Anda di halaman 1dari 38

PRESENTASI KASUS

PENGGUNAAN ANASTESI
UMUM PADA
TIROIDEKTOMI
Astrid Kelly
Kiki Ummi Taqiyyah
Maryani Thiolisda

Pembimbing
Dr. Hermin Prihartanti, Sp.An-KIC
Kelenjar Tiroid

Organ endokrin yang terletak di leher manusia


Salah satu kelenjar terbesar, normalnya memiliki
berat 15-20 gr
Fungsinya : mengeluarkan hormon tiroid
mensekresikan tiga macam hormon :
Tiroksin (T4), Triodotironin (T3), Kalsitonin.
Biosintesis, sekresi & transport hormon tiroid
Sintesis dan sekresi hormon tiroid dipacu oleh TSH
TSH berikatan dengan membran reseptor pada sel folikel
Kompleks hormon-reseptor mengaktivkan adenilat siklase dalam
sitoplasma
Sel folikel membentuk pseudopodia pada ujung apikal  dimulai
biosintesis hormon tiroid
Setelah disekresikan, hormon tiroid dibawa dalam aliran
darah dalam kondisi berikatan dengan protein plasma
thyroxine binding globulin (TBG), thyroxine-binding
prealbumin (TBPA) dan serum albumin
T4 berikatan dengan semuanya sedangkan T3 hanya terikat oleh
TBG dan albumin
Tahapan biosintesis hormon tiroid:

Transport aktif Iodida


Iodinasi residu tyrosyl dalam tiroglobulin
Penggabungan subunit teriodinasi untuk membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4)
Pelepasan hormon aktif T3 dan T4 dari molekul
tiroglobulin melalui hidrolisis protein
T3 dan T4 disekresikan melalui eksositosis
Fungsi kelenjar Tiroid
Mengatur laju metabolism tubuh
Pertumbuhan saraf dan tulang.
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
Menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
Merangsang pembentukan sel darah merah.
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
Bereaksi sebagai antagonis insulin Tirokalsitonin mempunyai
jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar
kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium ditulang.
Kelainan Kelenjar Tiroid

Hipertiroidisme/ Goutertokisika/ Tirotoksika/

Penyakit Grave
Hipotiroidisme

Kretinisme
Pemeriksaan fungsi tiroid

Pemeriksaan basal metabolic rate (BMR)


Pemeriksaan T3 dan T4
Pemeriksaan kadar TSH
Pemeriksaan antibodi untuk penyakit-penyakit
autoimun.
Pemeriksaan patologik pada bahan berasal dari
biopsy jarum.
Jenis Pembedahan Tiroid

• Biopsi insisi
• Biopsi eksisi
• Tiroidektomi subtotal
• Hemitiroidektomi (istmolobektomi)
• Tiroidektomi total
• Tiroidektomi radikal
Komplikasi pada tiroidektomi

• Perdarahan
• terbukanya vena besar
• Trauma nervus laringeus rekurens
• Sepsis yang meluas ke mediastinum
• Hipotiroidisme pasca bedah
• Hipokalsemi
• Metastasis kanker yang sudah mencapai organ- organ
lain
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 830422
Tanggal Masuk : 28/12/2010
Nama Pasien : Sdr. T
Usia : 18 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : beluk rt.09/03
Kecamatan : beluk
Kabupaten / kota : kab. Pemalang
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
• Benjolan dileher sejak 2 tahun yang lalu
Keluhan tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke poli bedah RSMS dengan keluhan
benjolan di leher. Benjolan mulai dirasakan sejak ± 2
tahun yang lalu,
Riwayat penyakit dahulu :
• 1. Riwayat alergi obat disangkal
• 2. Riwayat penyakit asma disangkal
• 3. Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
• 4. Riwayat penyakit diabetes disangkal
• 5. Riwayat penyakit jantung disangkal
• 6. Riwayat operasi sebelumnya disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
• Keadaan umum : sedang
• Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 100/70 mmhg
• Nadi : 68 x/mnt
• Suhu :36,1
• Pernafasan : 24 x/mnt
Pemeriksaan kepala

• Kepala : mesochepal,
• Mata : konjungtiva anemis -/-, pupil isokor, sclera
ikterik -/-
• Telinga : discharge -/-
• Hidung : discharge -/-, deviasi septum (-)
• Mulut : bibir tidak kering dan tidak sianosis

Pemeriksaan leher

• Leher : terdapat benjolan di kanan dan kiri


Pemeriksaan dada
• Thoraks : bentuk dan gerak simetris
• Pulmo : suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
• Cor : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)

• Pemeriksaan Abdomen
• Abdomen : datar, supel, jejas (-), nyeri tekan (-),
bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, ginjal tidak teraba
Status Lokalis
Regio Colli
Inspeksi : Terdapat benjolan di leher sisi kanan dan
sisi kiri, benjolan terlihat ikut bergerak saat menelan.
Warna benjolan sama dengan warna kulit sekitarnya.
Venektasi (-)
Palpasi : Teraba benjolan di leher sisi kanan dan kiri,
keras, immobile (terfiksir), tidak nyeri jika ditekan,
ikut bergerak ketika menelan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal : 31-12-2010

• Hb : 13,2g/dl(14.0 – 18.0)
• Leukosit : 7500/ul (4800 – 10800)
• Ht : 41% (42 – 52)
• Eritrosit : 4,8jt (4.7 – 6.1)
• Trombosit : 226.000 (150.000 – 450.000)
• PT : 12,8 det (11-14 detik)
• APTT : 30,7 det ( 30- 40 dtk )
• Total protein : 7,54
• Albumin : 5,34
• Globulin : 2,20
• SGOT : 22 (<37)
• SGPT : 25 (<41)
• GDS : 132 (<200)
• Ureum darah : 24,1 (10-50 mg/dl)
• Kreatinin darah : 1,14 (0,7-1,2 mg/dl )
Pemeriksaan T3, T4 dan TSH tanggal 15-12-2010
RSUD Dr.R. Goeteng Taronadibrata Purbalingga
T3 : 0,55nmol/l (eutiroid 0,9-2,5)
(hipertiroid >3)
T4: 6,83 nmol/l (eutiroid 60-120)
(hipertiroid >140)
(hipotiroid <50)
TSHS: >60u/l (8-37)
Kesimpulan konsul anestesi
• Status fisik ASA II
• ACC operasi

Laporan Anestesi Pasien

Diagnosis pra bedah : tumor tiroid


Diagnosis pasca bedah : post total thyroidektomi
Jenis pembedahan : thyroidektomi
LAPORAN ANESTESI PASIEN
• Jenis Anestesi : General Anestesi
• Premedikasi : Fortanest 25mg
• Induksi : propofol 100mg
: fentanyl 75μg
• Relaksan : roculax 4mg
• Teknik Anestesi : semi closed
• Obat Anestesi : Induksi
Intubasi ET No.7,5
 Maintenance : inhalasi isoflurane
• Respirasi : control
• Posisi : terlentang
• Cairan : RL
Laporan durante operasi

• Mulai anestesi : 10.40 WIB


• Mulai operasi : 10.55 WIB
• Selesai operasi : 12.15 WIB
• Berat Badan : 50 Kg
• Lama Operasi :  60 menit
• Pasien puasa:  8 jam
• Cairan yang masuk : RL 4 plabot
Tekanan darah dan frekuensi nadi
Pukul 10.40 : 88/60 mmHg, N : 100x/mnt
Pukul 10.55 : 88/60 mmHg, N : 100x/mnt
Pukul 11.10 : 87/69 mmHg, N : 60x/mnt
Pukul 11.25 : 108/80 mmHg, N : 70x/mnt
Pukul 11.40 : 88/54 mmHg, N : 72x/mnt
Pukul 11.55 : 80/40 mmHg, N : 65x/mnt
Pukul 12.10 : 108/40 mmHg, N : 55x/mnt
Terapi cairan yang diberikan :

Maintanance
• 2cc/kgBB/Jam
• 2 x 50 = 100 cc/Jam
Pengganti puasa 8 jam
• 8 x maintenance
• 8 x 100 = 800 cc/Jam
Stress operasi
• 8 cc/kgBB/jam
• 8 x 50 = 400 cc/jam
EBV
70cc/kgBB/jam
70 x 50 = 3500 cc/jam
ABL
20% x EBV
20% x 3250cc = 650cc
• Jam I : ½ puasa + maintenance + stress operasi
½ 800 + 100 + 400 = 900cc
• Jam II: ¼ puasa + maintenance + stress operasi
¼ 800 + 100 + 400 = 700 cc
Instruksi post operasi  observasi :
-Kesadaran
-Tanda Vital
-Keseimbangan cairan
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan preoperatif, kami dapat
menentukan status pasien adalah ASA II dengan
interpretasi bahwa pasien kemungkinan memiliki penyakit
sistemik ringan atau sedang. Selain itu, kita juga
memberikan edukasi kepada pasien untuk puasa ± 8 jam
sebelum operasi.

Keadaan pre-operative
Pasien datang dengan kesadaran compos mentis dan telah
mengalami program puasa selama 8 jam. Tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 68 x/menit. Hb : 13,2gr/ dl.
Durante Operative

Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pada pasien


ini diputuskan untuk dilakukan general anestesi
dengan tekhnik semi closed dan memakai fasilitas
intubasi dengan menggunakan ET nomor 7,5.
Tekhnik general anestesi ini perlu di perhatikan terhadap
pengawasan jalan nafas, terutama pada pasien dengan operasi
goiter.
Hindari agen induksi yang menstimulasi saraf simpatis seperti
penggunaan ketamin.
Thiopenthal merupakan agen induksi pilihan karena memiliki
aktivitas antitiroid pada dosis tinggi.
Kedalaman pembiusan harus cukup kuat sebelum dilakukan
manipulasi seperti pemakaian laringoskop untuk intubasi guna
menghindari gejolak hemodinamik.
Pemeliharaan dapat digunakan agen inhalasi seperti Isofluran,
desfluran Sevofluran dan lain-lain.
N2O dapat digunakan sebagai analgetik selain dengan opioid.
Perhatian terhadap ablasi kornea atau ulserasi pada pasien dengan
eksoftalmus dengan pemberian salep mata.
Untuk induksi diberikan Fentanyl dan propofol.
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat
dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa
pusing dan mual-mual yang bekerja cepat yang efek
kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik.
Setelah pasien masuk dalam stadium anestesi disusul
dengan pemberian Rocuronium 40 mg IV (dosis 0,6
mg/kgBB) sebagai muscle relaxan untuk memudahkan
intubasi endotrakeal.
Rocuronium merupakan pelumpuh otot non depolarisasi
dengan onset cepat, durasi sedang, pemulihan cepat,
akumulasi minimal, serta tendensi histamin release yang
rendah
Setelah itu pasien diberi O2 murni selama ± 1 menit,
setelah terjadi relaksasi kemudian dilakukan intubasi
dengan pipa endotrakeal nomor 7,5.
Balon pipa endotrakeal dikembangkan. Kemudian
diyakinkan bahwa pipa endotrakeal ada dalam trakea dan
tidak masuk ke dalam salah satu bronkus atau esophagus
dengan mendengarkan suara paru-paru dengan stetoskop.
Gerakan dinding dada harus simetris pada setiap inspirasi
buatan.
Kemudian orofaringeal tube dimasukkan mulut agar lidah
tidak jatuh ke belakang, lalu difiksasi dan dihubungkan
dengan mesin anestesi.
Untuk pemeliharaan anestesi diberikan dengan cara
inhalasi. Zat anestesi yang digunakan adalah N2O 6
liter/menit, O2 2 liter/menit, isoflurane.
N2O merupakan zat anestesi yang lemah tapi
mempunyai efek analgetik yang kuat.
Pemberian N2O biasanya bersamaan dengan O2
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hipoksia.
Selain itu juga dikombinasikan dengan
isoflurane.
Isoflurane merupakan eter berhalogen, berbau
tajam, dan tidak mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isoflurane adalah
irama jantung stabil, dan tidak terangsang oleh
adrenalin serta induksi, dan masa pulih
anestesinya cepat.
Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan
darah dan nadi senantiasa dikontrol tiap 15
menit. Tekanan darah sistolik berkisar antara
108 – 70 mmHg. Tekanan diastolik berkisar
antara 80 – 40 mmHg. Di lihat dari tekanan
darah yang turun, maka di berikan efedrin 1 cc.
Untuk mencegah perdarahan yang banyak,
maka pada kasus ini di berikan adona, asam
traneksamat dan vitamin K, vitamin C, Infus
RL diberikan pada pasien sebagai cairan
rumatan.
Ondansetron juga di berikan untuk
mengurangi mual.
Untuk mengatasi atau mengurangi nyeri pasca operasi
diberikan ketorolac dengan dosis 30 mg/ml.
Ketorolac tromethamine merupakan senyawa anti
inflamasi non steroid bekerja pada jalur siklo
oksigenase, menghambat biosintesis prostaglandin
dengan aktifitas analgetik yang kuat secara perifer
maupun sentral, disamping itu memiliki efek anti
inflamasi dan anti piretik.
Ketorolac memiliki efek analgetik yang setara dengan
morfin atau pethidine namun efeknya lebih lambat.
Untuk mengganti kehilangan cairan tubuh
diberikan cairan RL setelah selesai operasi,
Post Tiroidektomi total, pasien dibawa ke ICU
dan diberikan O2 secara inhalasi 2 lt/mnt untuk
mencegah hipoksia akibat N2O.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai