Anda di halaman 1dari 5

NAMA:EFRYIAN EKA RAMADHAN

KELA:XI MIPA 3
TUGAS BAHASA INDONESIA RESENSI NOVEL

RESENSI NOVEL KOMET MINOR

● Identitas Novel

-Judul Novel : Komet Minor


-penulis Novel : Tere liye
-Tebal Novel : 376
-Jenis Buku : Novel
-cetakan buku : Ke 3 Tahun 2019
-Penerbit Novel : PT Gramedia Pustaka Utama Gedung Gramedia Blok 1, Lt.5
-Tahun Terbit : 2019

● Pendahuluan

Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979, ia merupakan anak dari seorang petani biasa yang tumbuh
dewasa di pedalaman Sumatera. Nama asli Tere Liye adalah Darwis. Tere Liye hanya nama pena
yang diberikan di setiap karyanya. Tere Liye adalah anak keenam dari tujuh bersaudara.

Novel komet minor adalah bagian ketujuh dari seri Bumi'/serial Dunia Paralel.Buku
Komet Minor juga buku ketujuh, dan penutup kisah Ali, Raib dan Seli melawan Si Tanpa
Mahkota. Lima buku sebelumnya yang juga masih dari Seri Bumi, berjudul Bumi, Bulan, Matahari,
Bintang, Ceros dan Batozar dan juga Komet. Petualangan mereka di buku ini, diawali dalam
keadaan yang kurang menyenangkan.

● Sinopsis Novel

Saat detik-detik terakhir di pesisir pulau gerbang klan Komet Minor, secara diam-diam Ali
mencoba untuk memanggil Batozar melalui cermin yang kerap dibawanya. Kemudian, Batozar
hadir dan melindungi Raib serta kawan-kawannya. Di saat yang bersamaan, seekor paus raksasa
muncul dan memakan pulau di mana tempat mereka berada.

Raib dan yang lain beserta pulaunya pun ada di dalam perut paus raksasa itu. Batozar yang saat itu
sempat membekukan si Tanpa Mahkota untuk sementara waktu, melarikan diri bersama Raib dan
teman-teman. Hingga tibalah mereka di sebuah klan, yakni klan Komet Minor.

Di sana pun, mereka terus-menerus melancarkan pelarian, terus menghindari si Tanpa


Mahkota dan mencari-cari keberadaan kota-kota di klan Komet Minor. Akan tetapi, pelarian yang
mereka lakukan tidak luput dari permasalahan. Pernah, pada saat itu mereka sedang latihan
bertarung di semacam padang rumput, kemudian berbagai cacing pasak yang berada di bawah
tanah pun terganggu, akhirnya cacing-cacing tersebut naik ke permukaan.

Batozar, Raib, Seli, dan Ali melawan semua cacing yang telah muncul ke permukaan tersebut.
Sebelum mereka berhasil menang, Seli terkena gigitan cacing tersebut, hingga mengakibatkan
racun berbahaya yang berasal dari gigitan cacing itupun tertanam di tubuh Seli. Berhubung efek
racun cacing di badan Seli munculnya tidak terlalu sering, Batozar terus mencari-cari informasi.

Mereka pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan untuk mencari sebuah kota yang dapat
berpindah-pindah. Mereka mendapati sebuah kota yang bertepatan sedang singgah di suatu kaki
bukit atau lembah, bernama Kota Barchantum. Di kota tersebut, mereka berjumpa dengan dua
penduduk dari klan lain, yakni ST4R dan SP4RK. Mereka pun saling bertukar informasi.

Kemudian, Berdasarkan informasi yang didapat dari ST4R, Batozar segera mencari petunjuk atau
panduan terkait senjata yang dicari-cari oleh si Tanpa Mahkota. Mereka mendapat petunjuk yang
pada akhirnya membawa mereka pada Tuan Entre, yakni seorang laki-laki tua yang mana dirinya
merupakan mantan salah satu dari anggota Para Pemburu. Awalnya, Tuan Entre enggan angkat
bicara.

Hingga akhirnya, ia pun mau untuk membantu dan menceritakan terkait aliansi “Para Pemburu”
yang salah satu dari anggotanya menciptakan sebuah senjata pusaka, yakni berupa tombak. Tombak
pusaka tersebut merupakan senjata yang paling kuat dalam dunia paralel dan tombak tersebut
dibagi menjadi tiga pecahan serta dipencar ke berbagai tempat yang mana masing-masingnya
dijaga oleh anggota dari Para Pemburu.

Tuan Entre meminta Raib dan kawan-kawan untuk mendatangi Arci, yakni salah satu dari
empunya tiga pecahan senjata pusaka–tombak–tersebut. Arci tinggal di sebuah tempat yang
sangat amat terasing di tengah hutan yang penuh akan kadal purba raksasa. Hewan purba raksasa
itu dapat melemparkan semacam api yang berbentuk seperti bola-bola. Kawasan itupun juga
sekitarnya terdapat gunung-gunung aktif yang hanya tinggal menunggu meletus.

Secara terpaksa, rombongan Raib mendaratkan kapsul terbangnya dekat dengan kelompok kadal
untuk mencoba berkomunikasi dengan alam. Nahasnya, mereka terlihat dan dalam hitungan detik
saja, ratusan kadal purba raksasa itu mengejar Raib beserta rombongannya.

Dengan keadaan nyaris terbunuh, akhirnya mereka sampai di kawasan menara kelabu, tepatnya
kediaman Arci. Ia merupakan sosok yang terbilang sangat sakti, bahkan sudah tiga kali Batozar
dan lainnya berusaha menaiki dan memanjat menara, tetapi senantiasa digagalkan oleh Arci.
Mereka pun mendapati suatu cara, hingga akhirnya berhasil menaiki menara tempat Arci tinggal.

Sesampainya di sana, Arci menyerahkan potongan atau pecahan pertama dari senjata pusaka
(tombak) tersebut. Arci meminta mereka untuk mendatangi kota Archantum sebab potongan
tombak pusaka yang kedua berada di sana.
Saat ditengah perjalanan menuju ke sana, mereka dihalangi oleh si Tanpa Mahkota. Mereka
bertarung mati-matian melawan si Tanpa Mahkota, tetapi sayangnya ia berhasil mencuri
potongan tombak pusaka yang dibawa oleh rombongan Raib.

Mereka pun tetap meneruskan perjalanan ke kota Archantum dengan menumpang di sebuah desa
yang akan beralih tempat ke dekat kota Archantum. Lalu, setelah sampai di kota besar tersebut,
mereka lekas mengetahui pemegang potongan kedua tombak pusaka, yakni Nyonya Kulture.

Sama seperti sebelumnya, tetapi setelah melewati berbagai tantangan, Nyonya Kulture
memberikan potongan kedua dari tombak pusaka, sekaligus memberi tahu petunjuk selanjutnya.
Mereka diharuskan pergi ke sebuah pertambangan kuno untuk menemui pemegang potongan
tombak pusaka yang ketiga, orang tersebut bernama Finale.

Lagi dan lagi, si Tanpa Mahkota menghadang Raib dan rombongan di tengah jalan. Mereka
mencoba untuk melawan dan bertarung dengan si Tanpa Mahkota, tetapi potongan kedua dari
tombak pusaka itu berhasil diambil olehnya. Sebelum memutuskan pergi, si Tanpa Mahkota
sempat mengatakan bahwa Ali merupakan seorang keturunan murninya.

Saat sebelum sempat dibunuh, Batozar dan lainnya melakukan teleportasi melalui gerbang cermin
ke ruang studio akting milik Nyonya Kulture, di Archantum. Intuisi Batozar mengarahkan mereka
pada kediaman Kulture yang sebagian hancur. Dengan menyusup, mereka berhasil masuk dan
mendapati ruang rahasia yang diisi oleh Tuan Entre, Arci, dan Nyonya Kulture. Namun, terlepas
dari rumor yang menyatakan Aeci dan Nyonya Kulture telah mati, mereka nyatanya masih hidup
dan berada di situ.

Raib beserta rombongannya dan tiga anggota dari Para Pemburu membuat suatu rencana untuk
menaklukkan si Tanpa Mahkota. Dengan gerbang cermin, mereka beralih ke kediaman Finale yang
di sana juga sudah ada si Tanpa Mahkota. Pertarungan pun memanas, bahkan kekuatan si Tanpa
Mahkota tidak ada yang dapat menandingi lagi, terkecuali Finale sebab dirinya berkekuatan besar
pula. Namun, sayangnya si Tanpa Mahkota kembali berhasil mengambil potongan ketiga dari
tombak pusaka itu.

● Keunggulan Novel

Pertama, alur cerita yang membangkitkan perasaan masyarakat pembacanya sebab dibuat
sedemikian menarik, berurutan, dan bagus. Meski begitu, sebagai pembaca pun kita dituntut
untuk berpikir lebih keras agar dapat memahami alur ceritanya, tetapi apabila sudah mengikuti
dan membaca serial Bumi ini dari novel yang pertama, kalian akan terbiasa dan mudah memahami
alur cerita yang ditulis oleh sang penulis.

Kedua, visualisasi karakter dan berbagai latar tempat yang unik. Tere Liye sengaja
menggambarkan unsur-unsur tersebut dengan sangat indah. Kitar dibuat seakan berada di tempat
yang sedang diceritakan dalam novel ini. Novel ini memanglah fiksi, begitupun latar tempat yang
dimuat di dalam cerita, penggambarannya sangat detail sehingga membuat kita memahami
maksud cerita yang dibuat oleh si penulis.

Selain itu, visualisasi karakter tokoh juga sangat terperinci sehingga para pembaca dapat
mengilustrasikan tokoh-tokoh di dalam pikirannya dengan mudah. Terlebih, saat melakukan
pertarungan yang mana kemampuan dari para tokoh digambarkan secara mendetail sehingga
pembaca tidak ambil pusing terkait hal tersebut dan dapat lebih fokus ke alur cerita yang dibuat.

Ketiga, seperti novel-novel sebelumnya dari serial Bumi ini, pada novel Komet Minor bukan hanya
mengisahkan petualangan dan penjelajahan ke berbagai klan dunia paralel, tetapi Tere Liye selalu
menyisipkan pesan moral serta pengetahuan yang mampu diambil dan diterapkan di kehidupan
sehari-hari. Meski terkadang menggunakan istilah ilmiah dalam memaparkan beberapa teori,
tetapi tetap mudah untuk dipahami sebab selalu ada penjelasannya setelah itu.

Keempat, tidak jauh berbeda pada poin kedua, dalam novel Komet Minor latar tempat yang
diambil tidak akan terbayangkan sebelumnya, bahkan bisa dikatakan tidak sederhana sebab dunia
yang ditampilkan pada klan ini merupakan yang termaju apabila dibandingkan dengan klan-klan
lain, seperti mata uangnya yang berupa digital, rumahrumah di sana berbentuk segitiga, piramida,
persegi, setengah lingkaran dan sebagainya. Penggambaran tersebut benar-benar di luar benak
para pembaca.

● Kelemahan Novel

Kelemahan dalam novel Komet Minor terletak pada penjelasan karakter tokoh antagonis, yakni si
Tanpa Mahkota. Penggambaran karakter dari si Tanpa Mahkota kurang dijelaskan secara
terperinci berdasarkan perspektif dirinya sendiri, terlebih latar belakang mengapa ia sangat
menginginkan senjata pusaka dan ingin sekali menguasai seluruh klan yang ada.

Berbagai penjelasan itu hanya berasal dari perkiraan atau asumsi tokoh lain yang mengatakan
bahwa barangkali si Tanpa Mahkota mempunyai amarah dan dendam tersendiri pada pemilik
kekuatan sebab telah memasukkannya ke dalam penjara selama kurang lebih 2000 tahun
lamanya.

Kemudian, ada pula yang berasumsi bahwa si Tanpa Mahkota memang mempunyai tekad kuat
untuk menaklukkan seluruh klan yang ada. Maka alangkah baiknya sang penulis menjelaskan
melalui sudut pandang si Tanpa Mahkota terkait hal-hal tersebut.

Masih seputar penggambaran dari karakter tokoh si Tanpa Mahkota, barangkali karena novel
Komet Minor dihadirkan sebagai akhir dari perjalanan Raib, Ali, dan Seli dalam melawan si Tanpa
Mahkota, semestinya penulis memberikan penjelasan antara hubungan si Tanpa Mahkota dengan
yang lainnya.
● PENUTUP

Tere Liye selaku penulis, selalu menyisipkan pesan moral dalam setiap karya tulisnya. Meski novel
Komet Minor adalah novel bergenre fiksi fantasi, tetapi di dalamnya memuat banyak pesan moral
yang hendak disampaikan oleh sang penulis.

Adapun pesan moral yang disisipkan dalam novel ini, yakni sekuat dan sehebat apapun
kemampuan jahat yang dimiliki oleh seseorang, bahkan tak ada yang dapat menaklukkannya,
tetapi hal itu bisa dilumpuhkan melalui suatu perbuatan baik.

Contohnya dalam novel Komet Minor ini, walau si Tanpa Mahkota sudah belajar dan berlatih
selama ribuan tahun hingga tidak ada yang dapat menandinginya, tetapi pada akhirnya ia dapat
dikalahkan. Hal itu karena kesombongan serta kebodohannya sendiri yang sedari awal berpikir
bahwa dirinya terhebat dan pintar. Dengan kata lain, sebesar apapun ambisi jahat seseorang, akan
terkalahkan dengan sebuah bentuk kebaikan dari lawannya.

Selain itu, novel ini menjadi pengingat para pembacanya bahwa persahabatan itu akan terlihat
istimewa dan menyenangkan apabila diiringi dengan kekompakan serta ketulusan. Sebagai
contohnya, Raib, Ali, dan Seli meskipun telah melewati berbagai rintangan, mereka dapat
menghadapi dan menyelesaikannya karena kekompakkan antara satu sama lain dalam menjaga
persahabatan mereka. Di balik pertengkaran yang kerap mereka lakukan, tetapi saat menghadapi
suatu masalah, mereka selalu kompak dan tulus.

Pengorbanan mereka dalam bertarung melawan kejahatan si Tanpa Mahkota, dilakukan oleh
ketiganya dengan tanpa lelah. Kemudian, yang menjadi poin penting kisah petualangan mereka
dalam Komet Minor adalah memaafkan. Hal itu karena sebesar apapun kejahatan yang dilakukan
oleh musuh atau lawan, semua akan berakhir dengan indah apabila kita mau untuk memaafkan
segalanya.

Anda mungkin juga menyukai