Anda di halaman 1dari 37

ABSTRAK

Novel Pulung Gantung Tali Pati karya Iman Budhi Santosa merupakan sarana untuk
melihat keimanannya manusia mistisisme dan mitos ada dalam masyarakat Gunung Selatan.
Berdasarkan definisi tersebut, temuan penelitianAda empat yaitu (1) kepercayaan lokal
masyarakat Jawa terhadap mistik, (2) kepercayaan lokal masyarakat Jawa terhadap mitos, (3)
lokalisasi kepercayaan masyarakat lokal terhadap mistisisme dan mitos, dan (4) pengamatan
masyarakat terhadap kepercayaan lokal masyarakat jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan wujud kepercayaan lokal terhadap ilmu kebatinan, mitos,pengetahuan, dan
pengawasan publik terhadap kepercayaan lokal masyarakat Jawa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan


terjadinya kepercayaan lokal untuk mistisisme dan mitos yang menggunakan nuansa
antropologis sastra. Sumber data primer adalah novel PGTP. Sumber data sekunder adalah
komunitas pengamat dengan wawancara. Data primer yang digunakan adalah kata, frasa, dan
paragraf tentang kepercayaan lokal dalam mistisisme dan mitos di sepanjang novel. Data yang
kedua adalah ungkapan yang diungkapkan melalui wawancara dari seorang sumber dibebrayan
tentang pengamat ilmu kebatinan dan mitos. Prosedur pengumpulan data dengan penelitian
literatur,membaca, menulis, dan wawancara.

Hasil penelitian dalam novel PGTP adalah (1) keyakinan lokal masyarakat Jawa terhadap mistik
yaitu tentang praktik spiritual, bangsa-bangsa yang baik, nubuatan, dan ilmu gaib yang
dipraktikkan oleh orang-orang Gunung Selatan. Praktik spiritual yang dipraktikkan adalah lek-
lekan dan kothekan untuk menyingkirkan bangsa yang baik. Bangsa yang baik adalah
keberadaan lembut dan jahat. Nubuatan di wisikan oleh setan dan ilustrasi manusia berjubah
putih. Jika okultisme seperti ilmu yang dimiliki oleh dukun, (2) kepercayaan lokal masyarakat
jawa pada mitos yaitu gugon tuhon,simbol, legenda, dan teka-teki yang terkandung dalam novel.
Takhayul melawan hegemoni, atau menceritakan hegemoni padanya dahulu. Jika simbol itu
adalah tanda bahwa ada tumbuhan yang tumbuh, hewan-hewan datang, dan situasinya adalah
terjadi. Legenda tersebut adalah legenda Gunung Gambar. Yang terakhir adalah tentang
kecemburuan komunitas Gunung Selatan, (3) Kekuatan keimanan lokal masyarakat Jawa terbagi
menjadi dua, yang pertama adalah kekuatan positif Agar masyarakat mampu mempertahankan
keimanan jawa, yang kedua adalah aspek negatif dari masyarakat tersebut penyalahgunaan
kepercayaan ini untuk tindakan pagan, dan (4) pengawasan publik terhadap kepercayaan lokal
yang ada Dalam masyarakat Jawa banyak masyarakat yang masih mempercayai ilmu kebatinan
dan mitos seperti masih membunuh keberadaan tingkah laku spiritual berupa puasa, lek-lekan,
dan kothekan, baik bangsa berupa bapak, pocongan, dsb, wahyu berupa mimpi dan
penggambaran hal gaib, ilmu gaib oleh dukun, jubah tuhon adalah hal gaib, legenda keberadaan
suatu tempat,dan iri hati adalah bentuk pelarian dan tidak asing.
BAB I

KATA PENGANTAR
Ada sekitar lima leluhur ini perang. Bagian-bagiannya adalah fondasi penelitian, temuan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan kata tersebut sesuai dengan
judulnya. Uraian lengkapnya adalah sebagai berikut.

Dasar Penelitian

Novel adalah salah satu bentuk fiksi yang memiliki konten menceritakan secara detail tentang
jenis materi atau tema yang sedang dibahas seperti romansa, sejarah, dan satu sama lain. Novel
juga memiliki kelebihan.Keunggulan novel menurut Nurgiyantoro (2010: 11) adalah untuk
memberi tahu Anda sesuatu tentang tema itu diinginkan oleh pencipta secara penuh. Tujuan
membaca novel bagi pembaca adalah menemukan penghiburan karena isi novelnya ringan untuk
dipahami, tapi ada serta novel yang membutuhkan ketelitian karena ambiguitas tema dan mandat.
Karenanya, pembaca harus berhati-hati mereka membaca dan memahaminya karena setiap novel
memiliki cara penyajian yang berbeda-beda bergantung pada kekuatan selera dan pikiran
pencipta.

Ada dalam sastra Jawa, pencipta sastra itu Rajin membuat karya sastra di tanah jawa iniIman
Budhi Santosa. Faith lahir di Magetan, 28 Maret 1948. Ia berhasil mendirikan Klub Kajian
Persada (PSK), komunitas penyair muda di Malioboro, bersama Umbu Landu Paranggi Cs.
Selesai dari pendidikannya di perkebunan / sekolah pertanian saat itu bekerja sebagai pegawai
negeri di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dia sekarang tinggal di Yogya, dan masih
menulis tentang sastra dan budaya Jawa Indonesia. Dari dia suka menulis, dia punya pekerjaan
itu terlalu banyak puisi, cerpen, novel, dan esai yang termasuk dalam antologi dan diterbitkan
dalam surat tersebut berita / majalah.

Sastra berupa novel dari Iman Budhi Santosa berjudul Tali Gantung Pulung selanjutnya akan
disingkat PGTP. Novel tersebut mencakup lima novel terbaik yang memenangkan kompetisi
penulisan novel Jawa dipegang oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Novel
PGTP yang telah berhasil diakreditasi oleh Departemen Kebudayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta kemudian diterbitkan. Menjadi novel PGTP ini, Iman adalah pencipta cerdiknya
menggambarkan situasi komunitas tempat mereka tinggal Gunung Kidul.

Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di wilayah tersebut Istimewa Yogyakarta adalah
pusat pemerintahan Kabupaten Wonosari. Distrik ini memiliki 18 Distrik. Luas wilayah
kabupaten adalah 1.485,36 km2 atau kurang lebih 46.63% dari kedalaman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Batas Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo di sisi utara, Kabupaten
Wonogiri di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten Sleman di sebelah barat
kabupaten.

Separuh dari area tersebut berada di dalam county Gunung Kidul adalah sebuah gunung. Gunung
Kidul memiliki poin dengan area panas dan lembab di musim dingin kekeringan. Dalam novel
PGTP ini juga terungkap bahwa dari kondisi panas dan lembab membuat para masyarakat tidak
memiliki kehidupan yang layak. Mungkin membuat hidup sengsara karena daerah tersebut
Gunung Kidul jarang turun hujan sehingga membuatnya lebih sedikit air. Dari kejadian itu,
tumbuhan juga merupakan hewan mereka kurus karena kurangnya makanan yang cukup.
Keadaan itu membuat penjualan bahan makanan dan masyarakat itu Memiliki hewan dan
tumbuhan tidak memberikan hasil yang baik.

Iman memberi tahu kita bahwa ada hal-hal di dalamnya Selama novel PGTP bisa mendorong
masyarakat Gunung Selatan untuk percaya pada mistisisme dan mitos. Ananekepercayaan pada
mistisisme karena keberadaannya sebuah masyarakat yang kekurangan cukup maka tidak
memiliki kemajuan yang sama dengan orang-orang di kota. Kemajuan yang belum pernah terjadi
sebelumnya adalah seperti kebanyakan masyarakat itu dalam novel dia masih menyembuhkan
untuk tidak pergi ke dokter tetapi tetap pergi ke dukun karena kekurangan uang
pergi ke dokter.

Selain menimbulkan kepercayaan pada mistik, penghasilan Masyarakat yang tidak mencukupi
juga dapat menyebabkan kepercayaan padanya mitos. Salah satu keyakinan yang muncul adalah
masyarakat tidak melihat berita dari media sosial. Dari media itu memuat berita tentang
gumantine masa depan dan berita tentang apa pun yang dikatakan. Seluruh itu membuat
masyarakat hanya bergantung pada keyakinan akan adanya suara dan simbol itu ada di alam
sekitarnya. Pada dasarnya juga masyarakat Gunung Kidul termasuk komunitas abangan yang
memang kental dengannya keyakinan mereka berbeda dengan agama mereka (Geertz, 1981: 5).

Dari berbagai kepercayaan masyarakat Gunung Selatan seperti kepercayaan pada mistik dan
mitos ini membuat para peneliti sangat tertarik dengan penelitiannya antropologi sastra.
Antropologi sastra adalah satu tintingan untuk menemukan iman manusia di dalamnya selama
karya sastra. Antropologi sastra adalah tujuan utamanya untuk menemukan berbagai aspek
kehidupan manusia dari budaya atau kepercayaan seperti kepercayaan adat istiadat, tradisi,
upacara, mitos, dan bersama (Endraswara, 2013: 6).

Kepercayaan pada mistisisme dan mitos secara alami ada Masyarakat Jawa setia pada pandangan
hidup mereka bisa dipercaya dan dihormati karena mengandung penggaris diwariskan dan
dipraktikkan di masyarakat (Endraswara, 2006: 5). Keyakinan juga ada dalam masyarakat
berbeda-beda di setiap daerah. Keyakinan yang berhasil tergantung kepercayaan masyarakat per
area (lokal).

Menurut Mufid (2012: 15) segmen ada dua jenis yang didasarkan pada kepercayaan lokal, yaitu
lokalitas dankerohanian. Lokalitas terkait dengan objek yang terlihat mata yang bisa disebut
mitos. Jika spiritualitas dalam kaitannya dengan objek tak terlihat yang disebut
mistik. Konsisten dengan penjelasan sebelumnya, kepercayaan komunitas lokal Jawa yang
ditangkap adalah satu-satunya Daerah Gunung Kidul. Itu ada dalam novel PGTP yang
dikisahkan tentang kawasan Gunung Kidul yang masih peduli mistisisme dan mitos sampai hari
ini.

Kebanyakan orang menganggapnya mistik tentu saja ada pengaruh makhluk gaib
mata. Mistisisme dipercaya oleh kakek saya kakek nenek dan nenek moyang yang tidak
mengetahuinya modernisasi atau memasuki era globalisasi. Mistis menurut Suseno (2003: 181)
dapat digunakan untuk mengobati penyakit, meramal masa depan yang akan terjadi, atau mencari
keberuntungan. Ilmu mistik itu hanya seorang dokter dan orang yang memiliki ilmunya
kanuragan lain. Bagian yang harus dilakukan Keyakinan mistik menurut Endraswara (2006: 24-
28) ada berbagai bentuk, seperti: latihan spiritual, roh / bangsa yang baik, nubuatan, dan
okultisme

Bertentangan dengan mistisisme, mitos adalah kepercayaan terlihat dengan mata telanjang.
Menurut Endraswara (2006: 5-7) Mitosnya bermacam-macam, yaitu pakaian adat, simbol,
legenda atau dongeng, dan iri hati. Karena jenisnya Mitos tersebut, masih banyak dipegang oleh
masyarakat Jawa karena itu bisa menjadi kepercayaan dan aturan mempertahankan kehidupan
yang baik karena mitos sebagai hasilnya Pikiran yang diturunkan nenek moyang untuk anak-
anak mereka

Alasan peneliti menerima begitu saja novel ini penelitian adalah pemahaman bahwa peneliti
belum meneliti dan dari judul Pulung Tali Gantung Kematian sedang hamil ringkasan
keberadaan acara yang menarik. Novel ini kebanyakan membicarakannya kepercayaan pada
mistisisme dan mitos masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta. Peneliti sedang melihat novel
PGTP ini menggunakan teori antropologi dari diskusi sastra tentang satu bagian dari antropologi
adalah kepercayaan. Pada halaman deskripsi akan dijelaskan tentang keimanan Masyarakat Jawa
lokal bersifat mistis dan mistis pula kekuatan kepercayaan mistik dan mitos melengkapinya
kehadiran masyarakat pemerhati tentang kepercayaan lokal Masyarakat jawa.

Underane Panliten

Adhedhasar landhesane panliten, mula underan panlitene kayata ing ngisor iki.

1. Kepriye kapitayan lokal masarakat Jawa marang mistis sajrone novel PGTP anggitane
Iman Budhi Santosa?
2. Kepriye kapitayan lokal masarakat Jawa marang mitos sajrone novel PGTP anggitane
Iman Budhi Santosa?
3. Kepriye kawusanane saka kapitayan lokal masarakat Jawa marang mistis lan mitos
sajrone novel PGTP anggitane Iman Budhi Santosa?
4. Kepriye pamawase masarakat ngenani kapitayan lokal masarakat Jawa?
Riset Ancase
Berdasarkan temuan penelitian di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kepercayaan lokal masyarakat Jawa kepada para mistik dalam novel
PGTP oleh Faith Budhi Santosa |
2. Mendeskripsikan kepercayaan lokal masyarakat Jawa dengan mitos dalam novel PGTP
karya Iman Budhi Santosa |
3. Jelaskan kekuatan iman lokal Masyarakat mistik dan mistis Jawa dalam novel PGTP
anggota Iman Budhi Santosa.
4. Menginformasikan pengamat publik tentang kepercayaan lokal masyarakat jawa.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk ilmu sastra Penelitian tentang kepercayaan lokal masyarakat Jawa mistik dan
mitos serta kemampuan mereka bisa meningkat pengetahuan sastra khususnya dalam
dunia antropologi sastra dan dapat menjadi kontribusi penelitian untuk ilmu pengetahuan
literatur tentang penelitian antropologi.
2. Untuk pembaca Manfaat bagi pembaca adalah pengertian tentang peristiwa mistik dan
mitos serta akhirannya dan komunitas pengamat kepercayaan masyarakat lokal Jawa.
3. Untuk studi sastra Manfaat studi sastra adalah sebagai berikut sumber informasi tentang
penelitian yang berupa kepercayaan lokal kata orang Jawa masyarakat Gunung Kidul
mistisisme dan mitos serta kekuatan dan otoritas masyarakat tentang kepercayaan lokal
masyarakat jawa sehingga bisa referensi atau untuk penelitian serupa. Peneliti juga
berharap studi ini akan disempurnakan penelitian baru karena penelitian ini belum selesai
kelengkapan sangat berarti tentang apa yang belum dikatakan.

Penjelasan Kata
Supaya tidak luput dari pembahasan, di bawah ini akan memperjelas fokus pada apa yang ada
terkait erat dengan penelitian tentang kepercayaan lokal Masyarakat Jawa dalam novel PGTP.
1. Masyarakat
2. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup berada di daerah yang mereka miliki
komunikasi menurut sistem adat istiadat tertentu.
3. Keyakinan lokal
4. masyarakat Jawa Kepercayaan lokal menurut Mufid (2012: 8) adalah sistem kepercayaan
yang merupakan bagian dari sistem budaya ada di komunitas.
5. Mistik
6. Bagian untuk mempraktikkan keyakinan mistik menurut Endraswara (2006: 24-28) ada
berbagai macam bentuk, seperti praktik spiritual, roh / bangsa yang baik, wahyu, dan
sains gaib.
7. Mitos
8. Mitos menurut Endraswara (2006: 5-7) bermacam-macam warna, yaitu gaun, lambang,
legenda atau dongeng, dan iri hati.
9. Antropologi Sastra
10. Tujuan utama antropologi sastra temukan berbagai aspek kehidupan manusia dari budaya
atau kemampuan (Endraswara, 2013: 3)

BAB II
TINTINGAN KAPUSTAKAN
Seluruh studi akan membutuhkan beberapa penelitian literatur. Review perpustakaan ini
memiliki bagian atau bagian. Bagian atau bagian di dalamnya Tinjauan pustaka ini adalah studi
serupa, teori digunakan (antropologi sastra, simbolik, hermeneutika, kepercayaan lokal
masyarakat Jawa, ilmu kebatinan, dan mitos), dan dasar teori. Penjelasannya adalah sebagai
berikut ini.

Riset Saemper
Studi serupa adalah referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Dari penelitian dengan
cara yang sama, peneliti dapat menemukan penelitian serupa dan tidak serupa serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Di berikut akan menjelaskan penelitian serupa dari tesis
yang terkait dengan penelitian itu dilakukan oleh peneliti.
Deni Iska Dian Nita (2010), penelitian yang berjudul Mistisisme dan Mitos dalam Kisah Salindri
Kenya Penuh Rahasia milik Pakne Puri. Penelitian itu membahas kehidupan orang Jawa
termasuk sosial budaya, mistik, dan mitos. Hasil dari Penelitian ini terdiri dari lima bagian, yaitu:

1. adatistiadat melakukan slametan pelabuhan dan tingkeban


2. kepercayaan kejawen tentang keberadaan makhluk gaib
3. tata krama menghormati derajat yang lebih tua dan lebih tinggi kepada masyarakat Jawa
4. tingkat sosial budaya Masyarakat Jawa
5. sistem pertemanan.

Sa'ad Baharuddin (2014), Penelitian Kapitayan dalam Cerbung Esem di Lingsir Sore anggota
Naryata (Tintingan Anthropologi Sastra). Studi tentang antropologi membahas literatur ini
tentang kepercayaan yang masih dipegang komunitas selama siklus EILS. Keyakinan itu ada di
sana tiga warna, yaitu:
1. kepercayaan pada pakaian adat, adalah keyakinan akan pernikahan saudara pancer wali
tidak ada yang bisa dilakukan,
2. percaya pada dukun
3. kepercayaan pada ilmu aritmatika

Studi di atas diperiksa dengan antropologi sastra. Perbedaan dalam penelitian dilakukan oleh
peneliti dengan penelitian sebelumnya salah satunya ada di objek kajian. Objek penelitian yang
diteliti oleh peneliti dalam bentuk novel berjudul Pulung Gantung Tali Pati karya Iman Budhi
Santosa. Hal-hal yang dibahas serupa dengan penelitian sebelumnya, adalah tentang kepercayaan
pada mistisisme dan mitos. Perbedaan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tentang kepercayaan lokal masyarakat jawa terletak di daerah Gunung Kidul Yogyakarta.
Antropologi Sastra
Antropologi sastra secara luas berarti analisis dan pemahaman tentang karya sastra dalam
hubungannya dengan mereka dengan pemikiran manusia. Antropologi sastra adalah studi tentang
karya sastra sebagai cara pemahaman manusia dan warisan budayanya (Ratna, 2011: 31).
Artinya, dari berbagai peninggalan leluhur yang dikandungnya keyakinan tentang pikiran yang
sedang dipertimbangkan itu sebenarnya dijelaskan dalam sebuah karya sastra. Antropologi dan
sastra saling terkait Karya sastra berupa sastra lisan, cerita rakyat, dan tradisi lisan ada di
masyarakat (Ratna, 2011: 37).

Simbolis
Simbolik adalah kebutuhan untuk memahami dan menganalisis berbagai aspek yang ada di
masyarakat untuk menunjukkan bagaimana masyarakat melihat, merasakan, dan memikirkan
banyak hal (Geertz, 1992: 31)

Hermeneutika
menurut Mulyono (2012: 15) berawal dari kata Yunani hermeneuien yang berarti menafsirkan
atau menterjemahkan. Secara umum bisa disebut hermeneutika sedikit tentang tafsir makna.

Keyakinan Lokal Masyarakat Jawa


Menurut Mufid (2012: 15) segmen ada dua jenis yang didasarkan pada kepercayaan lokal
masyarakat Jawa, adalah lokalitas dan spiritualitas. Lokalitas terkait dengan benda tak terlihat
yang bisa disebut mitos. Menawa spiritualitas dalam hubungannya dengan hal-hal yang tidak
terlihat dengan mata telanjang yang disebut mistik.

Mistis
Endraswara (2006: 24-28) menyatakan bahwa kepercayaan tentang ilmu kebatinan yang diyakini
oleh masyarakat jawa dalam berbagai bentuk, seperti: praktik spiritual, arwah / bangsa-bangsa
lunak, nubuatan, dan ilmu gaib.
Latihan Spiritual
Latihan spiritual menurut Endraswara (2006: 24-27) adalah sikap budaya spiritual Jawa yang
harus dilakukan sebuah kegiatan ritual tanpa batas seperti
agama yang berbeda.

Bangsa yang Baik


Ada juga banyak jenis orang baik. Orang baik menurut Geertz (1989: 19-20) itu dibagi menjadi
lima yaitu hantu, lembut, setan, thuyul, dan dhanyang.

Nubuatan
Nubuatan adalah tanda supernatural (Endraswara: 2006: 28).

Ilmu gaib
Praktek pertapaan dan meditasi adalah salah satu caranya untuk mendapatkan kekuatan dan
menerima kekuatan supernatural (Suseno, 2003: 181).

Mitos
Mitos menurut Endraswara (2006: 5-7) ada macamnya yaitu jubah tuhon, lambang, legenda atau
dongeng, dan iri hati.

Gugon Tuhon
Menurut Suwarni (2018: 10) busana tuhon diperjuangkan menjadi tiga. Penjelasannya seperti di
halaman selanjutnya.
1. Gugon tuhon salugu adalah gugon tuhon tentang keyakinan pada sukerta.
2. Gugon tuhon Isi kode wasandhi adalah gugon tuhon yang berhubungan dengan
tuturan yang bersifat simbolis.
3. Gugon tuhon pepali, yang merupakan turunan gugon tuhon bapak yang menutupi
Ngapali berasal dari orang yang benih akan menempati suatu tempat.
Simbol
Simbol menurut Prabowo dkk (2015: 297) adalah tanda-tanda hal-hal yang sedang hamil arti
tertentu.

Legenda
Menurut Danandjaja (1997: 66) legenda itu cerita rakyat yang dianggap oleh pemiliknya adalah
cerita yang menggambarkannya sebuah peristiwa yang telah terjadi.

Iri hati
Jenis iri hati adalah ada kata-kata yang tidak lucu dan kuwalat (Endraswara, 2006: 7).

BAB III
METODE PENELITIAN
Pengertian pada bab III adalah tentang: persiapan penelitian, sumber data, data, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data, validitas data, prosedur menganalisis data, dan
bagaimana menganalisis hasil deskripsi. Menjadi berikut ini akan dijelaskan secara jelas dan
ringkas tentang metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Desain penelitian
Metode deskriptif kualitatif disertakan studi ini untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
semua peristiwa yang terjadi dalam objek studi adalah novel Tali Gantung Pulung dengan
menggunakan tintingan antropologi sastra. Penelitian yang bertumpu pada antropologi sastra ini
membahas hal tersebut kepercayaan lokal masyarakat Jawa terhadap ilmu kebatinan dan mitos
yang diyakini masyarakat Gunung Kidul lengkap dengan kekuatannya. Tidak ada diskusi lebih
lanjut tentang itu bercerita tentang pengamatan publik tentang itu kepercayaan lokal orang Jawa
untuk perluasannya definisi menjadi lebih jelas
Sumber data
Sumber data ada dua yaitu sumber data sumber data utama dan pendukung. Sumber data Yang
utama atau utama dalam penelitian ini adalah novel Tali Gantung Pulung. Sumber data sekunder
adalah diambil dari hal-hal yang sesuai dengan penelitian, bentuk pengamat komunitas berada di
persimpangan jalan.

Data
Dari baris pertama, kedua, dan ketiga menggunakan data primer berupa kata, kalimat, dan
paragraf tentang kepercayaan lokal masyarakat Jawa kepada mistik dan mitos yang terkandung
dalam novel PGTP. Untuk ngonceki keempat underan menggunakan data sekunder adalah kata
yang diucapkan dan ditulis melalui wawancara dengan narasumber di bebrayan tersebut tentang
komunitas pengamat tentang kepercayaan lokal Masyarakat jawa.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti adalah tokoh
utama untuk mengumpulkan data, mengumpulkan data, dan menganalisis data yang konsisten
dengan temuan penelitian di sepanjang novel PGTP tentang keimanan lokal masyarakat Jawa
kepada mistisisme dan mitos. Jika instrumen pendukungnya adalah instrumen yang dibutuhkan
peneliti untuk penyuluhan pengumpulan data. Perangkat pendukung adalah digunakan melalui
korpus data. Lembar korpus data adalah lembar yang berasal dari olehe nyathet (Soniatin, 2018:
1).

Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data realistis salah satu cara untuk menghasilkan data tersebut
dibutuhkan selama studi. Bagaimana cara mengumpulkan data penelitian ini dengan teknik
sastra, baca, tulis, dan wawancara.

Validitas Data
Endraswara (2009: 224) menyatakan bahwa adaempat bagian dalam penelitian sehingga menjadi
data bisa disebut valid atau valid. Empat bagian tersebut adalah, (1) triangulasi sumber data,
pengumpulan data, metode pengumpulan data, dan teori, (2) pengecekan data, (3) cek anggota,
dan (4) ulasan mitra besari.

Prosedur Analisis Data


penelitian tentang kepercayaan lokal masyarakat Jawa selama novel PGTP oleh Iman Budhi
Santosa analisis mereka sejelas di halaman selanjutnya.
1. Menganalisis data tentang kepercayaan masyarakat lokalMistisisme Jawa hingga
tertuang dalam novel PGPT berdasarkan bagian itu. Ada empat bagian yaitu
praktik spiritual, bangsa yang baik, nubuatan, dan okultisme.
2. Menganalisis data tentang kepercayaan masyarakat lokal Mitos-mitos Jawa yang
terkandung dalam novel PGPT berdasarkan bagian itu. Ada empat bagian pakaian
tradisional, lambang, legenda, dan rasa iri.
3. Menganalisis situasi yang terbagi menjadi dua kekuatan positif dan kekuatan
negatif dari kepercayaan lokal masyarakat jawa terhadap mistik dan mitos hadir di
seluruh novel PGTP. Menjadi properti ini dibedakan dengan empat warna, yaitu:

a. sikap percaya yang positif padanya mistisisme berdasarkan ayat-


ayat
b. kekuatan negatif kepercayaan pada mistisisme berdasarkan ayat-ayat
c. Sikap positif percaya pada mitos berdasarkan bagiannya, dan
d. konotasi negatifnya kepercayaan pada mitos berdasarkan ayat-ayat.
4. Menganalisis data dalam bentuk tinjauan publik kepercayaan lokal masyarakat
jawa. Data dapat diambil wawancara yang ditujukan kepada komunitas di sana
dalam bahasa jawa bebrayan atas izin dan agamanya.

Prosedur untuk Menganalisis Hasil Hasil


Metode analisis hasil deskripsi adalah dengan prosedur penulisan tesis yang benar, tepat, dan
nyaman BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan BAB V. Pengertian mengenai tata cara analisis
hasil uraian dibagi menurut prosedurnya adalah sebagai berikut.
Bab I (Kata Pengantar) menjelaskan dasar dari penelitian, temuan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan
penjelasan kata.
Bab II (Tintingan Kapustakan) menjelaskan penelitian ini serupa, teori yang digunakan
(antropologi sastra, kepercayaan lokal masyarakat Jawa, ilmu kebatinan, dan mitos), dan
landasan teori.

Bab III (Metode Penelitian) menjelaskan desain penelitian, sumber data, data, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data, validitas data, dan prosedur menganalisis data.

Bab IV (Deskripsi) menggambarkan kepercayaan lokal Masyarakat Jawa terhadap mistik,


kepercayaan lokal masyarakat Mitos Jawa, asal muasal kepercayaan lokal Masyarakat Jawa
menentang ilmu kebatinan dan mitos, serta para pengamatnya masyarakat tentang kepercayaan
lokal masyarakat Jawa.

Bab V (Penutupan) menjelaskan tentang undangan dan saran.

BAB IV JLENTREHAN DHATA LAN DHISKUSI ASIL PANLITEN


Kapitayan Lokal Masarakat Jawa marang Mistis sajrone Novel PGTP Anggitane Iman
Budhi Santosa
Ana ing novel PGTP iki ditemokake sawijine kapitayan lokal masarakat Gunung Kidul marang
mistis kanthi maneka warna. Perangane kapitayan mistis miturut Endraswara (2006: 24-28) ana
maneka werna, kayata: laku spiritual, roh/ bangsa alus, wangsit, lan ilmu gaib. Andharan jangkep
ngenani mistis kaya ing ngisor iki.

Latihan spiritual
Latihan spiritual menurut Endraswara (2006: 24-27) adalah sikap budaya spiritual Jawa yang
dianut melakukan aktivitas oleh orang-orang tanpa ada batasan dalam status, strata, dan agama.
Laku Spiritual dalam novel PGTP ini adalah sejenis leklekan dan kothekan.
Lek-lekan
Lek-lekan adalah cara komunitas untuk untuk melakukannya adalah dengan tidak tidur sampai
pagi. Contohnya adalah sebagai berikut.
Seperti biasa, selama Anda menemukan situasi itu Orang-orang aneh di pedesaan Gunung Kidul
lalu mereka lek-lekan. Saya merasa cemas. Bersama berdoa agar itu diambil dari sumbernya
biasa saja. Semoga Tuhan memberkatimu Pekerjaan Dunia untuk seluruh keluarga. (Santosa,
2017: 6)
“ Biasanya berlangsung dari pukul sembilan atau lebihsepuluh setelah selesainya pekerjaan yang
menjadi tempat tinggalnya. (Santosa, 2017: 6)”

Pethilan menunjukkan bahwa itu masuk kawasan Gunung Kidul memiliki jalur spiritual yang
terasa leklekan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat karena kejadiannya yang dianggap
aneh. Peristiwa yang dimaksud adalah eksistensi bangsa yang baik itu di sana di daerah itu.
Tindakan itu dilakukan dengan bangun di malam hari dan berdoa bersama. Makna simbolis yang
pertama, menimbulkan sikap penting dan untuk disimpan juga harus dihapus dari sambikala
terutama untuk keluarganya. Perilakunya adalah denganmasyarakat diyakini efektif
menyingkirkan bangsa baik karena melek huruf pada dasarnya adalah panas. Bernyanyi kedua,
mereka yang lebih suka terjaga di malam hari waspada dan waspada jika terjadi peristiwa
bencana. Ketiga, menjadikan komunitas penting kepada tetangganya

Kothekan
Kothekan adalah kegiatan tradisional dengan meniup drum di malam hari. Kegiatan ini digelar di
rumah mereka ketekunan, staf, dan keliling desa. Aktivitas ini menjadi aktivitas wajib yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Gunung Kidul untuk mengusir ular yang menggantung. Sebagai
contoh sebagai berikut.
“Kelelahan, kelelahan, Sesaat Rini tertidur. Saat itu jam sepuluh pagi malam itu dipenuhi dengan
suara kothekan yang tak terputus. Bangun pagi, tanpa tiba-tiba bangkit dan berganti pakaian
dia berlari keluar.” (Santosa, 2017: 36)
Dari adanya perilaku kothekan dengan perangkat suara untuk menandai keberadaan manusia
yang masih melek huruf. Jika masih ada manusia, ular bangsa gantung atau lunak tidak berani
mengetuk. Tinggal paraga Rini merasa terusik dengan adanya praktik spiritual berupa
Drumming diadakan selama puluhan jam malam ini. Dia sama sekali tidak tahu apakah itu
lelucon makna simbolis adalah cara saling membantu tolak moncong yang ditangguhkan atau
lembut pekerjaan yang mengganggu. Dia baru-baru ini berpikir jika mereka membuat acara
kematian coke dengan drum di sekitar desa.

Bangsa Alus
Di novel PGTP inilah yang kita bahas tentang bangsa yang lembut dengan hanya sejenis
kelembutan dan setan. Penjelasan rinci tentang jenis lembut dan setan yang ada di bawah.

Lelembut
Kelembutan menurut Geertz (1989: 19) adalah suatu bangsa lembut yang bisa menyebabkan
sakit, gila, pusing, dan kematian. Asyiknya bisa masuk ke dalam lambung kapal atau dan jika
tidak ditangani dengan cepat oleh dukun, dia bisa mati. Itu didukung oleh komunitas Gunung
Kidul merupakan jenis ular gantung yang lembut.
“Sedangkan Rini tak sungkan bertanya lagi, Pak Kadhus terus jelaskan sampai akhir. Taat
Masyarakat kepercayaan Gunung Kidul, yang digantung dianggap sebagai musim ular gantung.
Bahkan banyak dari mereka percaya bahwa ular gantung adalah perwujudan magis dari itu
"Memperbaiki" daerah pegunungan di tenggara istana Yogyakarta ini. (Santosa, 2017: 38)”

Pak Kadhus menjelaskan tentang ular itu tergantung sampai selesai pada Rini. Dengan iman
Komunitas Gunung Selatan sendiri, yang meninggal karena bunuh diri karena mangsa ular
gantung. Bentuknya juga dipercaya oleh masyarakat disana bahwa ular tersebut digantung
dianggap sebagai manifestasi supernatural yang bergema di dalam pegunungan di tenggara istana
Yogya. Adanya makna simbolis ini dianggap sebagai bangsa yang baik di alam takut dan
menyakiti manusia.
Setan
Setan menurut Geertz (1989: 19-20) adalah bangsa yang baik yang menempati tempat dan bisa
membantu keinginan. Setan oleh beberapa orang dianggap menyebalkan, padahal tidak
terganggu juga tidak akan mengganggu. Iblis itu sama manusia, beberapa baik dan beberapa
buruk. Pethilane seperti di bawah.
“Rini kembali dari Dadapayu antara pukul dua belas siang. Saat melintasi hutan jati, ada seorang
gadis seumuran sepuluh semusim membawa tiga rantai belalang di tepi cara. Anak laki-laki itu
memakai wajah coklat kecoklatan. Gaun putih adalah sajak air yang langka. Rambutnya disisir.
Kulitnya hitam. Ini terlihat seperti lingkaran. Matanya sedikit menyipit.(Santosa, 2017: 139)”
Setan pertama adalah anak kecil
Perempuan. Makna simbolis untuk menguji Rini adalah posesif
wateg yang bagus dan layak apakah akan diizinkan untuk dibuka atau tidak
kasus bunuh diri terjadi di Gunung Kidul. Anak laki-laki
terlihat saat Rini melintasi jalan hutan jati sendirian
antara jam dua belas siang. Menurut cerita Jawa,
arti simbolis dari jam dua belas siang saja tidak mengerti
untuk keluar rumah karena dianggap sebagai pintu keluar barang
yang tidak terlihat oleh mata. Jangan berharap itu berada di pinggir jalan
dia bertemu dengan seorang gadis seusianya
sepuluh tahun membawa belalang tiga rantai. Nak
mereka yang harusnya masih sekolah malah berjualan belalang
digoreng di pinggir jalan dengan hutan jati
dalam gaun coklat tua, gaun putih kotor, rambut keriting, kulit hitam, wajah semu
mata bulat, dan agak menyipit.

Nubuat
Nubuatan ada dalam novel PGTP
dijelaskan dalam bentuk semprotan berisi
petunjuk oleh setan. Tipnya ada di sana
setelah Bambang melihat makhluk hitam yang hidup
berada di rumahnya. Artinya begitu simbolis
Paraga Bambang selalu berhati-hati setiap tindakannya
pekerjaan dan aktivitas. Bambang mengangguk
nubuat adalah wahyu dari
Iblis. Semprotan tersebut kemudian diekspos ke formulir
makhluk hitam yang tinggal di belakang rumahnya.
Arti simbolis dari iblis adalah memberi
instruksi adalah bisikan yang diberikan kepadanya
semua dalam semua numusi tentang gambar yang akan datang
klakon sebagai bentuk syukur telah diberikan untuk hidup
berada di rumahnya. Maknanya bisa dilihat dari pethilan in
di bawah.
Saat pergi ke Jemuahan ke masjid,
tiba-tiba sebuah suara terdengar di telinganya. Berubah dari
dari mana asalnya. Bambang merasa bukan dari luar telinga,
tapi dari dalam telinga. Unine memperingatkan. Untuk
masjid tidak pakai sendal naik menghilang. Suaranya tidak
maaf meninggalkan Jemuahan yang masih pakai sandal jepit.
Anehnya, belakangan ini sandal Jemuahan digeledah kemana-mana
tidak ditemukan. Kematian Bambang kembali ke rumah hanya untuk mengguncang.
(Santosa, 2017: 110)
Pethilan menunjukkan bahwa saat transisi
Jemuahan berangkat ke masjid, kata Bambang
suara aneh. Suara itu datang dari dalam telingaku
tetapi dia tidak tahu siapa suaranya dan tersentuh
apa misiki dia. Suara itu tidak memiliki niat
buruk sebagai pengingat. Bersatu dari suara itu
adalah untuk mengingatkan bahwa pergi ke masjid untuk
Jemuwahan tidak memakai sendal yang artinya simbolis
agar nantinya tidak timbul menghilang. Suaranya tidak
dimulai sepenuhnya. Dia meninggalkan Jemuwahan untuk tinggal
kenakan sandal jepit. Anehnya, baru-baru ini
Sandalnya hilang. Sandal licin
apa yang digunakan dicari di mana-mana tetapi tidak ditemukan.

Ilmu gaib Adanya kepercayaan pada okultisme adalah bagian dari kepercayaan masyarakat Jawa,
makna simbolik untuk memastikan bahwa orang Jawa juga memilikinya kekuasaan adalah
perlindungan masyarakat. Suatu bentuk perlindungan manusia adalah bentuk memberi. Bukti dan
definisi detailnya bisa dilihat dibawah. Meskipun sebagian besar desa dan pemukiman berada di
Pegunungan Di selatan dataran tinggi plencar dikelilingi oleh hutan atau bukit pasir. Saat itu
banyak jalan yang belum dibangun, apalagi beraspal. Beberapa memang telah dilempari batu,
tetapi juga banyak yang masih membentuk jalan yang lemah. Naik dulu ramai seperti sekarang,
jadi kemana-mana umumnya saja berjalan. Jadi orang-orang mencari bantuan terbaik ke dukun.
Meskipun dukun tidak yakin mengetahui penyakit apa yang mereka hadapi dan mampu
mengobatinya. Jadi tidak tidak mungkin banyak masyarakat pedesaan yang menjadi korban.
Kambuh karena sakit, kambuh karena kelaparan karena kekurangan makan setiap hari. (Santiago,
2017: 4) Dukun adalah orang yang memiliki kekuatan supernatural. Dari situ dipercaya dan
dijaga ketat oleh masyarakat Gunung Kidul jika ada kekuatan yang harus diperhitungkan
memerlukan. Salah satunya adalah memperlakukan satu lelara. Dukun menjadi sasaran
masyarakat untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Dukun kedua terbunuh sebagian
masyarakat ada di dalamnya karena tidak dapat menemukannya dokter itu berada di dekat
rumahnya. Karenanya, dukun menjadi pilihan untuk menyembuhkan bahkan jika dukun mampu
atau setidaknya telah mencoba menemukan obatnya kesehatan. 4.2 Keyakinan Lokal Orang Jawa
terhadap Mitos pada novel PGTP Anggitane Iman Budhi Santosa Mitos menurut Hasanuddin
(dalam Manuaba et al., 2012) merupakan unsur tradisi berupa sistem komunikasi yang memberi
pesan tentang penguasa periode Kawuri ide, pengingat, atau keputusan tepercaya. Tradisi yang
dipegang oleh nenek moyang kemudian diturunkan kepada anak-anak mereka. Tujuan tradisi hal
itu dilakukan agar tidak ada pembatas setiap mecaki jalan raya kehidupan. Bagian dari mitos
menurut Endraswara (2006: 5-7) adalah orang yang beragam. Perangane adalah mitos, simbol,
legenda atau dongeng, dan iri hati. Dari empat bagian itu juga dilakukan oleh masyarakat
Gunung Kidul. Pembuahan detailnya akan dijelaskan sebagai berikut. 4.2.1 Gugon Tuhon Dalam
novel PGTP ini ada pembahasannya takhyul. Gugon tuhon yang dibahas adalah tentang gugon
tuhon isi wasita sinandhi dan gugon tuhon pepali. Penjelasan rinci tentang gaun tuhon adalah
sebagai berikut ini. 4.2.1.1 Gugon Tuhon Isi Wasita Sinandhi Salah satu gaun isi wasithi
sinandhi yang ada di novel PGTP adalah adanya suara. Tenun tentang nasehat di atas di tanah
jawa berlimpah ruah sangat. Saran tersebut tersedia dalam berbagai warna area yang berlaku.
Setiap area memiliki seorang inspektur diri mereka sendiri berdasarkan iman mereka. Suara ini
rata-rata oleh masyarakat dimanapun selalu demikian, tidak hanya oleh orang jawa. Karenanya,
bunyinya adalah jenis bagian dari baju tuhon yang terasa gugon tuhon isi wasita sinandhi. Lagu-
lagu itu dilakukan di kawasan Gunung Kidul itu minoritas telah menolak untuk bekerja, artinya
hidup nyaman. Gambaran lengkapnya seperti dalam pethilan (122). Situasi seperti itu jelas
muncul dari pengkaji berdasarkan ayat-ayat yang berisi nasehat tertinggi di negeri ini Jawa.
Kalau nyawa tergantung tangan kecil diri. Tangeh jika Anda menjaga orang lain siang dan
malam harus selalu "bergerak". Jika tidak bergerak, ia tidak akan "mengunyah". Tidak mau
“mandi keringat”, ya tidak akan “berkeringat”. (Santosa, 2017: 2) Dalam novel PGTP,
Komunitas Gunung Selatan menyajikan rumor yang dianggap benar. Pethilan di atas berisi dua
ayat yang disimpan dari zaman kuno hingga sekarang. Berarti melambangkan suara-suara ini
menjadi penggaris sementara mecaki jalan hidup harus dipandu. Unenunen yang dulu bahwa
"nyawa kecil tergantung dari tangannya sendiri ”. Kata-kata ini memiliki arti simbolis apakah
kita bisa memuliakan diri sendiri tergantung pada diri kita sendiri kepribadian mereka sendiri
bagaimana mencari kesuksesan hidupnya penuh dengan kecukupan dan kelangsungan hidup.
Lagu kedua yang kedua adalah "jangan melindungi orang lain agar tidak terlindungi siang dan
malam harus selalu bergerak, jika tidak bergerak tidak akan mamah, gak mau berkeringat ya gak
akan lewat ”. Makna simbolisnya adalah setiap orang harus ditolak keras dengan mencari dan
berdoa. Siang hari harus mau kerja keras dan malam harus mau berdoa semoga baik-baik saja
denganmu menemukan pakaian, makanan, dan ruang pada hari berikutnya. Tidak mau
memindahkannya berarti bertindak dengan mencari pekerjaan. WHO mereka yang tidak ingin
bekerja, bertanya-tanya apakah mereka bisa makan. Tidak mau mencoba melakukannya dengan
jelas atau tidak akan bisa memakmurkan hidupnya

4.2.1.2 Gugon Tuhon Pepali Masyarakat Gunung Kidul khususnya di daerahnya Watugagak
membunuh pohon ringin putih tinggal di makam Watugagak. Pohon ringin oleh masyarakat
diyakini arti simbolis tersebut sebagai kesucian. Di kuburan ada cincin putih bentuk lampau
penuh dengan sarang gagak. Meski tidak siapa saja yang bisa melihat burung. Mereka seperti
hari ini, jika ada burung gagak atau burung hantu yang lewat mengandung makna seorang pria
transisi simbolis meninggal. Menjadi di masa lalu burung gagak seperti itu. Sejak saat itu
Artinya, jika di makam Watugagak tidak ada siapa-siapa sembrana dan harus hati-hati. Jika Anda
tidak dapat mempertahankan rencana tersebut trapsila dapat menyebabkan kecelakaan.
Kecelakaan terus meningkat bisa sangat disayangkan hingga menyebabkan kematian. 4.2.2
Simbol Bagaimana Anda belajar Java dengan simbolik amati setiap peristiwa yang terjadi. Mitos
baginya simbolisme dalam masyarakat Jawa khususnya Gunung Kidul kebanyakan pada
kepercayaan pada hewan, tumbuhan, dan keadaan sekitarnya. Berikut ini akan menjadi
menceritakan tentang bentuk kepercayaan pada tasawuf salah satu bentuk kepercayaan terhadap
simbolisme dalam novel PGTP. 4.2.2.1 Hewan Simbolnya pun beragam, di sini akan membahas
simbolisme binatang. Iman dalam simbolisme hewan artinya bentuknya membunuh
penggambaran binatang. Menjadi berikut ini akan diuraikan bentuk kepercayaan pada dirinya
hewan yang merasakan semut. Saat semut berkerumun di mana-mana, Bisa jadi makanan di
dalam tanah sudah tidak memadai lagi karena pembusukan terkena panas matahari. (Santosa,
2017: 5) Terkadang semut dapat digunakan sebagai simbol di dalam memahami situasi.
Masyarakat Gunung Kidul memberi simbol pada hewan yang merasa seperti semut. Saat semut
berkerumun hingga ke titik di mana secara simbolis dapat diartikan bahwa mereka adalah
sumber makanan ada di lapangan tidak lagi memadai. Semut mencari sumber makanan ke tempat
itu yang seharusnya tidak tertampung seperti pergi ke rumah warga. Rumah hewan itu rusak
karena panas matahari itu benar-benar. Panas matahari tidak seimbang dengannya curah hujan
yang cukup dapat menjadi sumber makanan bagi makhluk apa pun yang aku anggap punah.
4.2.2.2 Tanaman Masyarakat Gunung Kidul masih memegang teguh keyakinannya tanaman
sampai saat ini. Alasan, percaya padanya tanaman juga dianggap nyata jika mereka mau terjadi.
Keyakinan pada tumbuhan ada dalam novel PGTP merupakan salah satu pitaya dari pohon
gembili yang sama kering. Setiap area memiliki nuansa yang berbeda tentang gembili. Uraiannya
adalah sebagai berikut. Misalnya kalau pohon ketela pohon sudah kering, bening panas sudah
mereda. Saat semut menggerutu menyebar di mana-mana, makanan di tanah mungkin tidak
cukup lagi karena kerusakan akibat panasnya matahari. (Santosa, 2017: 5) Pohon kering yang
sama melambangkan makna adalah bahwa kondisi di alam panas telah ndrawasi banget. Jika
diperiksa dalam situasi sebenarnya, pohon biasa atau pohon ara tahan panas dan dingin. Jika
pohon sampai mengering, sangat jelas itu kadar air sudah ada di dalam tanah di sekitar pohon
tidak ada jaminan sama sekali. Karenanya, komunitas Gunung Selatan menggunakan keyakinan
ini untuk menggambarkan atau perkirakan itu simbolisme tanaman bisa menjadi ilmu dengan
mengamati untuk memahami tentang subjek tertentu. 4.2.2.3 Situasi Di bawah ini adalah kutipan
dari novel PGTP yang menyebutkan kepercayaan pada simbolisme. Simbol yang dilayani oleh
komunitas Gunung Bagian selatan adalah manifestasi dari situasi tersebut. Suatu situasi dapat
digambarkan sebagai peristiwa atau peristiwa yang terjadi. Simbolisme situasi dalam novel
PGTP dimungkinkan dilihat dari pethilan di bawah. Hampir tiga bulan langit Gunung Kidul
terlihat bersih. Awan jarang mencapai cakrawala. Per malam bintang selalu abyor. Tanda-tanda
hujan kiriman belum datang. Bahkan jika bulan Juli sedang hujan disebut hujan satu musim.
Seseorang akan membuat kesialan, mempercepat pengeringan rumput dan daun. (Santosa, 2017:
1) Situasi di pethilan tersebut Padahal setiap malam bintang selalu abyor. Bintang yang selalu
ablatif dijaga oleh Orang-orang Gunung Kidul itu pertanda hujan posting belum tiba. Simbol
seperti itu demikian jika diperiksa dengan pemikiran yang nyata atau secara logika juga ada
makna simbolis yang benar itu langit cerah tanpa awan, tidak akan ada hujan. Langit cerah
adalah tanda panas. Tidak hujan itu akan datang karena hujan karena adanya awan dan kemudian
menuangkannya ke bumi.

Legenda Di dalam novel PGTP itulah yang berisi satu legendha. Legenda tersebut berkisah
tentang Gunung Gambar yang terletak di Dhusun Gempol, Kelurahan Jurangjero, Distrik
Ngawen. Untuk Gunung Kidul, kemauan dan upaya banyak orang berhasil setelah haji mrana.
Tempat itu adalah sejarah persembunyian Raden Mas Dikatakan saat melawan Belanda. Bukti
pethilan tentang itu Legenda Gunung Gambar ada di pethilan lanjut. “Siapa yang berkunjung?
Rana juga meminta iman, " kata Prasetya menjelaskan rencananya ke Gunung Gambar ingin.
“Untuk masyarakat di Gunung Kidul, dan akan banyak usaha yang berhasil setelah haji di sana.
Seperti sejarah Raden Mas Said pernah berperang melawan Belanda. Wis ta, percayalah padaku.
" (Santosa, 2017: 95) Kelopaknya menunjukkan adanya unsur legenda ada di novel PGTP.
Legenda itu tentang Gunung Gambar. Mount Picture dinarasikan sebagai tempat suci. Tempat
masa lalu adalah sejarah persembunyian Raden Mas Said saat melawan Belanda. Gunung
Gambar juga disajikan Siapapun yang berziarah ke sana, makna simbolisnya banyak yang
berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan berdasarkan kemauan dan usaha. Komitmen
mengajak Rini untuk mrono sehingga penyelidikan kematian akibat bunuh diri di sana di
Gunung Kidul bisa berjalan mulus tanpanya penghalang apa pun. 4.2.4 Iri hati Pengetahuan
tentang pra ditularkan ke anak-anak cucunya tidak tahu. Arti simbolis iri hati membentuknya
untuk lebih menghargai keberadaannya Menghormati Jawa. Seperti pethilan di bawah ini, paraga
Ngasiran yang berbicara perlahan ketidakpastian yang sebenarnya kemudian dibayangi oleh
Mbah Ramelan. Ngasiran berbicara tentang ular itu gantung siapa bilang dia memakan korban.
“Huss! Tutup mulutmu. Sama sekali tidak terdengar seperti itu! Itu tumbuh menjadi masa
kelangkaan! " Mbah Ramelan memarahi mereka. Mahad njegreg mendengar kata orang tua
sering. Jangan berharap disentak dan ditatap seperti itu anak-anak berpenghasilan rendah.
(Santosa, 2017: 10) Plotnya menunjukkan masyarakat itu Gunung Kidul membunuh keyakinan
sirikan. Ngasiran sebagai orang yang bersyukur selama dia berbicara disukai Mbah Ramelan saat
mengetahuinya kehadiran ular gantung. Ular gantung itu disebut memakan korbannya dan
membuat mereka mati sementara tidak ilok atau tidak layak untuk dikatakan. Nasib, pernikahan,
dan kematian ada di tangan Tuhan. Berarti simbolisme orang yang malang harus berhati-hati
mengatakan itu bahkan menyebabkannya tidak pernah terdengar orang lain. Apa lagi yang ada
pada mereka, Pamuji itu bahkan kemudian mendapat pengaruh buruk sebagai hasilnya omongane
bapake. Iri juga tentang larangan meninggalkan istrinya yang sedang hamil masyarakat Gunung
Kidul

Keyakinan Lokal Orang Jawa Mistisisme dan Mitos dalam Novel PGTP Anggota Iman Budhi
Santosa Pengertian menurut KBBI (2019) bisa dimaknai pengaruh karena adanya tindakan itu
mengakibatkan konsekuensi positif (baik) dan negatif (buruk). Dalam penelitian ini situasinya
dapat dibagi menjadi dua, adalah sikap positif dan sikap negatif. Berpikir positif adalah pengaruh
atau konsekuensi dari itu baik untuk melakukan suatu pekerjaan pengaruh negatif adalah
pengaruh atau akibat buruk yang karena melakukan suatu pekerjaan. Pembuahan akhirnya dibagi
menjadi dua berdasarkan bagian kepercayaan lokal, yang merupakan akhir dari kepercayaan
padanya mistisisme dan kekuatan kepercayaan pada mitos di dalam Novel PGTP Anggitane
Iman Budhi Santosa. 4.3.1 Pengertian Kepercayaan Lokal Masyarakat Jawa kepada Mistis
selama novel PGTP Anggitane Iman Budhi Santosa 4.3.1.1 Pandangan Positif Kepercayaan
Masyarakat Setempat Java ke Mystic 1) Realitas Positif Keyakinan Masyarakat Lokal Java ke
Latihan Spiritual Positif atau pengaruh positif adalah bahwa masyarakat semakin terobsesi
dengan tradisi itu sejak zaman kuno ditinggalkan. Pethilane bisa dilihat di bawah. Tindakan
seperti ini berarti mereka telah melakukannya melupakan adat istiadat tradisional Gunung
Selatan. Upacara berpasangan mereka sengaja ditinggalkan, jadi tidak disembunyikan jika ular
itu digantung buatan sendiri di Watusipat dan dapatkan korban kembali. Iman dan pengamat
seperti itu sebenarnya memiliki sumsum tulang di dalamnya Gunung Kidul sudah ada sejak
zaman kuno. (Santosa, 2017: 40) Dari kehadiran iman dalam perilaku spiritual lek-lekan dan
kothekan adalah tradisi yang dimulai yang dulunya tertimbun bisa tumbuh kembali. Anak cucu
pun mengetahui bahwa ada tradisi yang tidak menyebar daerah melakukan. Tradisi itu diyakini
oleh masyarakat Gunung Kidul bisa mengusir atau mendesak seseorang ular gantung dianggap
paling lembut memakan korban dan membuatnya mati bunuh diri. 2) Pemahaman Positif
Kepercayaan Masyarakat Lokal Jawa untuk Bangsa yang Baik Orang baik dalam novel PGTP
ada dua, lembut dan jahat. Penjelasannya akan diperjelas sebagai berikut. (1) Pandangan Positif
Kepercayaan Masyarakat Setempat Jawa ke Lelembut Sikap positif karena percaya padanya
kelembutan mempengaruhi komunitas lokal di daerah tersebut Gunung Kidul melestarikan
tradisi yang mulai berkembang seperti praktik spiritual dalam bentuk lek-lekan dan kothekan.
Lelaku itu diyakini bisa mengusir kelembutan tersebut bisa ular gantung yang merugikan
masyarakat menyebabkan kematian karena bunuh diri. Ini seperti pethilan ini. Tindakan seperti
ini berarti mereka telah melakukannya melupakan adat istiadat tradisional Gunung Selatan.
Upacara berpasangan mereka sengaja ditinggalkan, jadi tidak disembunyikan jika ular itu
digantung buatan sendiri di Watusipat dan dapatkan korban kembali. Kepercayaan dan pengamat
seperti itu sebenarnya memiliki sumsum tulang di dalamnya Gunung Kidul sudah ada sejak
zaman kuno. (Santosa, 2017: 40) Dari kehadiran bangsa-bangsa yang baik ini, masyarakat
kembali memiliki sikap sosial kooperatif untuk memberhentikan bentuk lunaknya adalah ular
gantung yang seharusnya memakan korban dan membuatnya mati bunuh diri. Ada yang bunuh
diri karena perkasa dan kesurupan negara.

Pandangan Positif Kepercayaan Masyarakat Setempat Jawa melawan Iblis Kepedulian terhadap
bangsa baik kedua adalah kepercayaan pada setan. Dari kehadiran bangsa itu membuat mereka
memiliki sistem trapsila untuk menghormati bangsa yang tak terlihat. Pethilane bisa dilihat
dibawah ini. "Jelas tidak ada jalan di sini dan penyelesaian seperti yang dikatakan Rini? " semua
setuju, klebu Rini. “Tapi jangan berasumsi bahwa Rini tahu itu bukan fakta. Mulailah mari kita
berdoa agar tidak terlihat sanakkadang dan berdiri di sana selalu tenang damai, jadilah saudara
bagi diri kita sendiri. " (Santosa, 2017: 150) Keyakinannya pada iblis membuatnya masyarakat
Gunung Kidul memiliki sistem perangkap. Tata trapsila mirip dengan nilai kesopanan bagi
manusia. Tindakan tersebut dimanifestasikan jika ke satu tempat harus selalu waspada dan jika
memungkinkan berdoa agar bangsa ini damai tanpanya mengganggu pekerjaan manusia. 3)
Realitas Positif Keyakinan Masyarakat Lokal Jawa untuk Nabi Sikap positif karena percaya
padanya nubuatan memunculkan siapa saja yang membunuh dapatkan panduan. Panduan
membuatnya masyarakat yang dinubuatkan bisa mengerti peristiwa yang akan terjadi. Dengan
rincian sebagai berikut ini. Di salah satu foto Anda bisa melihat gunung batu Bayangan itu
seperti kabut. Tapi saat itu awan cerah bersinar. Lamat-lamat di foto itu ada tolong penampilan
seorang lelaki tua berjubah putih di sebelah batu huruf menghadap kamera. Lucu di foto itu yang
lainnya tidak ada. Dengan panik Rini menunjukkan foto itu dengan Komitmen. Setelah dipikir-
pikir, Prasetya hanya berkata, “Ahlamdulillah, Rin. Semoga Anda menikmati ekstensi ini dari
nenek moyang Gunung Selatan ini. " (Santosa, 2017: 96) Orang percaya bahwa ada suatu bentuk
bangsa lembut dengan jubah putih yang melambangkan bagus. Bentuknya sepertinya memberi
kesan seperti itu memegang makna. Masyarakat Gunung Kidul percaya akan hal itu Siapapun
yang ingin Mount Pictures dan lebih tinggi temukan manifestasi yang orang rencanakan untuk
pergi manusia, apapun usaha dan keinginan mereka swasembada. Kaitannya dengan keberadaan
iman dalam dirinya ramalan itu, dia bisa dengan antusias dan lancar dia sedang mengerjakan
studi kasus gantung berada di area tersebut.

4) Realitas Positif Keyakinan Masyarakat Lokal Java ke Okultisme Percayalah pada keberadaan
okultisme di sini membuat komunitas dapat menemukan arah yang baik. Ilmu dikatakan bisa
melihat salah satu barang yang bersifat lunak atau alami tasawuf. Seperti mengobati orang sakit,
ingin mencari barang yang hilang, cara menyelesaikan sesuatu, dan satu sama lain. Seperti dalam
novel PGTP, sains itu magis digunakan untuk memecahkan masalah. Sebagai contoh seperti
pethilan ini. .. Seseorang mencoba bertanya pada dukun dan para winasis apa benar Gunung
Kidul sedang menerima usaha besar, ... (Santosa, 2017: 5) Dengan semua tumbuhan dan obat-
obatan yang telah dicoba dan diuji Nadal, kedua pria itu nyaris bingung. Tapi belum saatnya
pasarah. Ternyata dari dukun yang diminta membantu, dia mendapat nasehat yang sesuai dengan
hatinya. Pak Bardi dan Mbok Sulipah diutus untuk mencoba cara kuno. Yakni, mengadopsi
seorang anak secara berurutan. Tegese untuk memancing jadi dia punya oleh Tuhan Murbeng
Dumadi lahir dari kehamilannya sendiri. Benar caranya belum tentu menikah, tapi imannya
seperti itu jadi sudah tumbang di tanah jawa. (Santosa, 2017: 127) Pak Darmaji juga dikirim
untuk bertanya dukun sampai empat. Anehnya, semua orang mengatakan itu Srigati masih di
Saptosari. (Santosa, 2017: 177) Hal gaib biasanya dimiliki oleh seorang dukun itu digunakan
untuk membantu orang yang lebih banyak menjadi tertekan dan membutuhkan bantuan yang
tidak tersentuh dibantu oleh penglihatan yang terlihat. Contoh pertama adalah dalam novel PGTP
yang merupakan masyarakat Gunung Kidul mereka tidak tahu area apa yang terkena dampak
wabah penyakit dan kondisi tanah yang serupa. Masarakate ingin bertanya pada dukun yang
dianggap berbakat untuk melihat dari dalam atau mistisisme. Yang kedua seperti Pak Bardi dan
Mbok Sulipah dia mertamba begitu anak mikantukake miliki sampai akhir biaya. Cara yang
Anda tuju klinik, dokter, dan fasilitas kesehatan lainnya tidak efektif. Dia telah setuju untuk
percaya bahwa seorang dokter bisa memberi cahaya dan penyembuhan. Penyembuh dengan
menggunakan bagaimana ilmu kebatinan atau ilmu mistik diperoleh pedoman yang harus Pak
Bardi dan Mbok Sulipah mengadopsi untuk mengatasi pertama. Ayolah, Tuan Bardi Mungkin
Sulipah dan telah memenuhi jati diri anak itu. Ketiga adalah ketika Srigati menghilang, Keluarga
Prasetya memintanya untuk tinggal dukun. Karenanya kepercayaan pada okultisme
memungkinkan komunitas untuk menemukan cara yang efektif untuk membasmi hal-hal yang
tidak dapat ditemukan dengan cara yang terlihat oleh mata seolah-olah menyembuhkan ke
dokter. 4.3.1.2 Kondisi Negatif Keyakinan Lokal Orang Jawa menentang Mistisisme 1) Isu
Negatif Kepercayaan Masyarakat Lokal Java ke Latihan Spiritual Di sini kekuatan pengaruh
negatif dari keberadaan keyakinan masyarakat Gunung Kidul terhadap praktik spiritual salah
satu perilaku kothekannya banyak orang yang memiliki rasa takut. Seluruh komunitas khawatir
dan khawatir tentang kepercayaan mereka dianggap suci. Kecemasan dan ketakutan akan
konsekuensi jika praktik spiritual ditinggalkan, hal itu dapat menyebabkan pembalikan gantung
atau empuk datang dan makan korban. Namun situasi seperti itu tidak pasti benar. Itu bisa dilihat
dari pethilan di bawah ini. Tindakan seperti ini berarti mereka telah melakukannya melupakan
adat istiadat tradisional Gunung Selatan. Upacara berpasangan mereka sengaja ditinggalkan, jadi
tidak disembunyikan jika ular itu digantung buatan sendiri di Watusipat dan dapatkan korban
kembali. Iman dan pengamat seperti itu sebenarnya memiliki sumsum tulang di dalamnya
Gunung Kidul sudah ada sejak zaman kuno. (Santosa, 2017: 40) Saat para pria pergi, dan ada
beberapa pertimbangkan pengamat meninggalkan jejak di sekitar desa salah. Kesalahan besar.
Karena keyakinan itu Nenek Wongso menyebabkan bunuh diri tergantung terima, tidak gugon-
tuhon. (Santosa, 2017: 48) Dari kehadiran keyakinan dalam latihan spiritual juga menimbulkan
emosi negatif. Orang-orang khawatir dan takut bahwa mereka tidak akan menjalankan iman itu.
Kepercayaan pada praktik spiritual mempengaruhi masyarakat enggan melakukan hal seperti itu
adalah kothekan pada malam hari agar terasa empuk ular yang digantung tidak memasuki daerah
itu lagi

2) Isu Negatif Kepercayaan Masyarakat Lokal Jawa untuk Bangsa yang Baik Sikap negatif dari
kepercayaan lokal Masyarakat Jawa sampai bangsa yang baik ada dalam novel PGTP adalah
pemikiran yang mengkhawatirkan. Pikiran itu tumbuh karena sifat menakutkan bangsa lembut
akan mengganggu pekerjaan. Orang baik yang dimaksud adalah bentuk lembut dan setan.
Perbedaan dan artinya sebagai berikut. (1) Isu Negatif Kepercayaan Masyarakat Lokal Jawa ke
Lelembut Kelembutan yang ada dalam novel PGTP ini adalah bentuk ular gantung.
Menggantung ular dianggap sebagai manifestasi yang akan menyebabkan bunuh diri karena
sepertinya mempengaruhi pemikiran manusia. Dari Artinya, orang-orang mengkhawatirkan
bangsa datang ke daerahnya. Dengan rincian sebagai berikut. Karena perasaan kesurupan buruk,
penuh kekhawatiran. Duduk dengan canggung, pikiran mengembara ke sana kemari. (Santosa,
2017: 11) Masyarakat menjadi cemas dan trauma karena saya yakin kelembutan akan
mengganggu pekerjaan saya. Karena cerita leluhur, bangsa dianggap berdampak buruk bagi
manusia. Masyarakat sangat ditakuti bahwa negara akan melakukannya mengganggu hidupnya.
(2) Isu Negatif Kepercayaan Masyarakat Lokal Jawa melawan Iblis Kekuatan negatif dari iblis
adalah untuk membuat ketakutan dan perubahan pikiran. Setan adalah manifestasi dan bisikan
yang dikenal dan didengar oleh Bambang. Detailnya bisa dilihat di bawah. Persis seperti cerita
Bambang dalam hal syuting dari jembatan kereta api ke sungai Winongo. Dari judheg belum
ditemukan cara untuk menghilangkan suara bising yang tidak ada...

3) Kondisi Negatif Keyakinan Masyarakat Lokal Jawa untuk Nabi Realitas kepercayaan pada
nubuatan ada juga sesuatu yang buruk tentang si pembunuh. Dari kehadiran nubuatan adalah
hadiah yang diterima Bambang, make dia terusik. Dia bertekad untuk berhenti hidupnya karena
setiap nubuatan yang diterimanya pasti berhasil pikirannya mengerikan. Uraiannya adalah
sebagai berikut. Persis seperti cerita Bambang dalam hal syuting dari jembatan kereta api ke
sungai Winongo. Dari judheg belum ditemukan cara untuk menghilangkan suara bising yang
tidak ada terlihat oleh mata, itu bisa dilepas, atau bahkan dimatikan diri. Pikirkan, jika fisik atau
fisik hilang (mati) tentunya suara juga hilang, tidak akan mengganggu lagi. (Santosa, 2017: 116)
Nubuat adalah hikmat yang didengar Bambang membuat kesan negatif juga Bambang. Dia
sangat kesal dan penasaran mengakhiri hidupnya. Dia sangat menilai karena masing-masing
bisikan yang dia terima membuat pikirannya bergetar dan fakta numusi itu. Dia kemudian
menemukan jalan untuk menghilangkan gangguan dari negara yang tidak terlihat mata. Bambang
sepertinya ingin bersinar dari jembatan kereta api ke sungai Winongo. Dia pikir jika tubuh atau
fisik dihilangkan dengan membunuhnya, gangguan ini juga bisa hilang. Nubuatan diterima
Bahkan Bambang tidak hanya berbuat baik membuatnya stres karena dia terganggu. Menawa
tidak dilihat dengan pikiran jernih, melakukan tindakan yang akhirnya merugikan dirinya sendiri
seperti bunuh diri. 4) Kondisi Negatif Keyakinan Masyarakat Lokal Java ke Okultisme Dari
keberadaan trust tersebut membuatnya masyarakat menjadi tanpa perkembangan pemikiran dan
menggunakan ilmu gaib untuk melakukan kejahatan. Alasane, masyarakat menjadi percaya pada
ilmu yang tidak terbatas menunjukkan kebenaran. Dengan rincian sebagai berikut. Menghadapi
situasi aneh ini, sampai batas tertentu waktu orang tidak tahu harus berbuat apa. Semono serta
kepala desa dan perangkat desa. Prediksi, gosip, tanda gerakan alam, mereka hancur. Tapi
hasilnya ya itu hanya berhenti menjadi thok othak-athik thok, jarang cocok. Beberapa bertanya
kepada dukun dan penyihir apa yang benar Gunung Kidul ternyata mendapat cobaan besar,
ternyata jawabannya tetap mengambang. Penuh kira-kira dan sanepa berbagai. Welinge yang
bisa dipegang hanya satu. Jadi selalu bersabar, penuh perhatian dan waspada. (Santosa, 2017: 6)
Ilmu gaib yang dimiliki oleh seorang dukun dipercaya sejak saat itu hingga saat ini keadaan
negatif. Takdirnya adalah salah satunya membuat pikiran orang-orang terutama Pegunungan
Selatan tidak bisa makmur. Komunitas sedang membunuh apa apapun yang dikatakan oleh
dukun tersebut. Apa dukun itu juga tidak pasti apakah penyebab yang diamati tidak berdasarkan
kenyataan tetapi hanya melalui rasa dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Dukun tidak selalu
memungkinkan mbiyantu. Kebanyakan dari mereka bahkan menghasilkan sesuatu yang tidak
fakta yang terjadi atau runtuh
4.3.2 Pengertian Kepercayaan Lokal Masyarakat Jawa Mitos dalam Novel PGTP Anggitane
Iman Budhi Santosa 4.3.2.1 Pandangan Positif Kepercayaan Masyarakat Setempat Jawa ke Mitos
Kesadaran positif atas kepercayaan masyarakat lokal Mitos bahasa Jawa adalah kekuatan
pengaruh atau akibat ideal karena menyampaikan mitos atau hal terlihat dengan mata telanjang.
Di sini kami akan menjelaskan tentang situasinya yang bagus dengan bertarung menjadi empat
bagian mitos. Bacaan tersebut merupakan refleksi positif dari Keyakinan Lokal Orang jawa
untuk gugon tuhon, lambang, legenda, dan iri hati. Penjelasan lengkapnya ada di bawah ini. 1)
Realitas Positif Keyakinan Masyarakat Lokal Jawa ke Gugon Tuhon Kesadaran positif atas
kepercayaan masyarakat lokal Orang Jawa dengan adanya pakaian adat atau nasehat leluhur
membuat komunitas lebih bersemangat dalam mecaki mereka cara hidup. Kesediaan seperti itu
untuk bekerja keras untuk mencari temukan pakaian, makanan, dan tempat berlindung.
Andharane bisa dilihat dari pethilan di bawah. Situasi seperti itu jelas muncul dari pengkaji
berdasarkan ayat-ayat yang berisi nasehat tertinggi di negeri ini Jawa. Kalau nyawa tergantung
tangan kecil diri. (Santosa, 2017: 2) Salah satu masalahnya adalah tidak mau pindah ya tidak
akan mengunyah. Itu artinya seseorang hidup tidak ingin menderita tidak akan bisa makan dan
temukan Kemuliaan. Dari keyakinan pada kata-kata ini Masyarakat sekitar Gunung Kidul
menjadi bersemangat pencariannya akan sandang, pangan, dan papan juga enggan mengamankan
tangan orang lain. Sulit untuk apa dan sulit seperti apa yang Anda lakukan meskipun panas tidak
umum dan tanah dikeringkan secara merata. Dari adanya kepercayaan tersebut serta komunitas
menjadi passion untuk hidup sehingga luhur dan mulia kecukupan. 2) Pemahaman Positif
Kepercayaan Masyarakat Lokal Java ke Pralambang Sikap positif terhadap simbol atau tanda-
tanda kemunculannya di sepanjang novel PGTP adalah komunitas yang bisa mendapatkan
pembinaan. Panduan itu diperoleh dengan mengamati keadaan di mana hal itu terjadi sakupenge.
Dari arah ini dianggap fakta oleh komunitas. Maknanya bisa dilihat dari pethilan di bawah. Era
gaber memang sudah lebih dari empat puluh tahun lalu. Namun kejadian desa Gunung akan
selalu menjadi kenangan. Dari hukum cukup musim kemarau, umumnya orang tua kemudian
mengajak untuk mengklarifikasi fakta di sekitar mereka. Niteni tanda-tanda untuk memindahkan
benchmark nintingi situasi yang akan terjadi. (Santosa, 2017: 4-5) Keyakinan dalam simbolisme
memanifestasikan dirinya sentuhan yang bagus. Simbol yang berada di kawasan Gunung Kidul
adalah arupa simbol dari tumbuhan, hewan, dan kondisi. Keyakinan pada simbol-simbol ini
membuat kesimpulan positif salah satunya adalah membuat komunitas memiliki arah yang benar
dengannya lihat simbol dari situasi sekarang tentang mobah mosik terjadi. Pertunjukan itu
tampak agak tidak fokus dalam beberapa episode terakhir pendahulunya sejak dia adalah simbol
gaber untuk mengamati setiap peristiwa yang terjadi di alam. Era gaber adalah saat masyarakat
tidak bisa makan seperti manusia normal saat ini. Di Saat itu, orang hanya makan sisa makanan.
Oleh memperhatikan simbol yang ada, juga akan bermanfaat untuk anak-anak mereka.

3) Realitas Positif Keyakinan Masyarakat Lokal Java ke Legends Kesadaran positif atas
kepercayaan masyarakat lokal Legenda Jawa dalam novel PGTP ini pengaruh kepercayaan pada
legenda Pasang Gambar. Tujuannya adalah bisa memberi arahan dan membantu jika Anda
benar-benar percaya. Sejak saat itu ada kepercayaan pada legenda itu kepercayaan diri yang
menginspirasi dan numismatik bisa menjadi kenyataan. Deskripsi lengkap ada di kotak
berikutnya. Di salah satu foto Anda bisa melihat gunung batu Bayangan itu seperti kabut. Tapi
saat itu awan cerah bersinar. Lamat-lamat di foto itu ada tolong penampilan seorang lelaki tua
berjubah putih di sebelah batu huruf menghadap kamera. Lucu di foto itu yang lainnya tidak ada.
Dengan panik Rini menunjukkan foto itu dengan Komitmen. Setelah dipikir-pikir, Prasetya
hanya berkata, “Ahlamdulillah, Rin. Semoga Anda menikmati ekstensi ini dari nenek moyang
Gunung Selatan ini. " (Santosa, 2017: 96) Dari kehadiran legenda tersebut bisa diberikan
deskripsi era atau cerita pada suatu waktu itu telah terjadi. Contohnya ada di novel PGTP adalah
masyarakat Gunung Kidul yang sangat peduli Legenda Gunung Gambar. Menurut cerita, gunung
itu itu adalah tempat suci dan pekerjaan jalan memberikan arahan yang baik dalam menemukan
jalan itu benar. Gunung ekstrim jika ada pria yang meminta iman datang, apapun usaha dan
keinginan mereka Akan dirilis. Pasangan Rini pitaya, dia ilustrasi yang diterima oleh saw apa
papan surat melalui kamera digital. Dari deskripsi Prasetya menjelaskan bahwa usahanya
berhasil melakukan penelitian tentang kasus kematian bunuh diri di Gunung Kidul akan
terlaksana dengan lancar tanpa kehadiran apapun pembatas. Pada akhirnya, itu benar-benar
sebuah kinabul. Panlitene Mengenai kasus ini berjalan dengan penuh semangat dan lancar.

3) Kondisi Negatif Keyakinan Masyarakat Lokal Java ke Legends Sikap negatif kepercayaan
masyarakat lokal Legenda Jawa dalam novel PGTP ini membangkitkan pemikiran kafir tentang
sebuah cerita atau cerita leluhur. Penduduk Gunung Kidul sangat banyak membuktikan bahwa
datang ke sana dapat mewujudkannya swasembada yang diinginkan. Deskripsi dapat ditemukan
di pethilan di bawah. “Untuk masyarakat di Gunung Kidul, dan akan banyak usaha yang berhasil
setelah haji di sana. Seperti sejarah Raden Mas Said pernah berperang melawan Belanda. Wis ta,
percayalah padaku. " (Santosa, 2017: 95) Di komunitas Gunung Kidul-lah yang dia bunuh
Legenda Gunung Gambar yang membangkitkan kekuatan itu ala. Kabar buruknya adalah hal itu
membuat masyarakat menjadi kafir. Melalui ziarah ke tempat tersebut, masyarakat meyakini
Gunung Gambar dianggap mengundang kekarepane. Itulah yang disebut paganisme. Harus ingin
semua usaha dan keinginannya terpenuhi, meminta bantuan tidak melalui tempat suci atau
wingid, tapi demi Tuhan. 4) Kondisi Negatif Keyakinan Masyarakat Lokal Java untuk Sirikan
Kecemburuan bisa berarti no-brainer dilanggar atau ditegur. Oleh karena itu keberadaan iman
mitos-mitos ini mengarah pada asumsi negatif. Keadaan negatif dari kepercayaan lokal
komunitas Gunung Selatan untuk iri hati adalah sumber rasa malu. Deskripsi dapat ditemukan di
kotak di bawah ini. “Huss! Tutup mulutmu. Sama sekali tidak terdengar seperti itu! Itu tumbuh
menjadi masa kelangkaan! " Mbah Ramelan memarahi mereka. (Santosa, 2017: 10) Dari sanalah
timbul kepercayaan akan rasa iri malu. Perasaan tumbuh karena keyakinan itu dianggap
dikecualikan atau tidak diganggu oleh publik Gunung Kidul dilanggar. Masyarakat Gunung
Kidul pra lakukan yang buruk, keluarga dan sekitar dan malu karena jika kecemburuan dilakukan
dianggap sebagai tindakan yang tidak memiliki penguasa. Petikan dari novel PGTP acara
Ngasiran jika berbicara dianggap tidak memiliki penggaris. Mbah Ramelan saat itu langsung
mengabaikannya agar tidak berbicara sembarangan karena keberadaannya seekor ular gantung
yang seharusnya memakan korban. Menawa ular gantung telah memakan korban atau tidak
sebelumnya tidak diketahui saat ini apa yang akan dia lakukan setelah meninggalkan pos fiksi.
Ayahnya menegur saat mendengar orang lain meningkatkan rasa malu karena menyebarkan
berita itu belum nyata. Apalagi nama mereka sendiri Memuji. Jika mereka mendengar dan
menyebarkan informasi apa yang tidak benar bahkan meningkat dengan sangat buruk dalam
pikirannya masyarakat. 4.4 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang jawa Dalam studi
inilah relevan untuk digunakan perbandingan untuk menguji keyakinan yang ada di masyarakat
didasarkan pada pekerjaannya, agamanya, dan orang yang lebih tua darinya karena melalui itu
bisa terlihat cara berpikirnya bagaimana dengan satu hal. Pekerjaan itu yang diperoleh peneliti
adalah petani, guru, dan pedagang. Agama yang datanya bersumber dari informan yang
agamanya Islam, Kristen, dan Hindu. Adapun para penatua itu satu orang tua untuk melindungi
warga dan memahami situasi daerah tersebut.
4.4.1 Ulasan Komunitas tentang Keyakinan Lokal Orang Jawa menentang Mistisisme 4.4.1.1
Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang Jawa ke Praktik Spiritual Bodir (51) berada di
Desa Kepuh, Kecamatan Papar Kabupaten Kediri memiliki pemerhati jika melakukan itu masih
dipraktekkan melalui puasa dan wiridan. Penjelasan lengkap dapat ditemukan di posting ini. -
“Perilaku spiritual? Emm .. enten. Menurut orang Jawa, Mungkin kita semua ingin memiliki
ilmu seperti itu, tapi kita harus bertindak seperti itu cepat kenapa wiridan. ” (Bodir, 7 Maret
2019) - “Banyak, banyak yang masih tersisa lakukan. " (Bodir, 7 Maret 2019) - "Yah, sebagian,
sebagian, enten." (Bodir, 7 Maret 2019) Perilaku adalah perilaku jika Anda ingin memilikinya
ilmu adalah ilmu kekebalan, keinginan untuk swasembada, dan orang lain. Untuk memiliki
pengetahuan itu, Anda harus melakukannya perilakunya adalah puasa dan wiridan. Puasa bisa
jadi puasa Ramadhan, Senin Kamis, putih, dan sebagainya tergantung apa yang kamu inginkan.
Itu ada di desa jika dia ingin menjadi hamba dia bisa berpuasa putih. Puasa juga memungkinkan
untuk terakumulasi kekuatan untuk mengusir setan, dhanyang, dan iblis yang menggoda manusia
(Endraswara, 2006: 25). Beberapa orang melakukan hal-hal seperti berpuasa itu adalah makna
simbolis dari keinginan untuk mencapai keinginannya dan mengajarkan perhatian. Dia juga
mengatakan itu melakukan puasa, itu di bidang numusi apa itu ingin terjadi. 4.4.1.2 Ulasan
Publik tentang Keyakinan Lokal Orang Jawa menuju Bangsa yang Baik Menurut pengamat
Imam Hanafi (75) itu asalnya dari Desa Kepuh, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, dia masih
peduli pada bangsa yang baik pada khususnya ke dhanyang. Iman itu masih tumbuh subur di
sana di daerah tersebut serta hingga saat ini. Andharane kaya di bawah. - “Ijik, jadi tentang
negara-negara itu masuk Desa Kepuh masih percaya. Ini seperti bermain dengan lak perangan.
Orang-orang baik ada di sana, apalagi yang ada kuburan." (Imam Hanafi, 7 Maret 2019) - "Oh,
saya tidak mengerti bahwa itu adalah namanya apa. Saya tahu itu bangsa baik yang lewat. "
(Imam Hanafi, 7 Maret 2019) Bangsa-bangsa yang baik didasarkan padanya bagian, ada yang
lembut, seperti hantu, setan, thuyul, dan dhanyang. Bangsa yang lembut selalu ada dan semua
pasti tahu itu seperti berada di kuburan. Berdasarkan keyakinan, tempat itu dianggap tempatnya
bangsa yang tak terlihat. Ada di kuburan itu suatu peristiwa yang makna simbolisnya adalah
memberi penghargaan untuk dhanyang (Purwadi, 2005: 110). Acara tersebut dinamakan bersih
desa dan diadakan setahun sekali di bulan Sura pada hari Selasa Kliwon. Berarti apalagi
tradisinya selalu up to date akhir waktu. Tentang negara baik lainnya ada di desa itu masih
isapan jempol belaka dari imajinasi saya. Seperti ular gantung. Menurut informan, bentuk ular
yang digantung tidak di daerah tersebut. 4.4.1.3 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang
Jawa ke Wangsit Sunarni (54) dari Desa Ngampel Kecamatan Petugas Kabupaten Kediri
mengatakan masih membunuh keyakinannya pada ramalan dan berada di daerahnya masih ada
yang membunuh. Dengan rincian sebagai berikut. “Nubuatan bisa disebut pesan atau amanah
tentang apa satuan. Bisa melalui mimpi, binatang, dan sebagainya. Ini jarang terbunuh, karena
berlalunya waktu pemarah. ” (Sunarni, 6 Mei 2019) Nubuatan berarti pesan atau amanah
diperoleh dari apa pun seperti melalui tanda di sana dalam mimpi, hewan, tumbuhan, situasi, dan
satu sama lain. Informan juga menyatakan diam membunuh kehadiran nubuatan dan berada di
alam iman Ia masih dipercaya meski langka atau langka bagian dari itu. Tren zaman modern
membuat kepercayaan itu sudah lama hilang. Berarti simbol dari pemenuhan nubuatan adalah
bahwa itu dapat memiliki panduan untuk kehidupan selanjutnya.

4.4.1.4 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang jawa sampai pada ilmu gaib Yunisa
Charity (33) yang berasal dari Nganjuk menyatakan bahwa okultisme benar-benar ada dan ada di
dalam daerah ini masih menjadi rumah bagi ilmu gaib semacam itu ilmu yang dimiliki oleh
dukun. Deskripsi seperti dalam pethilan ini. "Di sana, misalnya santhet." (Yunisa Charity, 17
Mei 2019) Ilmu gaib adalah pengetahuan atau kebijaksanaan yang terkait dengan hal gaib atau
disebut kekuatan bahwa ada gangguan pada hal-hal magis. Di daerah Masih banyak yang
mengamalkan ilmu gaib termasuk informan. Ilmu gaib dianggap kerasukan oleh dukun,
paranormal, dan sebagainya. Arti simbolis dari pitaya kepada dukun untuk meminta bantuan
kesembuhan. Makna simbolik dari santhet jadi orang yang tidak menyukainya bisa berbahaya.
4.4.2 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang Jawa terhadap Mitos 4.4.2.1 Tinjauan
Umum Kepercayaan Lokal Orang Jawa ke Gugon Tuhon Informan berikutnya adalah Sumiran
(50) dari Desa Kecamatan Sugihwaras Prambon Kabupaten Nganjuk. Menurutnya, pakaian
tuhon di daerah tersebut belum dipercaya lagi tapi dia masih percaya. Deskripsi seperti dalam di
bawah. "Itu hanya menjadi perhatian kami saat itu kata-kata kenapa gunem dari nenek moyang
dulu. Jadi artinya itu termasuk larangan yang tidak ada diperoleh dieksekusi. Ada area di mana
saya tidak punya apa-apa ada. Tentu tidak ada daerah lain yang seperti ini Kemana kamu akan
pergi hari Sabtu? ” (Sumiran, 6 Mei 2019) Gugon tuhon adalah konten yang dikandungnya kata-
kata atau nasihat dari nenek moyang. Menawa menjelaskan, gaun tuhon bisa menjadi no-brainer
dengan melakukan. Informan menyatakan hal itu jatuhnya tuhon di kawasan itu bukan lagi
karena gugon tuhon tergantung pada keyakinan daerah. Meskipun demikian tidak ada yang
terbunuh, tapi informannya masih hidup Contoh pitaya adalah gaun tuhon bisa menjadi no-
brainer waktu keluar atau perjalanan bertepatan pada hari Sabtu Paing karena itu akan menjadi
bencana besar. Artinya melambangkan hari itu itu dianggap sebagai hari meninggalkan dunia
kakek-nenek atau leluhure. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dipercaya bertepatan dengan
hari wafatnya kakeknya perjalanan. 4.4.2.2 Tinjauan Publik Kepercayaan Lokal Orang Jawa ke
Pralambang Informan berikutnya adalah Sukati (45) dari Desa Kecamatan Sugihwaras Prambon
Kabupaten Nganjuk. Dia menegaskan bahwa pengakuannya diperoleh melalui penyiksaan
simbolisme seperti simbolisme hewan kadal. Uraiannya adalah sebagai berikut. "Itu hanya
menjadi perhatian kami saat itu tujuan peringatan. Di desa masih ada satu percados. Dan itu
melambangkan lingkungan yah, seolah-olah ada kadal seperti itu, jika mereka diblokir itu sangat
disayangkan. " (Sukati, 6 Mei 2019) Simbolismenya seperti cerita anonim itu tujuannya adalah
memberi nasehat kepada manusia. Simbolisme di kawasan Sugihwaras masih ada tunggu
sebentar dan beberapa tidak. Contoh simbol seperti kadal. Jika itu kadal, arti simbolisnya adalah
tidak beruntung atau mengalami kecelakaan. 4.4.2.3 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal
Orang Jawa sampai Legenda Informan berikutnya adalah Ketut Sumono (44). Dia percaya pada
legenda keberadaannya Banyuwangi. Dengan rincian sebagai berikut. "Kalau begitu, kami baru
tahu, Bu Banyuwangi .. ”(Ketut Sumono, 8 Mei 2019) Percaya pada legenda keberadaan
Banyuwangi juga dilayani oleh informan sebagai pengikut agama Hindu. Seolah-olah telah
menjadi legenda sumsum tulang hadir di masyarakat sekitar. Lagu karenanya, legenda itu
dipertahankan karena dinarasikan tidak berhenti oleh pendahulunya dan orang tuanya anak
mereka. Legenda itu tentang Sri Tanjung yang disebut bohong oleh istrinya dan kemudian
dibunuh oleh istrinya sendiri adalah Patih Sidapeksa. Air sungai itu untuk mencuci bajunya
segera setelah airnya harum, menandakan bahwa Sri Tanjung tidak bersalah. Itu adalah sejarah
kota Banyuwangi. Dari kehadiran legenda lokal itu mungkin memberi contoh kepada publik
untuk berhati-hati terutama untuk seseorang yang harus menikah.

4.4.2.4 Ulasan Publik tentang Keyakinan Lokal Orang Jawa untuk Sirikan Nanik Budiati (41)
adalah seorang Ibu Rumah Tangga dari Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung Banyuwangi
mengaku masih meyakini adanya kecemburuan. Misalnya di daerah tidak ada yang makan nasi.
Pethilane dapat dilihat di pethilan (266). "Itu hanya menjadi perhatian kami saat itu dihindari.
Tidak diperbolehkan makan nasi di daerah tersebut saya, Bu. Sejak awal. " (Nanik Budiati, 5 Mei
2019) Kecemburuan adalah bagian yang harus dihindari dan bukan dengan melakukan. Di salah
satu agama itu Umat Hindu masih percaya pada kepercayaan pada kecemburuan seperti tidak ada
yang makan nasi atau ikan pe. Berarti secara simbolis, ikan pe hidup di laut terdalam di
bawahnya sendiri atau perairan laut dalam (Yuliana, 2017). Ini mengandung elemen berbahaya
seperti merkuri dan PBC. Ikan pe termasuk di antara ikan besar itu makan ikan kecil dan jadilah
surga zat beracun ikan kecil ini. Resensi Ketut lainnya Kehadiran (44) sebagai petani dan
sesepuh di Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung Banyuwangi masih membunuh sirikan untuk
tidak makan ikan sidhat. 4.4.3 Ulasan Publik Akhir Kepercayaan Lokal Masyarakat Jawa 4.4.3.1
Ulasan Publik tentang Privasi Positif dari Kepercayaan Lokal Masyarakat Jawa Artikel
selanjutnya adalah Slamet Riyanto (38) sebagai guru ekstrakurikuler dan pelayanku ada di
dalamnya sekolah asal Gunung Kidul Yogyakarta. Dengan rincian sebagai berikut. "Itu hanya
menjadi perhatian kami saat itu ana bejane. " (Slamet Riyanto, 25 April 2019) Menurut
informan, situasinya positif kepercayaan lokal adalah bahwa hal itu akan ada kebahagiaan yang
tumbuh. Kebahagiaan itu seperti percaya melakukan puasa putih akan mendapatkan kekuatan
atau keselamatan. Jika Anda percaya pada ramalan bisa mendapatkan petunjuk tentang apa yang
diharapkan terjadi. 4.4.3.2 Tinjauan Publik Otoritas Negatif dari Keyakinan Masyarakat Lokal
Jawa Imam Hanafi (75) dari Desa Kepuh, Kecamatan Hal itu dikatakan pejabat Kabupaten
Kediri dari kehadirannya keyakinan ini, masyarakat yang sama memiliki pengertian yang kabur
dan takut tidak melakukannya akan berhasil nasib buruk. Dengan rincian sebagai berikut.
"Alane, sik sik, kalau kata-kata orang tua, tidak sumur meludah, bibir terangkat. Bagaimanapun
itu lak Sebenarnya tidak mungkin, karena kalau sumurnya ludah lak kotor lagi. Dari situ,
masyarakat mengandalkan segalanya jadi mereka takut akan air pasang. " (Imam Hanafi, 7 Maret
2019) Sisi negatif dari keyakinan adalah masyarakat menjadi memiliki ambiguitas dan ketakutan.
Sebagai contoh adalah bahwa ada nasihat tentang tidak meludah ke sumur sebagai akibat dari
mulut menganga. Pada dasarnya tidak akan terjadi tetapi sebagai bentuk meludah dengan baik
karena air liur kotor jika tercampur dengan air sumur tidak akan baik untuk kesehatan,
sebaliknya air tidak untuk diminum juga. Karenanya, masyarakatnya tidak jelas kalo guwing
banget kalo melakukan aksi Itu.
BAB V TUTUP
Isi Bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu (1) dudutan dan (2) konseling, dijelaskan di bawah
ini.

Dudutan
Hasil penelitian tentang kepercayaan lokal masyarakat Gunung Kidul termasuk dalam novel
Pulung Tali Singkatan PGTP dibuat oleh Faith Budhi Santosa dan dari kenyataan sedang
bercerai. Keyakinan yang ditemukan dalam novel PGTP ada dua hal, yaitu kepercayaan pada
ilmu kebatinan dan kepercayaan pada mitos. Makanya, temuan penelitian yang diambil dalam
penelitian ini adalah
(1) keyakinan lokal untuk mistisisme,
(2) kepercayaan lokal terhadap mitos,
(3) adanya kepercayaan pada mistisisme dan mitos, dan
(4) pengawasan publik terhadap kepercayaan lokal.
Keyakinan lokal terhadap mistisisme adalah tentang praktik spiritual, bangsa lunak, nubuatan,
dan okultisme dilayani oleh masyarakat Gunung Kidul. Sekali, berlatih makhluk spiritual yang
dipraktekkan adalah lek-lekan dan kothekan untuk menyingkirkan negara-negara lunak. Kedua,
bangsa yang baik bentuknya lembut dan jahat. Sifatnya lembut mengganggu, merusak,
melecehkan, dan mengekspos manusia. Jika iblis kebalikan dari lunak, mereka kebanyakan
bahkan memberi bantuan. Ketiga, wahyu adalah kebijaksanaan oleh iblis dan model jubah putih
Pasang Gambar. Keempat, okultisme adalah ilmu semacam itu dimiliki oleh seorang dokter
untuk merawat orang sakit, menemukan barang yang hilang, memberi petunjuk, dan menjadi
kaya. Kepercayaan lokal dalam mitos, adalah gugon tuhon, simbolisme, legenda, dan iri hati.
Sekali, pakailah tuhon pitaya adalah hegemoni, hegemoni atau ceritakan padanya dahulu. Gugon
tuhon yang terdapat dalam novel PGTP adalah jubah tuhon yang berisi sinandhi wasita dan jubah
tuhon pepali. Kedua, lambang merupakan tanda itu ada tanaman yang tumbuh, hewan datang,
dan kondisinya ada terjadi. Ketiga, legenda yang terkandung dalam novel PGTP tersebut
Legenda Gunung Gambar. Keempat, iri atau larangan yang tidak diberlakukan oleh publik
Gunung Kidul. Akhir dari kepercayaan lokal pada mistisisme dan mitos dalam novel PGTP
terbagi menjadi dua. Bernyanyi pada suatu waktu kepercayaan lokal dalam mistisisme dan yang
kedua adalah kepercayaan pada mitos. Berakhirnya kepercayaan lokal pada mistisisme dan mitos
ada juga yang terbagi dua yaitu ada tenaga sikap positif dan negatif. Penegasan positif
kepercayaan lokal pada mistisisme diperjuangkan berdasarkan bagian-bagian dari latihan
spiritual, bangsa-bangsa lunak, nubuatan, dan ilmu gaib. Dahulu kala, ada kepercayaan pada
praktik spiritual membuat masyarakat rela meninggalkan tradisi kothekan untuk mendesak ular
gantung. Kedua, keyakinan pada bangsa yang baik membuat manusia lebih menghormati atau
menghormati bangsa yang tidak terlihat oleh mata dan tidak mau berkompromi dalam bentuk
iman tradisi kothekan yang sudah rusak. Ketiga, iman nubuat membuat komunitas dengan
nasihat yang baik dari suatu bangsa yang tidak terlihat dengan mata telanjang, seolah-olah dan
ilustrasi yang dikenal sebagai panduan untuk melihat drama itu akan segera berlangsung.
Keempat, keyakinan pada sains Ilahi mampu mengobati orang sakit, dia ingin menemukan
barang yang hilang, cara menyelesaikan sesuatu, dan satu sama lain. Realitas negatif dari
kepercayaan pada mistisisme juga bertempur berdasarkan bagian. Pertama, percaya praktik
spiritual membuat masyarakat cemas karena jika tidak dilakukan ular gantung akan datang untuk
menemukan masa depan. Kedua, percayalah padanya bangsa yang baik membuat masyarakat
cemas dan takut karena ular gantung dianggap mangsa manusia. Ketiga, nubuat bisa
menyebabkan siapa saja mengalami stres karena interpretasi dan deskripsi nubuatan
dipertimbangkan nggangu. Keempat, okultisme terkadang digunakan untuk perbuatan buruk
seperti kekayaan dan mengekspos orang lain. Keyakinan positif kepercayaan lokal terhadap
mitos bertarung di empat bidang, yaitu jubah tuhon, simbol, legenda, dan kecemburuan. Pertama,
berdandan membuat komunitas lebih bersemangat dalam mecaki mereka cara hidup. Kedua,
simbol membuat masyarakat memiliki jalan panjang untuk memahami situasinya itu akan terjadi.
Ketiga, legenda berkembang keyakinan dan numismatik bisa menjadi kenyataan. Keempat, iri
hati adalah kemampuan untuk membawa keselamatan kepada siapa pun siapa yang melakukan
itu. Sikap negatif kepercayaan lokal terhadap lokal juga bertempur berdasarkan bagian. Pertama,
berdandan adalah membuat masyarakat patuh dan takut melanggar atau menyalahi aturan yang
telah ditegakkan sampai dengan Kala Kini. Dari kehadiran suara-suara ini muncul Sisi negatif
dari pakaian lama adalah sikap pesimis atau picik. Kedua, simbolisme adalah masyarakat sekali
lagi bergantung pada simbol-simbol ini tentang apa yang akan terjadi berarti tidak bersedia
melihat kenyataan. Ketiga, legenda berkembang pemikiran pagan tentang sebuah cerita atau
dongeng keturunan. Keempat, iri hati adalah perasaan malu jika sampai dengan pelanggaran.
Kepercayaan lokal pada mistisisme dan mitos tidak hanya dalam karya fiksi seperti novel tapi
juga di banyak tempat di Jawa. Ada perceraian keyakinan itu banyak yang harus dilakukan. Pada
dasarnya wawancara dilakukan kepada komunitas itu yang pertama didasarkan pada majikan
mereka: petani, guru, dan pedagang, yang kedua berdasarkan agamanya: Islam, Kristen, dan
Hindu, dan tetua terakhir, peneliti oleh data bahwa keyakinan tersebut masih dipercaya dan
merata banyak yang melakukannya.
5.2 Konseling Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti, akan menjelaskan
beberapa penjelasan yang menjadi rekomendasi dari penelitian ini. 1) Penelitian tentang
kepercayaan lokal dalam novel PGTP Anggota Iman Budhi Santosa masih kurang dan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, peneliti memiliki harapannya agar kajian ini dapat terselesaikan
sepenuhnya sempurna. Saran ini ditujukan untuk Masyarakat Jawa seperti pembaca dan peneliti
masa depan. 2) Harapan kedua adalah studi ini dapat dilakukan baca untuk memberi tahu
pembaca tentang hal itu Bebrayan jawa juga memiliki kepercayaan pada ilmu kebatinan dan
sebuah mitos yang masih dipercaya hingga saat ini. Dari sana penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk studi antropologi sastra lebih lanjut terutama terkait kepercayaan
pada mistisisme dan mitos.

Anda mungkin juga menyukai