TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pertambangan, Mineral, Batubara, Pertambangan
Mineral,Pertambangan Batubara, Usaha Pertambangan, Izin
UsahaPertambangan yang selanjutnya disebut IUP, Badan
Usaha,Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya
disebutWIUP, Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang
selanjutnyadisebut IUP Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan
OperasiProduksi yang selanjutnya disebut IUP Operasi
Produksi,Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang
selanjutnyadisebut WUPK, Izin Usaha Pertambangan
Khusus yangselanjutnya disebut IUPK, Izin Usaha
Pertambangan KhususEksplorasi yang selanjutnya disebut
c
c
IUPK Eksplorasi, IzinUsaha Pertambangan Khusus Operasi
Produksi yangselanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi,
WilayahPertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut
WPR, IzinPertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut
IPR,Eksplorasi, dan Operasi Produksi adalah
sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
1.c Afiliasi adalah badan usaha yang mempunyai
kepemilikansaham langsung dengan pemegang IUP atau
IUPK.
2.c Badan Usaha Swasta Nasional adalah badan usaha,
baikyang berbadan hukum maupun yang bukan
berbadanhukum, yang kepemilikan sahamnya 100% (seratus
persen)dalam negeri.
3.c Badan usaha milik negara yang sel anjutnya disebut
BUMN,adalah BUMN yang bergerak di bidang pertambangan
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.c Badan usaha milik daerah yang selanjutnya disebut
BUMD,adalah BUMD yang bergerak di bidang pertambangan
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.c Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang -
seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskankegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagaig e r a k a n ekonomi ra k ya t yang
b e r d a s a r a t a s a s a skekeluargaan.
6.c Masyarakat adalah masyarakat yang berdomisili
disekitaroperasi pertambangan.
7.c Divestasi saham adalah jumlah saham asing yang
c
c
harusditawarkan untuk dijual kepada peserta Indonesia.
c
c-4-
Pasal 2
c
c
klor,belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit,yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit,
kaolin,feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang,
pirofilit,kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa,
perlit,garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;
d.c batuan . . .
c
c-6-
d.c batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian,
marmer,perlit, tanah diatome, tanah serap c c ),
slate,granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,
basalt,trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,
opal,kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase,
kayuterkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunungquarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil
sungai,batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir
urug,pasir pasang, kerikil berpasir ala mi (sirtu),
bahantimbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat,
tanahmerah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan
pasiryang tidak mengandung unsur mineral logam atau
unsurmineral bukan logam dalam jumlah yang berarti
ditinjaudari segi ekonomi pertambangan; dan
e.c ba tu ba ra m elip u ti bitu m e n pa da t, ba tu a n
aspal,batubara, dan gambut.
(3 ) Peruba ha n a ta s pe n g g ol o n g a n k o m o d i ta s
ta m b a n g sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan olehMenteri.
Pasal 3
c Pasal 4 . . .
c
(4)c WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
olehbupati/walikota.
(5)c WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berada
dalamWUPK yang ditetapkan oleh Menteri.
(6)c WUP, WPR, atau WUPK sebagaimana dimaksud pada ayat(3),
ayat (4) dan ayat (5) berada dalam WP.
(7)c Ketentuan mengenai WP sebagaimana dima ksud pada ayat(6)
diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.
c
-5 -
Pasal 4
Pasal 5
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
c
-6 -
Pasal 7
Bagian Kedua
Pemberian WIUP
Paragraf 1
Umum
Pasal 8
c
c-12-
(3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)merupakan badan usaha yang telah terbuka (r c
),dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.
Paragraf 2
Pasal 10
c c. bupati . . .
c
Pasal 11
c
c-14-
c. bupati/walikota, untuk panitia pelelangan WIUP
yangberada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
dan/atauwilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari
garispantai.
(2) Panitia lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)yang ditetapkan oleh:
a.c Menteri, beranggotakan gasal dan paling sedikit 7
(tujuh)orang yang memiliki kompetensi di bidang
pertambanganmineral dan/atau batubara;
b.c gubernur, beranggotakan gasal dan paling sedikit 5
(lima)orang yang memiliki kompetensi di bidang
pertambanganmineral dan/atau batubara; dan
c.c bupati/walikota, beranggotakan gasal dan paling sedikit 5
(lima) orang yang memiliki kompetensi di
bidangpertambangan mineral dan/atau batubara.
(3) Dalam panitia lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)dapat mengikutsertakan unsur dari Pemerintah,
pemerintahprovinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 12
c Pasal 13 . . .
c
e.c melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2
(dua)kali, apabila peserta lelang WIUP hanya 1 (satu);
f.c menilai kualifikasi peserta lelang WIUP;
g. c melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
h. c melaksanakan lelang WIUP; dan
i.c membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang
danmengusulkan pemenang lelang WIUP.
c
-9-
Pasal 13
c (3) Persyaratan...
palingsedikit meliputi:
1.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2.c profil perusahaan;
3.c akte pendirian perusahaan yang bergerak di
bidangusaha pertambangan; dan
4.c nomor pokok wajib pajak.
c
c- 18 -
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf b paling sedikit meliputi:
a.c pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan
dibidang pertambangan mineral atau batubara
palingsedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru
harusmendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra
kerja,atau afiliasinya yang bergerak di bidang
pertambangan;
b.c mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga
ahlidalam bidang pertambangan dan/atau geologi
yangberpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c.c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan
4(empat) tahun eksplorasi.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf c meliputi:
a. c laporan keuangan tahun terakhir yang sudah
diauditakuntan publik;
b. c menempatkan jaminan kesun gguhan lelang
dalambentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data
informasiatau dari total biaya pengganti investasi untuk
lelangWIUP yang telah berakhir; dan
c. c pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP
dalamjangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja,
setelahpengumuman pemenang lelang.
Pasal 14
c
c- 20 -
l.c pembukaan sampul;
m. cpenetapan peringkat;
n.c p e n e ta p a n / p e n g u m u m a n peme na ng l el a n g
yang d i l a k u k a n b e rd a s a rk a n p e n a w a ra n harg a
d a n pertimbangan teknis; dan
o.c memberi kesempatan adanya sanggahan atas
keputusanlelang.
(2) Penjelasan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufj
wajib dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada
pesertap e l e l a n g a n W I U P y a n g l u l u s p r a k u a l i f i k a s i
u n t u k menjelaskan data teknis berupa:
a.c lokasi;
b.c koordinat;
c.c jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara;
d. c ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan;
e.c ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada; dan
f. c status lahan.
Pasal 15
Pasal 16
c
c- 22 -
(2) Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh
panitialelang kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya untuk
ditetapkan pemenanglelang WIUP.
Pasal 17
c a. Menteri .. .
c
Paragraf 3
Tata Cara Pemberian
WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 20
c
c- 24 -
a.c Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada
lintaswilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12
(duabelas) mil dari garis pantai;
b.c gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada
lintaswila ya h ka b u p a te n / k o ta d ala m 1 (sa tu )
p ro vi n si dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai
dengan 12(dua belas) mil; dan
c.c bupati/walikota, untuk permohonan WIUP yang berada
didalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau
wilayahlaut sampai dengan 4 (empat) mil.
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam
ataubatuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.c Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari gubernur dan bupati/walikota;
b.c gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari bupati/walikota.
(3) Gubernur atau bupati/walikota memberikan
rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktupaling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permintaanrekomendasi.
Pasal 21
c
- 14 -
Bagian Ketiga
Pemberian IUP
Paragraf 1
Umum
Pasal 22
Paragraf 2
Pasal 23
c Pasal 24 . . .
a. c administratif;
b. c teknis;
c. c lingkungan; dan
d. c finansial.
c
- 15 -
Pasal 24
c (3) Persyaratan...
3.c akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang
usahapertambangan yang telah disahkan oleh pejabat
yangberwenang;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan pengurus; dan
6.c surat keterangan domisili.
c
c - 30 -
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
dalamPasal 23 huruf a untuk orang perseorangan meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan; dan
2.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c kartu tanda penduduk;
3.c nomor pokok wajib pajak; dan
4.c surat keterangan domisili.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
dalamPasal 23 huruf a untuk perusahaan firma dan
perusahaankomanditer meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan;
2.c susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
3.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c profil perusahaan;
c 1. daftar...
c
3.c akte pendirian perusahaan yang bergerak di
bidangusaha pertambangan;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
6.c surat keterangan domisili.
Pasal 25
c
c - 32 -
1.c daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga
ahlipertambangan dan/atau geologi yang
berpengalamanpaling sedikit 3 (tiga) tahun;
2.c peta WIUP yang dilengkapi dengan batas
koordinatgeografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuansistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional.
b. IUP Operasi Produksi, meliputi:
1.c peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat
geografislintang dan bujur sesuai dengan ketentua n
sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
2.c laporan lengkap eksplorasi;
3.c laporan studi kelayakan;
4.c rencana reklamasi dan pascatambang;
5.c rencana kerja dan anggaran biaya;
6.c rencana pembangunan sarana dan prasarana
penunjangkegiatan operasi produksi; dan
7.c tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologiyang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
Pasal 26
Pasal 27
c
c - 34 -
2. bukti pe mbayaran harga nilai ko mpensasi
datainformasi hasil lelang WIUP mineral logam
ataubatubara sesuai dengan nilai penawaran lelang
ataubukti pembayaran biaya pencadangan wilayah
danpembayaran pencetakan peta WIUP mineral
bukanlogam atau batuan atas permohonan wilayah.
b. IUP Operasi Produksi, meliputi:
1.c laporan keuangan tahun terakhir yang telah
diauditoleh akuntan publik;
2.c bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun
terakhir;dan
3.c bukti pembayaran pengganti investasi sesuai
dengannilai penawaran lelang bagi pemenang lelang
WIUPyang telah berakhir.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan
kesungguhandiatur dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 3
IUP Eksplorasi
Pasal 28
c (2) I UP...
c
l i n t a s kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau
wilayahlaut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas)
mil darigaris pantai; dan
c. c bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1
(satu)wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut
sampaidengan 4 (empat) mil dari garis pantai.
Pasal 29
c
c - 36 -
(2) IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan
um u m,eksplorasi, dan studi kelayakan.
Pasal 30
c (2) Gubernur .. .
c
apabilapeserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidakada yang berminat.
Pasal 31
c
c -38-
(2) c Gubernur menyampaikan penerbitan peta WIUP
mineralbukan logam dan/atau batuan yang diajukan oleh
badanusaha, koperasi, atau perseorangan kepada
bupati/walikotauntuk mendapatkan rekomendasi dalam
rangka penerbitanIUP Eksplorasi mineral bukan logam
dan/atau batuan.
(3) c Gubernur atau bupati/walikota memberikan
rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dalamj a n g ka wa k tu pali n g la m a 5 (li m a) ha ri
ke rj a seja k diterimanya tanda bukti penyampaian peta
WIUP mineralbukan logam dan/atau batuan.
Pasal 32
Pasal 33
Pemegang IUP Eksplorasi dapat mengajuka n
permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
menunjangusaha kegiatan pertambangannya.
c
c - 40 -
Paragraf 4
Pasal 34
c
c -42-
(2) Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan
danpemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah
yangberbeda serta kepemilikannya juga berbeda maka
IUPOperasi Produksi masing-masing diberikan oleh
Menteri,g u b e r n u r , a t a u b u p a t i / w a l i k o t a s e s u a i
d e n g a n kewenangannya.
Pasal 36
Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak
melakukankegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau
pengolahan danpemurnian, kegiatan pengangkutan dan
penjualan dan/ataupengolahan dan pemurnian dapat
dilakukan oleh pihak lainyang memiliki:
a. c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan
danpenjualan;
b. c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
danpemurnian; dan/atau
c. c IUP Operasi Produksi.
Pasal 37
(1) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud
dalamPasal 36 huruf a diberikan oleh:
a.c Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan
penjualandilakukan lintas provinsi dan negara;
b.c gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan
penjualandilakukan lintas kabupaten/kota; atau
c.c bupati/walikota apabila kegiatan pengangkutan
danpenjualan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
(2) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud
dalamPasal 36 huruf b diberikan oleh:
a.c Menteri, apabila komoditas tambang yang akan
c
c
diolahberasal dari provinsi lain dan/atau lokasi
kegiatanpengolahan dan pemurnian berada pada lintas
provinsi;
b.c gubernur, apabila komoditas tambang yang akan
diolahberasal dari beberapa kabupaten/kota dalam 1
(satu)provinsi dan/atau lokasi kegiatan pengolahan
danpemurnian berada pada lintas kabupaten/kota; atau
c.c bupati/walikota, apabila komoditas tambang yang
akandiolah berasal dari 1 (satu) kabupaten/kota
dan/ataulokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian
berada pada 1(satu) kabupaten/kota.
(3) Dala m hal ko mo ditas ta mb a ng yang aka n
d i o l a h sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari
impor, IUPOperasi Produksi khusus untuk pengolahan d an
pemurniandiberikan oleh Menteri.
Pasal 38 . . .
c (2) Pembuatan .. .
- 23 -
Pasal 38
Dalam hal berdasarkan hasil dokumen lingkungan hidup
yangtelah disahkan oleh instansi yang berwenang
berdampaklingkungan pada:
a.c 1 (satu) kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan
olehbupati/walikota berdasarkan rekomendasi dari Menteri
dangubernur;
b.c lintas kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan
olehgubernur berdasarkan rekomendasi dari
bupati/walikota;atau
c.c lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh
Menteriberdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota dan
gubernur.
Pasal 39
Bagian Keempat
Pemasangan Tanda Batas
Pasal 42
c
(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya
IUPOperasi Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi
wajibmemberikan tanda batas wilayah dengan memasang
patokpada WIUP.
c (2) Pembuatan .. .
c -46-
Pasal 43
Bagian Kelima
Pasal 44
Bagian Keenam .. .
c (2) Pembuatan .. .
c -48-
Bagian Keenam
Pasal 45
c
c
- 26 -
Pasal 46
BAB III
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47
Bagian Kedua
Pemberian IPR
Pasal 48
c
c
(2) Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi:
a.c persyaratan administratif;
b.c persyaratan teknis; dan
c. c persyaratan finansial.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) huruf a untuk:
a. orang perseorangan, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c kartu tanda penduduk;
3. c komoditas tambang yang dimohon; dan
4. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
b. kelompok masyarakat, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c komoditas tambang yang dimohon; dan
3. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
c. koperasi setempat, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c nomor pokok wajib pajak;
3.c akte pendirian koperasi yang telah disahkan
olehpejabat yang berwenang;
4. c komoditas tambang yang dimohon; dan
5. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)huruf b berupa surat pernyataan yang memuat
palingsedikit mengenai :
c BAB IV . . .
c -53-
a. c sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh
lima)meter;
b. c menggunakan pompa mekanik, penggelundungan
ataupermesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25
(duapuluh lima)c c
untuk 1 (satu) IPR; dan
c. c tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.
(5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)huruf c berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun
terakhirdan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat.
c
c
- 28 -
BAB IV
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 49
c (2) WIUPK...
c -55-
b. c pemberian IUPK.
Bagian Kedua
Pemberian WIUPK
Paragraf 1
Umum
Pasal 51
c
c -56-
(2)c WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan
usahaswasta oleh Menteri.
(3)c Menteri dalam memberikan WIUPK sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) harus terlebih dahulu menawarkan
kepadaBUMN atau BUMD dengan cara prioritas.
(4)c Dalam hal peminat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK
diberikankepada BUMN atau BUMD dengan membayar
biayakompensasi data informasi.
(5)c Dalam hal peminat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)lebih dari 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK
diberikandengan cara lelang c
(6)c Pemenang lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(5)dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi
datainformasi sesuai dengan nilai lelang. c
Pasal 52 c
(1) c Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang
berminat,WIUPK ditawarkan kepada badan usaha
swasta yangbergerak dalam bidang pertambangan mineral
atau batubaradengan cara lelang.
(2) c Pemenang lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dikenai kewajiban me mbayar biaya kompensasi
datainformasi sesuai dengan nilai lelang.
Paragraf 2
c Paragraf 3 . . .
c
Pasal 53
c
c - 58 -
Paragraf 3
Pasal 54
c
c -60-
a.c administratif;
b.c teknis; dan
c.c finansial.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a meliputi:
a.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
b. c profil badan usaha;
c.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang; dan
d. c nomor pokok wajib pajak.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf b meliputi:
a. c pengalaman badan usaha di bidang
pertambanganmineral atau batubara paling sedikit 3
(tiga) tahun, ataubagi perusahaan baru harus mendapat
dukungan dariperusahaan induk, mitra kerja, atau
afiliasinya yangbergerak di bidang pertambangan;
b. c mempunyai paling sedikit 1 (satu) tenaga ahli
dalamb i d a n g p e r t a m b a n g a n d a n / a t a u g e o l o g i
y a n g berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
c. c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1
(satu)tahun.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf c meliputi:
c Pasal 57 . . .
c
a.c laporan keuangan tahun terakhir yang sudah
diauditakuntan publik;
b.c menempatkan jaminan kesungguhan lelang
dalambentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data
informasiatau total biaya pengganti investasi untuk lelang
WIUPKyang telah berakhir; dan
c.c pernyataan bersedia membayar nilai sesuai
suratpenawaran lelang dalam jangka waktu paling
lambat 5(lima) hari kerja setelah pengumuman
pemenang lelang.
c
c - 62 -
Pasal 57
c
c
Pasal 58 . . .
c
- 33 -
Pasal 58
Pasal 59
c Bagian Ketiga . . .
Pasal 61
c
c - 66 -
Bagian Ketiga
Pemberian IUPK
Paragraf 1
Umum
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
c
c -68-
3.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6.c surat keterangan domisili.
b. untuk IUP K Eksplorasi dan I UP K Operasi
Produksi m i n e ra l lo g a m da n b a tu b a ra yang
di aj u k a n ol e hpemenang lelang WIUPK:
1.c surat permohonan;
2. c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3.c surat keterangan domisili.
(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63huruf b meliputi:
a.c pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta
dibidang pertambangan mineral atau batubara
palingsedikit 3 (tiga) tahun;
b.c mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga
ahlidalam bidang pertambangan dan/atau geologi
yangberpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c.c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1
(satu)tahun.
(3) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal63 huruf c meliputi:
a. c u ntuk IUP Eksplorasi melipu ti pernyataan
u ntukmematuhi ketentuan peraturan perundang -
c 1. bukti . . .
c
undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
b. c untuk IUP Operasi Produksi meliputi:
1.c pernyataan kesanggupan untuk mematuhi
ketentuanperaturan perundang-
undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
2.c persetujuan dokumen lingkungan hidup
sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63huruf d meliputi:
a. IUPK Eksplorasi, meliputi:
c
c -70-
1.c bukti penempatan jaminan kesungguhan
pelaksanaankegiatan eksplorasi; dan
2.c bukti pe mbayaran harga nilai ko mp ensasi
datainformasi atau sesuai dengan surat penawaran.
b. IUPK Operasi Produksi, meliputi:
1. c laporan keuangan tahun terakhir yang telah
diauditoleh akuntan publik; dan
2. c bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun
terakhir.Paragraf 3
Pasal 65
c
- 37 -
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
IUPKOperasi Produksi diatur dengan Peraturan Menteri.
c
c
- 38 -
Bagian Keempat
Pasal 69
Pasal 70
Bagian Kelima
Pasal 71
c
c
Bagian Keenam
Pasal 72
c Pasal 73 . . .
c -77-
(4) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harusdisampaikan kepada pemegang IUPK Operasi
Produksipaling lambat sebelum berakhirnya IUPK Operasi
Produksi.
(5) Pemegang IUPK Operasi Produksi hanya dapat
diberikanperpanjangan sebanyak 2 (dua) kali.
(6) Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah
memperolehperpanjangan IUPK Operasi Produksi sebanyak
2 (dua) kali,wajib mengembalikan WIUPK Operasi
Produksi kepadaMenteri berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan.
c
c
- 40 -
Pasal 73
BAB V
c
c -79-
menyerahkan:
a.c laporan, data dan informasi penciutan atau
pengembalianyang berisikan semua penemuan teknis dan
geologis yangdiperoleh pada wilayah yang akan diciutkan
dan alasanpenciutan atau pengembalian serta data
lapangan hasilkegiatan;
b.c peta wilayah penciutan atau pengembalian
besertakoordinatnya;
c.c bukti pembayaran kewajiban keuangan;
d.c laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir; dan
e.c laporan .. .
c
c -80-
e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah
yang diciutkan atau dilepaskan.
Pasal 75
c
c
1. pada tahun ketiga wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas
ribulima ratus) hektare; dan
2. pada...
c
c -82-
2. pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP
Eksplorasisaat peningkatan menjadi IUP Operasi
Produksiwilayah yang dipertahankan paling banyak
5.000 (limaribu) hektare.
e. untuk IUP batuan:
1. c pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 2.500 (dua ribu
limaratus) hektare; dan
2. c pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi
saat peni ngkata n me njadi I UP Operasi Prod uksi
wilayah yang dipertahankan paling banyak 1.000
(seribu) hektare.
(2) Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan
sudahdicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemegang IUPEksplorasi atau IUPK Eksplorasi tidak
diwajibkan lagimenciutkan wilayah.
BAB VI
PENGHENTIAN
SEMENTARAKEGIATANUSAHA
PERTAMBANGANPasal 76
c b. Menteri .. .
c
pertambangansebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mengurangimasa berlaku IUP dan IUPK.
(3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a dan huruf b, penghentian sementara
dilakukanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengankewenangannya berdasarkan permohonan
dari pemegangIUP atau IUPK.
(4) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf c, penghentian sementara dilakukan oleh:
a. inspektur tambang;
c
c -84-
b. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengank e w e n a n g a n n y a berd a sa rk a n
p e r m o h o n a n d a r i masyarakat.
Pasal 77
Pasal 78
c (2) Pemegang . . .
c
Permohonan perpanjangan penghentian sementara
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) diajukan
secara tertulisdalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kalendersebelum berakhirnya izin penghentian sementara.
Pasal 79
c
c -86-
(2) Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan
persetujuanpenghentian sementara dikarenakan keadaan
yangmenghalangi dan/atau kondisi daya dukung
lingkungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
huruf b, danhuruf c wajib:
a.c menyampaikan laporan kepada Menteri, gubernur,
ataubupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
b.c memenuhi kewajiban keuangan; dan
c.c tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, serta
pemantauanlingkungan.
Pasal 80
IUPK.Pasal 81
c
- 45 -
BAB VII
Pasal 84
c
- 46 -
Pasal 86
Pasal 89
(1) Menteri melakukan pengendalian produksi mineral
danbatubara yang dilakukan oleh pemegang IUP
OperasiProduksi mineral atau batubara dan IUPK Operasi
Produksimineral atau batubara.
c
c -92-
c BAB VIII . . .
c
batubaradalam negeri; dan
b.c stabilitas harga mineral dan batubara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengendalianpenjualan mineral dan batubara diatur
dengan PeraturanMenteri.
c
c - 94 -
c BAB VIII
Bagian Kesatu
c Bagian Kedua . . .
c
secara langsungmaupun melalui kerja sama dengan
perusahaan, pemegangIUP dan IUPK lainnya.
(2)c Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telahm e n d a pa tk a n I UP Ope ra si P rod u k si k h u s u s
u n t u kpengolahan.
(3)c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
batubarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diberikanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengankewenangannya.
c
c -96-
Bagian Kedua
Pasal 95
(1 ) K o m o d i ta s ta m b a n g y a n g d a p a t d i ti n g k a tk a n
n i l aitambahnya terdiri atas pertambangan:
a.c mineral logam;
b.c mineral bukan logam;
c.c batuan; atau
d.c batubara.
(2) Peningkatan nilai tambah mineral logam
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan melaluikegiatan:
a.c pengolahan logam; atau
b.c pemurnian logam.
(3) Peningkatan nilai tambah mineral bukan logam
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan melaluikegiatan pengolahan mineral bukan
logam.
(4) Peningkatan nilai tambah batuan sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui
c BAB IX . . .
c
kegiatanpengolahan batuan.
(5) Peningkatan nilai tambah batubara sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf d dilaksanakan melalui
kegiatanpengolahan batubara.
Pasal 96
c
c- 98 -
cB AB IX
DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 97
(1)c Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima)
tahunsejak berproduksi wajib melakukan divestasi
sahamnya,sehingga sahamnya paling sedikit 20%
(dua puluh persen)dimiliki peserta Indonesia.
(2)c Divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukan secara langsung kepada peserta
Indonesia yangterdiri atas Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, ataupemerintah daerah
kabupaten/kota, BUMN, BUMD, ataubadan usaha
swasta nasional.
(3)c Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli
sahamsebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditawarkan kepadapemerintah daerah provinsi atau
pemerintah daerahkabupaten/kota.
(4)c Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidakbersedia membeli saham, ditawarkan
kepada BUMN danBUMD dilaksanakan dengan cara
lelang.
(5)c Apabila BUMN dan BUMD sebagaimana dimaksud
pada ayat(4) tidak bersedia membeli saham, ditawarkan
kepada badanusaha swasta nasional dilaksanakan
c (9)
Badan . . .
c
dengan cara lelang.
(6)c Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)dilakukan dalam jangka waktu paling lambat
90 (sembilanpuluh) hari kalender sejak 5 (lima)
tahun dikeluarkannyaizin Operasi Produksi tahap
penambangan.
(7)c Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerahkabupaten/kota, BUMN, dan BUMD harus
menyatakanminatnya dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enampuluh) hari kalender setelah tanggal
penawaran.
(8)c Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi
ataupemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN,
dan BUMDtidak berminat untuk membeli divestasi
saham sebagaimanadimaksud pada ayat (7), saham
ditawarkan kepada badanusaha swasta nasional dalam
jangka waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari
kalender.
c
c - 100 -
Pasal 98
BAB X
c BAB XI . . .
c
OPERASI PRODUKSI
Pasal 100
(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksiyang akan melakukan kegiatan operasi
produksi wajibmenyelesaikan sebagian atau seluruh hak
atas tanah dalamWIUP atau WIUPK dengan pemegang hak
atas tanah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
(2)c Pe mega n g I UP Ope rasi Prod u k si ata u I UP K
Ope rasi Produksi wajib memberikan kompensasi
berdasarkankesepakatan bersama dengan pemegang hak
atas tanah.
c
c - 102 -
c BAB XI
Pasal 101
Pasal 102
(1) c Bupati/walikota harus menyampaikan laporan
tertulismengenai pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
sesuaidengan kewenangannya kepada gubernur secara
berkalasetiap 6 (enam) bulan.
(2) c Gubernur atau bupati/walikota harus
menyampaikanlaporan tertulis mengenai pengelolaan
kegiatan usahapertambangan sesuai dengan
kewenangannya kepadaMenteri secara berkala setiap 6
c
c
(enam) bulan.
Pasal 103
c
c- 104 -
( 2) c L a p o ra n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l
1 0 1 disampaikan dalam jangka waktu paling lama 30
(tigapuluh) hari kalender setelah berakhirnya tiap triwulan
atautahun takwim kecuali laporan dwi mingguan dan
bulanantahapan kegiatan operasi produksi.
( 3) c Rencana kerja dan anggaran biaya tahunan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 101 disampaikan
kepada Menteri,gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan
kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat
45(empat puluh lima) hari kalender sebelum berakhirnya
tiaptahun takwim.
( 4) c Laporan dwi mingguan dan bulanan sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) disampaikan kepada Menteri,
gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dalamjangka waktu paling lambat 5
(lima) hari kalender setelahberakhirnya tiap dwi mingguan
atau bulan takwim.
Pasal 104
c (2) Program . .
.
c
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 105
Pasal 106
( 1) Pe meg a ng I UP dan IUPK wa ji b meny usu n
p ro g ra m pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
di sekitarWIUP dan WIUPK.
c
c - 106 -
(2)c Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harusdikonsultasikan dengan Pemerintah, pemerintah
provinsi,pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat
setempat.
(3)c Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapatmengajukan usulan program kegiatan
pengembangan danpemberdayaan masyarakat kepada
bupati/walikota setempatuntuk diteruskan kepada
pemegang IUP atau IUPK.
(4)c Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk
masyarakat disekitar WIUP dan WIUPK yang terkena
dampak langsungakibat aktifitas pertambangan.
(5)c Prioritas masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)merupakan masyarakat yang berada dekat
kegiatanoperasional penambangan dengan tidak melihat
batasadministrasi wilayah kecamatan/kabupaten.
(6)c Program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai
dari alokasib i a y a p r o g r a m p e n g e m b a n g a n d a n
p e m b e r d a y a a n masyarakat pada anggaran dan biaya
pemegang IUP atauIUPK setiap tahun.
(7)c Alokasi biaya program pengembangan dan
pemberdayaanmasyarakat sebagaimana d imaksud pada
ayat (6) dikelolaoleh pemegang IUP atau IUPK.
Pasal 107
c Pasal 109 . . .
c
Pemegang IUP dan IUPK setiap tahun wajib
menyampaikanrencana dan biaya pelaksanaan program
pengembangan danpemberdayaan masyarakat sebagai bagian
dari rencana kerjadan anggaran biaya tahunan kepada
Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk mendapatpersetujuan.
Pasal 108
c
- 55 -
Pasal 109
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 110
Pasal 111
c 1. Kontrak . . .
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 112
c
c - 110 -
1. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara yang
ditandatangani sebelumdiundangkan Peraturan
Pemerintah ini dinyatakan tetapberlaku sampai jangka
waktunya berakhir.
2. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada angka1 yang belum memperoleh
perpanjangan pertama dan/ataukedua dapat diperpanjang
menjadi IUP perpanjangan tanpamelalui lelang dan kegiatan
usahanya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini kecuali mengenaipenerimaan negara yang
lebih menguntungkan.
3. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada angka1 yang telah melakukan tahap
kegiatan operasi produksiwajib melaksanakan
pengutamaan kepentingan dalam negeri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
4. Kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah,
dansurat izin pertambangan rakyat, yang diberikan
berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan
sebelumditetapkannya Peraturan Pemerintah ini tetap
diberlakukansampai jangka waktu berakhir serta wajib:
a. c dise s u ai ka n m e n j adi I UP a ta u IP R se s u ai
de n g a n ketentuan Peraturan Pemerintah ini dalam
jangka waktupaling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berlakunya PeraturanPemerintah ini dan khusus BUMN
dan BUMD, untuk IUPOperasi Produksi merupaka n
IUP Operasi Produksipertama;
b. c menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh
wilayahkuasa pertambangan sampai dengan jangka
waktuberakhirnya kuasa pertambangan kepada
Menteri,g u b e r n u r , a t a u b u p a t i / w a l i k o t a s e s u a i
d e n g a n kewenangannya;
c 6. Kuasa...
c
c. c melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam
negeridalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun
sejakberlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentangPertambangan Mineral dan Batubara.
5. Permohonan Kuasa Pertambangan yang telah
diterimaMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sebelum
terbitnyaUndang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
PertambanganMineral dan Batubara dan telah mendapatkan
PencadanganWilayah dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya dapat
diproses perizinannya dalambentuk IUP tanpa melalui lelang
paling lambat 3 (tiga) bulansetelah berlakunya Peraturan
Pemerintah ini.
c
c - 112 -
6.c Kuasa pertambangan, kontrak karya, dan perjanjian
karyapengusahaan pertambangan batubara yang memiliki
unitpengolahan tetap dapat menerima komoditas tambang
dariKuasa pertambangan, kontrak karya dan perjanjian
karyapengusahaan pertambangan batubara, pemegang
IUP, danIPR.
7.c Pemegang kuasa pertambangan yang memiliki lebih dari
1(satu) kuasa pertambangan dan/atau lebih dari 1
(satu)komoditas tambang sebelum diberlakukannya
UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tetap berlaku sampai
jangkawaktu berakhir dan dapat diperpanjang menjadi IUP
sesuaidengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
8.c Pe mega n g k uasa pe rta m ba n ga n, kon trak ka rya,
da n perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
padatahap operasi produksi yang memiliki perjanjian
jangkapanjang untuk ekspor yang masih berlaku dapat
menambahjumlah produksinya guna memenuhi
ketentuan pasokandala m negeri setelah me ndapat
persetujua n Menteri,gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan
kewenangannya sepanjang memenuhi ketentuan
aspeklingkungan dan konservasi sumber daya batubara
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang -undangan.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 113
c Pasal 114 . . .
c
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturanpelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1969tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2916)
sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan PemerintahNomor 75 Tahun 2001 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan
Lembaran Negara RepublikI nd o ne sia Nomor 41 54 )
di nya taka n m asi h te ta p be rlak usepanjang tidak
bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksana yang
baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
c
c - 114 -
Pasal 114
Pasal 115
P e r a t u r a n P e m e r i n t a h i n i m u l a i b e rl a k u p a d a
t a n g g a l diundangkan.
c
c - 115 -
Agar . . .
c
c - 116 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Februari 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 Februari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
c
c - 117 -
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri
c
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG
c 6.
Peningkatan...
bahan baku dan/atau sebagai sumber energi
untukkebutuhan dalam negeri.
3.c Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secaraberdaya guna, berhasil guna, dan
berdaya saing.
4.c Peningkatan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan
negara, sertamenciptakan lapangan kerja untuk sebesar -
besar kesejahteraan rakyat.
5.c Pe n e rbi ta n pe ri zi n a n ya n g tra n s pa ra n d ala m
ke gia ta n u sa h apertambangan mineral sehingga iklim
usaha diharapkan dapat lebihsehat dan kompetitif.
c
c- 2 -
6. P e n i n g k a ta n n il ai ta m b a h de n g a n m el a k u k a n
pe n g o l a h a n da npemurnian mineral dan batubara di
dalam negeri.
Pengaturan-pengaturan tersebut di atas perlu
dituangkan dalamPeraturan Pemerintah ini.
II. PASAL
DEMI
PASAL
Pasal
1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
C
uku
p
jelas.
Ayat
(2)
Huruf a
Y a n g d i m a k s u d d e n g a n m i n e ra l
ra d i o a k ti f d a l a mketentuan ini termasuk
c Pasal 6 . . .
c
bahan galian nuklir.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
C
ukup
jelas.
Pasal
4
C
ukup
jelas.
Pasal
5
c
c
Cukup jelas.
c
c -5-
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Perseorangan dalam ketentuan ini adalah
Warga NegaraIndonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
c Ayat (2) .. .
c
Pasal 10
Ayat (1)
Mengumumkan WIUP secara terbuka dalam
ketentuan inidilakukan:
a.c paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal
dan/atau 1 (satu)media cetak nasional;
b.c di kantor kementerian yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang mineral dan batubara;
c.c di kantor pemerintah provinsi dan pemer intah
kabupaten/kota.
c
c -7-
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah
rekomendasi dalambentuk pemberian pertimbangan
yang berisi informasi mengenai pe m a n f a a ta n l a h a n
di WI UP d a n k a ra k te ris tik b u d ay a masyarakat
berdasarkan kearifan lokal dalam rangka
pelelanganWIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan unsur dari Pemerintah dalam
ketentuanini merupakan wakil dari kementerian yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang
mineral dan batubara.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
c Huruf c . . .
c
Huruf a
Pengumuman prakualifikasi dilakukan:
1. c paling sedikit dimuat di 1 (satu) media
cetak lokaldan/atau 1 (satu) media cetak
nasional;
2. c di kantor kementerian yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang mineral dan
batubara; dan
3. c di kantor pemerintah provinsi dan
pemerintahkabupaten/kota.
Huruf b
Cukup jelas.
c
-5-
Huruf c
Cukup jelas.Huruf d
Cukup jelas.Huruf e
Cukup jelas.Huruf f
Cukup jelas.Huruf g
Cukup jelas.Huruf h
Cukup jelas.Huruf i
Cukup jelas.Huruf j
Cukup jelas.Huruf k
Cukup jelas.Huruf l
Cukup jelas.Huruf m
Cukup jelas.Huruf n
Cukup jelas.Huruf o
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.Huruf b
Cukup jelas.
c Huruf c . . .
c -6-
Huruf c
Cu
kup
jelas.Hur
uf d
Cu
kup
jelas.Hur
uf e
Cu
kup
jelas.Hur
uf f
c Pasal 22 . . .
c
Cukup jelas.
Pasal 19
Peraturan Menteri paling sedikit memuat mengenai
tata carapenetapan dan pengumuman pemenang lelang.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah
rekomendasi dalambentuk pemberian pertimbangan
yang berisi informasi mengenai pe m a n f a a ta n l a h a n
di WI UP d a n k a ra k te ris tik b u d ay amasyarakat
berdasarkan kearifan lokal dalam rangka
pelelanganWIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
c
c -8-
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
c Huruf a . . .
c
Cukup jelas.
Pasal 33
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP dalam
ketentuan ini
adalah c
c yang dilarang untuk melakukan kegiatan
tahap
penambangan.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
c
c -10-
Huruf a
Pelabuhan dalam ketentuan ini adalah pelabuhan
khususatau terminal khusus yang dibangun oleh
pemegang IUPOperasi Produksi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP dalam
ketentuan iniadalah c
c yang dilarang untuk
melakukan kegiatanpenambangan.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
c Ayat (2) .. .
c
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "komoditas tambang lainnya"
dalamketentuan ini adalah antara lain apabila dalam
WIUP komoditastertentu terdapat mineral lain atau
batubara.
c
c -12-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pihak lain dalam ketentuan ini adalah badan usaha,
koperasi,atau perseorangan selain pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPOperasi Produksi yang tidak
berminat atas komoditas tambang tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
c Ayat (1) .. .
c
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
c
c - 14 -
Ayat (1)
Mengumumkan secara terbuka dalam ketentuan ini
yaitudilakukan:
a.c paling sedikit dimuat di 1 (satu) media cetak lokal
dan/atau 1(satu) media cetak nasional; dan
b.c di kantor kementerian yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang mineral dan
batubara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
c Pasal 65 . . .
c
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
c
c - 16 -
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUPK dalam
ketentuan ini
adala h c
c ya n g dilara n g u n tu k melak u ka n
kegiata n
penambangan.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
c Huruf c . . .
c
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
c
c - 18 -
Huruf c
Yang dimaksud dengan bukti pembayaran
kewajibankeuangan dalam ketentuan ini adalah
iuran tetap, iuranproduksi, dan pajak.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 75
Cu
kup
jelas.Pas
al 76
Ayat (1)
Huruf a
Keadaan kahar dalam ketentuan ini antara lain
meliputiperang, kerusuhan sipil, pemberontakan,
epidemi, gempabumi, banjir, kebakaran dan
lain-lain bencana alam diluar kemampuan
manusia.
Huruf b
Keadaan yang menghalangi dalam ketentuan
ini antaral a i n meliputi blokade,
p e m o g o k a n , p e r s e l i s i h a nperburuhan di luar
kesalahan pemegang IUP atau IUPKdan
ketentuan peraturan perundang-undangan
c
Cukup jelas.Ayat (4) .. .
c
yangditerbitkan oleh menteri yang menghambat
kegiatan usahaperta mba ngan mineral atau
batubara yang sedangberjalan.
Huruf c
Kondisi daya dukung lingkungan dalam
ketentuan iniadalah apabila kondisi daya
dukung lingkungan wilayahtersebut tidak dapat
menanggung beban kegiatan operasi produksi
mineral dan/ atau batubara yang
dilakukandiwilayahnya.
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)
c
c - 20 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 77
Cu
kup
jelas.Pas
al 78
Cu
kup
jelas.Pas
al 79
Cu
kup
jelas.Pas
al 80
Cu
kup
jelas.Pas
al 81
Cu
kup
jelas.Pas
al 82
Cu
kup
jelas.Pas
al 83
c Pasal 87 . . .
c
Cu
kup
jelas.Pas
al 84
Cu
kup
jelas.Pas
al 85
Ayat (1)
Cu
kup
jelas.A
yat (2)
Cu
kup
jelas.A
yat (3)
Cu
kup
jelas.A
yat (4)
Peraturan Menteri paling sedikit memuat biaya penyesuaian
yang
dibebankan sebagai biaya
penjualan.Pasal 86
Cukup jelas.
c
c - 22 -
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Ayat (1)
Yang climaksucl pengolahan clalam ketentuan ini
antara lainmeliputi:
a.c penggerusan batubara (
c
r ;
c pencucian batubara (
c rc
c
Cukup jelas.Ayat (2) .. .
c
g.c gasifikasi batubara (
cr
).
c
cc.
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)
Cukup jelas.
Pasal 95
Ayat (1)
c
c - 24 -
Ayat (2)
Peningkatan nilai tambah dalam ketentuan ini
dilakukan dalamrangka meningkatkan dan
mengoptimalkan nilai tambang,tersedianya bahan
baku industri, penyerapan tenaga kerja,
danpeningkatan penerimaan negara.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "modal asing" adalah
modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing,badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badanhukum Indonesia
yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)
Cu
c
Cukup jelas.Ayat (9) .. .
c
kup
jelas.Ay
at (4)
Cu
kup
jelas.Ay
at (5)
Cu
kup
jelas.Ay
at (6)
Cu
kup
jelas.Ay
at (7)
Cu
kup
jelas.Ay
at (8)
c
c - 26 -
Ayat (9)
Cu
kup
jelas.Ay
at (10)
Cu
kup
jelas.Ay
at (11)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Ayat (1)
Cu
kup
jelas.Ay
at (2)
Yang dImaksud dengan kompensasI dalam ketentuan InI dapat
berupa sewa menyewa, jual belI, atau pInjam pakaI.
Pasal 101
Cu
kup
jelas.Pas
c Pasal 109 . . .
c
al 102
Cu
kup
jelas.Pas
al 103
Cu
kup
jelas.Pas
al 104
Cu
kup
jelas.Pas
al 105
Cu
kup
jelas.Pas
al 106
Cu
kup
jelas.Pas
al 107
Cu
kup
jelas.Pas
al 108
Cukup jelas.
c
c - 28 -
Pasal 109
Cukup
jelas.Pasal
110
Cukup
jelas.Pasal
111
Cukup
jelas.Pasal
112
Cukup
jelas.Pasal
113
Cukup
jelas.Pasal
114
Cukup
jelas.Pasal
115
Cukup jelas.