Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK KONVERSI DAN KONSERVASI ENERGI (kode TA1)

Data Pertumbuhan Penduduk; Data Produk Nasional Bruto;


Data Konsumsi Energi; Data Cadangan Minyak, Batu Bara serta Gas Alam
untuk Indonesia

Oleh :

Nur Wakhid Habibullah


2408100077

Jurusan Teknik Fisika


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2011
1. Data Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Berikut adalah Data Laju Pertumbuhan Penduduk dari
tahun 2000-2025.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025


Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. NANGGROE ACEH 3,929.3 4,037.9 4,112.2 4,166.3 4,196.5 4,196.3
DARUSSALAM
2. SUMATERA UTARA 11,642.6 12,452.8 13,217. 13,923.6 14,549.6 15,059.3
6
3. SUMATERA BARAT 4,248.5 4,402.1 4,535.3 4,693.4 4,785.4 4,846.0
4. RIAU 4,948.0 6,108.4 7,469.4 8,997.7 10,692.8 12,571.3
5. JAMBI 2,407.2 2,657.3 2,911.7 3,164.8 3,409.0 3,636.8
6. SUMATERA SELATAN 6,210.8 6,755.9 7,306.3 7,840.1 8,369.6 8,875.8
7. BENGKULU 1,455.5 1,617.4 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6
8. LAMPUNG 6,730.8 7,291.3 7,843.0 8,377.4 8,881.0 9,330.0
9. KEP. BANGKA BELITUNG 900.0 971.5 1,044.7 1,116.4 1,183.0 1,240.0
10. DKI JAKARTA 8,361.0 8,699.6 8,981.2 9,168.5 9,262.6 9,259.9
11. JAWA BARAT 35,724.0 39,066.7 42,555. 46,073.8 49,512.1 52,740.8
3
12. JAWA TENGAH 31,223.0 31,887.2 32,451. 32,882.7 33,138.9 33,152.8
6
13. D I YOGYAKARTA 3,121.1 3,280.2 3,439.0 3,580.3 3,694.7 3,776.5
14. JAWA TIMUR 34,766.0 35,550.4 36,269. 36,840.4 37,183.0 37,194.5
5
15. BANTEN 8,098.1 9,309.0 10,661. 12,140.0 13,717.6 15,343.5
1
16. B A L I 3,150.0 3,378.5 3,596.7 3,792.6 3,967.7 4,122.1
17. NUSA TENGGARA 4,008.6 4,355.5 4,701.1 5,040.8 5,367.7 5,671.6
BARAT
18. NUSA TENGGARA 3,823.1 4,127.3 4,417.6 4,694.9 4,957.6 5,194.8
TIMUR
19. KALIMANTAN BARAT 4,016.2 4,394.3 4,771.5 5,142.5 5,493.6 5,809.1
20. KALIMANTAN TENGAH 1,855.6 2,137.9 2,439.9 2,757.2 3,085.8 3,414.4
21. KALIMANTAN SELATAN 2,984.0 3,240.1 3,503.3 3,767.8 4,023.9 4,258.0
22. KALIMANTAN TIMUR 2,451.9 2,810.9 3,191.0 3,587.9 3,995.6 4,400.4
23. SULAWESI UTARA 2,000.9 2,141.9 2,277.2 2,402.8 2,517.2 2,615.5
24. SULAWESI TENGAH 2,176.0 2,404.0 2,640.5 2,884.2 3,131.2 3,372.2
25. SULAWESI SELATAN 8,050.8 8,493.7 8,926.6 9,339.9 9,715.1 10,023.6
26. SULAWESI TENGGARA 1,820.3 2,085.9 2,363.9 2,653.0 2,949.6 3,246.5
27. GORONTALO 833.5 872.2 906.9 937.5 962.4 979.4
28. M A L U K U 1,166.3 1,266.2 1,369.4 1,478.3 1,589.7 1,698.8
29. MALUKU UTARA 815.1 890.2 969.5 1,052.7 1,135.5 1,215.2
30. PAPUA 2,213.8 2,518.4 2,819.9 3,119.5 3,410.8 3,682.5
Sumber : “PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI 2000 – 2025”, BPS.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025


Propinsi 2000 s/d 2005 s/d 2010 s/d 2015 s/d 2020 s/d 2025
2005 2010 2015 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. NANGGROE ACEH 0.55 0.37 0.26 0.14 -0.00
DARUSSALAM
2. SUMATERA UTARA 1.35 1.20 1.05 0.88 0.69
3. SUMATERA BARAT 0.71 0.60 0.69 0.39 0.25
4. RIAU 4.30 4.11 3.79 3.51 3.29
5. JAMBI 2.00 1.85 1.68 1.50 1.30
6. SUMATERA SELATAN 1.70 1.58 1.42 1.32 1.18
7. BENGKULU 2.13 1.99 1.85 1.69 1.51
8. LAMPUNG 1.61 1.47 1.33 1.17 0.99
9. KEP. BANGKA BELITUNG 1.54 1.46 1.34 1.17 0.95
10. DKI JAKARTA 0.80 0.64 0.41 0.20 -0.01
11. JAWA BARAT 1.81 1.73 1.60 1.45 1.27
12. JAWA TENGAH 0.42 0.35 0.26 0.16 0.01
13. D I YOGYAKARTA 1.00 0.95 0.81 0.63 0.44
14. JAWA TIMUR 0.45 0.40 0.31 0.19 0.01
15. BANTEN 2.83 2.75 2.63 2.47 2.27
16. B A L I 1.41 1.26 1.07 0.91 0.77
17. NUSA TENGGARA 1.67 1.54 1.41 1.26 1.11
BARAT
18. NUSA TENGGARA 1.54 1.37 1.23 1.09 0.94
TIMUR
19. KALIMANTAN BARAT 1.82 1.66 1.51 1.33 1.12
20. KALIMANTAN TENGAH 2.87 2.68 2.48 2.28 2.04
21. KALIMANTAN SELATAN 1.66 1.57 1.47 1.32 1.14
22. KALIMANTAN TIMUR 2.77 2.57 2.37 2.18 1.95
23. SULAWESI UTARA 1.37 1.23 1.08 0.93 0.77
24. SULAWESI TENGAH 2.01 1.89 1.78 1.66 1.49
25. SULAWESI SELATAN 1.08 1.00 0.91 0.79 0.63
26. SULAWESI TENGGARA 2.76 2.53 2.33 2.14 1.94
27. GORONTALO 0.91 0.78 0.67 0.53 0.35
28. M A L U K U 1.66 1.58 1.54 1.46 1.34
29. MALUKU UTARA 1.78 1.72 1.66 1.53 1.37
30. PAPUA 2.61 2.29 2.04 1.80 1.54
Sumber : “PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI 2000 – 2025”, BPS.

Keterangan:
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa selama 25 tahun (2000-2025) jumlah penduduk Indonesia
terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025.
Akan tetapi, untuk rata-rata pertumbuhan pertahunnya mengalami penurunan. Penurunan ini
lebih dikarenakan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Dari data statistik yang ada diketahui
bahwa penurunan pertumbuhan penduduk karena kelahiran lebih cepat dari pada karena
kematian. Sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ada 2 propinsi dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Hal ini
dikarenakan asumsi migrasi. Pola migrasi menurut umur selama periode estimasi yang
digunakan dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000. Sedangkan untuk laju
pertumbuhan pertahunnya selalu menurun sehingga kondisi minus terjadi.
Pola persebaran penduduk di Indonesia dari tahun ketahun selalu tidak merata, banyak diantara
masyarakat yang melakukan migrasi kekota-kota besar seperti Jakarta dan surabaya sehingga
kepadatan pada kota besar tersebut menjadi naik dari tahun ke tahun. Misalnya dari propinsi DKI
Jakarta dari tahun 2000-2025 berubah dari 8,361.0 menjadi 9,259.9 . Namun yang perlu dicatat
bahwa untuk pertumbuhan per-5tahun mengalami penurunan, terbukti pada tabel 2 untuk DKI
Jakarta 2000 s/d 2005 dan 2020 s/d 2025 mengalami penurunan yaitu dari 0.80 menjadi -0.01.
Jika kita memandang lebih luas maka akan kita dapatkan bahwa secara perlahan persentase
penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1% pada tahun
2000 menjadi 55,4% pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau
pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7% menjadi 22,7%, Kalimantan naik
dari 5,5% menjadi 6,5% pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau
tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang
mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk.
2. Data Produk Nasional Bruto (Gross Domestic Product)

Sumber : Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011


Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding
tahun 2009. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2010
mencapai Rp2.310,7 triliun, sedangkan pada tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar
Rp2.177,7 triliun dan Rp2.082,5 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2010
naik sebesar Rp819,0 triliun, yaitu dari Rp5.603,9 triliun pada tahun 2009 menjadi sebesar
Rp6.422,9 triliun pada tahun 2010. Selama tahun 2010, semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
mencapai 13,5 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,7 persen, Sektor
Konstruksi 7,0 persen, Sektor Jasa-jasa 6,0 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan 5,7 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,3 persen, Sektor Industri Pengolahan
4,5 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 3,5 persen, dan Sektor Pertanian 2,9 persen.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2010 mencapai 6,6 persen yang berarti lebih tinggi
dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1 persen.
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011

Sedangkan jika kita lihat Produk Nasional Bruto berdasarkan penggunaannya untuk tahun 2008-
2010 adalah sebagai berikut:

Sumber: Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011


3. Data Konsumsi Energi.
Keterangan : Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa antara konsumsi energi dengan
penyediaannya hampir seimbang, bahkan tercatat untuk penggunaan biomassa sama persis
dengan penyediaan biomassa, artinya semua persediaan biomassa di gunakan secara maksimal.
Namun untuk penyediaan batubara dengan pemanfaatannya tidak seimbang (penyediaan lebih
besar daripada penggunaannya.) Hal yang dapat diambil dari data diatas adalah bahwa
penggunaan energi dari tahun ke tahun semakin meningkat.

4. Cadangan minyak bumi, batubara, dan gas bumi di Indonesia


Sumber: INDONESIA ENERGY OUTLOOK & STATISTICS 2006

Sumber: INDONESIA ENERGY OUTLOOK & STATISTICS 2006


Sumber: INDONESIA ENERGY OUTLOOK & STATISTICS 2006
Keterangan :
Dari segi cadangan energi, Indonesia memiliki batu bara yang bisa diproduksi sebanyak
19,3 miliar ton, cadangan gas 182 triliun kaki kubik, dan cadangan minyak mentah 8 miliar
barrel. Dari jumlah itu, jika tidak ada eksplorasi untuk menemukan cadangan baru batu bara
cukup untuk kebutuhan 147 tahun, gas bertahan selama 61 tahun lagi, dan minyak bumi hanya
mampu bertahan untuk kebutuhan 8 tahun. Produksi batu bara Indonesia tahun 2007, mencapai
650 million BOE dan sekitar 70 persen diekspor. Produksi minyak bumi tahun ini diproyeksikan
300 million BOE dan sekitar 500.000 barrel diekspor. Produksi gas alam Indonesia tahun 2005
tercatat 570 million BOE dan sekitar 58,4 persen diekspor dalam bentuk gas alam cair (liquefied
natural gas/LNG), elpiji, dan melalui pipa.

5. Analisa Keterkaitan Antara Jumlah Penduduk, GDP, Konsumsi Energi,


dan Cadangan Sumber Energi.
Tercatat bahwa jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yaitu dari 2005,1
juta pada tahun 2000 dan akan menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Hal ini perlu diwaspadai
bagi seluruh masyarakat kita akan penggunaan energi dan kebutuhan sehari-harinya. Jika
pertumbuhan penduduk ini tidak diimbangi dengan ketahanan ekonomi maka akan menjadi
masalah untuk masa mendatang. Ada hal yang menarik dengan laju pertumbuhan untuk pulau
jawa yang semakin menurun dan terjadi kenaikan laju pertumbuhan untuk daerah sumatera dan
kalimantan, hal ini memberi dampak positif untuk pembangunan, artinya bahwa pembangunan di
negeri ini bisa diharapkan dapat merata.
Untuk data produk nasional bruto secara umum memang mengalami kenaikan dari tahun
ketahun tercatat dari tahun 2008-2010 laju pertumbuhan antara 2,9 %- 13,5% hal ini sebenarnya
kurang jika kita melihat pertumbuhan penduduk yang semakin naik, sehingga perlu dilakukan
upaya lagi untuk menaikkan pertumbuhan produk nasional bruto agar ketahan ekonomi
masyarakat indonesia semakin tinggi. Dari Tabel 3 diketahui pertumbuhan terbesar terdapat pada
sektor pengangkutan dan komunikasi. untuk pengangkutan jelas juga memberikan dampak buruk
pada lingkungan karena asap yang diemisikan oleh masing-masing kendaraan semakin
menambah polusi di Indonesia, hal ini agaknya menjadi instrospeksi bagi pemerintah. Selain itu
Produk Nasional Bruto ini seharusnya menutupi jumlah penduduk yang banyak, artinya dengan
semakin naiknya Produk Nasional Bruto maka akan menunjang perekonomian negara. Naiknya
perekonomian ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya, sebesar apapun jumlah
masyarakat disuatu negara jika diimbangi dengan ketahanan ekonomi (misalnya dibuktikan
dengan Produk Nasional Bruto nya yang tinggi) maka masyarakat tersebut tetap bisa hidup
sejahtera.
Pemakaian energi di Indonesia termasuk sangat besar namun tidak optimal. Sebagai negara
yang berkembang, kebutuhan energi untuk perindustrian semakin lama semakin besar. Negara
berkembang tidak begitu memikirkan efisiensi dari mesin-mesin yang ada di industri, karena
mereka berpendapat bahwa keuntungan sebanding dengan beban kerja yang dilakukan oleh
mesin-mesin yang ada di Industri sedangkan efisiensi mesinnya tidak dilihat. Mereka
beranggapan bahwa jika mereka ingin menaikkan efisiensi berarti mereka harus membeli
peralatan baru yang notabene-nya mengakibatkan biaya semakin bertambah. Oleh karena itu
banyak mesin-mesin di Industri yang berumur lebih dari 20 tahun. Untuk penggunaan energi
terbesar untuk saat ini masih dipegang oleh bahan bakar fosil, padahal energi ini semakin lama
akan semakin sedikit. Sehingga pada masa-masa ini diharapkan penelitian lebih mengarah
kepada pengaplikasian renewable energi untuk keberlanjutan energi itu sendiri. Pola hidup hemat
energi juga perlu terus dimasyarakatkan, ditambah usaha serius dan sistematis untuk
mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang
ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk
yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan
ramah lingkungan (Emisi Karbon Rendah) yang bisa diterapkan segera di tanah air, seperti
bioethanol, biodiesel, tenaga panas bumi, tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan
sampah/limbah.
Jika dilihat dari jumlah dan cadangan bahan bakar fosil yang ada, Indonesia perlu segera
beralih dari ketergantungan terhadap minyak bumi. Bila dilihat dari faktor lingkungan, jumlah
cadangan, dan teknologi, gas alam merupakan bahan bakar yang sesuai untuk menggantikan
posisi minyak bumi di sektor transportasi, industri, dan rumah tangga. Dari kacamata aspek
ekonomi dan jumlah cadangan sumber energi, dapat dipahami terjadinya peningkatan
penggunaan batubara. Namun dari segi lingkungan hidup, peningkatan penggunaan batubara
tanpa intervensi teknologi untuk menurunkan emisi pembakaran batubara bertentangan dengan
semangat penanggulangan pemanasan global dan perubahan iklim. Di masa mendatang,
tingginya kebutuhan domestik pada gas alam dan batubara menuntut adanya pengarus-utamaan
kebutuhan domestik dibandingkan ekspor. Kerjasama antar Departemen Teknis serta dukungan
dari industri dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan implementasi sumber energi
terbarukan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai