Sel merupakan unit struktural dan fungsional jaringan dan organ. Sel mampu mengatur
dirinya dalam dengan cara merubah struktur dan fungsinya sebagai respons terhadap berbagai
kondisi fisiologis maupun patologis. Kemampuan ini disebut sebagai adaptasi seluler.
b) Hipertrofi adalah ukuran sel jaringan atau organ yang menjadi kebih besar daripada
ukuran normalnya.
Contohnya adalah hipertrofi ventrikel.
Hipertofi ventrikel dapat terjadi pada jantung bagian kanan, namun, banyak
kasus yang menyebutkan hipertrofi ventrikel kiri, karena ventrikel kiri memompa
darah ke seluruh tubuh dalam arti kerja ventrikel kiri lebih besar sehingga rentan
terkena hipertropi. Hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan gagal jantung. Kita tahu,
bahwa hipertrofi adalah pembesaran organ yang disebabkan karena pertambahan
ukuran. Pada kasus hipertrofi ventrikel, ventrikel mengalami pelebaran sehingga
menutupi ruang jantung. Akibatnya, jantung mengalami kesulitan dalam
memompakan darah ke seluruh tubuh. Pada akhirnya, tubuh kita tidak teraliri oksigen
secara merata. Terjadilah gagal jantung.
c) Hiperplasi adalah suatu keadaan yang disebabkan adanya stimulus atau keadaan
kekurangan sekret atau produksi sel terkait yang hanya terjadi pada sel labil, seperti
sel lapis epidermis dan sel darah.
Perbedaan antara hipertrofi dan hiperplasia:
Hipertrofi: Membesarnya suatu organ karena pertambahan ukuran sel dan hanya
terjadi pada sel-sel stabil seperti sel hati, sel epitel kelenjar, sel otot polos dinding
uterus.
Contoh: Otot skelet pada binaragawan.
Hiperplasia: Membesarnya suatu organ karena pertambahan jumlah sel dan hanya
terjadi pada sel-sel labil seperti sel darah.
Contoh: Pembesaran kelenjar mammae pada saat si Ibu menyusui.
Hiperplasia kompensatorik merupakan suatu keadaan dimana terjadi suatu kelainan
karena perkembangan unsur parenkim tidak sempurna pada salah satu organ
kemudian organ lain yang survive akan membesar dan menggantikan fungsi organ
yang menderita kelainan. Hiperplasia kompensatorik yaitu hiperplasia yang terjadi
saat sebagian jaringan dibuang atau sakit. Misalnya saat hati (hepar) direseksi
sebagian, aktivitas mitotik pada sel yang tersisa berlangsung paling cepat 12 jam
berikutnya tetapi akhirnya terjadi perbaikan hati ke berat normal. Rangsang untuk
hiperplasia pada kondisi ini adalah faktor pertumbuhan poliptida, yang dihasilkan oleh
sisa-sisa hepatosit (sel hepar) seta sel nonparenkimal yang ditemukan di hati. Setelah
perbaikan massa hati, proliferasi sel "dihentikan" oleh berbagai inhibitor pertumbuhan
(Robins, K, C 2007).
d) Metaplasi adalah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu
Terdapat 2 jenis kematian sel yaitu apotosis dan nekrosis.
Perbedaan utama antara apoptosis dan nekrosis yaitu :
Apoptosis: kematian sel fisiologis yang tidak mengundang reaksi sel radang.
Nekrosis: kematian sel periodik yang telah dipersiapkan penggantinya.
Beberapa penyebab terjadinya cedera (jejas) sel. Lima (5) dari beberapa
penyebab umum jejas sel antara lain:
1. Iskemi dan hipoksi
2. Radikal bebas
3. Zat toksik
4. Reaksi imunologik
5. Defek genetik
1. Suhu, contohnya luka bakar. luka bakar mengakibatkan sel-sel mati, sebab sel
memiliki kandungan protein yang dapat terkoagulasi ketika terbakar
2. Perubahan tekanan secara tiba-tiba, akan mengakibatkan terbentuknya emboli dalam
bentuk gas nitrogen yang akan menyumbat aliran darah
3. Benturan: mengakibatkan sel pecah/pecahnya pembuluh darah, inflamasi, dan edema
4. Tersambar petir, ada dua kemungkinan yang terjadi ketika seseorang tersambar petir,
pertama akan hangus terbakar. kedua akan langsung meninggal akibat fungsi otak dan
jantung yang terganggu
5. Radiasi: akan mengakibatkan kerusakan genetik
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu
reversible dan irreversible.
Mola itu adalah penyakit yang berbahaya bagi seorang ibu. Pengobatan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak dari penyakit mola adalah:
Melakukan kuret jika si ibu masih ingin mengandung atau memiliki anak agar rahim
siap melakukan pembuahan dan diharapkan menghasilkan janin yang sempurna.
Kedua hal ini harus dilakukan agar si ibu terbebas dari penyakit mola tersebut dan
rahimnya dapat sehat. Mola pada ibu hamil memang merupakan kasus yang dapat dikatakan
kasus yang menakutkan bagi ibu-ibu hamil. Mola itu sendiri sering dikatakan hamil anggur.
Pada hamil mola seringkali tidak ditemukan keberadaan janin, jantung janin tidak terdengar
dan bagian tubuh lainnya pun tidak teraba, namun tetap mencirikan tanda-tanda kehamilan
seperti perut membesar, mengidam, mual, muntah hebat, dll. Pada hamil mola, kandungan
terisi oleh jaringan berbentuk gelembung berisi cairan. Gelembung-gelembung ini
jumlahnya banyak, sehingga menyerupai kumpulan buah anggur. Penyebabnya adalah
adanya gangguan pertumbuhan plasenta (ari-ari), karena pembuahan sel telur yang kosong
oleh sperma. Uterus pada kehamilan mola berukuran lebih besar dari usia kehamilannya,
misalnya sebenarnya usia kehamilan baru 4 bulan namun besarnya perut seperti hamil 7
bulan.
Pendarahan merupakan gejala awal mola, gejala pendarahan ini biasanya terjadi
antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa
intermiten, sedang, bahkan sangat banyak sehingga dapat menyebabkan syok atau kematian,
karena pasien mengalami anemia. Pada ibu hamil yang mengalami hamil mola akan
mengeluarkan jaringan secara spontan dari jalannya lahir (vagina)seperti gelembung-
gelembung anggur yang disertai darah berwarna gelap.
Referensi
H.Sutisna. (1973). Patologi. Jakarta: FKUI
Pringgoutomo, S., dkk. (2006). Buku Ajar Patologi 1 (Umum). Jakarta: Sagung Seto
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. 2. (Terj. Brahm U.P.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.