tahun 2002
Tentang Pertahanan Negara.
Dengan jelas di sebutkan dalam pasal 13 bahwa Presiden berwenang
dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pertahanan negara. Dan
yang menjadi bagian dari pertahanan negara adalah TNI (pasal 10 ayat (1)) dan
kemudian lebih lanjut disebutkan bagian dari Tentara Nasional Indonesia adalah
angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara (pasal 10 ayat (2)).

Bukti bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas militer


indonesia juga tertera pada pasal 14, 15, dan 17. Yang menyatakan bahwa
presiden bertanggung jawab atas pertahanan nasional, memiliki hak untuk
mengerahkan Tentara Nasional Indonesia dan berhak mengangkat panglima dan
kepala staf angkatan TNI atas persetujuan DPR.

12
Pasal 11

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan


perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.

Undang undang yang dimaksud dalam pasal 3 sebagai ketentuan lebih


lanjut adalah Undang-undang No. 24 tahun 2000 yang mengatur tentang
perjanjian internasional. Didalam undang-undang ini tertulis dengan jelas tentang
pengertian dan tata cara melakukan perjanjian dan berbagai macam perjanjian
yang bisa dilakukan secara internasional oleh pemerintah negara Indonesia.
Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap penjajakan,
perundingan, perumusan naskah, penerimaan dan penandatanganan.
Seseorang yang mewakili Indonesia dengan tujuan menerima atau
menandatangani naskah suatu perjanjian atau mengikatkan diri pada suatu
perjanjian internasional diberikan Surat Kuasa, kecuali Presiden dan Menteri.
Sedangkan orang atau beberapa orang yang menghadiri, merundingkan,
dan/atau menerima hasil akhir suatu pertemuan internasional memerlukan Surat
Kepercayaan. Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan UU apabila
berkenaan dengan:
a. masalah politik, perdamaian, pertahanan dan keamanan negara
b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah Negara RI
c. kedaulatan atau hak berdaulat Negara
d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup
e. pembentukan kaidah hukum baru

13
f. pinjaman/hibah luar negeri
Menteri bertanggungjawab menyimpan dan memelihara naskah asli
perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia serta
menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkannya dalam himpunan penjanjian
internasional. Salinan naskah resmi setiap perjanjian internasional disampaikan
kepada lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non
departemen pemrakarsa. Menteri memberitahukan dan menyampaikan salinan
naskah resmi suatu perjanjianinternasional yang telah dibuat oleh Pemerintah
Republik Indonesia kepada sekretariat organisasi internasional yang di dalamnya
Pemerintah Republik Indonesiamenjadi anggota.
Pengakhiran perjanjian Internasional :
a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjjian
b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai
c. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan
perjanjian
d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan
perjanjian
e. dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama
f. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional
g. objek perjanjian hilang
h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional
Dan juga pada Undang-undang No. 37 tahun 1999, yang berisikan
tentang hubungan internasional. Terutama pada pasal 13, 14 dan 15 tentang
pembuatan dan pengesahan Perjanjian internasional dan pengertian perjanjian
internasional (pasal 1 ayat (3)). Dan juga pada UU nomor 22 tahun 2003 tentang
tugas DPR.
Sedangkan dalam hal pembuatan pernyataan yang mengenai keamanan
dan pertahanan nasional seperti yang disebutkan dalam pasal (1) diatas, maka
diperlukan persetujuan dari DPR seperti yang disebutkan dalam Undang-undang
no. 24 tahun 2000 yang berbunyi : “Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan salinan setiap keputusan presiden yang mengesahkan suatu
perjanjian internasional kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dievaluasi”
(Pasal 11 ayat (2)) dan untuk membuat pernyataan yang berkenaan dengan

14
masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara, maka
dipengesahannya di lakukan dengan undang-undang (pasal 10).
Dan sebagai penjelasan ayat (2) pasal 11 ini, disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 22 tahun 2003 yang secara tegas mengatakan bahwa DPR
memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau
pembentukan undang-undang (pasal 26 pasal (1) huruf (n))

Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan
bahaya ditetapkan dengan undang-undang

Dalam keadaan tertentu yang cukup mendesak dan menghawatirkan,


seorang presiden memiliki hak untuk menyatakan suatu keadaan adalah
keadaan yang berbahaya dengan menggunakan syarat-syarat yang menjadikan
suatu keadaan itu bisa disebut berbahaya. Dan akibat dari kejadian tersebut bagi
negara. Dan kesemuanya itu berada pada Undang-undang no. 6 tahun 1946
tentang keadaan bahaya yang secara khusus menjelaskan tentang pasal 12
UUD 45 ini.
Dalam UU tersebut secara jelas disebutkan bahwa Presiden dapat
menyatakan seluruh atau sebagian dari daerah Negara Republik Indonesia
berada dalam keadaan bahaya (pasal 1 ayat (1)) dan yang dimaksud keadaan
berbahaya adalah diantaranya serangan, bahaya serangan, pemberontakan atau
perusuhan, hingga dikhawatirkan pemerintah sipil tidak sanggup menjalankan
pekerjaannya, dan bencana alam (Pasal 1 ayat (2)) dan disahkan dengan
undang-undang (pasal 2 ayat (1)) dan harus mendapatkan pengesahan oleh
Dewan perwakilan rakyat (pasal 2 ayat (2)).
Dan dalam undang-undang ini ada satu pasal yang jarang kita temukan di
dalam undang-undang lain, yaitu adanya pasal yang menyatakan bahwa
undang-undang itu disebut "Undang-undang keadaan bahaya" (pasal 28 ayat (1))
dan mulai berlaku sejak tanggal pengumumannya (pasal 28 ayat (2)) yang

15
berlaku sejak tanggal 6 Juni 1946 dan disahkan oleh presiden pertama kita, Ir.
Soekarno. Sebuah undang-undang yang cukup tua dan hingga kini masih
berlaku di Indonesia tidak seperti yang lainnya yang sudah diganti dan diubah
sekian kalinya.

Pasal 13
1. Presiden mengangkat duta dan konsul
2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Di dalam ayat (1) diatas yang menyebutkan bahwa presiden mengangkat


duta dan konsul, dapat kita temukan juga di dalam Undang-Undang nomor 37
tahun 1999 pasal 29 ayat (1) disebutkan juga bahwa dapat presiden dapat
mengangkat dan memberhentikan duta. Dan pada ayat (2) dan ayat (3)
disebutkan beberapa hal tentang duta dan konsul secara garis besar, yaitu masa
kerja dan fungsi duta.
Untuk keterlibatan DPR dalam pengangkatan Duta juga kembali
ditegaskan dalam Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 pasal 71 (l) yang
berbunyi, “memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat
duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain”

Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah agung
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan,


pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang
diberikan oleh Presiden sebagai mana disebutkan dalam pasal 1 ayat (1)

16
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang grasi. Dan mahkamah agung
sebagai pemberi pertimbangan tercantum dalam pasal 4 ayat (1) dan pasal 11
ayat (2) dan tentang bagaimana grasi dapat diberikan atau di minta oleh dan
kepada presiden, diatur juga didalam undang-undang nomor 22 tahun 2002 ini.
Kemudian tentang amnesti dan abolisi, lebih lanjut dijelaskan dengan
undang-undang darurat nomor 11 tahun 1954, tentang pemberian amnesti dan
abolisi akan tetapi undang-undang ini bersifat mendesak dan darurat sehingga isi
dan keterangan yang tersedia hanya lah sebatas tentang syarat dan cara
melakukan dan memberikan abolisi maupun amnesti. Sedangkan keterlibatan
DPR dalam pemberian amnesti dan abolisi, kembali ditegaskan dalam tugas dan
wewenang DPR pada Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 pasal 71 (k) yaitu
memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan
abolisi.

Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang

Dalam hal pemberian gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan, secara
khusus telah diatur dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2009. Sedangkan
yang dinamakan Gelar adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden
kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan,
pengabdian, darmabakti, dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan negara
(pasal 1 ayat (1)), Tanda Jasa adalah penghargaan negara yang diberikan
Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam
mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar
bagi bangsa dan negara (pasal 1 ayat (2)) dan juga pengertian-pengertian lain
yang berhubungan dalam hal ini dijelaskan dalam pasal 1.
Kemudian untuk bisa diberikan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan
haruslah memenuhi syarat umum dan khusus (pasal 24) baru kemudian setelah
syaratnya terpenuhi, bisa diberikan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan.

17
Setelah mendapatkan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan,
seseorang kemudian dianugerahi hak dan dibebani kewajiban khusus (pasal 33)
yang harus dipenuhi. Dan apabila terjadi hal-hal tertentu yang menyebabkan
gelar tersebut untuk dicabut semisal usulan dari seseorang atau badan dan
lainnya (pasal 36) bisa dilakukan pencabutan (pasal 35)

Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
undang-undang

Dewan pertimbangan presiden diatur lebih lanjut dalam undang-undang


nomor 19 tahun 2006. Dewan Pertimbangan Presiden adalah lembaga
pemerintah yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
Presiden (pasal 1 ayat (1)), berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden (pasal 2) dengan cara memberikan nasihat dan
pertimbangan yang terkait dengan pelaksanaan kekuasaan pemerintahan negara
(pasal 5).
Presiden adalah pihak yang berwenang mengangkat 8 anggota dewan
perwakilan(pasal 7) yang telah memenuhi syarat sebagaimana telah disebutkan
pada pasal 8 dan masa jabatannya berakhir sesuai dengan masa jabatan
presiden (Pasal 10) dan didalamnya juga disebutkan bahwa dewan
pertimbangan dilarang merangkap jabatan dalam negara maupun partai politik
tertentu sesuai yang disebutkan dalam pasal 12.

18
BAB V
KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara
diatur dalam undang-undang.***)

Undang-Undang Kementerian Negara (secara resmi bernama Undang-


Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara) adalah undang-
undang yang mengatur tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan
organisasi, pembentukan, pengubahan, menggabungkan, memisahkan dan/atau
mengganti, pembubaran/menghapus kementerian, hubungan fungsional
kementerian dengan lembaga pemerintah, non kementerian dan pemerintah
daerah serta pengangkatan dan pemberhentian menteri atau menteri kordinasi
berisi penataan kembali keseluruhan kelembagaan pemerintahan sesuai dengan
nomenklatur seperti departemen, kementerian negara, lembaga pemerintah
nonkementerian, maupun instansi pemerintahan lain, termasuk lembaga
nonstruktural.
Dalam Undang-Undang tentang Kementerian Negara mengatur sbb:
* "Kementerian" merupakan perangkat pemerintah yang membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan
* "Menteri" merupakan pembantu Presiden yang memimpin Kementerian
* "Urusan Pemerintahan" merupakan setiap urusan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
* "Pembentukan Kementerian" dilakukan dengan nomenklatur tertentu setelah
Presiden mengucapkan sumpah/janji
* "Pengubahan Kementerian" adalah pengubahan nomenklatur Kementerian
dengan cara menggabungkan, memisahkan dengan menggantikan nomenklatur
Kementerian yang sudah terbentuk.

19
* "Pembubaran Kementerian" merupakan menghapus Kementerian yang
sudah terbentuk

BAB VI
PEMERINTAH DAERAH
Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.**)
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.** )
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.**)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintahan Pusat.**)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.** )
(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.** )

Sedangkan undang-undang yang menjelaskan pasal 18 diatas adalah UU


No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tantang pelaksanaan otonomi
dan pembagian kekuasaan secara gamblang sudah dilaksanakan dengan baik
dan di implementasikan dalam undang-undang tersebut.

20
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.**)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
undang-undang.** )

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
adalah undang-undang yang menjelaskan tentang pasal 18 a diatas. Penjabaran
dari UU Nomor 33 Tahun 2004 dituangkan ke dalam :
1. PP Nomor 54 Tahun 2005, tentang Pinjaman Daerah
2. PP Nomor 55 Tahun 2005, tentang Dana Perimbangan
3. PP Nomor 56 Tahun 2005, tentang Sistem Informasi
4. PP Nomor 57 Tahun 2005, tentang Hibah Kepada Daerah
5. PP Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang.**)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )

21
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum.**)
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.**)
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.** )

Dalam ayat ini , undang – undang yang dimaksud adalah UU Nomor 27


Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat daerah.
Mengenai Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Pasal 67
Undang-Undang No 27 Tahun 2009. Anggota DPR yang terpilih sebelumnya
berasal dari anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih langsung
oleh masyarakat melalui prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan. Anggota
tersebut sebelumnya sudah disetujui oleh partai politik untuk melangkah maju
dalam pemilihan umum. Tidak semua anggota partai politik dapat menjadi calon
anggota DPR, hanya mereka-mereka saja, yang telah lulus persyaratan yang
ditetapkan partai politik itu sendiri yang bisa maju dalam bursa pencalonan
anggota DPR.

Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.*)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.* )
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.* )
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan

22
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.**)

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 4 tersebut


merupakan UU No 27 Tahun 2009 Pasal 71 mengenai Tugas & Wewenang
Dewan Perwakilan Rakyat.
DPR sebagai lembaga legislatif negara mempunyai tugas membentuk
undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama dan juga berhak untuk memberi persetujuan atau menolak terhadap
peraturan pemerintah pengganti yang diajukan Presiden untuk menjadi undang-
undang.

Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan.** )
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-
pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat
mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat.**)
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,
setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.** )
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak
anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.** )

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 20A ayat 4 tersebut


merupakan UU No 27 Tahun 2009 Pasal 77 mengenai Hak Dewan Perwakilan
Rakyat dan Pasal 78 mengenai Hak Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam Pasal 77 ini dijelaskan hak-hak DPR yang berkedudukan sebagai
lembaga negara, antara lain:
a. Interpelasi;
b. Angket; dan
c. Menyatakan pendapat.

23
Hak anggota DPR dijelaskan juga dalam UU No.7 Tahun 2009, tepatnya
dalam Pasal 78. Adapun hak anggota DPR tersebut antara lain hak mengajukan
usul rancangan undang-undang, hak mengajukan pertanyaan, hak
menyampaikan usul dan pendapat, hak memilih dan dipilih, hak membela diri,
hak imunitas, hak protokoler, dan hak keuangan dan administratif.

Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undang-undang.*)

Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.

Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang.**)
Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 22B tersebut merupakan
UU No 27 Tahun 2009 Pasal 142 – Pasal 148 mengenai Tata Cara
Pembentukan Undang-undang.
DPD juga menyampaikan rancangan undang-undang beserta penjelasan
atau keterangan dan/atau naskah akademik secara tertulis oleh pimpinan DPD
kepada pimpinan DPR. Penyebarluasan rancangan undang-undang ini
dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPD.
Dalam pengesahan undang-undang, ada 3 lembaga ikut campur tangan,
yakni Presiden, DPR, dan DPD. Setiap 3 lembaga ini mengeluarkan rancangan
undang-undang yang disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah

24
akademik. Usulan Rancangan Undang-Undang dapat diajukan oleh anggota
DPR, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi. Usulan tersebut kemudian
disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPR disertai dengan nama dan
tanda tangan pengusul.

Pasal 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.**)

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 22B tersebut merupakan


UU No 27 Tahun 2009 Pasal 213 mengenai Pemberhentian antarwaktu anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan Pasal 214 dan Pasal 215 mengenai Tata Cara
Pemberhentian antarwaktu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
DPR dapat diberhentikan antarwaktu karena meninggal dunia,
mengundurkan diri, atau diberhentikan. Dalam Pasal 214 dan 215 juga dijelaskan
mengenai tata cara pemberhentian anggota DPR.

BAB  VIII
HAL  KEUANGAN
Pasal  23

1. Anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara  sebagai  wujud  dari 


pengelolaan  keuangan  negara  ditetapkan  setiap  tahun  dengan 
undangundang  dan  dilaksanakan  secara  terbuka  dan  bertanggung 
jawab  untuk  sebesarbesarnya  kemakmuran  rakyat.  ***) 
2. Rancangan  undangundang  anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara 

diajukan  oleh  Presiden  untuk  dibahas  bersama  Dewan  Perwakilan 


Rakyat  dengan  memperhatikan  pertimbangan  Dewan  Perwakilan 
Daerah.  ***)
3. Apabila  Dewan  Perwakilan  Rakyat  tidak  menyetujui  rancangan 
anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara  yang  diusulkan  oleh 
Presiden,  Pemerintah menjalankan  Anggaran  Pendapatan  dan 
Belanja  Negara  tahun  yang  lalu.  ***) 

25
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.***)

Undang – undang yang dimaksud dalam Pasal 23A UUD 195 ini adalah
Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU NO. 28
Tahun 2007, Undang – Undang Pajak Penghasilan UU. No. 36 Tahun 2008,
Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah UU. No. 42 Tahun 2009, Undang – Undang Penagihan Pajak dengan
Surat UU. No. 19 Tahun 2000, Undang – Undang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan UU. No. 20 Tahun 2000, Undang – Undang Pajak Bumi
dan Bangunan UU. No. 12 Tahun 1994, dan Undang – Undang Bea Materai (UU.
No. 13 tahun 1985)

Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***

Undang-undang yang dimaksudkan dalam pasal diatas adalah undang-


undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara. Dan Keuangan Negara
sendiri adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut (pasal 1 ayat (1))
Dan keuangan yang dimaksud adalah hak negara untuk memungut
pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman,
kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga, Penerimaan Negara, Pengeluaran
Negara, Penerimaan Daerah, Pengeluaran Daerah, dan kekayaan
negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah (pasal 2)

26
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-
undang.***
Bank sentral yang dimaksudkan dalam pasal diatas, secara lebih
mendetail dijelaskan pada UU nomor 3 tahun 2004 tentang bank Indonesia.
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah
dan/atau pihak lain, dan berdasarkan undang-undang. (pasal 1) dan didalamnya
juga dengan jelas disebutkan fungsi, jenis dan cara kerja dalam regulasi bank
sentral didalam setiap pasalnya.

BAB VIIIA ***)


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.*** )
2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.*** )

Badan pemeriksa keuangan secara lebih lanjut dijelaskan dalam UU


nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab
Keuangan Negara. pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara (pasal 1). Sedangkan BPK melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal 2 ayat (2)).

27
Pasal 23F
1. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
dan diresmikan oleh Presiden.***)
2. Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )

Pasal 23G
1. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.*** )
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.***)

Dalam UU nomor 15 tahun 2006 - BPK pasal1 ayat (1) : Badan


Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara
yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dan dalam undang-undang inilah BPK diatur mulai dari
keanggotaan hingga tugas dan fungsi masing-masing.

28
BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
1.` Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.***)
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.** **)

Di Indonesia yang menjadi dasar sistem peradilan pidana adalah


Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 atau KUHAP. Tugas dan wewenang masing-
masing komponen (Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga
Pemasyarakatan, termasuk Advokat) dalam sistem peradilan pidana tersebut
dimulai dari penyidikan hingga pelaksanaan hukuman menurut KUHAP sebagai
berikut:
a. Kepolisian
Kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI. Sesuai Pasal 13
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tersebut kepolisian mempunyai tugas pokok
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
b. Kejaksaan 
Penegasan mengenai badan-badan peradilan lain seperti kejaksaan
diperjelas dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi : “Badan-badan lain yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan badan-badan lain diatur dalam
undang-undang.”

29
c. Pengadilan 
Keberadaan lembaga pengadilan sebagai subsistem peradilan pidana
diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Pasal 1 Undang-undang tersebut memberi definisi tentang kekuasaan kehakiman
sebagai berikut:
“Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum Republik
Indonesia.”
d. Lembaga Pemasyarakatan 
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan
bahwa Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
e. Advokat (Penasehat Hukum)
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tersebut, yang
menyatakan bahwa Advokat berstatus penegak hukum, bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24A
1. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.*** )
2. Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.***)
3. Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )

30
4. Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung.***)
5. Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung
serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.***)

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –


Undang NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH AGUNG. Mahkamah
Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan yang
berada di bawahnya yang melakukan pengawasan tertinggi terhadap badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara
Akan tetapi, Mahkamah Agung bukan satu-satunya lembaga yang
melakukan pengawasan karena ada pengawasan eksternal yang dilakukan oleh
Komisi Yudisial. Berdasarkan Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Komisi Yudisial berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan tentang pengawasan yang menjadi
kewenangan Mahkamah Agung dan pengawasan yang menjadi kewenangan
Komisi Yudisial. Pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung meliputi
pelaksanaan tugas yudisial, administrasi, dan keuangan, sedangkan
pengawasan yang menjadi kewenangan Komisi Yudisial adalah pengawasan
atas perilaku hakim, termasuk hakim agung. Dalam rangka pengawasan
diperlukan adanya kerja sama yang harmonis antara Mahkamah Agung dan
Komisi Yudisial.

Pasal 24 B
1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.***)
2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela.*** )

31
3. Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )
4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan
undang-undang.*** )

Dalam ayat 4 ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –


Undang NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL. Komisi
Yudisial erupakan lembaga negara yang bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Selain hal-hal yang ditentukan di
atas, dalam Undang-Undang ini diatur pula mengenai larangan merangkap
jabatan bagi Anggota Komisi Yudisial. Di samping itu diatur pula mengenai
panitia seleksi untuk mempersiapkan calon Anggota Komisi Yudisial, beserta
syarat dan tata caranya.

Pasal 24C***
1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan
tentang hasil pemilihan umum.*** )
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwaklian Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.*** )
3. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)
4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.***

32
5. Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,
serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.*** )
6. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-
undang.***)

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah UNDANG-


UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, di
samping Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berwenang
untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus perselisihan hasil pemilihan umum; dan
e. memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum

Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan
dengan undang-undang

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah UNDANG-


UNDANG NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN UMUM. Pasal 19
UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang pada pokoknya
menegaskan bahwa Hakim dan Hakim Konstitusi adalah pejabat negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang. Kemudian
Pasal 31 ayat 1 juga menyebutkan bahwa Hakim pengadilan di bawah

33
Mahkamah Agung merupakan pejabat negara yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman pada badan peradilan dibawah Mahkamah Agung. Hakim pengadilan
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sama dengan pejabat negara lainnya
yang membedakan adalah tata cara usulan dan pengangkatannya. Terkait
dengan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim berdasarkan
ketentuan Pasal 14 ayat 2 UU No.8 tahun 2004 tentang Peradilan Umum dan UU
No. 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.** )
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang.** )

Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa


Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia seperti yang
tersebutkan dalam UU nomor 23 tahun 2006 pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang menjadi penjelasan lebih lanjut
tentang kewarganegaraan terdiri atas delapan bab, dan 46 pasal yang meliputi:
1.Ketentuan umum Warga Negara Indonesia,
2.Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia,
3.Hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia,
4.Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia,
5.Ketentuan pidana,
6.Ketentuan peralihan, dan

34
7.Ketentuan penutup.

Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka


Umum adalah implementasi dari pasal 28 diatas. Kebebasan mengeluarkan
pendapat tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hak Asasi
Manusia yang dijamin oleh konstitusi negara dan Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia (Declaration of Human Rights).

BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.** )

Pasal 28 B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.** )
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )

Pasal 28C
1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.**)

35
Pasal 28D
1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum.**)
2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.**)
3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.**)
4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )

Pasal 28E
1. Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.** )
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.**)
3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.** )

Pasal 28G
1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)

36
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.** )

Pasal 28H
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.**)
2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.** )
3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.**)
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )

Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )
2. Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.**)
3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.**)
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.** )
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.**)

37
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.** )

Undang-undang yang dimaksud dalam ayat (5) pasal 28I ini adalah
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam
Undang-undang ini, pengaturan mengenai hak asasi manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Undang-undang ini mengatur mengenai
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri
yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi
tentang hak asasi manusia.

38
BAB XI
A G A M A
Pasal 29
1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan  tiaptiap penduduk untuk memeluk
agamanya masingmasing dan  untuk  beribadat  menurut  agamanya
dan kepercayaannya itu

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan Pasal


29 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 1/PNPS Tahun 1965.
Meskipun undang-undang ini telah lama dibuat dan belum diganti, eksistensi
keberadaan undang-undang ini sangat diperlukan untuk menjaga kerukunan
antar umat beragama di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ideologi bangsa
Indonesia, yaitu pancasila ayat satu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB XII
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA **)
Pasal 30
1. Tiaptiap warga  negara berhak dan  wajib ikut  serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. **)
2. Usaha pertahanan dan keamanan  negara  dilaksanakan  melalui 
sistempertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan  Kepolisian  Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai 
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. **)
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan  Udara sebagai alat  negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. **)
4. Kepolisian  Negara Republik Indonesia sebagai  alat negara yang
menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat  bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5. Susunan  dan  kedudukan  Tentara Nasional  Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan  kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian  Negara Republik  Indonesia di dalam

39
melaksanakan tugasnya, syaratsyarat keikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan  dan keamanan diatur dengan undangundang. **)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan


tentang pasal 30 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara. Dalam pasal 5 UUD Tahun 1945, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur
dalam pasal 9 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, yaitu
1. setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
2. keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib;
d. pengabdian sesuai dengan profesi.

BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN****)
Pasal 31
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. ****)
2. Setiap warga negara wajib mengikuti  pendidikan  dasar  dan 
pemerintah wajib membiayainya. ****)
3. Pemerintah  mengusahakan dan  menyelenggarakan  satu  sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan  dan  ketakwaan  serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur 
dengan undangundang. ****)
4. Negara memprioritaskan anggaran  pendidikan  sekurangkurangnya 
dua puluh persen  dari  anggaran pendapatan dan  belanja negara serta
dari anggaran  pendapatan  dan  belanja daerah untuk  memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. ****)

40
5. Pemerintah  memajukan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi 
dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan


tentang pasal 31 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003
menjelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Pasal 32
1. Negara memajukan kebudayaan  nasional  Indonesia  di  tengah
peradaban dunia dengan  menjamin  kebebasan masyarakat  dalam
memelihara dalam mengembangkan nilainilai budayanya. ****)
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional. ****)

Hasil analisa kami mengenai pasal 32 UUD Tahun 1945 tentang undang-undang
yang melaksanakan aturan tersebut belum tersedia hingga saat ini dikarenakan
pemerintah masih mencari formula yang tepat pada undang-undang ini.

41
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)
Pasal 33
1. Perekonomian  disusun sebagai  usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi  dan  air  dan  kekayaan alam yang terkandung di  dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan  berdasar  atas demokrasi 
ekonomi dengan  prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan  menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. ****)
5. Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan pasal  ini  diatur dalam
undangundang. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan


tentang pasal 33 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan Undang-undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam suatu bentuk perekonomian nasional,
perlu adanya badan-badan dan jenis-jenis usaha yang berkembang sehingga
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, dan kemandirian dapat terus menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Dengan menimbang bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah
satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi; bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan
penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat; bahwa pelaksanaan peran Badan Usaha Milik
Negara dalam perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat belum optimal; bahwa untuk mengoptimalkan peran Badan Usaha
Milik Negara, pengurusan dan pengawasannya harus dilakukan secara

42
profesional sehingga perlu adanya suatu langkah sistematis dan bersifat legal
untuk memajukan prinsip dari tujuan bernegara.
Diterangkan dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara bahwa
(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah
a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian
nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
(2) Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
Kemudian untuk usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu pemberdayaan
yang diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan
melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha,
dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga
mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan
peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan
kemiskinan.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Selanjutnya, Koperasi badan usaha berperan serta untuk mewujudkan
masyarakat yang maju,adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

43
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju ,adil ,dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pada pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
bahwa Fungsi dan peran Koperasi adalah
a. membangun dan mengembangkan potesi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perkonomian nasional dengan koperasi sebagai
sokogurunya ;
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perkonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

Pasal 34
1. Fakir miskin dan anakanak terlantar dipelihara oleh negara. ****)
2. Negara mengembangkan sistim jaminan sosial  bagi  seluruah  rakyat 
dan memberdayakan  masyarakat yang lemah dan tidak  mampu 
sesuai dengan martabat kemanusiaan. ****)
3. Negara bertanggungjawab  atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. ****)
4. Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan pasal  ini  diatur dalam
undangundang. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan


tentang pasal 34 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial

44
guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Diterangkan pada pasal 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan
berdasarkan asas
a. kesetiakawanan;
b. keadilan;
c. kemanfaatan;
d. keterpaduan;
e. kemitraan;
f. keterbukaan;
g. akuntabilitas;
h. partisipasi;
i. profesionalitas; dan
j. keberlanjutan
kemudian pada pasal 3, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan
a. meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;
b. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
c. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial;
d. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia
usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga
dan berkelanjutan;
e. meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan; dan
f. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
Dan penyelenggara atas kesejahteraan sosial diatur dalam pasal 4, yaitu Negara
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

45
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA
SERTA LAGU KEBANGSAAN **)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A
Lambang negara ialah  Garuda Pancasila dengan  semboyan  Bhinneka 
Tunggal Ika. **)

Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)

Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undangundang. **)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan


tentang pasal 35 s.d. pasal 36C UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan. Pada pasal 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009
dijelaskan tentang, yaitu pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas
a. persatuan;
b. kedaulatan;
c. kehormatan;
d. kebangsaan;
e. kebhinnekatunggalikaan;
f. ketertiban;

46
g. kepastian hukum;
h. keseimbangan;
i. keserasian; dan
j. keselarasan.

Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan


bertujuan untuk
a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
c. menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Untuk bisa memahami Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kita tidak bisa
memahami undang-undang hanya dengan membaca Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 tanpa ada keterangan tambahan. Kita memerlukan adanya suatu
keterangan dalam bentuk undang-undang pelaksana Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 yang menjadi pedoman teknis dalam menjalankan aturan-aturan
bernegara guna mencapai tujuan bernegara. Namun, masih terdapat pasal-pasal
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang belum direlisasikan oleh
Pemerintah maupun DPR sehingga hal ini dapat menimbulkan pertentangan
dalam masyarakat.

Jadi Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah sesuatu yang


memerlukan adanya sebuah penjelasan atas pasal demi pasalnya. Sehingga
masyarakat bisa memahami dengan lebih mudah hukum dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 ini.

B. Saran

Perlu adanya keseriusan dalam pembuatan aturan pelaksana Undang-


Undang Dasar Tahun 1945 dari Pemerintah maupun DPR RI. Hal ini dapat
memperjelas status kedudukan serta maksud dari tujuan pasal dalam Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 kepada masyarakat.

48
DAFTAR PUSTAKA

www.dpr.go.id

www.google.co.id

49

Anda mungkin juga menyukai