Anda di halaman 1dari 6

Hypnosis dan Gerakan NII

Kamis, 28/04/2011 06:10 WIB | email | print

Hipnotisme = ilmu sihir. Hipnotis: kekuatan ilmu sihir, ahli hipnosis, pengobatan dengan
menidurkan pakai ilmu sihir.Sihir menurut Islam adalah termasuk kekafiran, berdasarkan
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 102.

Ulama terkemuka di Timur Tengah Syaikh Ben Baz rahimahullah menjelaskan,


hukuman bagi tukang sihir adalah dibunuh tanpa dimintai tobat lebih dulu. Karena Umar
bin Khathab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk membunuh para tukang sihir dan
tidak meminta mereka bertaubat, sedangkan Umar adalah khalifah kedua Khulafaur
Rasyidin yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengikuti
sunnah mereka.

Imam Ahmad rahimahullah berkata: Telah tetap (kuat riwayatnya) hal itu —yakni tukang
sihir dibunuh— tanpa diminta bertaubat, riwayat dari tiga sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yaitu Umar, Jundub, dan Hafshah. (Majmu’ fatawa wa maqolat Ibni
Baz juz 7/ halaman 68, makatabah shamela).

Anehnya, di Indonesia tukang-tukang sihir dengan aneka kejahatannya justru diusung-


usung oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan iman
Ummat maupun dampak buruk yang menghancurkan masyarakat.

Para ulama di MUI dan lainnya perlu bersuara jelas dan terang untuk menjelaskan duduk
soal secara syar’I berkaitan dengan merebaknya hipnotisme dalam aneka bentuknya yang
bahkan jadi alat aliran sesat yang merebak di masyarakat dan meresahkan selama ini.

***
Rupanya penggunaan pengaruh hipnosis sudah menembus ke berbagai wilayah. Di
wilayah hiburan, pengaruh hipnosis antara lain dipraktekkan oleh Uya Kuya, Dedi
Corbuzier, Romy Rafael, dan sebagainya. Di wilayah kriminal, pengaruh hipnosis
digunakan oleh sejumlah penjahat dengan modus tepuk bahu dan sebagainya. Juga, oleh
sejumlah perampok dengan modus memberi sugesti kepada kasir mini market
sebagaimana pernah terjadi di beberapa lokasi.

Dalam sebuah acara reality show dengan tema pencarian orang hilang, pernah
ditayangkan satu eposide yang berkaitan dengan penggunaan pengaruh hipnosis. Seorang
wanita yang mencari kerabatnya, akhirnya berhasil menemukan sosok wanita yang
menjadi target pencarian. Namun target dalam keadaan tidak kenal jati diri pencari,
termasuk jati dirinya sendiri. Ketika ditemukan, target dengan rombongannya hendak
menuju Singapura, dari Batam, untuk dijual sebagai pelacur. Target akhirnya berhasil
dipulihkan kesadarannya dan dibawa pulang.

Kalau reality show tersebut benar, bukan rekaan, tentu membuat kita demikian miris,
karena pengaruh hipnosis sudah memasuki wilayah human traficking. Tentu menjadi
lebih miris lagi, ketika pengaruh hipnosis dipraktekkan oleh sekelompok orang aktivis
aliran sesat berkedok keagamaan, untuk merekrut anggota. Dalam pengaruh hipnosis
target kemudian melalui tahapan cuci otak dan indoktrinasi, kemudian dikenakan
identitas baru. Akhirnya, diperintah untuk berjihad versi mereka.

Tehnik hipnosis saat ini sudah sedemikian maju. Seseorang dapat masuk ke dalam
pengaruh hipnosis dalam keadaan terjaga (tidak tidur). Beberapa episode acara Hitam
Putih, Dedi Corbuzier mempraktekkan hipnosis model ini dengan baik. Artinya, target
hipnosis dalam keadaan terjaga, tidak sadar sedang berada di bawah pengaruh hipnosis,
sehingga memberikan efek lucu yang menghibur penonton. Misalnya, target disugesti
untuk melupakan angka enam. Sehingga, dalam menghitung ia selalu melompat dari lima
langsung ke angka tujuh. Pengaruh hipnosis temporer ini bersifat jangka pendek. Contoh
pengaruh hipnosis jangka panjang, sebagaimana pernah terjadi pada sejumlah murid
Anand Krishna, antara lain Tara Pradipta Lasmi.

Korban Anand Krishna

Tara Pradipta Lasmi dara kelahiran 1991 ini sudah menjadi murid Anand sejak 2008,
dikenalkan oleh ibu kandungnya, Wijarningsing yang sudah lebih dulu menjadi pengikut
Anand sejak 2003. Di tahun 2009, Wijarningsih menemukan SMS berisi rayuan di
handphone milik Tara dari Anand Krishna. Ia merasa curiga. Apalagi, sejak bergabung ke
Anand Ashram Tara lebih memilih mogok kuliah.

Kecurigaan Wijarningsih semakin menguat, sehingga pada Juni 2009 ia menjemput paksa
Tara dari tempat kosnya. Saat itu Wijarningsih didampingi polisi, pengacara, suami dan
kakaknya. Sejak ikut Anand, Tara lebih memilih kos di sekitar kampus Binus. Dengan
bantuan psikolog Dewi Yogo Pratmo, kesadaran Tara bisa pulih. Pada saat pulih, Tara
berani menentang Anand. Pada 12 Februari 2010, Tara melaporkan kasusnya ke Komnas
Perempuan. Kemudian pada 15 Februari 2010, Tara melaporkan kasusnya ke Polda
Metro Jaya. Sejak 09 Maret 2010, Anand ditahan.

Selama menjadi pengikut Anand, Tara berada dalam pengaruh hipnosis, dan mengikuti
setiap perintah Anand. Bahkan berkat doktrin yang ditanamkan, Tara menganggap Anand
tidak sekedar guru (spiritual), tetapi bagai tuhan.

Pelecehan seksual terhadap Tara berlangsung sejak Februari hingga Juni 2009, antara lain
berlangsung di padepokan Layurweda, Fatmawati, Jakarta Selatan. Tara baru sadar pada
September 2009 setelah dihipnoterapi oleh psikolog Dewi Yogo Pratmo. Untuk bisa
sembuh, Tara diisolasi dari dunia luar selama hampir 4 bulan dan mengikuti 45 sesi
hipnoterapi.

Menurut Kapolri saat itu, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Anand Krishna
menggunakan teknik collapsing atau cuci otak, agar orang bisa menurut kepadanya.
Dalam kegiatan meditasi yang digelar Anand, peserta dikondisikan sedemikian rupa
sehingga memiliki pandangan sempit dan didominasi perasaan menyerah total, serta
ditanamkan doktrin untuk melayani seorang guru (Anand). Dalam kondisi seperti ini,
Anand Krishna dengan mudah melakukan perbuatan cabul terhadap murid-muridnya.
(lihat tulisan berjudul “Anand Kreshna Penipu Berkedok Guru Spiritual!” di
http://www.nahimunkar.com/anand-kreshna-penipu-berkedok-guru-spiritual/#more-
2022)

Kasus Lian Febriani

Kejahatan hipnosis ternyata juga menjadi salah satu modus kalangan NII KW-9 di dalam
merekrut anggotanya. Hal ini bisa dilihat pada kasus Lian Febriani (Jakarta, 22 Februari
1985), pegawai negeri sipil Kementrian Perhubungan yang menghilang sejak 7 April
2011. Ketika kasus hilangnya Lian Febriani marak diberitakan media massa, belum ada
yang sadar bahwa kasus itu berkaitan dengan gerakan NII KW-9 yang sesat menyesatkan.
Barulah setelah mantan aktivis NII KW-9 bersuara, maka khalayak pun paham ada
keterkaitan diantaranya.

Untunglah Lian berasal dari keluarga yang hangat dan akrab, sehingga ketidakhadiran
Lian di rumah usai jam kantor, langsung direspon dengan menghubungi rekan-rekan Lian
di Bagian Tata Usaha Direktorat, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Juga, dengan mendatangi kantor Lian yang tentu saja sudah tutup. Bahkan, pada hari
Jum’at tanggal 08 April 2011, pihak keluarga melaporkan kasus menghilangnya Lian ini
ke Polda Metro Jaya.

Kecepatan reaksi keluarga Lian pulalah yang menjadi pintu utama gencarnya
pemberitaan media massa, sehingga boleh jadi, pihak ‘penculik’ Lian yang diduga
sindikat NII KW9 lebih memilih melepaskan korbannya di tempat terbuka. Terbukti,
pada hari Jum’at tanggal 08 April 2011, sosok Lian Febriani ditemukan dalam keadaan
linglung di pelataran Masjid At-Ta’awwun, kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, Jawa
Barat.
Menurut keterangan aparat kepolisian, sekitar pukul 15:00 wib Lian datang seorang diri
ke Masjid At-Ta’awwun dengan menumpang angkutan umum L 300 jurusan Cipanas-
Bogor. Saat itu Lian mengenakan cadar dan mengaku bernama Maryam. Pengurus masjid
mengamankan Lian di tempat peristirahatan masjid. Kemudian melaporkan ke Polsek
Cisarua. Sebelumnya, pengurus masjid sempat mengembalikan ingatan Lian berupa
sederet angka yang merupakan nomor telepon suami Lian. Dari sinilah sosok asli Lian
terkuak, dan pengurus masjid berhasil menghubungi keluarga Lian.

Lian yang masih dalam pengaruh hipnosis dan indoktrinasi cuci otak, tidak mengenali
anggota keluarga yang menjemputnya, termasuk suaminya sendiri. Perlu waktu lama
untuk mengembalikan kesadaran jati diri Lian, meski ia hanya sempat menghilang sekitar
24 jam saja. Rupanya ilmu hipnosis dan indoktrinasi cuci otak yang dimiliki sindikat NII
KW9 ini lebih tinggi dari ilmunya Anand Krishna. Terbukti, dalam tempo singkat mereka
mampu merubah Lian menjadi Maryam yang lupa jati diri dan siap “berjihad”. Ini jelas
ilmu yang bersumber dari setan laknatullah.

Kasus Lian boleh dibilang merupakan salah satu bukti bahwa tehnik perekrutan aliran
sesat NII KW9 selain menempuh pola konvensional juga memanfaatkan pengaruh
hipnosis kemudian dilanjutkan dengan cuci otak. Perekrutan dengan pola konvensional
nampaknya terus berlangsung, sebagaimana terjadi di Yogyakarta.

Pada hari Sabtu tanggal 23 April 2011, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta
menangkap FT (21 tahun), mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Swasta semester VI di
Yogyakarta. FT diduga jaringan perekrut anggota NII di wilayah Yogyakarta, yang
beroperasi dengan cara mendatangi tempat kos calon anggota yang bakal direkrut.
Ternyata, FT juga korban perekrutan anggota NII, yang sedang menjalankan tugas
merekrut calon anggota NII lainnya. Menurut Anto, mantan Camat NII Tebet, bagi
paham sesat NII, makna berjihad adalah merekrut calon anggota NII (calon korban) dan
mengumpulkan uang untuk disetorkan kepada atasan masing-masing. Kegiatan ini
bahkan dinilai lebih penting daripada mengerjakan shalat lima waktu.

Beberapa hari kemudian (25 April 2011), di Banyumas aparat polres di sana menangkap
seorang mahasiswi berinisial EES yang diduga menyebarkan paham sesat NII dan
bertugas melakukan perekrutan. EES asal Pemalang, Jawa Tengah ini merupakan salah
satu mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Purwokerto. Sepak terjang EES
dilaporkan calon korbannya, karena EES menagih uang fidyah sebesar Rp 14 juta agar
bisa hijrah ke NII. Dua orang anggota jaringan EES berhasil kabur saat penangkapan
berlangsung.

Dari fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa gerakan perekrutan NII KW9 terus
berlangsung, baik menempuh tehnik konvensional maupun memanfaatkan pengaruh
hipnosis yang dilanjutkan dengan cuci otak. Bagi mantan aktivis NII KW9 yang sudah
tobat, dan mereka yang concern terhadap penyimpangan NII KW9 berikut tindakan
kriminal yang terkait dengannya, gerakan perekrutan itu bermuara ke Al-Zaytun di
Indramayu. Kesimpulan ini sepertinya masih diabaikan pemerintah.
Pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mempublikasikan
penelitiannya tentang Al-Zaytun. Salah satu kesimpulan MUI adalah ditemukan indikasi
kuat adanya hubungan antara Ma’had Al Zaytun dengan NII KW9, baik secara histories,
financial dan kepemimpinan.

Disebut adanya hubungan historis, karena kelahiran Al-Zaytun tidak bisa lepas dari
perjalanan sejarah NII KW9. Secara finansial, bisa dilihat dari adanya aliran dana dari
anggota dan aparat teritorial NII KW9 yang menjadi sumber dana yang signifikan bagi
kelahiran dan perkembangan Ma’had Al Zaytun. Sedangkan adanya hubungan
kepemimpinan, karena kepemimpinan di lembaga pendidikan Al-Zaytun terkait dengan
kepemimpinan di organisasi NII KW9, terutama pada sosok AS Panji Gumilang dan
sebagian eksponen (pengurus yayasan).

Selain itu, MUI juga menyimpulkan bahwa terdapat penyimpangan faham dan ajaran
Islam yang dipraktekkan organisasi NII KW9. Antara lain, dalam hal mobilisasi dana
yang mengatas-namakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat-ayat al-
Qur’an yang menyimpang dan mengkafirkan kelompok di luar organisasi mereka. Juga,
ditemukan adanya penyimpangan faham keagamaan dalam masalah zakat fitrah dan
qurban yang diterapkan oleh pimpinan Ma’had Al-Zaytun, sebagaimana dimuat dalam
Majalah Al-Zaytun.

Namun, belum ditemukan adanya penyimpangan ajaran Islam dalam sistem pendidikan,
kegiatan belajar mengajar, aktivitas ibadah serta aktivitas sehari-hari santri di Ma’had Al
Zaytun.

Menurut MUI kala itu, persoalan Al-Zaytun terletak pada aspek kepemimpinan yang
kontroversial (AS Panji Gumilang dan sejumlah eksponen/pengurus yayasan) yang
terkait dengan organisasi NII KW9. Juga, adanya indikasi keterkaitan dengan
koordinator-koordinator wilayah yang bertugas sebagai tempat rekrutmen santri Ma’had
Al-Zaytun dengan organisasi NII KW9.

Pada tahun 2004, Departemen Agama (kini Kementrian Agama) bekerja sama dengan
INSEP (Indonesian Institute for Society Empowerment) Jakarta mempublikasikan hasil
penelitiannya tentang kaitan NII KW9 dengan A-Zaytun, antara lain disebutkan bahwa
“Mahad Al-Zaytun adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh para
tokohnya berdasarkan pemikiran ulang terhadap eksistensi sebuah gerakan keagamaan
yang mereka lakukan, yaitu NII KW-9. Menurut mereka gerakan bawah tanah yang
mereka lakukan selama ini ternyata tidak memungkinkan terwujudnya cita-cita
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Setelah melalui diskusi panjang yang berakhir
di Multazam, mereka berkesimpulan tentang perlunya pengembangan lembaga
pendidikan untuk menopang terwujudnya masyarakat Islam di Indonesia. Untuk itu
mereka mendirikan Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang salah satu kegiatannya adalah
mengembangkan Ma’had Al-Zaytun.”

Juga disebutkan, bahwa “Di Mahad Al-Zaytun berlaku prinsip manajemen Mabadiuts
Tsalasah, yang pada awalnya konsep ini merupakan doktrin gerakan di NII. Dengan kata
lain, dari segi doktrin yang digunakan, terdapat hubungan yang erat antara Ma’had Al-
Zaytun dan NII. Hubungan antara keduanya juga dapat dilihat dari penggunaan konsep
‘basthotan fil ilmi wal jismi’ di Ma’had Al-Zaytun dalam membina anak didik Ma’had
Al-Zaytun yang dalam sejarah NII, tepatnya DI/TII, sebetulnya sempat dipakai oleh
Institut Suffah-nya Kartosuwirjo, Imam Pertama DI/TII. Sementara hubungan antara
Ma’had Al-Zaytun dan NII dewasa ini terlihat dari dipakainya jaringan NII untuk
menopang lembaga pendidikan Ma’had Al-Zaytun baik dalam rangka perekrutan
sebagian pengurus, santri, pegawai, dan dana.”

Fakta di Lapangan

Hasil penelitian MUI (2002) dan Departemen Agama (2004), sama sekali tidak bisa
menggambarkan dan menemukan realitas pahit di lapangan yang menimpa korban-
korban NII KW9 maupun korban-korban Al-Zaytun, sebagaimana pernah diungkap
melalui berbagai buku yang ditulis oleh Umar Abduh, LPPI (Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam), serta Al-Chaidar.

Korban NII KW9 tidak hanya disesatkan tetapi juga dimiskinkan. Ditanamkan doktrin
berani melawan orangtua karena tidak sealiran, dibenarkan merampas hak orang lain
termasuk harta orangtua sendiri demi memenuhi target setoran yang dietapkan atasan
mereka. Mungkin, perekrutan konvensional yang dipraktekkan NII KW9 sudah kurang
efektif lagi, sehingga mereka memutuskan memanfaatkan pengaruh hipnosis di dalam
menjebak korban-korbannya, sebagaimana terjadi pada Lian Febriani. Menguasai ilmu
hipnosis, gendam, komunikasi sugesti, atau apalah namanya, memang tidak sulit dan
tidak mahal. Buktinya, seorang Uya Kuya bisa dengan mudah menguasai salah satu
tingkatan ilmu tersebut.

Dalam rangka menyelamatkan anak bangsa, pemerintah sudah seharusnya menumpas


habis gerakan NII KW9 yang sesat dan menyesatkan, juga pusat kekuasaan mereka di Al-
Zaytun. Selain itu, pemerintah juga sudah seharusnya mempidanakan orang-orang pintar
atau dukun yang secara terang-terangan mempromosikan diri sebagai penyedia jasa
memiliki ilmu hipnotis, gendam dan sebagainya. Karena, kejahatan melalui ilmu hipnotis
atau gendam ini sudah banyak jatuh korban.

Pemerintah juga seharusnya menertibkan acara-acara hiburan di teve yang


mempraktekkan ilmu hipnotis atau gendam ini, jangan justru membiarkannya eksis
sebagai salah satu unsur hiburan yang membodohi masyarakat.

Kalau tetap dibiarkan, tidak mustahil akan membuka kemungkinan, orang akan
menafsirkan bahwa memang yang dipraktekkan sejatinya adalah penyesatan dan
pembodohan secara sistematis; sedang biang-biang yang seharusnya diberantas itu
tampak tidak diusik karena ibarat peliharaan. (haji/tede/nahimunkar.com)

Anda mungkin juga menyukai