PENDAHULUAN
Sumber Tujuan
A B
j=1
X11
i=1
X12 j=2
. .
. .
. .
X1n
j=n
X21 j=1
i=2
X22 j=2
. .
. .
. .
X2n
j=n
X21 j=1
i=2
X22 j=2
. .
. .
. .
X2n
j=n
m n
Z Σ=
i = jl =
Σ
l i j i j C X
n
Σ xi
j = l
j = 1a i , ,2 i, … = , m
m
Σ xl i
i =
j = = b j ,1 ,j 2 , … , n
Xij > 0 untuk seluruh i dan j.
Pembatas atau kendala yang ada merupakan suatu persamaan dan bukan suatu
pertidaksamaan karena semua jumlah yang tersedia diperlukan untuk
memenuhi total permintaan. Dengan kata lain semua yang ditawarkan akan
digunakan untuk memenuhi semua permintaan.
C11 ; X11
a1 b1
C12 ; X12
C1n ; X1n
C13 ; X13
C22 ; X22 b2
C21 ; X21
Cm2 ; Xm2
a2 C23 ; X23
b3
Cm1 ; Xm1
Cm2 ; Xm2
C1n ; X1n
am bn
Cmn ; Xmn
}
x11 + x12 +…+ x1n = a1
x21 + x22 +…+ x2n = a2 Kendala sumber
:
1 a 1
X 1 1 X 1 2 X 1 n
C 2 1 C 2 2 C 2 n
S u m b e r
( i ) 2 a 2
X 2 1 X 2 2 X 2 n
. .
. .
. .
C m 1 C m 2 C m n
m a m
X m 1 X m 2 X m n
D e m a n d b 1 b 2 . . . b n
2.5. KESEIMBANGAN MODEL TRANSPORTASI
Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber)
sama dengan total demmand (tujuan). Dengan kata lain :
m n
Σ a i = jΣ = b l j
i = l
Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi atau
dengan kata lain jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih
kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi maka model
persoalannya disebut sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced),
namun setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara
memasukkan varibel semu (artificial).
Jika jumlah demand melebihi jumlah supply maka harus dibuat suatu
sumber dummy yang akan men-supply kekurangan tersebut, yaitu sebanyak Σ j
bj - Σ i ai . Sebaliknya jika jumlah supply melebihi jumlah demand, maka harus
dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak
Σ ia i - Σ ib i .
Ongkos transportasi per unit (cij) dari sumber dummy keseluruh tujuan
adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber
dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per
unit (cij) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
2.6. TEKNIK – TEKNIK PEMECAHAN PERSOALAN TRANSPORTASI
Dua metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu model
transportasi yaitu Metode Stepping Stone dan Metode Lagrange Multipliers
(Metode Modified Distribution atau MODI ) sebagai suatu uji optimalitas.
Sebelum penyelesaian model ini dilakukan harus ditetapkan solusi feasible
awal dengan Metode Least Cost, atau Vogel’s Approximation.
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah transportasi
adalah sebagai berikut
1. Menentukan solusi feasible basis awal.
2. Melakukan uji optimalitas.
Langkah 1 : Menentukan solusi feasible basis awal
Solusi feasible basis awal adalah suatu solusi awal dari persoalan yang
memenuhi kendala yang ada. Ada tiga metode yang biasa digunakan untuk
menentukan solusi feasible basis awal, yaitu :
2.6.1 Metode Ongkos Terkecil (Least Cost)
Prinsip cara ini adalah pemberian prioritas pengalokasian pada tempat
yang mempunyai ongkos satuan terkecil (biaya per unit terkecil). Alokasi awal
dilakukan pada kotak dalam tabel yang mempunyai biaya terendah.
Adapun langkah-langkah dari metode ini adalah
1. Mengalokasikan sebanyak mungkin ke kotak feasible dengan biaya
transportasi minimum kemudian sesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
2. Mengulangi langkah tersebut sampai semua kebutuhan terpenuhi.
2.6.2 Metode Pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Methods)
Langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung opportunity cost (penalty cost) untuk tiap kolom dan baris
dengan jalan mengurangkan elemen ongkos terkecil dari yang terkecil
kedua. Penalty cost merupakan suatu biaya yang menyebabkan perubahan
ongkos transportasi menjadi lebih besar.
2. Menyelidiki kolom atau baris dengan penalty terbesar.
Mengalokasikan sebanyak mungkin pada variabel dengan ongkos terkecil,
menyesuaikan supply dengan demand, kemudian menandai kolom atau
baris yang terpenuhi secara simultan. Selanjutnya memilih salah satu untuk
ditandai, sehingga supply atau demand pada baris atau kolom yang tidak
dipilih adalah nol. Setiap baris atau kolom dengan supply atau demand
sama dengan nol, tidak akan terbawa lagi dalam perhitungan penalty
berikutnya.
3. Melakukan pengamatan sebagai berikut :
a. Bila tinggal 1 kolom atau baris yang belum ditandai, maka berhenti.
b. Bila tinggal 1 kolom atau baris dengan supply atau demand positif yang
belum ditandai, tentukan variabel basis pada kolom atau baris dengan
cara ongkos terkecil (least cost).
c. Bila semua baris dan kolom yang belum ditandai mempunyai supply dan
demand sama dengan nol, tentukan varibel-varibel basis yang berharga
nol dengan cara ongkos terkecil. Kemudian berhenti.
d. Jika 3a, b, c tidak terjadi, hitung kembali penalty untuk baris atau kolom
yang belum ditandai. Kembali ke nomor 2.
Langkah 2 : Melakukan Uji Optimalitas
Setelah diperoleh solusi feasible basis awal maka selanjutnya dilakukan uji
optimalitas. Langkah ini merupakan langkah penyelesaian model untuk
mendapatkan solusi minimal. Ada dua cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan metode stepping stone atau metode multipliers. Kedua
langkah tersebut merupakan uji optimalitas dari hasil yang diperoleh pada
langkah 1.
Dari data ‘Laporan Harga Pokok Air Bulan Januari 2008’ (Lampiran
3),diperoleh Biaya Operasional rata-rata PDAM per m3 adalah Rp 847,04
Kemudian, akan dihitung volume penawaran rata-rata untuk masing-masing
reservoir (Lampiran 4) dan biaya pasokan air per m3 untuk
masing-masing daerah tujuan (Lampiran 5) menggunakan rumus :
Total Kapasitas masing masing Reservoir
Penawaran Rata-Rata =
Banyaknya Daerah Tujuan
permintaan 3
Biaya = penawaran x biaya rata-rata per m
Tabel 4.2 Penawaran, Permintaan dan Biaya per m per Daerah Pasokan
3
3.4. ANALISA
Total biaya dari Metode Pendekatan Vogel (VAM) dan Metode Least Cost
merupakan solusi feasible awal. Untuk menguji keoptimalan dari solusi
feasible awal tersebut, digunakan metode steping stone (Lampiran 9) dan
diperoleh bahwa solusi tersebut optimal. Setelah diminimalisasi,
pendistribusian air berubah dari sebelumnya. Perubahan yang terjadi adalah :
Dari reservoir Kaligarang ke Sutomo, berubah dari 518400 m3/bulan
menjadi 508302 m3/bulan
Dari reservoir Kaligarang ke Imam Bonjol, berubah dari 463968 m3/bulan
menjadi 474336 m3/bulan
Dari reservoir Gajah Mungkur ke Sutomo, berubah dari 259200 m3/bulan
menjadi 381024 m3/bulan
Dari reservoir Gajah Mungkur ke Imam Bonjol tidak lagi mengalirkan air.
Dari reservoir Sultan Agung ke Sutomo tidak lagi mengalirkan air
Dari reservoir Sultan agung ke Imam Bonjol, berubah dari 321408 m 3/bulan
menjadi 432864 m3/bulan
Untuk pasokan air dari reservoir yang lain tidak mengalami perubahan.
Pendistribusian air yang optimal antara metode VAM dan Least Cost
hasilnya sama dan untuk Pendistribusian air dari reservoir ke tujuan
berbeda dengan pendistribusian yang dilakukan sebelum di optimalisasi.
Ada beberapa reservoir yang suplainya lebih sedikit dari sebelumnya
bahkan ada yang tidak lagi menyuplai air karena suplai dari reservoir ini
dialihkan ke reservoir lain sehingga ada beberapa reservoir yang
menyuplai air lebih banyak daripada sebelumnya, dengan permintaan tiap
daerah tujuan tetap terpenuhi.
Pendistribusian air sebelum dan sesudah diminimalisasi dapat dilihat
pada tabel 4.3
Pendistribusian air yang optimal antara metode VAM dan Least Cost
hasilnya sama dan untuk Pendistribusian air dari reservoir ke tujuan berbeda
dengan pendistribusian yang dilakukan sebelum di optimalisasi. Ada beberapa
reservoir yang suplainya lebih sedikit dari sebelumnya bahkan ada yang tidak
lagi menyuplai air karena suplai dari reservoir ini dialihkan ke reservoir lain
sehingga ada beberapa reservoir yang menyuplai air lebih banyak daripada
sebelumnya, dengan permintaan tiap daerah tujuan tetap terpenuhi.
Total biaya operasional PDAM cabang tengah sebelum dioptimalisasi
adalah Rp 3.249.378.607,68. Setelah dioptimalisasi menggunakan VAM
diperoleh Total biaya operasional pendistribusian air yang minimal sebesar Rp
2.991.346.277,76 dan setelah dioptimalisasi menggunakan Least Cost
diperoleh Total biaya operasional pendistribusian air yang minimal sebesar Rp
2.991.346.277,76.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Biaya operasional semula sebesar Rp. 3.249.378.607,68
2. Biaya operasional minimum sebesar Rp. 2.991.346.277,76
3. PDAM Cab. Semarang Tengah dapat menghemat biaya operasional
4. sebesar Rp. 258.032.329,92
5. Dari data ‘Skema Pelayanan Distribusi Air PDAM Kota Semarang’ akan
dihitung volume pasokan air per bulan menggunakan rumus :
3 V o l u m e a l i r a n ( l / d t k ) x h a r i x
P a s o k a n A i r p e r B u l a n ( m ) =
1 0 0 0
DAFTAR PUSTAKA
Hiller, Federick S., Gerald J. Lieberman. 1994. Pengantar Riset Operasi. Jakarta:
Erlangga.
Irawanto, Bambang dkk. 2004. Buku Ajar Program Linier. Semarang: Jurusan
Matematika UNDIP.
Subagyo, Pangestu, S.E.,M.B.A., Asri, Marwan. S.E.,M.B.A., Handoko, T. Hani,