Anda di halaman 1dari 12

Pencemaran Air

Sumber Pencemaran Air


Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai
sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen
yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan
sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air
dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah
mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam. 
Pencemar
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir
100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia
tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs
(polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di
pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di
alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP
dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas
sebagai zat pembersih di rumah tangga.� 

Dampak Pencemaran Air


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.� 
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi
berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang.� Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.� � � �
���

Langkah Penyelesaian
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur
ulang (recycle), mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.
Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan
jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan
rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan
menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau
degradable (dapat didegradasi) alam ? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya
dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan
lingkungan ?� 
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana. 

Mencegah pencemaran lingkungan laut dari rumah kita sendiri? Anda mungkin
berpikir: mengapa hal ini harus dilakukan kita sendiri, dan bukan semata-mata oleh
pemerintah? Bukankah pemerintah mestinya lebih awas menghadapi pencemaran
lingkungan yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar?

Ya! Tidak perlu memperdebatkan kesulitan pemerintah mengawasi pencemaran


aliran sungai dari limbah industri, karena sebagai warga yang baik, harus kita akui
jika rumah tangga kita pun menyumbangkan limbah cukup besar. Seperti yang
dikemukakan Kepala Pusat Data dan Informasi Kementrian Kelautan dan Perikanan
(Pusdatin KKP), Soen’an H Poernomo kepada Kompas, masyarakat perlu sadar
untuk mencegah pencemaran lingkungan laut yang disebabkan oleh limbah rumah
tangga.

Pasalnya, aliran limbah yang kita buang akan mengalir ke sungai, sebelum akhirnya
bermuara di lautan. Jangan berpikir bahwa limbah rumah tangga kita hanya sedikit,
karena seperti diungkapkan Soen’an, pencemaran lingkungan laut di Indonesia
justru berasal dari pencemaran lingkungan sungai. Dengan kata lain, kita tidak bisa
mengelak dari tuntutan mencegah pencemaran lingkungan laut dari rumah kita
sendiri.

Eutrofikasi, demikian istilah ilmiah untuk permasalahan lingkungan hidup yang


diakibatkan oleh limbah, sejatinya terjadi karena proses penuaan yang memerlukan
waktu ribuan tahun. Misalnya air danau yang suatu saat tidak dapat berguna lagi
bagi manusia, karena unsur-unsur kehidupan di dalamnya sudah mati atau kian
menurun kualitasnya. Namun akibat proses modernisasi termasuk aktivitas rumah
tangga menghasilkan limbah demikian banyak, eutrofikasi air laut dan air sungai
terjadi sangat cepat. Tanpa usaha mencegah pencemaran lingkungan laut di sini,
eutrofikasi dikhawatirkan terjadi hanya dalam beberapa dekade saja.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita sebagai warga yang baik dan mencintai
alam ini, berusaha semaksimal mungkin mencegah pencemaran lingkungan laut
dari rumah kita sendiri. Anda tentu dapat membatasi dan mengurangi pemakaian
bahan-bahan yang menghasilkan limbah, agar air yang dibuang ke sungai tidak
mengandung limbah terlalu besar.

Misalnya dengan cara mengurangi pemakaian sabun cuci untuk pakaian. Jika Anda
merasa kesulitan menghilangkan noda membandel, ada beberapa tips mencuci
pakaian yang bisa diterapkan. Kemudian jika kendaraan tidak terlampau kotor,
usahakan hanya mencucinya tanpa sabun. Dengan cara-cara nyata seperti ini,
diharapkan kita dapat mencegah pencemaran lingkungan laut bersama-sama.

PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di
tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia
ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak
Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai
macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua
populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan
kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena
dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati.
PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung
klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf
pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit
kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang
disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1].
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-
site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian
dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
Dampak
Pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada
tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena.
Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik
untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena
dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati.
PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung
klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf
pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit
kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang
disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1].
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Penanganan
Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini
lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian
dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.

Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Penanganan Pencemaran Tanah
Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak
menggunakannya. Cara ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama
tanah mengakibatkan hasil produksi menurun.
Cara yang dapat ditempuh ialah : 
1. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam 
2. Memilih varietas tanaman yang tahan hama 
3. Menggunakan musuh alami untuk hama 
4. Menggunakan horlmon serangga
5. Pemandulan (sterilisasi) 
6. Memamfaatkan daya tarik seks untuk serangga 
Disamping itu juga kita perlu : 
1. Memahami kegiatan pestisida yang bersangkutan
2. Mengikuti petunjuk pemakaian 
3. Hati -hati dalam penyimpanan
4. Menggunakan alat-alat pelindung seperti masker, kacamata, dan pakaian. 
Pada dasarnya cara-cara yang ditempuh itu berlaku untuk bahan kimia,pupuk, atau
deterjen. Kehati-hatian pada pemakaian bahan-bahan ini perlu diperhatikan jangan
sampai bahan-bahan itu tececer, mengenai badan manusia, atau mencemarkan
lingkungan. 
Sedangkan penanganan sampah ialah dengan mencegah timbulnya pencemaran,
misalnya dengan cara : 
1. Penimbunan (dumping), dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan
tanah di tempat terbuka dan di laut
2. Pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill), dengan mengisi tanah berlegok
dan kemudian menutupnya dengan tanah. 
3. Pencacahan ( grinding), dimana limbah organik dimasukkan kedalam alat
penggiling sehingga menjadi kecil-kecil , dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat
pengolahan lebih lanjut. 
4. Penkomposan atau composting yakni pengolahan limbah untuk memperoleh
kompos untuk menyuburkan tanah.
5. Pembakaran (incineration), yang menghasilkan gas dan residue 
6. Pirolisis, yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada
suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna yang pada akhirnya menghasilkan
zat kimia baru yang berguna. 

PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan
dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun
global.
Pencemaran Udara

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan


meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. 

yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,
perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan
serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara
dikatakan telah tercemar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya
atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient
oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Sumber Pencemar Udara
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global,
karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya
zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran
hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga
sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi
ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga

Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :


a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara
dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara
alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau
sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer
melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah
kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain.
Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam
antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah
tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang
dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen,
keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah
debu, uap dan gas-gas.
c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan
pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu.
d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan,
daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap,
debu, dan bau.
e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya.
Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan
bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi,
proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar
yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan
yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah
gas-gas dan debu radioaktif.

Jenis Bahan Pencemar Udara


Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat
dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa :
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx, hidrokarbon, nitrogen oksida /
NOx, H2S dan oksidant ozon dan PAN)
c. Energi (suhu dan kebisingan)
Bahan-bahan pencemar ini dikenakan peraturan khusus untuk pengawasannya
karena bisa membahayakan kesehatan.
Tulisan Terkait:
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan
Aspek Klimatologi Pencemaran Udara
Sumber:
Soedomo, Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung,
2000.
Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001

Pencemaran Suara

Secara teknis kebisingan atau pencemaran suara bisa diartikan sebagai suara yang
tidak diinginkan, misalnya yang menghalangi terdengarnya suara-suara, musik dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit di telinga atau yang menghalangi
gaya hidup. (JIS Z 8106,IEC60050-801 kosakata elektro-teknik Internasional Bab
801:Akustikal dan elektroakustikal). Kebisingan dalam kaitan dengan pencemaran
suara yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat
kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
(KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran suara / polusi kebisingan
atau noise polution dianggap istimewa dalam hal : (1) penilaian pribadi dan
subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran
kebisingan atau tidak, (2) kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan
dengan pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan
pengecualian.

UNSUR SUARA
Apabila bel dibunyikan, seseorang menangkap ‘nyaring’, ‘tinggi’ dan ‘nada’ suara
yang dipancarkan. Ini merupakan suatu tolak ukur yang menyatakan mutu
sensorial dari suara dan dikenal sebagai ‘tiga unsur suara’.
Ukuran fisik ‘kenyaringan’, ada amplitudo dan tingkat tekanan suara. Untuk ‘tinggi’
suara adalah frekuensi dan ‘nada’ adalah sejumlah besar ukuran fisik.
Kecenderungan saat ini adalah menggabungkan segala yang merupakan sifat dari
suara, termasuk tingginya, nyaringnya dan distribusi spectral sebagai ‘nada’.
FREKUENSI DAN PANJANG GELOMBANG
Suatu gelombang suara memancar dengan kecepatan suara dengan gerakan
seperti gelombang. Jarak antara dua titik geografis (yaitu dua titik di antara mana
tekanan suara maksimum dari suatu suara murni dihasilkan) yang dipisahkan
hanya oleh satu periode dan yang menunjukkan tekanan suara yang sama
dinamakan ‘gelombang suara’, yang dinyatakan sebagai l(m). Apabila tekanan
suara pada titik sembarangan berubah secara periodik, jumlah berapa kali di mana
naik-turunnya periodik ini berulang dalam satu detik dinamakan ‘frekuensi’, yang
dinyatakan sebagai f(Hertz/Hz, lihat gambar gelombang sinusoidal). Suara-suara
ber-frekuensi tinggi adalah suara tinggi, dan yang ber-frekuensi rendah adalah
suara rendah.
Hubungan antara kecepatan suara c (m/s), gelombang l dan frekuensi f dinyatakan
sebagai berikut :
C=fxl
Panjang gelombang dari suara yang dapat didengar adalah beberapa sentimeter
dan sekitar 20m. Kebanyakan dari objek di lingkungan kita ada dalam lingkup ini.
Mutu suara dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan
suara, tingginya pagar-pagar dan faktor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai
perbandingan dari panjang gelombang terhadap dimensi objek.
Dari gambar garis bentuk kenyaringan dari tes (hearing) psikiatris ini bahwa batas
perbedaan suara yang bisa terdengar oleh rata-rata orang adalah 20-20.000Hz
tetapi bisa terdengarnya tergantung pada frekuensi. Kurva menggunakan 1000Hz
dan 40dB sebagai referensi untuk suara murni dan mem-plot suara referensi ini
dengan tingkat-tingkat yang bisa terdengar dari kenyaringan yang sama pada
berbagai frekuensi.
TIPE-TIPE KEBISINGAN
Kategori kebisingan lingkungan dapat dilihat seperti dalam tabel berikut : Jumlah
kebisingan Semua kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu
Kebisingan spesifik Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat dengan jelas
dibedakan untuk alasan-alasan akustik.
Seringkali sumber kebisingan dapat diidentifikasikan Kebisingan residual Kebisingan
yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah
kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu Kebisingan latar
belakang Semua kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian pada suatu
kebisingan tertentu. Penting untuk membedakan antara kebisingan residual dengan
kebisingan latar belakang
DECIBELS 
Decibel (dB) adalah ukuran energi bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai
unit-unit tingkat tekanan suara berbobot A. Yang dilakukan untuk
mensederhanakan plot-plot multipel seperti pada gambar dan untuk secara kira-
kira menyebandingkan kuantitas logaritmik dari stimulus untuk stimulus akustik
yang diterima telinga manusia dari luar.
Untuk menilai kebisingan diperlukan untuk menghitung tambahnya atau kurangnya
tingkat tekanan suara berbobot A rata-ratanya dan sebagainya.
PENGARUH DAN AKIBAT DARI KEBISINGAN
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan
emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan
pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat
tekanan suara berbobot A dan karena lamanya telinga terpajan terhadap
kebisingan itu.
Berikut jenis dari akibat kebisingan :
Akibat lahiriah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan,
perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan

Akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala,
bunyi dering
Akibat psikologis
Gangguan emosional
Kejengkelan, kebingungan
Gangguan gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
sebagainya.

Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan
sebagainya.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No.48 Tahun 1996). Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan
bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung
diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai