UNIT 1
Pada jaman batu, selain tinggal di gua-gua (sehingga disebut sebagai manusia
gua), mereka berburu binatang untuk makan. Peralatan berburu yang digunakan adalah
tombak yang terbuat dari batu seperti ditunjukkan pada gambar 1.2.
Dijaman besi (iron age), manusia mulai banyak menggunakan besi sebagai bahan
untuk membuat berbagai peralatan. Sekitar 3500 SM metoda peleburan, pemurnian, dan
pembentukan logam telah dikembangkan oleh orang Mesin kuno dan Cina. Orang Mesir
kuno telah mengetahui bagaimana memisahkan besi dari bijihnya dan tahu pula bahwa
Berbagai bahan lain seperti emas, perak, timbal dan yang lainnya juga mulai
banyak dipakai oleh manusia seperti ditunjukkan pada gambar 1.8.
(a) (b)
Gambar 1.8 (a) topeng emas Mycenae, Yunani dan (b) dekorasi arsitektur di Istana
Rundāle, Pilsrundāle, Latvia.
Metals
Transition Metals
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
Gambar 1.11 Berbagai jenis mineral; (a) aluminium (bauksit-Al2O3nH20), (b) timah putih
(kasiterit-SnO2), (c) emas, (d) timbal (galena-PbS), (e) besi (hematit-Fe2O3), (f) nikel
(nikelit-NiAs), (g) tembaga (malasit-Cu2CO3(OH)3), (h) perak (argentit-Ag2S).
Logam yang digunakan saat ini merupakan hasil dari suatu proses yang panjang.
Berbagai proses dilakukan untuk memisahkan logam yang diinginkan dari unsur-unsur
pengotornya. Rangkaian yang digunakan dalam menghasilkan suatu bahan atau material
disebut Siklus Material seperti ditunjukkan pada gambar 1.12. Siklus Material ini
menggambarkan perjalanan secara singkat bagaimana bahan atau material diperoleh,
diolah menjadi suatu komponen, dipakai dan apabila telah rusak dibuang atau didaur
ulang.
Bijih logam
Peleburan
Pemurnian Pemaduan/
pencampuran
Penambangan Pengecoran
bahan galian
Daur Barang
ulang setengah jadi
Eksplorasi
Pembentukan
Pembuangan Pemakaian
Barang
rusak
Untuk menghasilkan logam yang diinginkan hingga menjadi suatu produk yang
bisa digunakan, dilakukan suatu proses yang disebut metalurgi ekstraktif. Metalurgi
ekstraktif atau ekstraksi logam merupakan suatu proses pemisahan logam dari
mineralnya. Mineral yang terkandung masih berbentuk senyawa oksida, sulfida dan
karbonat, misalnya SiO2 (kwarsa), CaCO3 (kalsit), ZnS (spalerit), CuFe2S (kalkopirit),
Fe2O3 (hematit), FeS2 (pirit), NiS (milerit), SnO2 (kalsileksit), dan lain-lain.
Setelah dihasilkan bijih logam yang diinginkan, dilanjutkan dengan proses
peleburan untuk dijadikan ingot murni (balokan logam) atau menambahkan unsur
tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengecoran untuk dijadikan barang
setengah jadi dan dengan proses manufaktur lanjutan lainnya dibuat menjadi barang jadi
yang siap dipakai.
Barang jadi yang dipakai ini berbentuk komponen-komponen dengan dimensi dan
ukuran sesuai yang diinginkan dan terpasang dalam suatu sistem tertentu. Komponen-
komponen tersebut mempunyai umur pakai tertentu, sehingga dalam waktu tertentu akan
menjadi rusak. Kerusakan ini bisa terjadi karena akibat pemakaian ataupun karena
lingkungan. Komponen yang rusak biasanya ada yang dibuang atau dengan kata lain
kembali ke alam atau komponen yang rusak tersebut dapat diolah kembali menjadi bahan
mentah.
Ferrous Non-ferrous
Ductile CI
Low-carbon Medium-carbon High-carbon
White CI
Aluminum
Copper
Lead
Tin
Magnesium
Nickel
Titanium
Gambar 1.15 Klasifikasi paduan-paduan logam.
Nobel elements
Logam besi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu baja dan besi cor. Baja
didefinisikan sebagai paduan antara besi (Fe) dan unsur–unsur lainnya, dengan karbon
(C) sebagai unsur yang paling dominan tetapi kandungannya dibatasi tidak lebih dari
2,11% C. Ditinjau dari kandungan karbonnya, maka pembagian baja dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Baja karbon rendah (low carbon steel, < 0,2% C).
Baja karbon medium (medium carbon steel, < 0,2-0,5% C).
Baja karbon tinggi (high carbon steel, > 0,5% C)
Sedangkan besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon di atas 2,1% C,
silisium, mangan, fosfor dan belerang. Besi cor ini dapat digolongkan menjadi empat
jenis, yaitu:
Besi cor kelabu
Besi cor putih
Besi cor malleabel
Besi cor noduler
Paduan non besi terdiri dari:
Aluminium
Tembaga
Nikel
Timah putih
Timbal
Magnesium
Titanium
Logam-logam mulia
Bauksit (Al2O3H2O)
Proses Bayer
Alumina (Al2O3)
Proses Hall-Heroult
dengan elektrolisa panas
elektrolit: crolite (Na3AlFe6)
Aluminum (99,8%)
Secara umum aluminium dibagi dalam dua katagori, yaitu paduan aluminium
tempa dan cor. Agar mudah membedakannya, maka Aluminum Association (AA)
Amerika Serikat pada tahun 1954 membuat kodifikasi/sistim penomoran untuk berbagai
jenis aluminium yang diproduksi. Sistem penomoran menggunakan 4 (empat) angka yang
mempunyai arti berbeda.
AA-XXXX
Angka pertama = paduan utama
Angka kedua = modifikasi paduan atau batas persentase pengotor.
Tabel 1.3 Kodifikasi paduan aluminium tempa dan cor berdasarkan kemampuan
dikeraskan atau tidak dapat dikeraskan.
Gambar 1.20 Contoh-contoh patung yang terbuat dari paduan tembaga-timah putih
(perunggu).
sangat luas karena mudah diekstraksi. Bersifat ulet dan mudah dibentuk serta temperatur
cairnya yang rendah 327C.
Timbal ditemukan di alam dalam bentuk galena (PbS), anglesit (PbSO4) dan
kerusit (PbCO3). Jenis-jenis paduan timbal dapat dilihat pada tabel 1.12 dan 1.13,
sedangkan aplikasinya dapat dilihat pada tabel 1.14 dan 1.15.
Tabel 1.12 Jenis-jenis padauan timbal.
Seperti halnya unsur yang lain, untuk meningkatkan sifat-sifatnya timah putih
dapat pula dipadukan dengan unsur-unsur yang lain, seperti timbal, antimon, tembaga,
bismut dan lain-lain. Pada tabel 1.17. dan 1.18 ditunjukkan klasifikasi paduan timah putih
untuk berbagai aplikasi.
Tabel 1.18 Komposisi kimia paduan timah putih untuk aplikasi bantalan.
anoda korban, lapis lindung pada baja lembaran (hot dip galvanizing), elektroda pada
proses pelapisan atau pada proses metal spray, di mana seng cair disemprotkan ke
permukaan logam yang akan dilapisinya dan komponen-komponen otomotif. Tabel 1.19
dan 1.20 ditunjukkan komposisi dan aplikasi seng dan paduannya.
Tabel 1.19 Komposisi kimia untuk hot dip galvanizing.
Tabel 1.20 Komposisi kimia paduan seng untuk proses die casting.
1.10. Standar
Standar material dikembangkan oleh pemerintah, industri, baik secara nasional
maupun internasional.
Standar adalah dokumen kesepakatan yang merupakan piranti/perangkat tolok
ukur sifat-sifat, karakteristik atau suatu prosedur yang telah berjalan.
Standar biasanya dikembangkan oleh suatu komite yang terdiri dari para
profesional dibidangnya. Langkah pertama dalam pengembangan suatu standar adalah
membuat suatu draft yang dibahas oleh sebuah komite yang nantinya akan disahkan
menjadi suatu standar yang berlaku secara nasional maupun internasional. Pengembangan
proses membutuhkan waktu yang lama, tetapi dokumen akhir yang telah selesai dibahas
merepresentasikan suatu konsensus dari opini komite dan memperhatikan kenyataan di
industri saat itu.
Suatu standar harus dinjau secara berkala (minimum sekali dalam lima tahun)
untuk menentukan apakah dipertahankan atau diperbaiki.
Jika suatu standar ditetapkan sudah tidak relevan lagi, maka standar tersebut harus
dihapus.
Ada tiga kelas standar:
Spesifikasi (specification).
Metoda pengujian (test method).
Rekomendasi penggunaan (recommended practice).
Sebuah kode berisi ketiga kelas standar dan mengikat secara hukum.
1. Spesifikasi
Merupakan pernyataan bahwa suatu produk harus sesuai antara keperluan teknis dan
komersial. Contohnya baja paduan dan baja tahan karat untuk baut yang bekerja pada
operasi temperatur tinggi mengikuti ASTM A 193.
2. Metoda pengujian
Sekumpulan/seperangkat perintah atau cara-cara untuk mengidentifikasi, melakukan
pengukuran atau mengevaluasi sifat-sifat material. Contohnya pengujian impak untuk
material logam menggunakan ASTM E 23.
3. Rekomendasi penggunaan/aplikasi
Sekumpulan/seperangkat perintah atau cara-cara dalam melaksanakan satu atau lebih
pengoperasian atau fungsi selain dari identifikasi, pengukuran atau mengevaluasi
material. Contohnya rekomendasi penggunaan untuk persiapan permukaan baja atau
material keras yang lainnya dengan menggunakan penyemprotan air sebelum dilapis atau
lapis ulang mengikuti NACE RP-01-72.
4. Kode
Sekumpulan standar atau seperangkat peraturan yang harus ditaati. Contohnya ASME
Boiler and Pressure Vessel Code, dimana didalamnya terdapat peraturan untuk proses
perlakuan panas setelah pengelasan dari bejana tekan yang berkaitan dengan jenis dan
ketebalan material.
Contoh-contoh standar:
ASTM A 193
SPECIFICATION
FOR ALLOY STEEL AND STAINLESS STEEL BOLTING MATERIAL FOR HIGH-
TEMPERATURE SERVICE
ASTM E 23
TEST METHOD
NOCTHED BAR IMPACT TESTING OF METALLIC MATERILAS
NACE RP-01-72
RECOMMENDED PRACTICE
SURFACE PREPARATION OF STEEL AND OTHER HARD MATERIALS
ASME
Boiler and Pressure Vessel Code
CODE
SECTION VIII, DIVISION 1, PARAGRAPH UCS-56
POST-WELD HEAT TREATMENT OF CARBON STEEL PRESSURE VESSELS
Setiap bidang keahlian biasanya terdapat suatu asosiasi atau perkumpulan yang
mempunyai tujuan untuk membuat, memperbaiki, memberi saran kepada pemerintah dan
industri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bidang keahliaannya. Asosisasi ini
umumnya beranggotakan dari para pakar akademisi, pemerintah, industri dan masyarakat
umum yang berminat dibidang tersebut. Beberapa asosiasi di Amerika Serikat yang
terkenal antara lain:
1. AISI (American Iron and Steel Institute)
2. SAE (Society of Automotive Engineers)
3. ASTM (American Society for Testing and Materials)
Pengantar Ilmu Bahan Page 32 of 33
TechnoMET UNJANI