Anda di halaman 1dari 9

2.

1 metabolisme karbohidrat
Karbohidrat

Pencernaan
Pencemaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut, makanan
dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga jumlah permukaan makanan lebih
luas kontak dengan enzim-enzim pencemaan. Di dalam mulut makanan bercampur dengan air
ludah yang mengandung enzim amilase (ptyalin). Enzim amilase bekerja memecah karbohidrat
rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi molekul yang lebih sederhana
maltosa. Sedangkan air ludah berguna untuk melicinkan makanan agar lebih mudah ditelan.
Hanya sebagian kecil amilum (5%) yang dapat dicema di dalam mulut.

Pencernaan dalam lambung Proses pemecahan amilum diteruskan di dalam lambung,


selama makanan belum bereaksi dengan asam lambung. Pencernaan dalam usus di usus halus,
maltosa, sukrosa dan laktosa yang berasal dari makanan maupun dari hasil penguraian
karbohidrat - karbohidrat kompleks akan diubah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-
enzim yang terdapat di usus halus.

maltase
maltosa 2 (dua) molekul glukosa

laktase
laktosa galaktosa dan glukosa

sukrase
sukrosa fruktosa dan glukosa

Penyerapan
Heksosa dan pentosa cepat diserap melalui dinding usus halus. Hal yang penting adalah
bahwa semua heksosa diserap sebelum sisa makanan mencapai ujung ileum. Molekul-molekul
gula bergerak dari sel-sel mukosa ke dalam darah kapiler lalu masuk ke dalam vena porta.
Transport sebagian besar heksosa secara unik dipengaruhi oleh jumlah Na+ di dalam lumen usus
halus; konsentrasi Na+ yang tinggi didalam
sel akan mempermudah influks ke dalam
sel-sel epitel dan sebaliknya. Ini
disebabkan oleh glukosa dan Na+
mengguanakan kotransporter yang sama
atau simport, sodium-dependent glucose
transporter (SGLT, transporter glukosa-
Na+). Kelompok kotransporter ini, SGLT 1
dan SGLT 2, menyerupai transporter
glukosa yang berperan pada difusi
terfasilitasi.
Oleh karena kadar Na+ intraseluler
rendah di dalam usus halus dan sel ginjal
rendah, seperti juga di dalam sel-sel
lainnya, Na+ bergerak ke dalam sel sesuai
dengan beda konsentrasinya. Glukosa
bergerak bersama Na+ dan dilepaskan ke
dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang interselular lateral sedangkan glukosa diangkut oleh
GLUT 2 ke dalam interstisium lalu masuk ke dalam kapiler. Jadi, transport glukosa merypakan
transport aktif sekunder; energi untuk transport glukosa diperoleh tidak langsug melalui transport
aktif Na+ keluar sel. Ini akan mempertahankan beda konsentrasi dikedua sisi batas sel luminal,
sehingga lebih banyak Na+ dan akibatnya lebih banyak glukosa yang masuk.
Mekanisme transport glukosa juga menyangkut galaktosa. Fruktosa menggunakan
mekanisme berbeda. Penyerapannya tidak bergantung pada Na+ atau transport glukosa dan
galaktosa; transpornya dengan difusi terfasilitasi usus halus ke dalam enterosis melalui GLUT 5
dan keluar dari enterosis masyuk ke dalam interstium melalui GLUT 2. sebagian fruktosa diubah
menjadi glukosa di dalam sel-sel mukosa. Pentosa diserap dengan difusi sederhana.

2.2 metabolisme protein


Protein
Pencernaan
Protein yang dicerna dan diserap oleh tubuh tidak hanya protein dari makanan, tetapi protein
endogen (”dari dalam tubuh”) yang masuk ke lumen saluran pencernaan dari tiga sunber berikut
juga dicerna dan diserap:
1. Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang telah disekresikan ke dalam
lumen

2. Protein didalam sel yang lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran
mukosa

3. Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari kapiler ke dalam
lumen saluran pencernaan

Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, di situ pepsin disekresi dalam bentuk
prekursor inaktif (proenzim) dan diaktifkan di dalam saluran cerna, prekursor pepsin dinamakan
pepsinogen dan diaktifkan oleh asam hidroklorida menguraikan beberapa ikatan peptida serta
menghidrolisis ikatan-ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau tirosin dan
asam amino kedua, hasil pencernaan peptik adalah berbagai polipeptida dengan ukuran yang
sangat berbeda.
Oleh karena pH optimum untuk pepsin adalah 1,6-3,2, kerjanya terhenti bila isi lambung
bercampur dengan getah pankreas yang alkali di duodenum dan jejunum. Di usus halus,
polipeptida yang terbentuk melalui pencernaan di lambung dicerna lebih lanjut oleh enzim-enzim
proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus halus melalui transport aktif
sekunder. Beberapa asam amino bebas dilepaskan di dalam lumen usus halus, tetapi yang lain
dilepaskan pada permukaan sel oleh aminopeptidase dalam brush border sel epitel. Beberapa di-
dan tripeptida di transport secara aktif ke dalam sel-sel usus halus dan dihidrolisis oleh peptidase
intraseluler, dengan asam-asam amino yang memasuki aliran darah. Jadi, pencernaan akhir
terjadi di 3 tempat: lumen usus halus, brush border dan sitoplasma sel-sel mukosa.
Penyerapan
Ada paling sedikit 7 sistem transpor yang berbeda yang menyangkut asam amino ke
dalam enterosit. Lima darinya memerlukan Na+ dan kotransport asam amino dan glukosa. Dua
dari 7 sistem transpor ini membutuhkan Cl-. Pada dua sistem, transpor tidak membutuhakan Na+.
Transpor di- dan tripeptida ke dalam enterosit dilakukan oleh sistem yang membutuhkan H+ dan
Na+. Sedikit sekali peptida yang berukuran besar diabsorbsi. Di dalan enterosit, asam amino yang
dilepaskan dari peptida dihidrolisis intrasel ditambah asam amino yang diabsorbsi dari lumen
usus halus dan brush border akan diangkut keluar enterosit sepanjang tepi basolateral melalui
paling sedikit 5 sistem transpor. Dari sini asam amino akan masuk peredaran darah portal
hepatik. Dua diantara sistem ini bergantung pada Na +, dan yang tiga tidak. Cukup banyak peptida
kecil yang juga masuk ke dalam darah portal.
Penyerapan asam-asam amino dalan duodenum dan jejenum berlangsung cepat tetapi di dalam
ileum lambat. Hampir 50% protein yang dicerna berasal dari makanan yang dimakan, 25% dari
protein getah pencernaan, dan 25% dari deskuamasi sel-sel mukosa. Hanya 2-5% protein dalam
usus halus lolos dari pencernaan dan penyerapan. Sebagian besar protein yang dimakan masuk
ke dalam kolon dan kemudian dicerna oleh kuman.

Ktraanspor Na dan asam amino siklus glutamil

2.3 metabolisme lemak


Pencernaan Lipid

Lemak dalam susunan makanan sebagian besar merupakan lemak netral (trigliserida)
yang masing-masing molekul terdiri atas satu inti gliserol dan tiga asam lemak. Lemak netral
ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
O
‫׀׀‬
CH3—(CH2)16—C—O—CH2 HO — CH2 O
‫׀‬ lipase ‫׀׀‬ ‌ ‌‫׀‬
CH3—(CH2)16—C—O—CH + 3H2O HO — CH + 3CH3 — (CH2)16 — C — OH
‫׀‬ ‫‌ ׀‬
CH3—(CH2)16—C—O—CH2 HO— CH2
(Tristearin) (Gliserol) (Asam stearat)
Dalam susunan makanan juga biasa terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol, dan
ester-ester kolesterol. Karena fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak maka
dianggap sebagai lemak sendiri. Sedangkan kolesterol merupakan senyawa sterol yang
mengandung asam lemak dengan menunjukkan sifat fisika dan kimia lemak; kolesterol
merupakan derivat lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak. Oleh karena itu kolesterol
dipandang dari segi makanan sehari-hari sebagai lemak.
Lemak yang didapat dari makanan terdapat dalam 2 bentuk (dalam mulut):
- sebagai lemak yang telah diemulsikan (emulsified fat), dan
- sebagai lemak yang belum diemulsikan (unemulsified fat).
Sejumlah kecil trigliserida rantai pendek yang berasal dari lemak mentega dicernakan
di dalam lambung oleh lipase lambung (Tributirase). Akan tetapi, jumlah yang dicerna
demikian kecil sehingga tidak penting. Pada hakekatnya, semua pencernaan lemak terjadi di
dalam usus halus. Langkah pertama pencernaan lemak adalah proses emulsifikasi lemak,
yaitu memecahkan butir-butir lemak menjadi ukuran-ukuran kecil sehingga enzim-enzim
pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja pada permukaan butiran. Proses ini dicapai
dengan pengaruh empedu yang disekresikan oleh hati yang tidak mengandung enzim
pencernaan. Pada waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesistokinin memberi isyarat
kepada kantung empedu untuk mengeluarkan cairan mepedu. Cairan empedu berperan
sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu.
Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-garam empedu terutama dalam bentuk
garam natrium terionisasi yang sangat penting dalam proses emulsifikasi lemak.
Bagian karboksil atau polar garam empedu sangat larut dalam air, sedangkan bagian
sterol garam empedu sangat larut dalam lemak. Oleh karena itu, garam empedu berkelompok
pada butiran lemak dalam isi usus dengan bagian karboksil garam empedu menonjol keluar
dan larut dalam cairan sekitarnya, sedangkan bagian sterol hanya larut dalam lemak, efek ini
menurunkan tegangan permukaan lemak.
Bila tegangan permukaan butiran cairan nonmisel rendah, cairan nonmisel yang berada
dalam keadaan agitasi dapat dengan mudah dipecah menjadi partikel-partikel yang jauh lebih
kecil daripada bila tegangan permukaannya besar. Akibatnya, sebagian besar fraksi garam
empedu membuat butiran lemak dan dengan mudah mengalami fragmentasi oleh agitasi
dalam usus kecil. Kerja ini sama seperti kerja deterjen dalam rumah tangga untuk
menghilangkan lemak. Setiap saat diameter butiran lemak berkurang akibat proses agitasi
dalam usus halus. Luas total permukaan lemak bertambah dua kali. Hal ini berarti luas
permukaan total partikel lemak berbanding terbalik dengan diameternya.
Pencernaan selanjutnya yang terjadi di dalam usus halus yaitu lemak yang sudah
teremulsi dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas dalam getah pankreas dan lipase usus. Hasil
akhir pencernaan lemak antara lain asam lemak dan gliserol (40-50%), monogliserida (40-
50%), dan digliserida atau trigliserida (10-20%).

(Empedu + agitasi) Asam lemak


Lipid Emulsifikasi lemak Gliserol
Gliserida
Gambar 6

Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum, bagian tengah usus halus. Hasil
pencernaan lipid (gliserol, asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang, asam lemak
rantai panjang, monogliserida, trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid) diabsorpsi ke dalam
membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif (gambar 7). Perbedaan konsentrasi
pada membran mukosa usus halus dipengaruhi dengan dua cara:
1). Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak memasuki sel
epitel,
2). Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida (produk utama pencernaan yang
melintasi mukosa usus halus).
Gambar 7. Mekanisme Penyerapan Lipid 1
Sumber : http://fatabsorb_1.google.com/ imgres
Kolesterol sebelum diabsorpsi mengalami esterifikasi kembali yang dikatalis oleh
asetil-Koenzim A dan kolesterol asetiltransferase, dimana enzim-enzim tersebut dipengaruhi
oleh konsentrasi tinggi kolesterol makanan.
Sebagian besar hasil pencernaan lemak berupa monogliserida dan asam lemak rantai
panjang (C12 atau lebih) contoh asam stearat (C18) ditambah misel (garam-garam empedu
yang membentuk gumpalan) berada di lumen usus halus berdifusi melalui mikrovilli ke
dalam sel epitel usus halus. Setelah masuk ke dalam sel epithel, monogliserida dicerna
menjadi gliserol dan asam lemak oleh lipase sel epithel. Kemudian asam lemak bebas diubah
kembali oleh retikulum endoplasma menjadi trigliserida. Setelah terbentuk, trigliserida
berkumpul dalam butiran, bersama kolesterol yang diabsorpsi, fosfolipid yang diabsorpsi,
dan posfolipid yang baru disintesis. Masing-masing zat tersebut diliputi oleh selubung
protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma. Lipoprotein yang mengangkut lipid
terutama trigliserida dari saluran cerna ke dalam tubuh ini dinamakan kilomikron.
Kilomikron diabsorpsi dari sel epithel pada villus ke dalam lakteal villi. Kilomikron
masuk ke dalam sistem limfe melalui pembuluh limfatik melewati ductus thoraxicus di
sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar di tengkuk dan seterusnya masuk ke
dalam aliran darah. Antara 80-90% semua lemak yang diabsorpsi dari usus ditransport ke
darah melalui limfe toraks dalam bentuk kilomikron (gambar 8).
Gambar 8. Mekanisme Penyerapan Lipid 2
Sumber : http://fatabsorb_2.google.com/ imgres
Trigliserida dan lipid besar lainnya (kolesterol dan fosfolipida) yang terbentuk di dalam
usus halus dikemas untuk diabsorpsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Bahan-bahan
ini bergabung dengan protein-protein khusus dan membentuk alat angkut lipid yang
dinamakan lipoprotein. Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein yaitu seperti yang telah
dijelaskan kilomikron, Low Density Lipoprotein/LDL, Very Low Density
Lipoprotein/VLDL, dan High Density Lipoprotein/HDL. Tiap jenis lipoprotein berbeda
dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lipida dalam jumlah yang berbead.
Asam lemak rantai pendek (C4-C6) contoh asam lemak butirat, dan rantai sedang (C8-
C10) contoh asam lemak kaprat dalam lumen usus halus diabsorpsi langsung melalui proses
difusi menembus mikrovili melewati sel epithel villi ke dalam kapiler darah kemudian ke
vena porta dibawa ke hati untuk segera dioksidasi. Oleh karena itu, asam-asam lemak ini
tidak mempengaruhi kadar lipida plasma dan tidak disimpan di dalam jaringan lemak dalam
jumlah berarti.

Anda mungkin juga menyukai