Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Saat ini, air bersih yang merupakan kebutuhan utama sehari-hari
masyarakat semakin sulit didapatkan terutama di kota-kota besar karena
pencemaran air tanah, pencemaran di aliran sungai karena sampah,
pencemaran dari industri, dan lain-lain. Dengan kebutuhan akan air bersih
yang terus bertambah, sedangkan air bersih yang tersedia di alam semakin
berkurang, maka untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, dibutuhkan
suatu badan usaha atau organisasi yang mengelolanya guna memenuhi
kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu Badan
Usaha yang menangani kebutuhan masyarakat akan air bersih. Meskipun
PDAM merupakan suatu badan usaha, tetapi dalam menjalankan kegiatannya
juga harus mempertimbangkan prinsip ekonomi, yaitu dengan pengeluaran
yang minimal dapat menghasilkan kinerja yang maksimal, dalam hal ini
memenuhi kebutuhan konsumen akan air bersih. Tentu saja dalam mencapai
tujuan tersebut PDAM menemui beberapa kendala, diantaranya:
1. Keterbatasan alat produksi air bersih
2. Terbatasnya ketersediaan air bersih yang akan dipasok ke daerah-daerah
tujuan.
3. Terbatasnya Biaya operasional dan pendistribusian air.
4. Kebutuhan masyarakat akan air bersih semakin meningkat sehingga perlu
sumber air, reservoir dan pipa distribusi baru.
Model transportasi merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat
digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
PDAM. Dalam perkembangannya, model transportasi telah diterapkan pada
berbagai macam bidang industri, misalnya pada pendistribusian produk, yaitu
penentuan daerah penjualan serta pengalokasian distribuasi dan gudang. Ilmu
tentang transportasi berkembang dengan pesat, banyak metode-metode lanjut
yang muncul sesuai dengan permasalahan–permasalahan transportasi yang
dihadapi.
Bahkan dalam perkembangannya, banyak ditemukan masalah-masalah
lain di dunia usaha yang modelnya sejenis dengan masalah transportasi,
meliputi masalah penjadwalan produksi, pembelanjaan modal (capital
financing), purchasing, cash management, inventory control dll. Gambaran
umum permasalahan transportasi adalah permasalahan
pendistribusian suatu produk dengan jenis tunggal yaitu:
Dari beberapa sumber ke beberapa tujuan
Jumlah penawaran (supply) dari masing-masing sumber terbatas
Jumlah permintaan (demand) dari masing-masing tujuan tertentu
Biaya transportasi keseluruhan seminimal mungkin.
Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Semarang merupakan
salah satu perusahaan milik pemerintah kota Semarang, yang bertugas
mengelola penyediaan air bersih bagi masyarakat kota Semarang. PDAM kota
Semarang saat ini memiliki jumlah pelanggan sebanyak 143.407 pelanggan
sambungan rumah. Adapun Visi dan Misi PDAM kota Semarang sebagai
berikut.
Visi :
Mewujudkan komunitas air bersih yang bertumpu pada air sebagai
sahabat kehidupan.
Misi :
1. Ketersediaan air baku meningkat.
2. Kualitas produksi terjaga.
3. Kontinuitas pasokan meningkat.
4. Keterjangkauan pelayanan air bersih.
5. Komitmen manajemen yang professional.
6. kontribusi pada PDA dan STAKEHOLDER.
7. Kemitraan dengan STAKEHOLDER.
PDAM kota Semarang saat ini memiliki 4 sumber, yaitu air sungai atau
air permukaan (73,01%), mata air (14,54%), sumur pegunungan (11,03%), dan
sumur kota (1,42%). Dengan bangunan sarana distribusi air minum berupa
Bangunan rumah pompa sebanyak 13, Reservoir Produksi sebanyak 8,
Reservoir Distribusi sebanyak 13, Bak Pelepas Tekan (BPT) sebanyak 6, dan
Pipa Transmisi dan Distribusi. Pendistribusian air dilakukan dengan 2 cara,
yaitu: Gravitasi (± 4,66%), Pemompaan (±95,34%). Sedangkan pelayanan air
melalui truck tangki difungsikan sebagai sarana untuk melayani air dengan
kaegori atau kelompok pelanggan sebagai berikut.
Terminal air milik PDAM sebanyak 10 unit.
Terminal air milik Pemerintah Kota yang dikelola oleh Kelompok
Swadaya Masyarakat / KSM (Program PDP-SE-Air Bersih) sebanyak 23
unit di 6 kelurahan.
Pelanggan sambungan langsung yang tidak mendapatkan pasokan air.
PDAM Cabang Semarang Tengah melayani 16360 pelanggan aktif
dengan Kantor pelayanan di Jl. Kelud Raya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dalam melayani permintaan pelanggan, PDAM harus mempertimbangkan
dan mencari solusi atau kebijakan yang paling tepat tentang bagaimana sistem
pendistribusian air dari reservoir-reservoir ke pelanggan agar air dapat
tersalurkan dengan optimal sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih
dapat terpenuhi. Jumlah sumber air (reservoir) dari PDAM jumlahnya terbatas
dan pada setiap reservoir tidak bisa mengalirkan air ke tiap daerah tujuan.
Pada tiap pendistribusian air, dibutuhkan biaya operasional, yang tentunya jika
biaya operasional ini dapat diminimalkan, maka keuntungannya akan semakin
besar. Dari uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dianalisa
adalah bagaimana meminimalkan biaya operasional pendistribusian air dari
reservoir ke pelanggan atau daerah tujuan.
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
Mengoptimalkan pendistribusian air dari reservoir ke daerah tujuan
menggunakan metode-metode transportasi.
Meminimalkan biaya operasional pendistribusian air dari reservoir ke
pelanggan/daerah tujuan.
BAB II
DASAR TEORI

Metode transportasi merupakan suatu metoda yang digunakan untuk


mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke
tempat-tempat tujuan secara optimal. Alokasi produk ini haruslah diatur
sedemikian rupa karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber
ke tempat-tempat tujuan yang berbeda, dan dari beberapa sumber ke ke suatu
tempat tujuan juga berbeda-beda.
Persoalan transportasi merupakan salah satu bentuk khusus permasalahan
distribusi dalam program linear. Kekhususan ini terletak pada beberapa
karakteristik utama. Kecenderungannya, persoalan ini membutuhkan pembatas
dan variabel yang sangat banyak sehingga penggunaan alat bantu komputer dalam
penyelesaiannya sangat membantu.
Persoalan transportasi merupakan masalah pendistribusian suatu
komoditas atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan
(destination demand) dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang
terjadi.
Ciri-ciri khusus persoalan transportasi adalah :
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap
sumber dan yang diminta oleh setiap tujuannya besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu
tujuan besarnya sesuai dengan permintaan dan kapasitas sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan
besarnya tertentu.
2.4. MODEL TRANSPORTASI
Model transportasi dapat digambarkan oleh diagram berikut. Misalkan
terdapat m buah sumber dan n buah tujuan, sehingga :

Sumber Tujuan
A B

j=1
X11
i=1
X12 j=2
. .
. .
. .
X1n
j=n

X21 j=1
i=2
X22 j=2
. .
. .
. .
X2n
j=n

X21 j=1
i=2
X22 j=2
. .
. .
. .
X2n
j=n

Gambar 2.1 Sumber dan Tujuan pada Model Transportasi


Keterangan Gambar 2.1 :
Masing-masing sumber mempunyai kapasitas ai, i =1,2,3,…,m
Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak bj, j = 1,2,3,…,n
Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah sebanyak
xij.
Ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j adalah cij.

Formulasi program linearnya adalah sebagai berikut :


Minimumkan

m n
Z Σ=
i = jl =
Σ
l i j i j C X

dengan Z = Ongkos transportasi total


Dengan pembatas/kendala :

n
Σ xi
j = l
j = 1a i , ,2 i, … = , m

m
Σ xl i
i =
j = = b j ,1 ,j 2 , … , n
Xij > 0 untuk seluruh i dan j.
Pembatas atau kendala yang ada merupakan suatu persamaan dan bukan suatu
pertidaksamaan karena semua jumlah yang tersedia diperlukan untuk
memenuhi total permintaan. Dengan kata lain semua yang ditawarkan akan
digunakan untuk memenuhi semua permintaan.
C11 ; X11
a1 b1
C12 ; X12
C1n ; X1n
C13 ; X13

C22 ; X22 b2
C21 ; X21
Cm2 ; Xm2

a2 C23 ; X23
b3
Cm1 ; Xm1
Cm2 ; Xm2

C1n ; X1n
am bn
Cmn ; Xmn

Gambar 2.2 Model Transportasi dengan i = m dan j = n

Formulasi dari model diatas adalah:


Minimumkan :
Z = c11x11 +…+ c1nx1n + c21x21 +…+ c2nx2n +…+ cm1xm1 +…+ cmnxmn
Berdasarkan pembatas :

}
x11 + x12 +…+ x1n = a1
x21 + x22 +…+ x2n = a2 Kendala sumber
:

xm1 + xm2 +…+xmn = am


x11 + x21 + …+ xm1= b1
x12 + x22 + …+ xm2 = b2
:
x1n + x2n +…+ xmn = bn
} Kendala tujuan

Sehingga dapat dibuat suatu matriks transportasi :


T u j u a n ( j )
S u p p l y
1 2 . . . n
C 1 1 C 1 2 C 1 n

1 a 1
X 1 1 X 1 2 X 1 n

C 2 1 C 2 2 C 2 n

S u m b e r
( i ) 2 a 2
X 2 1 X 2 2 X 2 n

. .
. .
. .

C m 1 C m 2 C m n

m a m
X m 1 X m 2 X m n

D e m a n d b 1 b 2 . . . b n
2.5. KESEIMBANGAN MODEL TRANSPORTASI
Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber)
sama dengan total demmand (tujuan). Dengan kata lain :
m n
Σ a i = jΣ = b l j
i = l
Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi atau
dengan kata lain jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih
kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi maka model
persoalannya disebut sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced),
namun setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara
memasukkan varibel semu (artificial).
Jika jumlah demand melebihi jumlah supply maka harus dibuat suatu
sumber dummy yang akan men-supply kekurangan tersebut, yaitu sebanyak Σ j
bj - Σ i ai . Sebaliknya jika jumlah supply melebihi jumlah demand, maka harus
dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak
Σ ia i - Σ ib i .
Ongkos transportasi per unit (cij) dari sumber dummy keseluruh tujuan
adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber
dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per
unit (cij) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
2.6. TEKNIK – TEKNIK PEMECAHAN PERSOALAN TRANSPORTASI
Dua metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu model
transportasi yaitu Metode Stepping Stone dan Metode Lagrange Multipliers
(Metode Modified Distribution atau MODI ) sebagai suatu uji optimalitas.
Sebelum penyelesaian model ini dilakukan harus ditetapkan solusi feasible
awal dengan Metode Least Cost, atau Vogel’s Approximation.
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah transportasi
adalah sebagai berikut
1. Menentukan solusi feasible basis awal.
2. Melakukan uji optimalitas.
Langkah 1 : Menentukan solusi feasible basis awal
Solusi feasible basis awal adalah suatu solusi awal dari persoalan yang
memenuhi kendala yang ada. Ada tiga metode yang biasa digunakan untuk
menentukan solusi feasible basis awal, yaitu :
2.6.1 Metode Ongkos Terkecil (Least Cost)
Prinsip cara ini adalah pemberian prioritas pengalokasian pada tempat
yang mempunyai ongkos satuan terkecil (biaya per unit terkecil). Alokasi awal
dilakukan pada kotak dalam tabel yang mempunyai biaya terendah.
Adapun langkah-langkah dari metode ini adalah
1. Mengalokasikan sebanyak mungkin ke kotak feasible dengan biaya
transportasi minimum kemudian sesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
2. Mengulangi langkah tersebut sampai semua kebutuhan terpenuhi.
2.6.2 Metode Pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Methods)
Langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung opportunity cost (penalty cost) untuk tiap kolom dan baris
dengan jalan mengurangkan elemen ongkos terkecil dari yang terkecil
kedua. Penalty cost merupakan suatu biaya yang menyebabkan perubahan
ongkos transportasi menjadi lebih besar.
2. Menyelidiki kolom atau baris dengan penalty terbesar.
Mengalokasikan sebanyak mungkin pada variabel dengan ongkos terkecil,
menyesuaikan supply dengan demand, kemudian menandai kolom atau
baris yang terpenuhi secara simultan. Selanjutnya memilih salah satu untuk
ditandai, sehingga supply atau demand pada baris atau kolom yang tidak
dipilih adalah nol. Setiap baris atau kolom dengan supply atau demand
sama dengan nol, tidak akan terbawa lagi dalam perhitungan penalty
berikutnya.
3. Melakukan pengamatan sebagai berikut :
a. Bila tinggal 1 kolom atau baris yang belum ditandai, maka berhenti.
b. Bila tinggal 1 kolom atau baris dengan supply atau demand positif yang
belum ditandai, tentukan variabel basis pada kolom atau baris dengan
cara ongkos terkecil (least cost).
c. Bila semua baris dan kolom yang belum ditandai mempunyai supply dan
demand sama dengan nol, tentukan varibel-varibel basis yang berharga
nol dengan cara ongkos terkecil. Kemudian berhenti.
d. Jika 3a, b, c tidak terjadi, hitung kembali penalty untuk baris atau kolom
yang belum ditandai. Kembali ke nomor 2.
Langkah 2 : Melakukan Uji Optimalitas
Setelah diperoleh solusi feasible basis awal maka selanjutnya dilakukan uji
optimalitas. Langkah ini merupakan langkah penyelesaian model untuk
mendapatkan solusi minimal. Ada dua cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan metode stepping stone atau metode multipliers. Kedua
langkah tersebut merupakan uji optimalitas dari hasil yang diperoleh pada
langkah 1.

2.6.3 Metode Stepping Stone


Langkah ini digunakan untuk mengevaluasi setiap kotak-kotak atau sel
kosong. Loop tersebut berawal dan berakhir pada variabel non basis tadi
dimana tiap sudut loop haruslah merupakan titik-titik yang ditempati oleh
variabel-varibel basis dalam tabel transportasi. Dalam hal ini loop digunakan
untuk memeriksa penurunan ongkos (z) jika variabel non basis dimasukkan
sebagai basis. Dengan cara ini akan dapat ditentukan entering variable.
Entering variable ini merupakan harga varibel non basis yang menimbulkan
penurunan ongkos paling besar. Sedangkan leaving variable merupakan harga
variabel basis yang keluar atau dipindahkan dipilih dari variabel-variabel
sudut loop yang bertanda (-) dan pilih yang nilainya paling kecil. Tanda (-)
dan (+) menyatakan bahwa variabel yang bersangkutan pada masing-masing
kotak akan berkurang atau bertambah sebagai akibat perpindahan antar kolom
atau baris. Akibat perpindahan antar kolom maka ongkos total hanya akan
berubah berkisar pada elemen-elemen tempat dilakukannya perpindahan
tersebut. Selain itu, perpindahan ini memungkinkan variabel non basis dapat
berubah menjadi variabel basis.
Adapun langkah-langkah Metode Stepping Stone secara ringkas adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan lintasan stepping stone dan perubahan biaya untuk setiap kotak
yang kosong dalam tabel.
2. Mengalokasikan sebanyak mungkin pada kotak kosong yang menghasilkan
penurunan biaya terbesar.
3. Mengulangi langkah 1 dan 2 sampai semua kotak kosong memiliki
perubahan biaya positif yang mengindikasikan tercapainya solusi optimal.
Pada paper ini, digunakan metode VAM dan Least Cost untuk mencari
solusi fisible awal. Kedua metode tersebut dipakai karena dalam perhitungan
iterasi lebih praktis karena iterasi yang dilakukan langsung dikenakan pada
table transportasi yang terbentuk. Kemudian untuk uji optimalitasnya
digunakan metode stepping stone karena uji ini hanya melakukan perhitungan
pada lintasan dengan variabel atau cel non basis.
BAB III
PEMBAHASAN

Untuk menyelesaikan permasalahan pendistribusian air PDAM kota semarang


tengah menggunakan metode transportasi, maka dibutuhkan asumsiasumsi guna
membawa permasalahan tersebut ke masalah transportasi.
3.1. ASUMSI YANG DIGUNAKAN
1. Reservoir merupakan sumber.
2. Pelanggan merupakan daerah tujuan
3. Aliran air konstan tiap detik.
4. Untuk Reservoir-reservoir yang mengalirkan air ke beberapa daerah tujuan,
maka jumlah penawaran air proporsinya sama untuk tiap daerah tujuan.
5. Biaya operasional Semarang Tengah meliputi biaya operasional semua
reservoir dan biaya distribusi ke daraeh-daerah.
6. Biaya operasional tiap cabang PDAM berbanding lurus dengan total air
yang dipasok masing-masing cabang.
7. Biaya rata-rata per m3 diperoleh dari data yang sudah diperoleh.
8. Jika suatu reservoir mengalirkan ke beberapa daerah, maka biaya per m3
untuk tiap daerah ditentukan oleh banyaknya permintaan dan penawaran.
Semakin besar permintaan, maka biaya per m3 semakin kecil, karena biaya
operasional ke tiap daerah yang dipasok sama.
3.2. PENGOLAHAN DATA PASOKAN AIR
Dari data ‘Skema Pelayanan Distribusi Air PDAM Kota Semarang’ akan
dihitung volume pasokan air per bulan menggunakan rumus :
V o l u m e a l i r a n ( l / d t k ) x h a r i x
P a s o k a n A i3 r p e r B u l a n ( m ) =
1 0 0 0
Reservoir
Kaligarang Miniplan Gajah Mungkur Sultan Agung Siranda Jomblang
Daerah
l/dt m3 l/dt m3 l/dtk m3 l/dt m3 l/ m3 l/dt m3
tujuan
k k k dt k
k
518
Sutomo 200 100 259200 43 111 456
400
Imam 463 12
179 47 121824 321 408
Bonjol 968 4
Sampan
45 116640
gan
Candi 42 108864 13 33696
P.-
9 23 328
Gedeh
Papanda
28 72 576
yan
Suyudon
15 38 880
o
Kokroso
15 38 880
no
Pamulars
170 440640
ih
25
Mugas 658 368
4
Pahlawa
32 82 944
n
Simpang 189
73
Lima 216
MT.
65 168480
Haryono
Semeru 12 31 104
Karang
14 36 288
Anyar

Tabel 4.1 Volume Pasokan Air Cab. Semarang Tengah

Jumlah total air = 3 836 160 m 3

Dari data ‘Laporan Harga Pokok Air Bulan Januari 2008’ (Lampiran
3),diperoleh Biaya Operasional rata-rata PDAM per m3 adalah Rp 847,04
Kemudian, akan dihitung volume penawaran rata-rata untuk masing-masing
reservoir (Lampiran 4) dan biaya pasokan air per m3 untuk
masing-masing daerah tujuan (Lampiran 5) menggunakan rumus :
Total Kapasitas masing masing Reservoir
Penawaran Rata-Rata =
Banyaknya Daerah Tujuan

permintaan 3
Biaya = penawaran x biaya rata-rata per m

diperoleh biaya pasokan air per m3 untuk masing-masing daerah tujuan


seperti terlihat pada tabel 4.2.
Daerah tujuan Penawaran Permintaan Biaya Per m3
(Rp)
Sutomo Kaligarang 491 184 518 400 802,57

Gajah Mungkur 128 628 259 200 420,34

Sultan Agung 363 744 111 456 2 764,37

Imam Bonjol Kaligarang 491 184 463 968 896,73

Gajah Mungkur 128 628 121 824 894,35

Sultan Agung 363 744 321 408 958,61

Sampangan 112 752 116 640 811,81

Candi Miniplan 112 752 108 864 877,29

Gajah Mungkur 128 628 33 696 3 233,41

P. Gedeh 128 628 23 328 4 670,48

Papandayan 128 628 72 576 1 501,23

Suyudono 128 628 38 880 2 802,29

Kokrosono 128 628 38 880 2 802,29

Pamularsih 128 628 440 640 247,26

Mugas 363 744 658 368 467,98

Pahlawan 136 080 82 944 1 389,68

Simpang Lima 136 080 189 216 609,17

MT. Haryono 78 624 168 480 395,29

Semeru 78 624 31 104 2 141,13

Karang Anyar 78 624 36 288 1 835,25

Tabel 4.2 Penawaran, Permintaan dan Biaya per m per Daerah Pasokan
3

Untuk reservoir-reservoir yang tidak dapat mengalirkan air ke daerah tujuan


tertentu, maka untuk biaya operasional (cost) diisi dengan B yaitu dengan
menganggap jika mengalirkan air, maka biayanya akan sangat besar.
Sehingga formulasi dari permasalahan tersebut adalah :
Variabel keputusan :
xij = Volume air dari reservoir i ke daerah tujuan j
cij = Biaya operasional distribusi air dari reservoir i ke daerah tujuan j dimana i
= 1 … 6, j = 1 … 15, dengan reservoir ke 1 adalah Kaligarang, reservoir ke 2
adalah Miniplan, reservoir ke 3 adalah Gajah Mungkur, reservoir ke 4 adalah
Sultan agung, reservoir ke 5 adalah Siranda, reservoir ke 6 adalah Jomblang,
daerah tujuan ke 1 adalah Sutomo, daerah tujuan ke 2 adalah Imam Bonjol,
daerah tujuan ke 3 adalah Sampangan, daerah tujuan ke 4 adalah Candi,
daerah tujuan ke 5 adalah P. Gedeh, daerah tujuan ke 6 adalah Papandayan,
daerah tujuan ke 7 adalah Suyudono, daerah tujuan ke 8 adalah Kokrosono,
daerah tujuan ke 9 adalah Pamularsih, daerah tujuan ke 10 adalah Mugas,
daerah tujuan ke 11 adalah Pahlawan, daerah tujuan ke 12 adalah Simpang
Lima, daerah tujuan ke 13 adalah MT. Haryono, daerah tujuan ke 14 adalah
Semeru, daerah tujuan ke 15 adalah Karanganyar.
Fungsi Tujuan :
Meminimumkan :
Z = c1,1x1,1 + c1,2x1,2 + c1,3x1,4 + … + c6,15x6,15
Kendala :
x1,1 + x1,2 + x1,3 + …+ x1,15 = a1
x2,1 + x2,2 + x2,3 + …+ x2,15 = a2
.
.
.

x6,1 + x6,2 + x6,3 + …+ x6,15 = a6


x1,1 + x2,1 + x3,1 + …+ x6,1 = b1
x1,2 + x2,2 + x3,2 + …+ x6,2 = b2
.
.
.

x1,15 + x2,15 + x3,15 + …+ x6,15 = b15


Untuk reservoir yang tidak mempunyai saluran air ke tujuan tertentu kita
alokasikan sebanyak 0 sehingga Formulasi dari permasalahan pendistribusian
air PDAM cabang Semarang Tengah adalah :
Meminimumkan
Z = 802,57x1,1 + 896,73x1,2 + 818,81x2,3 + 877,29x2,4 + 420,34x3,1 +894,35x3,2 +
3233,41x3,4 + 4670,48x3,5 + 1502,23x3,6 + 2802,29x3,7 + 2802,29x3,8 +
247,26x3,9 + 2764,37x4,1 + 958,31x4,2 + 476,98x4,10 + 1389,68x5,11 +
609,17x5,12 + 395,29x6,13 + 2141,13x6,14 + 1835,25x6,15
Kendala :
x1,1+x1,2 = 982368
x2,3 + x2,4 = 225504
x3,1 + x3,2 + x3,4 + x3,5 + x3,6 + x3,7 + x3,8 + x3,9 = 1029024
x4,1 + x4,2 + x4,10 = 1091232
x5,11 + x5,12 = 272160
x6,13 + x6,14 + x6,15 = 235872
x1,1 + x3,1 + x4,1 = 889056
x1,2 + x3,2 + x4,2 = 907200
x2,3 = 116640
x2,4 + x3,4 = 142560
x3,5 = 23328
x3,6 = 72576
x3,7 = 38880
x3,8 = 38880
x3,9 = 440640
x4,10 = 658368
x5,11 = 82944
x5,12 = 189216
x6,13 = 168480
x6,14 = 31104
x6,15 = 36288
Dari formulasi tersebut dapat dibentuk ke tabel transportasi yang dapat dilihat
pada tabel L.1 pada lampiran 6.
3.3. PERHITUNGAN MINIMALISASI BIAYA OPERASIONAL
PENDISTRIBUSIAN AIR
3.3.1 Biaya Operasional Pendistribusian Air Sebelum Di Minimalisasi
Dari tabel transportasi yang diperoleh pada tabel L.1 dapat dihitung total
biaya operasional pendistribusian air PDAM cabang Semarang Tengah
sebelum dilakukan minimalisasi (Lampiran 6) menggunakan rumus :
Z = Σ (Biaya Operasional pendistribusian air per m 3 per daerah pasokan x
Jumlah Suplai)
Atau
Z = c1,1x1,1 + c1,2x1,2 + c1,3x1,4 + … + c6,15x6,15
diperoleh Total biaya operasional pendistribusian air PDAM cabang Semarang
Tengah sebelum dilakukan minimalisasi yaitu sebesar Rp. 3.249.378.607,68 -.
3.3.2 Biaya Operasional Pendistribusian Air Setelah Di Minimalisasi
a. Metode Pendekatan Vogel (VAM)
Untuk perhitungan iterasi yang dikenakan pada tabel transportasi L.1
menggunakan metode VAM dapat dilihat pada lampiran 7. Dari hasil iterasi
tersebut, diperoleh solusi :
x1,1 = 508302
x1,2 = 474336
x2,3 = 116640
x2,4 = 108864
x3,1 = 381024
x3,2 = 0
x3,4 = 33696
x3,5 = 23328
x3,6 = 72576
x3,7 = 38880
x3,8 = 38880
x3,9 = 440640
x4,1 = 0
x4,2 =432864
x4,10 = 658368
x5,11 =138968
x5,12 = 189216
x6,13 =168480
x6,14 = 31104
x6,15 = 36288
dan 0 untuk xi,j lainnya.
Dari solusi diatas, dapat dihitung total biaya operasional pendistribusian
air PDAM cabang Semarang Tengah setelah diminimalisasi menggunakan
Metode VAM (Lampiran 7) menggunakan rumus fungsi tujuan :
Z = Σ (Biaya Operasional pendistribusian air per m3 per daerah pasokan x
Jumlah Suplai)
Atau
Z = c1,1x1,1 + c1,2x1,2 + c1,3x1,4 + … + c6,15x6,15
diperoleh Biaya Operasional pendistribusian air minimum yaitu sebesar
Rp. 2.991.346.277,76.
b. Metode Ongkos Terkecil (Least Cost)
Untuk perhitungan iterasi yang dikenakan pada tabel transportasi L.1
menggunakan ametode Least Cost dapat dilihat pada lampiran 8. Dari hasil
iterasi tersebut, diperoleh solusi :
x1,1 = 508302
x1,2 =474336
x2,3 = 116640
x2,4 =108864
x3,1 =381024
x3,2 =0
x3,4 =33696
x3,5 =23328
x3,6 =72576
x3,7 =38880
x3,8 =38880
x3,9 = 440640
x4,1 =0
x4,2 =432864
x4,10 = 658368
x5,11 =138968
x5,12 = 189216
x6,13 =168480
x6,14 = 31104
x6,15 = 36288
dan 0 untuk xi,j lainnya.
Dari solusi diatas, dapat dihitung total biaya operasional pendistribusian
air PDAM cabang Semarang Tengah setelah diminimalisasi menggunakan
Metode Least Cost (Lampiran 8) menggunakan rumus fungsi tujuan :
Z = Σ (Biaya Operasional pendistribusian air per m3 per daerah pasokan x
Jumlah Suplai)
atau
Z = c1,1x1,1 + c1,2x1,2 + c1,3x1,4 + … + c6,15x6,15
diperoleh Biaya Operasional pendistribusian air minimum yaitu sebesar
Rp 2.991.346.277,76.

3.4. ANALISA
Total biaya dari Metode Pendekatan Vogel (VAM) dan Metode Least Cost
merupakan solusi feasible awal. Untuk menguji keoptimalan dari solusi
feasible awal tersebut, digunakan metode steping stone (Lampiran 9) dan
diperoleh bahwa solusi tersebut optimal. Setelah diminimalisasi,
pendistribusian air berubah dari sebelumnya. Perubahan yang terjadi adalah :
Dari reservoir Kaligarang ke Sutomo, berubah dari 518400 m3/bulan
menjadi 508302 m3/bulan
Dari reservoir Kaligarang ke Imam Bonjol, berubah dari 463968 m3/bulan
menjadi 474336 m3/bulan
Dari reservoir Gajah Mungkur ke Sutomo, berubah dari 259200 m3/bulan
menjadi 381024 m3/bulan
Dari reservoir Gajah Mungkur ke Imam Bonjol tidak lagi mengalirkan air.
Dari reservoir Sultan Agung ke Sutomo tidak lagi mengalirkan air
Dari reservoir Sultan agung ke Imam Bonjol, berubah dari 321408 m 3/bulan
menjadi 432864 m3/bulan
Untuk pasokan air dari reservoir yang lain tidak mengalami perubahan.
Pendistribusian air yang optimal antara metode VAM dan Least Cost
hasilnya sama dan untuk Pendistribusian air dari reservoir ke tujuan
berbeda dengan pendistribusian yang dilakukan sebelum di optimalisasi.
Ada beberapa reservoir yang suplainya lebih sedikit dari sebelumnya
bahkan ada yang tidak lagi menyuplai air karena suplai dari reservoir ini
dialihkan ke reservoir lain sehingga ada beberapa reservoir yang
menyuplai air lebih banyak daripada sebelumnya, dengan permintaan tiap
daerah tujuan tetap terpenuhi.
Pendistribusian air sebelum dan sesudah diminimalisasi dapat dilihat
pada tabel 4.3

RESERVOIR TUJUAN VOLUME AIR VOLUME AIR


SEBELUM SETELAH
DIMINIMALISASI DIMINIMALISASI
(m /bulan)
3
(m /bulan) 3

Kaligarang Sutomo 518400 508302


Imam Bonjol 463968 474336
Miniplan Sampangan 116 640 116640
Candi 108 864 108864
Gajah Mungkur Sutomo 259200 381024
Imam Bonjol 121824 0
Candi 33 696 33 696
P. Gedeh 23 328 23 328
Papandayan 72 576 72 576
Suyudono 38 880 38 880
Kokrosono 38 880 38 880
Pamularsih 440 640 440 640
Sultan agung Sutomo 111456 0
Imam Bonjol 321408 432864
Mugas 658 368 658 368
Siranda Pahlawan 82 944 82 944
Simpang Lima 189 216 189 216
Jomblang MT. Haryono 168 480 168 480
Semeru 31 104 31 104
Karang Anyar 36 288 36 288
Total Volume 3 836 160 3 836 160

Pendistribusian air yang optimal antara metode VAM dan Least Cost
hasilnya sama dan untuk Pendistribusian air dari reservoir ke tujuan berbeda
dengan pendistribusian yang dilakukan sebelum di optimalisasi. Ada beberapa
reservoir yang suplainya lebih sedikit dari sebelumnya bahkan ada yang tidak
lagi menyuplai air karena suplai dari reservoir ini dialihkan ke reservoir lain
sehingga ada beberapa reservoir yang menyuplai air lebih banyak daripada
sebelumnya, dengan permintaan tiap daerah tujuan tetap terpenuhi.
Total biaya operasional PDAM cabang tengah sebelum dioptimalisasi
adalah Rp 3.249.378.607,68. Setelah dioptimalisasi menggunakan VAM
diperoleh Total biaya operasional pendistribusian air yang minimal sebesar Rp
2.991.346.277,76 dan setelah dioptimalisasi menggunakan Least Cost
diperoleh Total biaya operasional pendistribusian air yang minimal sebesar Rp
2.991.346.277,76.

BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Biaya operasional semula sebesar Rp. 3.249.378.607,68
2. Biaya operasional minimum sebesar Rp. 2.991.346.277,76
3. PDAM Cab. Semarang Tengah dapat menghemat biaya operasional
4. sebesar Rp. 258.032.329,92
5. Dari data ‘Skema Pelayanan Distribusi Air PDAM Kota Semarang’ akan
dihitung volume pasokan air per bulan menggunakan rumus :
3 V o l u m e a l i r a n ( l / d t k ) x h a r i x
P a s o k a n A i r p e r B u l a n ( m ) =
1 0 0 0
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Jakarta : Erlangga.

Dimyati, Tjuju Tarliah, Ahmad Dimyati. 2002. Operations Research Model-

Model Pengambilan Keputusan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hiller, Federick S., Gerald J. Lieberman. 1994. Pengantar Riset Operasi. Jakarta:
Erlangga.

Irawanto, Bambang dkk. 2004. Buku Ajar Program Linier. Semarang: Jurusan
Matematika UNDIP.
Subagyo, Pangestu, S.E.,M.B.A., Asri, Marwan. S.E.,M.B.A., Handoko, T. Hani,

S.E.,M.B.A.,Ph.D..1991. Dasar-Dasar Operations Research. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai