Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Abrasif


Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis, mengasah, dan
menggosok (www.pdgi-online.com).

2.2 Manfaat Bahan Abrasif


Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan
tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika (Annusavice, 2003:
563).
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut
dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui
reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan
yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan
preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat
jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan
gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi
dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik
karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama
mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi
tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan
restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan
dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang
dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya,
kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak
jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan
yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara
estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi disebelahnya bila berada di daerah
yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi anterior atas. Meskipun
demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan.
Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi
kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Annusavice, 2003: 563).

2.3 Keausan Abrasif, Keausan Erosif, dan Kekerasan Abrasif


♥ Keausan abrasif
Keausan adalah proses penghilangan bahan yang dapat terjadi bila permukaan saling
bergesekan satu sama lain. Proses penyelesaian restorasi melibatkan keausan abrasi
melalui pemakaian partikel keras. Pada kedokteran gigi, partikel paling luar atau
bahan permukaan dari instrumen abrasi disebut sebagai abrasif. Bahan yang dirapikan
disebut substrat (Annusavice, 2003: 567).
Keausan abrasif lebih jauh lagi dibagi menjadi proses keausan dau dan tiga tubuh.
Keausan dua tubuh terjadi jika partikel abrasif berikatan kuat pada permukaan
instrumen abrasif dan tidak digunakan partikel abrasif lain. Bur intan yang mengasah
gigi mewakili contoh dari keausan dua tubuh. Keausan tiga tubuh terjadi jika partikel
abrasif dibiarkan bebas meluncur dan berotasi di antara dua permukaan (Annusavice,
2003: 567).
♥ Keausan erosif
Keausan erosif disebabkan oleh partikel keras yang menekan permukaan substrat,
baik yang dibawa melalui aliran udara atau aliran air. Kebanyakan laboratorium gigi
mempunyai unit balsting yang dijalankan dengan udara dan menggunakan erosi
partikel keras untuk menghilangkan bahan permukaan. Jenis erosi ini harus dibedakan
dengan erosi kimia, yang melibatkan bahan-bahan kimia seperti asam dan basa alih-
alih dari partikel keras, untuk menghilangkan bahan substrat. Etsa asam adalah istilah
umum yang digunakan lebih sering daripada erosi kimia. Erosi kimia tidak digunakan
sebagai metode penyelesaian bahan gigi. Kegunaan utamanya adalah untuk
mempreparasi permukaan guna meningkatkan bonding atau pelapisan (Annusavice,
2003: 568).
♥ Kekerasan Abrasif
Kekuatan dari bilah pemotong atau partikel abrasive pada insturmen gigi harus cukup
besar untuk menghilangkan partikel dari bahan substrat tanpa menjadi tumpul atau
mudah patah. Kekuatan abrasive sering diukur melalui kekerasan dari partikel atau
bahan permukaan. Kekerasan adalah ukuran permukaan dari ketahanan satu bahan
terhadap deformasi plastis oleh bahan lain.
Material Moh’s Value Material Moh’s Value

Diamond 10 Quartz 7
Silikon Carbide 9-10 Tin Oxide 6-7
Emery 9-10 Porcelain 6-7
Tungsten Carbide 9-10 Garnet 6,5-7
Aluminum Oxide 9 Tripoli 6-7
Zirconium Silicate 7,5-7 Pumice 6
Cuttle 7

(Annusavice, 2003: 568).

2.4 Instrumen Abrasif


♥ Pasir abrasif. Pasir abrasif berasal dari bahan yang dihaluskan dan disaring
melalui serangkaian penyaring kasa untuk mendapatkan partikel dengan ukuran yang
bermacam-macam. Pasir abrasive gigi diklasifikasikan sebagai kasar, cukup kasar,
sedang, halus, dan super halus menurut ukuran partikelnya (Annusavice, 2003: 569).
♥ Abrasif bonding. Abrasif bonding terdiri dari partikel abrasive yang diikatkan
melalui pengikat untuk membentuk alat pengasah seperti poin, roda, disk pemotong,
dan berbagai bentuk abrasif lainnya. Partikel-partikelnya diikatmelalui empat metode
umum: (1) sintering; (2) bonding vitreous (kaca atau keramik); (3) bonding resinoid
(biasanya resin fenolik); dan (4) bonding karet (biasanya karet silikon). Instrument
abrasive bonding harus selalu menjalani prosedur truing dan dressing. Truing adalah
prosedur dimana instrument abrasive dilewatkan pada blok abrasive yang lebih keras
sampai instrument abrasive berputar pada henpis tanpa gerak eksentrik bila diletakkan
pada substrat. Prosedur dressing seperti truing, namun dengan tujuan mereduksi
instrument ke ukuran dan bentuk kerja yang tepat, serta membersihkan debris yang
menempel dari instrument abrasif (Annusavice, 2003: 570).
♥ Disk abrasif tipe pelapisan dan ampelas. Abrasive yang dilapis dibuat dengan
menanamkan partikel abrasive pada bahan yang lentur (kertas tebal atau Mylar)
dengan bahan adhesive yang sesuai. Abrasive ini umumnya dipasok dalam bentuk
disk atau ampelas. Disk tersedia dengan berbagai diameter dan dengan ketebalan tipis
sampai super tipis (Annusavice, 2003: 572).

2.5 Bahan Abrasif


Ada beberapa jenis abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang digunakan dalam
kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, ampelas,
akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr berasal dari
sisa organisme hidup. Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih
disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida
aluminium, rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.
♥ Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu
muda dan semitranslusen yang ditambang di Arkansas. Mengandung quartz
mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil
dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai bentuk untuk
mengasah email gigi dan logam campur.
♥ Kapur. Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif
putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan sebagai pasta abrasif ringan
untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastik.
♥ Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih.
Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah banyak
menggantikan korundum dalam aplikasi dental. Korundum digunakan terutama untuk
mengasah logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan
bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white stone.
♥ Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Ini
adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut superabrasif karena kemampuannya
untuk mengatasi substansi apapun. Abrasif intan dipasok dalam berbagai bentuk,
termasuk instrumen abrasif yang berputar, ampelas abrasif yang mempunyai backing
logam lentur, dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan keramik dan resin
komposit.
♥ Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam
bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk abrasif dan
tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam
campur atau bahan plastis.
♥ Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai sifat
fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari aluminium, kobalt, besi,
magnesium, dan mangan. Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi
biasanya berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama pengasahan,
membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini menjadi abrasif
yang sangat efektif. Akik tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung. Digunakan
untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
♥ Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna abu-abu muda.
Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif
karet. Kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat
batu volakanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi,
lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
♥ Quartz. Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak
berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat banyak dan tersebar
luas. Partikel-partikel kristalin quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular
yang tajam yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan
terutama untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email
gigi.
♥ Pasir. Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas silika.
Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai penampilan yang
khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan tekanan
udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga dapat
dilapiskan pada disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
♥ Tripoli. Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh. Berwarna
putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang berwarna abu-abu dan merah
adalah yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi
partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi batang-
batang senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa
bahan plastik.
♥ Zirkonium silikat. Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna
putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan
digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering digunakan sebagai
komponen pasta profilaksis gigi.
♥ Cuttle. Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif ini.
Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang laut
Mediterania dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk
prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
♥ Kieselguhr. Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang disebut
diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus, yang digunakan sebagai
bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti bahan cetak hidrokoloid. Merupakan
abrasif yang sangat halus. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis
terhadap partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan
pencegahan harus selalu dilakukan.
♥ Silikon Karbid. Adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang
pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau atau hitam-biru mempunyai sifat fisik
yang setara. Bentuk hijau sering lebih disukai karena substrat terlihat lebih nyata di
balik warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-partikelnya
tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan
efisiensi pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam
campur, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai abrasif pada disk
dan instrumen bonding vitreous serta karet.
♥ Oksida Aluminium. Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan
sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk
berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena
kemurniannya. Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit mengubah
reaktan pada proses pembuatannya. Ada beberapa jenis ukuran butiran dan alumina sudah
semakin banyak menggantikan bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan
secara luas dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif bonding,
abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan dengan motor udara.
♥ Abrasif intan sintetik. Intan buatan digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat lima
kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan pada
pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan
digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles intan juga dapat dibuat
dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 μm dan digunakan untuk memoles bahan
keramik. Abrasif intan sintetik digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik,
dan bahan resin komposit.
♥ Rouge. Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam rouge.
Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak menjadi bentuk
bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.
♥ Oksida Timah. Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan
pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini dicampur dengan air,
alkohal, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.
(Annusavice, 2003: 572).

Anda mungkin juga menyukai