Anda di halaman 1dari 4

PAPER KEWIRAUSAHAAN

KINGKONG

NADIA TIFANI 1702101000XX

WIDA NOOR FATWA 1702101000XX

MUFTI ADITYA 1702101000XX

GORBY FAISAL 170210100088

DEDEN HABIBI ALI ALFATHIMY 170210100122

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2010
KINGKONG

Kingkong adalah tempat penjualan DVD, CD games dan penyewaan komik. Usaha yang
berjalan 5 tahun ini ternyata didirikan oleh salah satu alumni mahasiswa Universitas
Padjadjaran. Kini ia sedang melanjutkan studi S2nya di Sekolah Tinggi Telkom jurusan
Manajemen Bisnis.

Dialah Wahyo. Pengusaha yang lahir pada tanggal 5 Maret 1985 ini sebelumnya
merupakan mahasiswa Fakultas Teknologi Ilmu Pangan (FTIP) angkatan 2001. Saat ia
memasuki semester 8 perkuliahan, ketika orangtuanya pensiun, ia memutuskan untuk
mencari uang dengan membangun usaha sendiri. Wahyo memiliki hobi menonton film,
membaca komik dan main games layaknya mahasiswa-mahasiswa lainnya. Dari situ dia
memikirkan bagaimana hobinya tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat
menghasilkan uang. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk membangun usaha dengan
menjual DVD-DVD film (bajakan).

Sebelumnya, Wahyo mengajak teman-teman dekatnya untuk mendirikan usaha DVD


ini bersama-sama, namun banyak teman-temannya yang menolak karena penjualan dvd ini
bisa dibilang ilegal. Maka, dengan nekat dan tujuan ingin mencari uang sendiri, Wahyo
mendirikan usahanya ini seorang diri. Dengan modal yang ia pinjam dari kedua orangtuanya
sebesar 1,5 juta rupiah, Wahyo mencari tempat dan membeli barang-barang yang akan
dijualnya.

Usaha tersebut dipiliih Wahyo karena pada saat itu di kawasan Jatinangor hanya
terdapat usaha-usaha penyewaan film dengan uang sewa dan waktu sewa yang dibatasi.
Sehingga, ketika Wahyo mendirikan usahanya ini, banyak mahasiswa yang beralih kepada
usaha Wahyo ini, selain harga jualnya tidak jauh dari harga penyewaan film, film dapat
ditonton berkali-kali karena dapat dimiliki langsung.

Kini usaha Wahyo telah berjalan selama lima tahun. Usaha yang pada awalnya hanya
menjual DVD mulai berkembang dengan penjualan CD games dan penyewaan komik-komik.
Hal tersebut berkenaan dengan semua hobbynya. Karena ia berpendapat bahwa suatu saat
konsumen dapat berada pada titik kejenuhan, tidak selamanya konsumen melepas
kepenatannya hanya dengan menonton DVD saja, maka ia menyediakan jasa lain pada
usahanya.

Prinsip Wahyo selama menjalani usahanya ini adalah menjalani usahanya dengan
enjoy dan jangan pernah ada perasaan terpaksa. Keberhasilan suatu usaha bergantung
kepada tekad si pemiliknya, dengan contoh lain, Wahyo menanamkan kejujuran pada
usahanya ini, jika dirasa kualitas gambar dari film yang dijualnya tidak bagus, ia akan jujur
kepada pelanggannya, sehingga pelanggan tidak perlu merasa kecewa setelah membeli.
Kini, Wahyo telah memiliki dua pegawai di tokonya, prinsip kejujuran tersebut ditanamkan
pula kepada pegawai-pegawainya.

Wahyo juga menjelaskan serta menyarankan kepada calon-calon pengusaha yang


ingin mendirikan usaha di antara mahasiswa-mahasiswa terutama yang ngekos untuk
memikirkan matang-matang akan waktu efektif berjualan. Wahyo dapat menyimpulkan
waktu-waktu efektif bagi pengusaha yang berjualan di kawasan anak kos. Bulan Maret-Juni,
dan September-akhir tahun merupakan bulan-bulan efektif di mana ia mendapatkan
pasokan lebih besar. Karena sisanya merupakan bulan-bulan libur kuliah, sehingga
pemasokan akan menurun.

Selama lima tahun menjalani usaha, tentunya Wahyo mengalami kendala-kendala.


Wahyo menuturkan bahwa kendala-kendala ia dapatkan baru-baru ini, ketika mulai
bermunculan jasa-jasa penjualan dvd bajakan di mana-mana, sehingga bulan efektif yang ia
dapatkan dulu yaitu 8 dari 12 bulan kini hanya menjadi 6 dari 12 bulan, sehingga
keuntungan yang ia dapatkan hanya berkisar 50% saja, keuntungan yang menurun dari
tahun ke tahun. Namun, menurut Wahyo keuntungan itu relatif, ia tidak mematok standar
yang sama dari bulan ke bulan. Tiap bulan memiliki patokannya masing-masing sesuai situasi
dan kondisi. Kendala yang lain ia dapatkan yaitu munculnya pesaing-pesaing yang lebih baik,
jika dari segi kualitas dan harga jual cenderung sama, namun pesaing lebih “pintar” dalam
memilih lokasi penjualan serta “mendandani” lokasi penjualannya tersebut agar terlihat
lebih menarik. Wahyo mulai mencari-cari jalan keluar untuk mengatasi kendalanya tersebut.

Wahyo mengaku, selain munculnya pesaing-pesaing yang lebih baik dari segi lokasi
penjualan, kualitas dan harga, kendala yang lainnya adalah penyewaan komik. Ia tidak
mendapatkan untung yang besar dari jasa penyewaan komik tersebut, ia hanya mematok
harga Rp 500,00,-/komik, namun ia tidak bisa mematok harga lebih mahal untuk penyewaan
komik.

Harapan pria single 26 tahun ini adalah agar tetap survive di tengah-tengah banyaknya
competitor-competitor yang hebat. Dengan meningkatkan kualitas serta menyedikan
pelayanan yang terbaik Wahyo yakin usahanya akan terus bertahan. Wahyo selalu
berpandangan positif dalam menjalani usahanya ini, “usaha ini bakal terus survive, kali aja
pesaing yang lain nggak bisa bertahan suatu saat, tapi kita masih,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai