Anda di halaman 1dari 150

c-1-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2010

TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pertambangan, Mineral, Batubara, Pertambangan
Mineral,Pertambangan Batubara, Usaha Pertambangan, Izin
UsahaPertambangan yang selanjutnya disebut IUP, Badan
Usaha,Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya
disebutWIUP, Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang
selanjutnyadisebut IUP Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan
OperasiProduksi yang selanjutnya disebut IUP Operasi
Produksi,Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang
selanjutnyadisebut WUPK, Izin Usaha Pertambangan
Khusus yangselanjutnya disebut IUPK, Izin Usaha
Pertambangan KhususEksplorasi yang selanjutnya disebut

c
c
IUPK Eksplorasi, IzinUsaha Pertambangan Khusus Operasi
Produksi yangselanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi,
WilayahPertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut
WPR, IzinPertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut
IPR,Eksplorasi, dan Operasi Produksi adalah
sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
1.c Afiliasi adalah badan usaha yang mempunyai
kepemilikansaham langsung dengan pemegang IUP atau
IUPK.
2.c Badan Usaha Swasta Nasional adalah badan usaha,
baikyang berbadan hukum maupun yang bukan
berbadanhukum, yang kepemilikan sahamnya 100% (seratus
persen)dalam negeri.
3.c Badan usaha milik negara yang sel anjutnya disebut
BUMN,adalah BUMN yang bergerak di bidang pertambangan
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.c Badan usaha milik daerah yang selanjutnya disebut
BUMD,adalah BUMD yang bergerak di bidang pertambangan
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.c Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang -
seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskankegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagaig e r a k a n ekonomi ra k ya t yang
b e r d a s a r a t a s a s a skekeluargaan.
6.c Masyarakat adalah masyarakat yang berdomisili
disekitaroperasi pertambangan.
7.c Divestasi saham adalah jumlah saham asing yang

c
c
harusditawarkan untuk dijual kepada peserta Indonesia.

c
c-4-

9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


urusanp e m e ri n ta h a n di bida ng pe rta m b a n ga n mi n e ra l
da nbatubara.

Pasal 2

(1)c Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral


danbatubara ditujukan untuk melaksanakan kebijakan
dalammengutamakan penggunaan mineral dan/atau
batubarauntuk kepentingan dalam negeri.
(2)c Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
golongankomoditas tambang:
a.c mineral radioaktif meliputi radium, thorium,
uranium,monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya;
b.c mineral logam meliputi litium, berilium,
magnesium,kalium, kalsium, emas, tembaga, perak,
timbal, seng,timah, nikel, mangaan, platina, bismuth,
molibdenum,bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit,
vanadium,kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium,
galium,i ndiu m, yitri u m, mag ne tit, besi, galena,
alu mi n a,niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium,dysprosium, thorium, cesium, lanthanum,
niobium,neodymium, hafnium, scandium, aluminium,
palladium,rhodi u m, os miu m, ru th eniu m , iridiu m ,
s eleniu m,telluride, stronium, germanium, dan zenotin;
c.c mineral bukan logam meliputi intan, korundum,
grafit,arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom,

c
c
klor,belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit,yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit,
kaolin,feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang,
pirofilit,kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa,
perlit,garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;

d.c batuan . . .

c
c-6-
d.c batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian,
marmer,perlit, tanah diatome, tanah serap c c  ),
slate,granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,
basalt,trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,
opal,kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase,
kayuterkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunungquarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil
sungai,batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir
urug,pasir pasang, kerikil berpasir ala mi (sirtu),
bahantimbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat,
tanahmerah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan
pasiryang tidak mengandung unsur mineral logam atau
unsurmineral bukan logam dalam jumlah yang berarti
ditinjaudari segi ekonomi pertambangan; dan
e.c ba tu ba ra m elip u ti bitu m e n pa da t, ba tu a n
aspal,batubara, dan gambut.

(3 ) Peruba ha n a ta s pe n g g ol o n g a n k o m o d i ta s
ta m b a n g sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan olehMenteri.

Pasal 3

(1)c Usaha pertambangan dilakukan berdasarkan IUP, IPR,


atauIUPK.
(2)c IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diberikan dalam WIUP untuk IUP, WPR untuk IPR,
atauWIUPK untuk IUPK.
(3)c WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berada
dalamWUP yang ditetapkan oleh Menteri.

c Pasal 4 . . .
c
(4)c WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
olehbupati/walikota.
(5)c WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berada
dalamWUPK yang ditetapkan oleh Menteri.
(6)c WUP, WPR, atau WUPK sebagaimana dimaksud pada ayat(3),
ayat (4) dan ayat (5) berada dalam WP.
(7)c Ketentuan mengenai WP sebagaimana dima ksud pada ayat(6)
diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.

c
-5 -
Pasal 4

Untuk memperoleh IUP, IPR, dan IUPK sebagaimana


dimaksuddalam Pasal 3 ayat (1), pemohon harus memenuhi
persyaratanadministratif, teknis, lingkungan, dan finansial.

Pasal 5

Lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi pemberian IUP,


IPR,dan IUPK, kewajiban pemegang IUP, IPR, dan IUPK,
sertapengutamaan penggunaan mineral logam dan/atau
batubarauntuk kepentingan dalam neger i.

BAB II

IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 6

(1) IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau


bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya berdasarkan
permohonanyang diajukan oleh:
a.c badan usaha;
b.c koperasi; dan
c.c perseorangan.
(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
adapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD.
(3) Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
cdapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma,
atauperusahaan komanditer.
c Pasal 7 . . .
(4) IUP sebagaimana dimaksu d pada ayat (1) diberikan
setelahmendapatkan WIUP.
(5) Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau
beberapaIUP.

c
-6 -
Pasal 7

IUP diberikan melalui tahapan


a.c pemberian WIUP; dan

b.c pemberian IUP.

Bagian Kedua

Pemberian WIUP

Paragraf 1

Umum

Pasal 8

(1) Pemberian WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal


7huruf a terdiri atas:
a.c WIUP radioaktif;
b.c WIUP mineral logam;
c.c WIUP batubara;
d.c WIUP mineral bukan logam; dan/atau
e.c WIUP batuan.
(2) WIUP radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa
diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
(3) WIUP mineral logam dan batubara sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf b dan huruf c diperoleh
dengan caralelang.
(4) WIUP mineral bukan loga m dan batua n
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e
diperolehdengan cara mengajukan permohonan wilayah.
c (3) Dala m...
Pasal 9

(1)c Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau


beberapaWIUP.
(2)c Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat(1) hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP.

c
c-12-
(3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)merupakan badan usaha yang telah terbuka (r c

  ),dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.

Paragraf 2

Tata Cara Pemberian

WIUP Mineral Logam dan Batubara

Pasal 10

(1) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam


ataubatubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3),Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP
yanga k a n di lel a n g k e p a d a b a d a n u s a h a , k o p e ra s i,
a ta u perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga)bulan sebelum pelaksanaan lelang.
(2) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam
ataubatubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.c Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari gubernur dan bupati/walikota;
b.c gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari bupati/walikota.
(3) Gubernur atau bupati/walikota memberikan
rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktupaling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permintaanrekomendasi.

c c. bupati . . .
c
Pasal 11

(1) Dala m pelaksa naa n pelelang a n WI UP mi ne ral


loga mdan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10dibentuk panitia lelang oleh:
a.c Menteri, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada
dilintas provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12
(duabelas) mil dari garis pantai;
b.c gubernur, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada
dilintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi
dan/atauwilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12
(dua belas)mil dari garis pantai; dan

c
c-14-
c. bupati/walikota, untuk panitia pelelangan WIUP
yangberada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
dan/atauwilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari
garispantai.
(2) Panitia lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)yang ditetapkan oleh:
a.c Menteri, beranggotakan gasal dan paling sedikit 7
(tujuh)orang yang memiliki kompetensi di bidang
pertambanganmineral dan/atau batubara;
b.c gubernur, beranggotakan gasal dan paling sedikit 5
(lima)orang yang memiliki kompetensi di bidang
pertambanganmineral dan/atau batubara; dan
c.c bupati/walikota, beranggotakan gasal dan paling sedikit 5
(lima) orang yang memiliki kompetensi di
bidangpertambangan mineral dan/atau batubara.
(3) Dalam panitia lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)dapat mengikutsertakan unsur dari Pemerintah,
pemerintahprovinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

Pasal 12

Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral


loga mdan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11meliputi:
a.c menyiapkan lelang WIUP;
b.c menyiapkan dokumen lelang WIUP;
c. c menyusun jadwal lelang WIUP;
d. c mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP;

c Pasal 13 . . .
c
e.c melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2
(dua)kali, apabila peserta lelang WIUP hanya 1 (satu);
f.c menilai kualifikasi peserta lelang WIUP;
g. c melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
h. c melaksanakan lelang WIUP; dan
i.c membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang
danmengusulkan pemenang lelang WIUP.

c
-9-
Pasal 13

(1) Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUP


sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) harus
memenuhipersyaratan:
a.c administratif;
b.c teknis; dan
c.c finansial.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a untuk:
a. badan usaha, paling sedikit meliputi:
1.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2.c profil badan usaha;
3.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang; dan
4.c nomor pokok wajib pajak.
b. koperasi, paling sedikit meliputi:
1.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2.c profil koperasi;
3.c akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang
usahapertambangan yang telah disahkan oleh pejabat
yangberwenang; dan
4.c nomor pokok wajib pajak.
c. orang perseorangan paling sedikit meliputi:
1.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2.c kartu tanda penduduk; dan
3.c nomor pokok wajib pajak.
d. perusahaan firma dan perusahaan komanditer

c (3) Persyaratan...
palingsedikit meliputi:
1.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2.c profil perusahaan;
3.c akte pendirian perusahaan yang bergerak di
bidangusaha pertambangan; dan
4.c nomor pokok wajib pajak.

c
c- 18 -
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf b paling sedikit meliputi:
a.c pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan
dibidang pertambangan mineral atau batubara
palingsedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru
harusmendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra
kerja,atau afiliasinya yang bergerak di bidang
pertambangan;
b.c mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga
ahlidalam bidang pertambangan dan/atau geologi
yangberpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c.c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan
4(empat) tahun eksplorasi.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf c meliputi:
a. c laporan keuangan tahun terakhir yang sudah
diauditakuntan publik;
b. c menempatkan jaminan kesun gguhan lelang
dalambentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data
informasiatau dari total biaya pengganti investasi untuk
lelangWIUP yang telah berakhir; dan
c. c pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP
dalamjangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja,
setelahpengumuman pemenang lelang.

Pasal 14

(1) Prosedur lelang meliputi tahap:


a.c pengumuman prakualifikasi;
c l. pembukaan .. .
c
b.c pengambilan dokumen prakualifikasi;
c.c pemasukan dokumen prakualifikasi;
d.c evaluasi prakualifikasi;
e.c k l a r i f i k a s i d a n k o n f i r m a s i t e r h a d a p
d o k u m e n prakualifikasi;
f.c penetapan hasil prakualifikasi;
g.c pengumuman hasil prakualifikasi;
h.c undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi;
i.c pengambilan dokumen lelang;
j. c penjelasan lelang;
k.c pemasukan penawaran harga;

c
c- 20 -
l.c pembukaan sampul;
m. cpenetapan peringkat;
n.c p e n e ta p a n / p e n g u m u m a n peme na ng l el a n g
yang d i l a k u k a n b e rd a s a rk a n p e n a w a ra n harg a
d a n pertimbangan teknis; dan
o.c memberi kesempatan adanya sanggahan atas
keputusanlelang.
(2) Penjelasan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufj
wajib dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada
pesertap e l e l a n g a n W I U P y a n g l u l u s p r a k u a l i f i k a s i
u n t u k menjelaskan data teknis berupa:
a.c lokasi;
b.c koordinat;
c.c jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara;
d. c ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan;
e.c ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada; dan
f. c status lahan.

Pasal 15

(1)c Panitia lelang sesuai dengan kewenangannya yang


diberikanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
dapatmemberikan kesempatan kepada peserta pelelangan
WIUPyang lulus prakualifikasi untuk melakukan
kunjunganlapangan dalam jangka waktu yang disesuaikan
denganjarak lokasi yang akan dilelang setelah
mendapatkanpenjelasan lelang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14ayat (1) huruf j.
(2)c Dalam hal peserta pelelangan WIUP yang akan
melakukankunjungan lapangan mengikutsertakan warga
c (2) Hasil .. .
c
negara asingwajib memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan.
(3)c Biaya yang diperlukan untuk melakuka n
kunju nganlapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2)dibebankan kepada peserta pelelangan WIUP.

Pasal 16

(1) Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan dalam


jangkawaktu paling lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja
sejakpemasukan penawaran harga sebagaimana dimaksud
dalamPasal 14 ayat (1) huruf k.

c
c- 22 -
(2) Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh
panitialelang kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya untuk
ditetapkan pemenanglelang WIUP.
Pasal 17

(1)c Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai


dengankewenangannya berdasarkan usulan panitia
lelangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
menetapkanpemenang lelang WIUP mineral logam dan/atau
batubara.
(2)c Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya memberitahukan secara tertulis
penetapanpemenang lelang WIUP mineral logam dan/atau
batubarakepada pemenang lelang.
Pasal 18
(1)c Apabila peserta lelang yang memasukan penawaran
hargasebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf
khanya terdapat 1 (satu) peserta lelang, dilakukan
pelelanganulang.
(2)c Dalam hal peserta lelang ulang sebagaimana dimaksud
padaayat (1) tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan
sebagaipemenang dengan ketentuan harga penawaran harus
samaata u lebih tinggi dari ha rga dasar lelang yang
tela hditetapkan.
Pasal 19

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara lelang WIUP


diaturdengan Peraturan Menteri.

c a. Menteri .. .
c
Paragraf 3
Tata Cara Pemberian
WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 20

(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan loga m


ataubatuan, badan usaha, koperasi, atau
perseoranganmengajukan permohonan wilayah sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 8 ayat (4) kepada:

c
c- 24 -
a.c Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada
lintaswilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12
(duabelas) mil dari garis pantai;
b.c gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada
lintaswila ya h ka b u p a te n / k o ta d ala m 1 (sa tu )
p ro vi n si dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai
dengan 12(dua belas) mil; dan
c.c bupati/walikota, untuk permohonan WIUP yang berada
didalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau
wilayahlaut sampai dengan 4 (empat) mil.
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam
ataubatuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.c Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari gubernur dan bupati/walikota;
b.c gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih
dahuludari bupati/walikota.
(3) Gubernur atau bupati/walikota memberikan
rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktupaling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
permintaanrekomendasi.

Pasal 21

(1)c Permohonan WIUP mineral bukan logam dan/atau


batuanyang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan
koordinatgeografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan
sisteminformasi geografi yang berlaku secara nasional
dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan
peta,memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan
WIUP.
c Bagian Ketiga . . .
c
(2)c Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
denganke we nanga n nya dala m jan gka waktu palin g
lama 10(sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan
wajibmemberikan keputusan menerima atau menolak
ataspermohonan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)c Keputusan menerima sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)disampaikan kepada pemohon WIUP dise rtai
denganpenyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat
WIUP.
(4)c Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon
WIUPdisertai dengan alasan penolakan.

c
- 14 -
Bagian Ketiga

Pemberian IUP

Paragraf 1

Umum

Pasal 22

(1) IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b terdiri


atas:
a. c IUP Eksplorasi; dan
b. c IUP Operasi Produksi.
(2) IUP Eksplorasi terdiri atas:
a.c mineral logam;
b.c batubara;
c.c mineral bukan logam; dan/atau
d.c batuan.
(3) IUP Operasi Produksi terdiri atas:
a.c mineral logam;
b.c batubara;
c.c mineral bukan logam; dan/atau
d.c batuan.

Paragraf 2

Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi

Pasal 23

Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi


persyaratan:

c Pasal 24 . . .
a. c administratif;
b. c teknis;
c. c lingkungan; dan
d. c finansial.

c
- 15 -
Pasal 24

(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud


dalamPasal 23 huruf a untuk badan usaha meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan;
2. c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c profil badan usaha;
3.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5. c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6.c surat keterangan domisili.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
dalamPasal 23 huruf a untuk koperasi meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan;
2.c susunan pengurus; dan
3.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c profil koperasi;

c (3) Persyaratan...
3.c akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang
usahapertambangan yang telah disahkan oleh pejabat
yangberwenang;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan pengurus; dan
6.c surat keterangan domisili.

c
c - 30 -
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
dalamPasal 23 huruf a untuk orang perseorangan meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan; dan
2.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c kartu tanda penduduk;
3.c nomor pokok wajib pajak; dan
4.c surat keterangan domisili.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud
dalamPasal 23 huruf a untuk perusahaan firma dan
perusahaankomanditer meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
minerallogam dan batubara:
1.c surat permohonan;
2.c susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
3.c surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
mineralbukan logam dan batuan:
1.c surat permohonan;
2.c profil perusahaan;
c 1. daftar...
c
3.c akte pendirian perusahaan yang bergerak di
bidangusaha pertambangan;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
6.c surat keterangan domisili.

Pasal 25

Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23huruf b untuk:
a. IUP Eksplorasi, meliputi:

c
c - 32 -
1.c daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga
ahlipertambangan dan/atau geologi yang
berpengalamanpaling sedikit 3 (tiga) tahun;
2.c peta WIUP yang dilengkapi dengan batas
koordinatgeografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuansistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional.
b. IUP Operasi Produksi, meliputi:
1.c peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat
geografislintang dan bujur sesuai dengan ketentua n
sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
2.c laporan lengkap eksplorasi;
3.c laporan studi kelayakan;
4.c rencana reklamasi dan pascatambang;
5.c rencana kerja dan anggaran biaya;
6.c rencana pembangunan sarana dan prasarana
penunjangkegiatan operasi produksi; dan
7.c tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologiyang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

Pasal 26

Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23huruf c meliputi:
a.c untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk
mematuhiketentuan peraturan perundang-undangan di
bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
b.c untuk IUP Operasi Produksi meliputi:
1. cpernyataan kesanggupan untuk mematuhi
c 2. bukti...
c
ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang
perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup; dan
2. cpersetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

(1) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam


Pasal23 huruf d untuk:
a. IUP Eksplorasi, meliputi:
1. bukti penempatan jaminan kesungguhan
pelaksanaankegiatan eksplorasi; dan

c
c - 34 -
2. bukti pe mbayaran harga nilai ko mpensasi
datainformasi hasil lelang WIUP mineral logam
ataubatubara sesuai dengan nilai penawaran lelang
ataubukti pembayaran biaya pencadangan wilayah
danpembayaran pencetakan peta WIUP mineral
bukanlogam atau batuan atas permohonan wilayah.
b. IUP Operasi Produksi, meliputi:
1.c laporan keuangan tahun terakhir yang telah
diauditoleh akuntan publik;
2.c bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun
terakhir;dan
3.c bukti pembayaran pengganti investasi sesuai
dengannilai penawaran lelang bagi pemenang lelang
WIUPyang telah berakhir.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan
kesungguhandiatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 3

IUP Eksplorasi

Pasal 28

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat


(1)huruf a diberikan oleh:
a. c Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas
wilayahprovinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua
belas) mildari garis pantai;
b. c g u b e r n u r , untuk WIUP yang bera d a dala m

c (2) I UP...
c
l i n t a s kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau
wilayahlaut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas)
mil darigaris pantai; dan
c. c bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1
(satu)wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut
sampaidengan 4 (empat) mil dari garis pantai.
Pasal 29

(1) IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


28diberikan berdasarkan permohonan dari badan
usaha,koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan
WIUPdan memenuhi persyaratan.

c
c - 36 -
(2) IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan
um u m,eksplorasi, dan studi kelayakan.

Pasal 30

(1) c Pemenang lelang WIUP mineral logam atau


batubaras e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l 1 7
h a r u s menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada
Menteri,gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5
(lima)hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang
lelangWIUP.
(2) c Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajibmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal23.
(3)c Apabila pemenang lelang WIUP sebagaimana dimaksud
padaayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja
tidakmenyampaikan permohonan IUP, dianggap
mengundurkandiri dan uang jaminan kesungguhan lelang
menjadi milikPemerintah atau milik pemerintah daerah.
(4)c Dalam hal pemenang lelang WIUP sebagaimana
dimaksudpada ayat (3) telah dianggap mengundurkan
diri, WIUPditawarkan kepada peserta lelang urutan
berikutnya secaraberjenjang dengan syarat nilai harga
kompensasi datainform asi sa ma denga n ha rga yang
dita wa rka n olehpemenang pertama.
(5)c Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya melakukan lelang ulang WIUP

c (2) Gubernur .. .
c
apabilapeserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidakada yang berminat.

Pasal 31

(1) Menteri menyampaikan penerbitan peta WIUP


mineralbukan logam dan/atau batuan yang diajukan oleh
badanusaha, koperasi, atau perseorangan sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 21 ayat (3) kepada gubernur da n
bupati/walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam
rangkapenerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam
dan/ataubatuan.

c
c -38-
(2) c Gubernur menyampaikan penerbitan peta WIUP
mineralbukan logam dan/atau batuan yang diajukan oleh
badanusaha, koperasi, atau perseorangan kepada
bupati/walikotauntuk mendapatkan rekomendasi dalam
rangka penerbitanIUP Eksplorasi mineral bukan logam
dan/atau batuan.
(3) c Gubernur atau bupati/walikota memberikan
rekomendasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dalamj a n g ka wa k tu pali n g la m a 5 (li m a) ha ri
ke rj a seja k diterimanya tanda bukti penyampaian peta
WIUP mineralbukan logam dan/atau batuan.

Pasal 32

(1) c Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang


telahmendapatkan peta WIUP beserta batas dan
koordinatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dalam
jangka waktupaling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
penerbitan petaWIUP mineral bukan logam dan/atau
batuan harusmenyampaikan permohonan IUP Eksplorasi
kepada Menteri,gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) c Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajibmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal23.
(3) c Apabila badan usaha, koperasi, atau
perseorangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu 5(lima) hari kerja tidak menyampaikan
permohonan IUP,dianggap mengun durkan diri dan
uang pencadanganwilayah menjadi milik Pemerintah
c Paragraf 4 . . .
c
atau milik pemerintahdaerah.
(4) c Dalam hal badan usaha, koperasi, atau
perseorangansebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah
dianggapmengundurkan diri maka WIUP menjadi wilayah
terbuka.

Pasal 33
Pemegang IUP Eksplorasi dapat mengajuka n
permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
menunjangusaha kegiatan pertambangannya.

c
c - 40 -
Paragraf 4

IUP Operasi Produksi

Pasal 34

(1) c IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal22 ayat (1) huruf b diberikan kepada badan usaha,
koperasi,dan perseorangan sebagai peningkatan dari
kegiataneksplorasi.
(2) c Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh
IUPOperasi Produksi sebagai peningkatan dengan
mengajukanpermohonan dan memenuhi persyaratan
peningkatanoperasi produksi.
(3) c IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan
konstruksi,p e n a m b a n g a n , pengolahan da n
p e m u r n i a n , s e r t apengangkutan dan penjualan.
(4) c IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan
perseoranganyang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalamPasal 23.
Pasal 35

(1) IUP Operasi Produksi diberikan oleh:


a.c bupati/walikota, apabila lokasi penambangan,
lokasipengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada didalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota atau
wilayah lautsampai dengan 4 (empat) mil dari garis
pantai;
c (2) Dalam . . .
c
b.c g u b e r n u r , apabila lokasi pena mbangan,
l o k a s i pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada didalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda
dalam 1(satu) provinsi atau wilayah laut sampai dengan
12 (duab e l a s ) m i l d a r i g a r i s p a n t a i s e t e l a h
m e n d a p a trekomendasi dari bupati/walikota; atau
c.c Menteri, apabila lokasi penambangan, lokasi
pengolahandan pemurnian, serta pelabuhan berada di
dalam wilayahprovinsi yang berbeda atau wil ayah laut
lebih dari 12(dua belas) mil dari garis pantai setelah
mendapatrekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota
setempatsesuai dengan kewenangannya.

c
c -42-
(2) Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan
danpemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah
yangberbeda serta kepemilikannya juga berbeda maka
IUPOperasi Produksi masing-masing diberikan oleh
Menteri,g u b e r n u r , a t a u b u p a t i / w a l i k o t a s e s u a i
d e n g a n kewenangannya.
Pasal 36
Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak
melakukankegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau
pengolahan danpemurnian, kegiatan pengangkutan dan
penjualan dan/ataupengolahan dan pemurnian dapat
dilakukan oleh pihak lainyang memiliki:
a. c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan
danpenjualan;
b. c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
danpemurnian; dan/atau
c. c IUP Operasi Produksi.
Pasal 37
(1) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud
dalamPasal 36 huruf a diberikan oleh:
a.c Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan
penjualandilakukan lintas provinsi dan negara;
b.c gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan
penjualandilakukan lintas kabupaten/kota; atau
c.c bupati/walikota apabila kegiatan pengangkutan
danpenjualan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
(2) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud
dalamPasal 36 huruf b diberikan oleh:
a.c Menteri, apabila komoditas tambang yang akan
c
c
diolahberasal dari provinsi lain dan/atau lokasi
kegiatanpengolahan dan pemurnian berada pada lintas
provinsi;
b.c gubernur, apabila komoditas tambang yang akan
diolahberasal dari beberapa kabupaten/kota dalam 1
(satu)provinsi dan/atau lokasi kegiatan pengolahan
danpemurnian berada pada lintas kabupaten/kota; atau
c.c bupati/walikota, apabila komoditas tambang yang
akandiolah berasal dari 1 (satu) kabupaten/kota
dan/ataulokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian
berada pada 1(satu) kabupaten/kota.
(3) Dala m hal ko mo ditas ta mb a ng yang aka n
d i o l a h sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari
impor, IUPOperasi Produksi khusus untuk pengolahan d an
pemurniandiberikan oleh Menteri.

Pasal 38 . . .

c (2) Pembuatan .. .
- 23 -
Pasal 38
Dalam hal berdasarkan hasil dokumen lingkungan hidup
yangtelah disahkan oleh instansi yang berwenang
berdampaklingkungan pada:
a.c 1 (satu) kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan
olehbupati/walikota berdasarkan rekomendasi dari Menteri
dangubernur;
b.c lintas kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan
olehgubernur berdasarkan rekomendasi dari
bupati/walikota;atau
c.c lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh
Menteriberdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota dan
gubernur.
Pasal 39

Badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli mineral


logamata u batubara di Indonesia, harus me miliki IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan
penjualan dariMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya.
Pasal 40

Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan


permohonanwilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenanga nnya untuk
menunjangusaha kegiatan pertambangannya.
Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian


IUPOperasi Produksi khusus diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Pemasangan Tanda Batas
Pasal 42
c
(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya
IUPOperasi Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi
wajibmemberikan tanda batas wilayah dengan memasang
patokpada WIUP.

c (2) Pembuatan .. .
c -46-

(2) c Pembuatan tanda batas sebagaimana dimaksud pada


ayat(1) harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi
produksi.
(3) c Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada
WIUPOperasi Produksi, harus dilakukan perubahan tanda
bataswilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUP.

Pasal 43

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasangan


tandabatas WIUP diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima

Komoditas Tambang Lain Dalam WIUP

Pasal 44

(1)c Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas


tambanglainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan
dalamIUP, pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksimemperoleh keutamaan dalam mengusahakan
komoditastambang lainnya yang ditemukan.
(2)c D a l a m me ng usa haka n k o m o di ta s ta m b a n g
la i n n y asebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
membentukbadan usaha baru.
(3)c Apabila pemegang IUP Eksplor asi dan IUP Operasi
Produksit i d a k b e r m i n a t a t a s k o m o d i t a s t a m b a n g
l a i n n y asebagai ma na di m a k s u d pada a y a t ( 1) ,
c
c
k e s e m p a ta n pengusahaannya dapat diberikan kepada
pihak lain dandiselenggarakan dengan cara lelang atau
permohonan wilayah.
(4)c Pihak lain yang mendapatka n IUP berdasarkan lelang
ataupermohonan wilayah harus berkoordinasi dengan
pemegangIUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi pertama.
(5)c Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
IUPba ru ses u ai ko m o di tas ta m b a ng lai n diatu r
de ng a n Peraturan Menteri.

Bagian Keenam .. .

c (2) Pembuatan .. .
c -48-

Bagian Keenam

Perpanjangan IUP Operasi Produksi

Pasal 45

(1) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi


diajukankepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuaidengan kewenangannya paling cepat dalam jangka
waktu 2(dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6
(enam)bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.
(2) Permohonan p erp a nj a ng a n IUP O p era si
P r o d u k s i sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit harusdilengkapi:
a.c peta dan batas koordinat wilayah;
b.c bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3
(tiga)tahun terakhir;
c.c laporan akhir kegiatan operasi produksi;
d. c laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;
e.c rencana kerja dan anggaran biaya; dan
f.c neraca sumber daya dan cadangan.
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya dapat menolak permohonan
perpanjanganI UP Ope rasi Produksi apabila pe mega ng
IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang
IUP OperasiProduksi tidak menunjukkan kinerja operasi
produksi yangbaik.
c Pasal 46 . . .
c
(4) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harusdisampaikan kepada pemegang IUP Operasi Produksi
palinglambat sebelum berakhirnya IUP Operasi Produksi.
(5) Pemegang IUP Operasi Produksi hanya dapat
diberikanperpanjangan sebanyak 2 (dua) kali.
(6) Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah
memperolehperpanjangan IUP Operasi Produksi sebanyak 2
(dua) kali,harus mengembalikan WIUP Operasi Produksi
kepadaMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengank e w e n a n g a n n y a berdasa rka n ketentuan
p e ra t u r a n perundang-undangan.

c
c
- 26 -
Pasal 46

(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah


memperolehperpanjangan IUP Operasi Produksi sebanyak
2 (dua) kalisebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(6), dalamjangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka
waktu masaberlakunya IUP berakhir, harus
menyampaikan kepadaMenteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengankewenangannya mengenai
keberadaan potensi dan cadangan mineral atau batubara
pada WIUP-nya.
(2)c WIUP yang IUP-nya akan berakhir sebagaimana
dimaksudp a d a a y a t ( 1 ) s e p a n j a n g m a s i h b e r p o t e n s i
u n t u k diusahakan, WIUPnya dapat ditawarkan kembali
melaluimekanisme lelang atau permohonan wilayah sesuai
denganketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
(3) c Dalam pelaksanaan lelang WIUP sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) pemegang IUP sebelumnya
mendapat hakmenyamai .

BAB III

IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

Bagian Kesatu

Umum
Pasal 47

(1)c IPR diberikan oleh bupati/walikota berdasarkan


permohonan yang diajukan oleh penduduk setempat,
c (2) Untuk . . .
c -51-
baiko ra n g perseo ra n ga n m a up u n ke lo mpok
m asya ra katdan/atau koperasi.

(2) c IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh bupati/walikota.

(3) c Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau


beberapaIPR.

Bagian Kedua
Pemberian IPR
Pasal 48

(1) Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR


dapatdilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR.

c
c
(2) Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi:
a.c persyaratan administratif;
b.c persyaratan teknis; dan
c. c persyaratan finansial.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) huruf a untuk:
a. orang perseorangan, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c kartu tanda penduduk;
3. c komoditas tambang yang dimohon; dan
4. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
b. kelompok masyarakat, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c komoditas tambang yang dimohon; dan
3. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
c. koperasi setempat, paling sedikit meliputi:
1. c surat permohonan;
2. c nomor pokok wajib pajak;
3.c akte pendirian koperasi yang telah disahkan
olehpejabat yang berwenang;
4. c komoditas tambang yang dimohon; dan
5. c surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)huruf b berupa surat pernyataan yang memuat
palingsedikit mengenai :
c BAB IV . . .
c -53-
a. c sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh
lima)meter;
b. c menggunakan pompa mekanik, penggelundungan
ataupermesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25
(duapuluh lima)c c
 untuk 1 (satu) IPR; dan
c. c tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.
(5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)huruf c berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun
terakhirdan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat.

c
c
- 28 -

BAB IV

IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 49

(1)c IUPK diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan


yangdiajukan oleh BUMN, BUMD, atau badan usaha
swasta.
(2)c IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelahdiperoleh WIUPK yang telah ditetapkan oleh Menteri.
(3)c Dalam 1 (satu) WIUPK dapat terdiri atas 1 (satu)
ataubeberapa IUPK.
(4)c Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapatdiberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon
merupakanbadan usaha yang telah terbuka dapat diberikan
lebih dari 1(satu) WIUPK.
(5)c Keten tuan mengenai pene tapan W UP K
sebagai manadimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintahtersendiri.
Pasal 50
IUPK diberikan melalui tahapan
a. c pemberian WIUPK; dan

c (2) WIUPK...
c -55-
b. c pemberian IUPK.

Bagian Kedua
Pemberian WIUPK
Paragraf 1

Umum
Pasal 51

(1) Pemberian WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal


50h u ruf a te rdiri atas WI UP K mi ne ral loga m
da n/a ta ubatubara.

c
c -56-
(2)c WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan
usahaswasta oleh Menteri.
(3)c Menteri dalam memberikan WIUPK sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) harus terlebih dahulu menawarkan
kepadaBUMN atau BUMD dengan cara prioritas.
(4)c Dalam hal peminat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK
diberikankepada BUMN atau BUMD dengan membayar
biayakompensasi data informasi.
(5)c Dalam hal peminat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)lebih dari 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK
diberikandengan cara lelang c
(6)c Pemenang lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(5)dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi
datainformasi sesuai dengan nilai lelang. c
Pasal 52 c
(1) c Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang
berminat,WIUPK ditawarkan kepada badan usaha
swasta yangbergerak dalam bidang pertambangan mineral
atau batubaradengan cara lelang.
(2) c Pemenang lelang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dikenai kewajiban me mbayar biaya kompensasi
datainformasi sesuai dengan nilai lelang.
Paragraf 2

Tata Cara Pemberian Prioritas WIUPK

Mineral Logam dan Batubara

c Paragraf 3 . . .
c
Pasal 53

(1) c BUMN dan BUMD yang telah mendapatkan WIUPK


wajibmengajukan permohonan IUPK mineral logam atau
batubarakepada Menteri.
(2) c Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerjasejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud
padaayat (1), Menteri memberikan IUPK kepada BUMN
atauBUMD setelah memenuhi persyaratan.

c
c - 58 -
Paragraf 3

Tata Cara Lelang

WIUPK Mineral Logam dan Batubara

Pasal 54

(1)c Sebelum dilakukan pelelangan WIUPK mineral logam


ataubatubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan
Pasal52, Menteri mengumumkan secara terbuka WIUPK
yangakan dilelang dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga)bulan sebelum pelaksanaan lelang.
(2)c Dalam pelaksanaan pelelangan WIUP K
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri membentuk
panitia lelangWIUPK mineral logam atau batubara.
(3)c Anggota panitia lelang WIUPK sebagaimana dimaksud
padaayat (2) berjumlah gasal yang memiliki kompetensi di
bidangpertambangan mineral atau batubara.
Pasal 55

Tugas dan wewenang panitia lelang WIUPK mineral logam


danbatubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 meliputi:
a. c penyiapan lelang WIUPK;
b.c penyiapan dokumen lelang WIUPK;
c. c penyusunan jadwal lelang WIUPK;
d. c pengumuman waktu pelaksanaan lelang WIUPK;
e.c pelaksanaan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua)
kali,apabila peserta lelang WIUPK hanya 1 (satu);
c a. administratif .. .
c
f.c penilaian kualifikasi peserta lelang WIUPK;
g. c melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
h. c pelaksanaan lelang WIUPK; dan
i.c pembuatan berita acara hasil pelaksanaan lelang
danmengusulkan pemenang lelang WIU PK.
Pasal 56
(1) Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUPK
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 51 ayat (5) dan Pasal
52 ayat (1)harus memenuhi persyaratan:

c
c -60-
a.c administratif;
b.c teknis; dan
c.c finansial.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a meliputi:
a.c mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
b. c profil badan usaha;
c.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang; dan
d. c nomor pokok wajib pajak.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf b meliputi:
a. c pengalaman badan usaha di bidang
pertambanganmineral atau batubara paling sedikit 3
(tiga) tahun, ataubagi perusahaan baru harus mendapat
dukungan dariperusahaan induk, mitra kerja, atau
afiliasinya yangbergerak di bidang pertambangan;
b. c mempunyai paling sedikit 1 (satu) tenaga ahli
dalamb i d a n g p e r t a m b a n g a n d a n / a t a u g e o l o g i
y a n g berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
c. c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1
(satu)tahun.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf c meliputi:

c Pasal 57 . . .
c
a.c laporan keuangan tahun terakhir yang sudah
diauditakuntan publik;
b.c menempatkan jaminan kesungguhan lelang
dalambentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data
informasiatau total biaya pengganti investasi untuk lelang
WIUPKyang telah berakhir; dan
c.c pernyataan bersedia membayar nilai sesuai
suratpenawaran lelang dalam jangka waktu paling
lambat 5(lima) hari kerja setelah pengumuman
pemenang lelang.

c
c - 62 -
Pasal 57

(1) Prosedur lelang meliputi tahap:


a.c pengumuman prakualifikasi;
b.c pengambilan dokumen prakualifikasi;
c.c pemasukan dokumen prakualifikasi;
d.c evaluasi prakualifikasi;
e.c k l a r i f i k a s i d a n k o n f i r m a s i t e r h a d a p
d o k u m e n prakualifikasi;
f.c penetapan hasil prakualifikasi;
g.c pengumuman hasil prakualifikasi;
h.c undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi;
i.c pengambilan dokumen lelang;
j. c penjelasan lelang;
k.c pemasukan penawaran harga;
l.c pembukaan sampul;
m. cpenetapan peringkat;
n.c p e n e ta p a n / p e n g u m u m a n peme na ng l el a n g
yang d i l a k u k a n b e rd a s a rk a n p e n a w a ra n h a rg a
d a n pertimbangan teknis; dan
o.c memberi kesempatan adanya sanggahan atas
keputusanlelang.
(2) Penjelasan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hurufj wajib dilakukan oleh panitia lelang WIUPK kepada
pesertap e l el a n g a n W I UP K y a n g l u l u s p ra k u a li fi k a si
u n t u kmenjelaskan data teknis berupa:
a.c lokasi;
b.c koordinat;
c.c jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara;
d. c ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan;
e.c ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada; dan
f. c status lahan.

c
c
Pasal 58 . . .

c
- 33 -
Pasal 58

(1) c Panitia lelang sesuai dengan kewenangan yang


diberikanoleh Menteri dapat memberikan kesempatan
kepada pesertapelela n ga n W I UP K ya n g l ul u s
prak u alifikasi u n tu kmelakukan kunjungan lapangan
dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan jarak lokasi
yang akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 57 ayat (1) huruf j.
(2) c Dalam hal peserta pelelangan WIUPK yang akan
melakukankunjungan lapangan mengikutsertakan warga
negara asingwajib memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan.
(3) c Biaya yang diperlukan untuk melakuka n
kunjunganlapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2)dibebankan kepada peserta pelelangan WIUPK.

Pasal 59

(1)c Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan dalam


jangkawaktu paling lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja
sejakpemasukan penawaran harga sebagaimana dimaksud
dalamPasal 57 ayat (1) huruf k.
(2)c Hasil pelaksanaan lelang WIUPK dilaporkan oleh
panitialelang kepada Menteri untuk ditetapkan pemenang
lelangWIUPK.
Pasal 60

(1) c Menteri berdasarkan usulan panitia lelang


sebagaimanadimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)
menetapkan pemenanglelang WIUPK mineral logam
dan/atau batubara.
(2) c M e nte ri me mbe rita h uka n secara tertulis
penetapa npemenang lelang WIUPK mineral logam
dan/atau batubarakepada pemenang lelang.

c Bagian Ketiga . . .
Pasal 61

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara lelang WIUPK


diaturdengan Peraturan Menteri.

c
c - 66 -
Bagian Ketiga

Pemberian IUPK

Paragraf 1

Umum
Pasal 62

(1) c IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD,


ataubadan usaha swasta setelah mendapatkan WIUPK.
(2) c IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.c IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau
batubara;dan
b.c IUPK Operasi Produksi terdiri atas mineral logam
ataubatubara.
Paragraf 2

Persyaratan IUPK Eksplorasi dan

IUPK Operasi Produksi

Pasal 63

Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi


Produksisebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 harus
memenuhi:
a. c persyaratan administratif;
b.c persyaratan teknis;
c 3. akte . . .
c
c. c persyaratan lingkungan; dan
d.c persyaratan finansial.

Pasal 64

(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud


dalamPasal 63 huruf a meliputi:
a. untuk IUP K Eksplorasi dan IUP K Operasi
Produksi mineral logam dan batubara yang diajukan
BUMN atauBUMD yang diberikan berdasarkan prioritas:
1.c surat permohonan;
2. c profil badan usaha;

c
c -68-
3.c akte pendirian badan usaha yang bergerak di
bidangusaha pertambangan yang telah disahkan oleh
pejabatyang berwenang;
4.c nomor pokok wajib pajak;
5.c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6.c surat keterangan domisili.
b. untuk IUP K Eksplorasi dan I UP K Operasi
Produksi m i n e ra l lo g a m da n b a tu b a ra yang
di aj u k a n ol e hpemenang lelang WIUPK:
1.c surat permohonan;
2. c susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3.c surat keterangan domisili.
(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63huruf b meliputi:
a.c pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta
dibidang pertambangan mineral atau batubara
palingsedikit 3 (tiga) tahun;
b.c mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga
ahlidalam bidang pertambangan dan/atau geologi
yangberpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c.c rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1
(satu)tahun.
(3) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal63 huruf c meliputi:
a. c u ntuk IUP Eksplorasi melipu ti pernyataan
u ntukmematuhi ketentuan peraturan perundang -
c 1. bukti . . .
c
undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
b. c untuk IUP Operasi Produksi meliputi:
1.c pernyataan kesanggupan untuk mematuhi
ketentuanperaturan perundang-
undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
2.c persetujuan dokumen lingkungan hidup
sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63huruf d meliputi:
a. IUPK Eksplorasi, meliputi:

c
c -70-
1.c bukti penempatan jaminan kesungguhan
pelaksanaankegiatan eksplorasi; dan
2.c bukti pe mbayaran harga nilai ko mp ensasi
datainformasi atau sesuai dengan surat penawaran.
b. IUPK Operasi Produksi, meliputi:
1. c laporan keuangan tahun terakhir yang telah
diauditoleh akuntan publik; dan
2. c bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun
terakhir.Paragraf 3

Tata Cara Penerbitan IUPK

Eksplorasi Mineral Logam dan Batubara

Pasal 65

(1) c BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK


berdasarkanprioritas atau pemenang lelang WIUPK mineral
logam ataubatubara, harus menyampaikan permohonan IUPK
Eksplorasikepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat
5 (lima)hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang
lelangWIUPK.
(2) c Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajibmemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal63.
(3) c A p a b i l a BUM N atau BUMD yang d ib eri ka n
W I U P K berdasarkan prioritas atau pemenang lelang
WIUPKsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka
waktu 5(lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan
c Pasal 66 . . .
c
IUPK,dianggap mengundurkan diri.
(4) c Dalam hal pemenang lelang WIUPK sebagaimana
dimaksudpada ayat (3) telah dianggap mengundurkan diri,
WIUPKditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya
secaraberjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi
datai n fo r m a si sa m a de n g a n h a rg a ya n g dita wa rk a n
ole h pemenang pertama.
(5) c Menteri melakukan lelang ulang WIUPK apabila peserta
lelangsebagai ma na di maks ud pada ayat (4) tidak ada
yangberminat.

c
- 37 -
Pasal 66

Pe megang IUP K Eksplorasi atau pemegang IUP K


Operasi Produksi, dapat mengajukan permohonan wilayah di luar
WIUPKk e p a d a Me nte ri untuk menunjang usaha
k e g i a t a n pertambangannya.
Paragraf 4

Tata Cara Penerbitan

IUPK Operasi Produksi Mineral Logam dan Batubara

Pasal 67

(1) c IUPK Operasi Produksi diberikan kepada BUMN,


BUMD,atau badan usaha swasta sebagai peningkatan dari
kegiataneksplorasi.
(2) c Pemegang IUPK Eksplorasi dijamin untuk memperoleh
IUPKOperasi Produksi sebagai peningkatan dengan
mengajukanpermohonan dan memenuhi persyaratan
peningkatanoperasi produksi.
(3) c IUPK Operasi Produksi diberikan oleh Menteri.
(4) c IUPK Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,
pengolahandan pemurnian, serta pengangkutan dan
penjualan.
(5) c IUPK Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha
swastasebagai peningkatan dari IUPK Eksplorasi yang
memenuhipersyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63.
(6) c WIUPK yang telah mempunyai data lengkap mel iputi
dataeksplorasi, studi kelayakan dan dokumen lingkungan
hidupyang telah disetujui oleh instansi yang berwenang
c Bagian Keempat .. .
dapatdiberikan IUPK Operasi Produksi kepada BUMN atau
BUMDdengan cara prioritas atau pemenang lelang.

Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
IUPKOperasi Produksi diatur dengan Peraturan Menteri.

c
c
- 38 -
Bagian Keempat

Pemasangan Tanda Batas

Pasal 69

(1) c Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak


diperolehnyaIUPK Operasi Produksi, pemegang IUPK
Operasi Produksiwajib memberikan tanda batas wilayah
dengan memasangpatok pada WIUPK.
(2) c Pembuatan tanda batas sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi
produksi.
(3) c Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada
WIUPKOperasi Produksi, harus dilakukan perubahan tanda
bataswilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUPK.

Pasal 70

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasangan


tandabatas WIUPK diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima

Komoditas Tambang Lain Dalam WIUPK

Pasal 71

(1) c Dalam hal pada lokasi WIUP K ditem uka n


ko moditasta m ba ng lai n nya yang b uka n asosiasi
mi ne ral yang diberikan dalam IUPK, pemegang IUPK
Eksplorasi dan IUPKO p e r a s i P r o d u k s i m e m p e r o l e h
c Bagian Keenam .. .
c -75-
k e u t a m a a n d a l a m mengusahakan komoditas tambang
lainnya yang ditemukan.
(2) c Da la m mengusahakan k o m o di ta s ta m b a n g
lai n n y asebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
membentukbadan usaha baru.
(3) c Apabila pemegang IUPK Eksplorasi dan IUP K
OperasiProduksi tidak berminat atas komoditas tambang
lainnyase ba gai m a n a di m a k s u d pa da a ya t (1) ,
kes e m p a ta n pengusahaannya dapat diberikan kepada
pihak lain dandiselenggarakan dengan cara prioritas atau
lelang.
(4) c Pihak lain yang mendapatkan IUPK berdasarkan
prioritasatau lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harusberkoordinasi dengan pemegang IUPK Eksplorasi dan
IUPKOperasi Produksi pertama.

c
c

Bagian Keenam

Perpanjangan IUPK Operasi Produksi

Pasal 72

(1) Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi


diajukankepada Menteri paling cepat dalam jangka waktu
2 (dua)tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6
(enam)bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUPK.
( 2) Pe rmo ho na n p e rp a n j a n g a n I UP K O p e ra s i
P ro d u k s isebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit harusdilengkapi:
a.c peta dan batas koordinat wilayah;
b.c bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3
(tiga)tahun terakhir;
c.c laporan akhir kegiatan operasi produksi;
d. c laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;
e.c rencana kerja dan anggaran biaya; dan
f.c neraca sumber daya dan cadangan.
(3) Menteri dapat menolak permohonan perpanjangan
IUPKOperasi Produksi apabila pemegang IUPK Operasi
Produksibe rdasa rka n hasil evaluasi , pe meg a ng I UP K
Ope rasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi
produksi yangbaik.

c Pasal 73 . . .
c -77-
(4) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harusdisampaikan kepada pemegang IUPK Operasi
Produksipaling lambat sebelum berakhirnya IUPK Operasi
Produksi.
(5) Pemegang IUPK Operasi Produksi hanya dapat
diberikanperpanjangan sebanyak 2 (dua) kali.
(6) Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah
memperolehperpanjangan IUPK Operasi Produksi sebanyak
2 (dua) kali,wajib mengembalikan WIUPK Operasi
Produksi kepadaMenteri berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan.

c
c
- 40 -
Pasal 73

(1)c Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah


memperolehperpanjangan IUP Operasi Produksi sebanyak
2 (dua) kalisebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
(6), dalamjangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka
waktu masaberlakunya IUPK berakhir, wajib
menyampaikan kepada Menteri mengenai keberadaan
potensi dan cadangan mineral logam atau batubara pada
WIUPK-nya.
(2)c W I UP K yang I UP K - n y a a ka n be ra k h i r
seb a gai m a n a dimaksud pada ayat (1) sepanjang masih
berpotensi untukdiusahakan, Menteri dapat menetapkan
kembali WIUPK-nyauntuk ditawarkan kembali dengan cara
prioritas atau lelang.
(3)c Dalam pelaksanaan lelang WIUPK sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) pemegang IUPK sebelumnya
mendapat hakmenyamai .

BAB V

PENCIUTAN WILAYAH IZIN USAHA


PERTAMBANGANDAN WILAYAH IZIN USAHA
PERTAMBANGAN KHUSUSPasal 74

(1)c Pe megang IUP sewaktu-waktu dapa t


m e n g a j u k a n permohonan kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
untuk menciutkansebagian atau mengembalikan seluruh
WIUP.
( 2 ) c Pe m eg a n g I UP K se wa k tu - wa k tu d a pa t
m e n g aj u k a npermohonan kepada Menteri untuk
menciutkan sebagianatau mengembalikan seluruh WIUPK.
( 3 ) c Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan
penciutanata u penge m balian WI UP ata u WI UP K
sebagaima na dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus

c
c -79-
menyerahkan:
a.c laporan, data dan informasi penciutan atau
pengembalianyang berisikan semua penemuan teknis dan
geologis yangdiperoleh pada wilayah yang akan diciutkan
dan alasanpenciutan atau pengembalian serta data
lapangan hasilkegiatan;
b.c peta wilayah penciutan atau pengembalian
besertakoordinatnya;
c.c bukti pembayaran kewajiban keuangan;
d.c laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir; dan
e.c laporan .. .

c
c -80-
e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah
yang diciutkan atau dilepaskan.
Pasal 75

(1) Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi


mempunyaikewajiban untuk melepaskan WIUP atau
WIUPK denganketentuan:
a. untuk IUP mineral logam atau IUPK mineral logam:
1.c pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 50.000 (lima puluh
ribu)hektare; dan
2.c pada tahun kedelapan atau pada akhir IUP
Eksplorasiatau IUPK Eksplorasi saat peningkatan
menjadi IUPOperasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi wilayahyang dipertahankan paling banyak
25.000 (dua puluhlima ribu) hektare.
b. untuk IUP batubara atau IUPK batubara:
1.c pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh
limaribu) hektare; dan
2.c pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP
Eksplorasiatau IUPK Eksplorasi saat peningkatan
menjadi IUPOperasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi wilayahyang dipertahankan paling banyak
15.000 (lima belasribu) hektare.
c. untuk IUP mineral bukan logam:
1. c pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 12.500 (dua
belas ribulima ratus) hektare; dan
2. c pada tahun ketiga atau pada akhir IUP
Eksplorasisaat peningkatan menjadi IUP Operasi
Produksiwilayah yang dipertahankan paling banyak
5.000 (limaribu) hektare.
d. untuk IUP mineral bukan logam jenis tertentu:

c
c
1. pada tahun ketiga wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas
ribulima ratus) hektare; dan
2. pada...

c
c -82-
2. pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP
Eksplorasisaat peningkatan menjadi IUP Operasi
Produksiwilayah yang dipertahankan paling banyak
5.000 (limaribu) hektare.
e. untuk IUP batuan:
1. c pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang
dapatdipertahankan paling banyak 2.500 (dua ribu
limaratus) hektare; dan
2. c pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi
saat peni ngkata n me njadi I UP Operasi Prod uksi
wilayah yang dipertahankan paling banyak 1.000
(seribu) hektare.
(2) Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan
sudahdicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemegang IUPEksplorasi atau IUPK Eksplorasi tidak
diwajibkan lagimenciutkan wilayah.
BAB VI

PENGHENTIAN
SEMENTARAKEGIATANUSAHA
PERTAMBANGANPasal 76

(1) Kegiatan usaha pertambangan dapat dilakukan


penghentiansementara apabila terjadi:
a.c keadaan kahar;
b.c keadaan yang menghalangi; dan/atau
c.c kondisi daya dukung lingkungan.
(2) Penghentian sementara kegiatan usaha

c b. Menteri .. .
c
pertambangansebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mengurangimasa berlaku IUP dan IUPK.
(3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a dan huruf b, penghentian sementara
dilakukanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengankewenangannya berdasarkan permohonan
dari pemegangIUP atau IUPK.
(4) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf c, penghentian sementara dilakukan oleh:
a. inspektur tambang;

c
c -84-
b. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengank e w e n a n g a n n y a berd a sa rk a n
p e r m o h o n a n d a r i masyarakat.
Pasal 77

(1)c Penghentian sementara karena keadaan kahar


sebagaimanadimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) huruf a
harus diajukanoleh pemegang IUP atau IUPK dalam jangka
waktu palinglambat 14 (empat belas) hari kalender sejak
terjadinyakeadaan kahar kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
memperolehpersetujuan.
(2)c Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahundan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
(3)c Penghentian sementara karena keadaan yang
menghalangisebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat
(1) huruf bdiberikan 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1
(satu) tahundan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan
jangka waktu 1(s a tu ) ta h u n pa da setia p ta h a pa n
ke gia ta n de n g a npersetujuan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.
(4)c Apabila jangka waktu penghentian sementara
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) telah berakhir,
dapat diberikanperpanjangan jangka waktu penghentian
sementara dalamhal terkait perizinan dari instansi lain.

Pasal 78

c (2) Pemegang . . .
c
Permohonan perpanjangan penghentian sementara
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) diajukan
secara tertulisdalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kalendersebelum berakhirnya izin penghentian sementara.

Pasal 79

(1) Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan


persetujuanpenghentian sementara dikarenakan keadaan
kaharsebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
huruf a,tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi
kewajibankeuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

c
c -86-
(2) Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan
persetujuanpenghentian sementara dikarenakan keadaan
yangmenghalangi dan/atau kondisi daya dukung
lingkungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
huruf b, danhuruf c wajib:
a.c menyampaikan laporan kepada Menteri, gubernur,
ataubupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
b.c memenuhi kewajiban keuangan; dan
c.c tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, serta
pemantauanlingkungan.

Pasal 80

Persetujuan penghentian sementara berakhir karena:


a. c habis masa berlakunya; atau
b.c permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau

IUPK.Pasal 81

Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam


pemberianpersetujuan penghentian sementara telah habis
dan tidakdiajukan permohonan perpanjangan atau
permohonanperpanjangan tidak disetujui, penghentian
sementara tersebutberakhir.
Pasal 82
(1)c Apabila kurun waktu penghentian sementara belum
berakhirdan pemegang IUP atau IUPK sudah siap untuk
melakukankegiatan operasinya kembali, dapat mengajukan
c BAB VII . . .
c
permohonanpe ncab uta n peng he n tian seme n tara
kepada Me nte ri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2)c Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengankewenangannya menyatakan pengakhiran
penghentiansementara.
Pasal 83

Ke ten tua n lebih lanj ut me n genai tata cara


peng he ntia nse mentara kegiatan usaha perta mba nga n
diatur denganPeraturan Menteri.

c
- 45 -
BAB VII

PENGUTAMAAN KEPENTINGAN DALAM NEGERI,

PENGENDALIAN PRODUKSI, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN

MINERAL DAN BATUBARA

Pasal 84

(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi


Produksiharu s m e ng u ta m a ka n kebu tu h a n
mi n e ral da n/a ta ubatubara untuk kepentingan
dalam negeri.
(2)c Menteri menetapkan kebutuhan mineral dan
batubara didalam negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputikebutuhan untuk industri
pengolahan dan pemakaianlangsung di dalam
negeri.
(3)c Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksidapat melakukan ekspor mineral atau
batubara yangdiproduksi setelah terpenuhinya
kebutuhan mineral danbatubara dalam negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4)c Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengutamaankebutuhan mineral dan batubara untuk
kepentingan dalamnegeri diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 85

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi mineral dan batubara


yangmengekspor mineral dan/atau batubara yang
diproduksiwajib berpedoman pada harga patokan.
(2) Ha rga patokan sebagai ma na di m aksud pada
ayat (1)ditetapkan oleh:
c Pasal 86 . . .
a.c Menteri untuk mineral logam dan batubara;
b. c g u b e r n u r a t a u b u p a t i / w a l i k o t a s e s u a i
d e n g a n kewenangannya untuk mineral bukan
logam dan batuan.
(3) Ha rga patokan sebagai ma na di maks ud pada
ayat (1)ditentukan berdasarkan mekanisme pasar
dan/atau sesuaidengan harga yang berlaku umum di
pasar internasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan
hargap atok a n m i ne ral loga m da n ba tu ba ra
diatu r de n g a nPeraturan Menteri.

c
- 46 -
Pasal 86

(1)c Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan


penggunaantenaga kerja setempat.
(2)c Dalam hal pemegang IUP dan IUPK menggunakan
tenagakerja asing, terlebih dahulu mengajukan
permohonankepada Menteri.
(3)c Menteri setelah menerima permohonan
sebagaimanadimaksud pada ayat (2) melakukan
evaluasi teknis dan berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan.
Pasal 87

(1) Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan


barang,peralatan, bahan baku, dan/atau bahan pendukung
dalamnegeri serta produk impor yang dijual di Indonesia
dalamkegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
denganketentuan:
a.c memenuhi standar kualitas dan layanan purna jual;
b.c dapat menjamin kontinuitas pasokan dan
ketepatanwaktu pengiriman.
(2) Rencana pembelian barang modal, peralatan, bahan
baku,dan bahan pendukung lainnya serta produk impor
yangdijual di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
danbarang yang akan di impor sendiri harus
disampaikankepada Menteri.
(3) Dalam hal pemegang IUP dan IUPK melakuka n
imporbarang, peralatan, bahan baku dan bahan pendukung
wajibmemenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan dibidang perdagangan.
Pasal 88

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan tenaga kerja,


tatacara pembelian barang modal, peralatan, bahan baku dan
c (2) Pengendalian . . .
bahanpendukung lain diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 89
(1) Menteri melakukan pengendalian produksi mineral
danbatubara yang dilakukan oleh pemegang IUP
OperasiProduksi mineral atau batubara dan IUPK Operasi
Produksimineral atau batubara.

c
c -92-

(2) Pengendalian produksi mineral dan batubara


sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk:
a.c memenuhi ketentuan aspek lingkungan;
b. c m elak u ka n ko nse rvasi s u m be r daya mine ral
da nbatubara;
c.c mengendalikan harga mineral dan
batubara.Pasal 90

(1)c Menteri melakukan penetapan besaran produksi mineral


danbatubara nasional pada tingkat provinsi.
(2)c Menteri dapat melimpahkan kewenangan kepada
gubernuruntuk menetapkan besara n produksi mineral dan
batubarakepada masing-masing kabupaten/kota.
Pasal 91

Ketentua n lebih lanjut men genai tata cara


pengendalianproduksi mineral dan batubara diatu r
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 92

(1) Menteri melakukan pengendalian penjualan mineral


danbatubara yang dilakukan oleh pemegang IUP
OperasiProduksi mineral atau batubara serta IUPK Operasi
Produksimineral atau batubara.
(2) Pengendalian penjualan mineral atau batubara
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk:
a.c memenuhi pasokan kebutuhan mineral dan

c BAB VIII . . .
c
batubaradalam negeri; dan
b.c stabilitas harga mineral dan batubara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengendalianpenjualan mineral dan batubara diatur
dengan PeraturanMenteri.

c
c - 94 -
c BAB VIII

PENINGKATAN NILAI TAMBAH, PENGOLAHAN

DAN PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA

Bagian Kesatu

Kewajiban Peningkatan Nilai Tambah,

Pengolahan dan Pemurnian


Pasal 93

(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi


Produksimineral wajib melakukan pengolahan dan
pemurnian untukmeningkatkan nilai tambah mineral yang
diproduksi, baiksecara langsung maupun melalui kerja
sama denganperusahaan, pemegang IUP dan IUPK lainnya.
(2)c Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telahm e n d a pa tk a n I UP Ope ra si P rod u k si k h u s u s
u n t u kpengolahan dan pemurnian.
(3)c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
danpem urnian sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(2)diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya.
Pasal 94

(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi


Produksibatubara wajib melakukan pengolahan untuk
meningkatkannilai tambah batubara yang diproduksi baik

c Bagian Kedua . . .
c
secara langsungmaupun melalui kerja sama dengan
perusahaan, pemegangIUP dan IUPK lainnya.
(2)c Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telahm e n d a pa tk a n I UP Ope ra si P rod u k si k h u s u s
u n t u kpengolahan.
(3)c IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
batubarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diberikanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengankewenangannya.

c
c -96-

Bagian Kedua

Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara

Pasal 95

(1 ) K o m o d i ta s ta m b a n g y a n g d a p a t d i ti n g k a tk a n
n i l aitambahnya terdiri atas pertambangan:
a.c mineral logam;
b.c mineral bukan logam;
c.c batuan; atau
d.c batubara.
(2) Peningkatan nilai tambah mineral logam
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan melaluikegiatan:
a.c pengolahan logam; atau
b.c pemurnian logam.
(3) Peningkatan nilai tambah mineral bukan logam
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan melaluikegiatan pengolahan mineral bukan
logam.
(4) Peningkatan nilai tambah batuan sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui
c BAB IX . . .
c
kegiatanpengolahan batuan.
(5) Peningkatan nilai tambah batubara sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf d dilaksanakan melalui
kegiatanpengolahan batubara.

Pasal 96

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peningkatan


nilaitambah mineral dan batubara sebagaimana dimaksud
dalamPasal 95 diatur dengan Peraturan Menteri.

c
c- 98 -
cB AB IX
DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN

DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS

YANG SAHAMNYA DIMILIKI OLEH ASING

Pasal 97
(1)c Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima)
tahunsejak berproduksi wajib melakukan divestasi
sahamnya,sehingga sahamnya paling sedikit 20%
(dua puluh persen)dimiliki peserta Indonesia.
(2)c Divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukan secara langsung kepada peserta
Indonesia yangterdiri atas Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, ataupemerintah daerah
kabupaten/kota, BUMN, BUMD, ataubadan usaha
swasta nasional.
(3)c Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli
sahamsebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditawarkan kepadapemerintah daerah provinsi atau
pemerintah daerahkabupaten/kota.
(4)c Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidakbersedia membeli saham, ditawarkan
kepada BUMN danBUMD dilaksanakan dengan cara
lelang.
(5)c Apabila BUMN dan BUMD sebagaimana dimaksud
pada ayat(4) tidak bersedia membeli saham, ditawarkan
kepada badanusaha swasta nasional dilaksanakan
c (9)
Badan . . .
c
dengan cara lelang.
(6)c Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)dilakukan dalam jangka waktu paling lambat
90 (sembilanpuluh) hari kalender sejak 5 (lima)
tahun dikeluarkannyaizin Operasi Produksi tahap
penambangan.
(7)c Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerahkabupaten/kota, BUMN, dan BUMD harus
menyatakanminatnya dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enampuluh) hari kalender setelah tanggal
penawaran.
(8)c Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi
ataupemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN,
dan BUMDtidak berminat untuk membeli divestasi
saham sebagaimanadimaksud pada ayat (7), saham
ditawarkan kepada badanusaha swasta nasional dalam
jangka waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari
kalender.

c
c - 100 -

(9)c Badan usaha swasta nasional harus menyatakan


minatnyadalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) harikalender setelah tanggal penawaran.
(10)cPembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh
pesertaIndonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling
lambat9 0 (s e m b il a n p u l u h ) h a ri k ale n d e r s e tela h
ta n g g alpernyataan minat atau penetapan pemenang
lelang.
(11)cApabila divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidaktercapai, penawaran saham akan dilakukan pada
tahunberikutnya berdasarkan mekanisme ketentuan pada
ayat (2)sampai dengan ayat (9).

Pasal 98

Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan,


pesertaIndonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih
kecil dari20% (dua puluh persen).
Pasal 99

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara divestasi saham


danmekanisme penetapan harga saham diatur dengan
PeraturanMenteri setelah berkoordinasi dengan insta nsi terkait.

BAB X

PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEGIATAN

c BAB XI . . .
c
OPERASI PRODUKSI

Pasal 100
(1)c Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksiyang akan melakukan kegiatan operasi
produksi wajibmenyelesaikan sebagian atau seluruh hak
atas tanah dalamWIUP atau WIUPK dengan pemegang hak
atas tanah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
(2)c Pe mega n g I UP Ope rasi Prod u k si ata u I UP K
Ope rasi Produksi wajib memberikan kompensasi
berdasarkankesepakatan bersama dengan pemegang hak
atas tanah.

c
c - 102 -
c BAB XI

TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN

Pasal 101

(1)c Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh


datayang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi
produksikepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuaidengan kewenangannya.
(2)c Pemegang IUP yang diterbitkan oleh bupati/walikota
wajibmenyampaikan laporan tertulis secara berkala atas
rencanakerja dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan
usahapertambangan mineral atau batubara kepada
bupati/walikota dengan tembusan kepada Menteri dan
gubernur.
(3)c Pemegang IUP yang diterbitkan oleh gubernur
wajibmenyampaikan laporan tertulis secara berkala atas
rencanakerja dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan
usahapertambangan mineral atau batubara kepada
gubernurdengan tembusan kepada Menteri.
(4)c Pemegang IUP dan IUPK yang diterbitkan oleh Menteri
wajibmenyampaikan laporan tertulis secara berkala atas
rencanakerja dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan
usahapertambangan mineral atau batubara kepada
Menteri.

Pasal 102
(1) c Bupati/walikota harus menyampaikan laporan
tertulismengenai pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
sesuaidengan kewenangannya kepada gubernur secara
berkalasetiap 6 (enam) bulan.
(2) c Gubernur atau bupati/walikota harus
menyampaikanlaporan tertulis mengenai pengelolaan
kegiatan usahapertambangan sesuai dengan
kewenangannya kepadaMenteri secara berkala setiap 6

c
c
(enam) bulan.

Pasal 103

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101


memuatlaporan kemajuan kerja dalam suatu kurun
waktu dandalam suatu tahapan kegiatan tertentu yang
disampaikanoleh pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi sertapemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi.
(2) Laporan...

c
c- 104 -
( 2) c L a p o ra n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m P a s a l
1 0 1 disampaikan dalam jangka waktu paling lama 30
(tigapuluh) hari kalender setelah berakhirnya tiap triwulan
atautahun takwim kecuali laporan dwi mingguan dan
bulanantahapan kegiatan operasi produksi.
( 3) c Rencana kerja dan anggaran biaya tahunan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 101 disampaikan
kepada Menteri,gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan
kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat
45(empat puluh lima) hari kalender sebelum berakhirnya
tiaptahun takwim.
( 4) c Laporan dwi mingguan dan bulanan sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) disampaikan kepada Menteri,
gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dalamjangka waktu paling lambat 5
(lima) hari kalender setelahberakhirnya tiap dwi mingguan
atau bulan takwim.
Pasal 104

(1)c Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesua i


dengankewenangannya dapat memberikan tanggapan
terhadaplaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
103 ayat (3)dan ayat (4).
(2)c Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harusditindaklanjuti oleh pemegang IUP atau IUPK dalam
jangkawaktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalnder
sejakditerimanya tanggapan dari Menteri, gubernur, atau

c (2) Program . .
.
c
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 105

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan


diaturdengan Peraturan Menteri.
BAB XII

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI SEKITAR WIUP DAN WIUPK

Pasal 106
( 1) Pe meg a ng I UP dan IUPK wa ji b meny usu n
p ro g ra m pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
di sekitarWIUP dan WIUPK.

c
c - 106 -
(2)c Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harusdikonsultasikan dengan Pemerintah, pemerintah
provinsi,pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat
setempat.
(3)c Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapatmengajukan usulan program kegiatan
pengembangan danpemberdayaan masyarakat kepada
bupati/walikota setempatuntuk diteruskan kepada
pemegang IUP atau IUPK.
(4)c Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk
masyarakat disekitar WIUP dan WIUPK yang terkena
dampak langsungakibat aktifitas pertambangan.
(5)c Prioritas masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)merupakan masyarakat yang berada dekat
kegiatanoperasional penambangan dengan tidak melihat
batasadministrasi wilayah kecamatan/kabupaten.
(6)c Program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai
dari alokasib i a y a p r o g r a m p e n g e m b a n g a n d a n
p e m b e r d a y a a n masyarakat pada anggaran dan biaya
pemegang IUP atauIUPK setiap tahun.
(7)c Alokasi biaya program pengembangan dan
pemberdayaanmasyarakat sebagaimana d imaksud pada
ayat (6) dikelolaoleh pemegang IUP atau IUPK.

Pasal 107

c Pasal 109 . . .
c
Pemegang IUP dan IUPK setiap tahun wajib
menyampaikanrencana dan biaya pelaksanaan program
pengembangan danpemberdayaan masyarakat sebagai bagian
dari rencana kerjadan anggaran biaya tahunan kepada
Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk mendapatpersetujuan.
Pasal 108

Setiap pemegang IUP Operasi Produksi dan IUP K


OperasiProduksi wajib menyampaikan laporan realisasi
programpengembangan dan pemberdayaan m asyarakat setiap
6 (enam)bulan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuaidengan kewenangannya.

c
- 55 -
Pasal 109

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengemba ngan


d a n pemberdayaan masyarakat diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB XIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 110

(1) Pemegang IUP atau IUPK yang melakukan


pelanggaranterhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42ayat (1), Pasal 69 ayat (1), Pasal 73 ayat (1),
Pasal 79 ayat(2), Pasal 85 ayat (1), Pasal 93 ayat (1), Pasal
94 ayat (1),Pasal 97 ayat (1), Pasal 100 ayat (1) atau ayat
(2), Pasal 101ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4), Pasal
106 ayat (1),Pasal 107, atau Pasal 108 dikenai sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)berupa:
a. c peringatan tertulis;
b. c penghentian sementara IUP Operasi Produksi atau
IUPKOperasi Produksi mineral atau batubara; dan/atau
c. c pencabutan IUP atau IUPK.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya.

Pasal 111

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian


sanksiadministratif diatur dengan Peraturan Menteri.

c 1. Kontrak . . .
BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 112

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku

c
c - 110 -
1. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara yang
ditandatangani sebelumdiundangkan Peraturan
Pemerintah ini dinyatakan tetapberlaku sampai jangka
waktunya berakhir.
2. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada angka1 yang belum memperoleh
perpanjangan pertama dan/ataukedua dapat diperpanjang
menjadi IUP perpanjangan tanpamelalui lelang dan kegiatan
usahanya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini kecuali mengenaipenerimaan negara yang
lebih menguntungkan.
3. Ko ntra k k a rya dan p e rj a n j i a n k a rya
p e n g u s a h a a npertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada angka1 yang telah melakukan tahap
kegiatan operasi produksiwajib melaksanakan
pengutamaan kepentingan dalam negeri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
4. Kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah,
dansurat izin pertambangan rakyat, yang diberikan
berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan
sebelumditetapkannya Peraturan Pemerintah ini tetap
diberlakukansampai jangka waktu berakhir serta wajib:
a. c dise s u ai ka n m e n j adi I UP a ta u IP R se s u ai
de n g a n ketentuan Peraturan Pemerintah ini dalam
jangka waktupaling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berlakunya PeraturanPemerintah ini dan khusus BUMN
dan BUMD, untuk IUPOperasi Produksi merupaka n
IUP Operasi Produksipertama;
b. c menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh
wilayahkuasa pertambangan sampai dengan jangka
waktuberakhirnya kuasa pertambangan kepada
Menteri,g u b e r n u r , a t a u b u p a t i / w a l i k o t a s e s u a i
d e n g a n kewenangannya;
c 6. Kuasa...
c
c. c melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam
negeridalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun
sejakberlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentangPertambangan Mineral dan Batubara.
5. Permohonan Kuasa Pertambangan yang telah
diterimaMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sebelum
terbitnyaUndang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
PertambanganMineral dan Batubara dan telah mendapatkan
PencadanganWilayah dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya dapat
diproses perizinannya dalambentuk IUP tanpa melalui lelang
paling lambat 3 (tiga) bulansetelah berlakunya Peraturan
Pemerintah ini.

c
c - 112 -
6.c Kuasa pertambangan, kontrak karya, dan perjanjian
karyapengusahaan pertambangan batubara yang memiliki
unitpengolahan tetap dapat menerima komoditas tambang
dariKuasa pertambangan, kontrak karya dan perjanjian
karyapengusahaan pertambangan batubara, pemegang
IUP, danIPR.
7.c Pemegang kuasa pertambangan yang memiliki lebih dari
1(satu) kuasa pertambangan dan/atau lebih dari 1
(satu)komoditas tambang sebelum diberlakukannya
UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tetap berlaku sampai
jangkawaktu berakhir dan dapat diperpanjang menjadi IUP
sesuaidengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
8.c Pe mega n g k uasa pe rta m ba n ga n, kon trak ka rya,
da n perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
padatahap operasi produksi yang memiliki perjanjian
jangkapanjang untuk ekspor yang masih berlaku dapat
menambahjumlah produksinya guna memenuhi
ketentuan pasokandala m negeri setelah me ndapat
persetujua n Menteri,gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan
kewenangannya sepanjang memenuhi ketentuan
aspeklingkungan dan konservasi sumber daya batubara
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang -undangan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 113

c Pasal 114 . . .
c
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturanpelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1969tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2916)
sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan PemerintahNomor 75 Tahun 2001 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan
Lembaran Negara RepublikI nd o ne sia Nomor 41 54 )
di nya taka n m asi h te ta p be rlak usepanjang tidak
bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksana yang
baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

c
c - 114 -

Pasal 114

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:


1.c Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969
tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentangKetentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60,
TambahanL e m b a ra n N e g a ra Rep ublik I ndo nesia
N o m o r 2 9 1 6)sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun
2001 tentangPerubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11T a h u n 1967 tenta ng
K e t e n t u a n - K e t e n t u a n P o k o kPertambangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun2001 Nomor 141,
Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor
4154);
2.c Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980
tentangPenggolongan Bahan Galian (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan
LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3174);
3.c Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986
tentangPenyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di
BidangPe rta m b a ng a n Kep ad a Pe m e ri n ta h Da e ra h
Ti n gk a t I(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986
Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor3340),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 115

P e r a t u r a n P e m e r i n t a h i n i m u l a i b e rl a k u p a d a
t a n g g a l diundangkan.

c
c - 115 -

Agar . . .

c
c - 116 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundanganPe ratu ra n Pe meri nta h ini denga n
pene m pata n nya dala mLembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Februari 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG


YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 Februari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

2010 NOMOR 29Salinan sesuai dengan aslinya

c
c - 117 -
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri

Setio Sapto Nugroho

c
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA


PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
I. UMUM

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara


Republik IndonesiaTahun 1945 menegaskan bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yangterkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuksebesar-besar
kemakmuran rakyat. Mengingat mineral dan batubara
sebagaikekayaan alam yang terkandung di dalam bumi
merupakan sumber dayaalam yang tak terbarukan,
pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,
transparan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkung an,serta
berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar -besar
kemakmuranrakyat secara berkelanjutan.
Sejalan dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 4 Tahun2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, perlu melakukanpenataan kembali pengaturan
yang berkaitan dengan kegiatan usahapertambangan
mineral dan batubara, yang meliputi:

1.c Pengusahaan pertambangan diberikan dalam bentuk


Izin UsahaP e r ta m b a n g a n , I zi n Us a h a
P e r ta m b a n g a n Kh usus, dan I zi nPertambangan
Rakyat.
2.c Pengutamaan pemasokan kebutuhan mineral dan
batubara untukkepentingan dalam negeri guna
menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai

c 6.
Peningkatan...
bahan baku dan/atau sebagai sumber energi
untukkebutuhan dalam negeri.
3.c Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secaraberdaya guna, berhasil guna, dan
berdaya saing.
4.c Peningkatan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan
negara, sertamenciptakan lapangan kerja untuk sebesar -
besar kesejahteraan rakyat.
5.c Pe n e rbi ta n pe ri zi n a n ya n g tra n s pa ra n d ala m
ke gia ta n u sa h apertambangan mineral sehingga iklim
usaha diharapkan dapat lebihsehat dan kompetitif.

c
c- 2 -
6. P e n i n g k a ta n n il ai ta m b a h de n g a n m el a k u k a n
pe n g o l a h a n da npemurnian mineral dan batubara di
dalam negeri.
Pengaturan-pengaturan tersebut di atas perlu
dituangkan dalamPeraturan Pemerintah ini.

II. PASAL
DEMI
PASAL
Pasal
1

Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
C
uku
p
jelas.
Ayat
(2)
Huruf a
Y a n g d i m a k s u d d e n g a n m i n e ra l
ra d i o a k ti f d a l a mketentuan ini termasuk
c Pasal 6 . . .
c
bahan galian nuklir.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
C
ukup
jelas.
Pasal
4

C
ukup
jelas.
Pasal
5

c
c
Cukup jelas.

c
c -5-
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Perseorangan dalam ketentuan ini adalah
Warga NegaraIndonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.

c Ayat (2) .. .
c
Pasal 10
Ayat (1)
Mengumumkan WIUP secara terbuka dalam
ketentuan inidilakukan:
a.c paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal
dan/atau 1 (satu)media cetak nasional;
b.c di kantor kementerian yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang mineral dan batubara;
c.c di kantor pemerintah provinsi dan pemer intah
kabupaten/kota.

c
c -7-
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah
rekomendasi dalambentuk pemberian pertimbangan
yang berisi informasi mengenai pe m a n f a a ta n l a h a n
di WI UP d a n k a ra k te ris tik b u d ay a masyarakat
berdasarkan kearifan lokal dalam rangka
pelelanganWIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan unsur dari Pemerintah dalam
ketentuanini merupakan wakil dari kementerian yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang
mineral dan batubara.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)

c Huruf c . . .
c
Huruf a
Pengumuman prakualifikasi dilakukan:
1. c paling sedikit dimuat di 1 (satu) media
cetak lokaldan/atau 1 (satu) media cetak
nasional;
2. c di kantor kementerian yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang mineral dan
batubara; dan
3. c di kantor pemerintah provinsi dan
pemerintahkabupaten/kota.
Huruf b
Cukup jelas.

c
-5-
Huruf c
Cukup jelas.Huruf d
Cukup jelas.Huruf e
Cukup jelas.Huruf f

Cukup jelas.Huruf g
Cukup jelas.Huruf h
Cukup jelas.Huruf i

Cukup jelas.Huruf j
Cukup jelas.Huruf k
Cukup jelas.Huruf l
Cukup jelas.Huruf m
Cukup jelas.Huruf n
Cukup jelas.Huruf o
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.Huruf b
Cukup jelas.

c Huruf c . . .
c -6-
Huruf c
Cu
kup
jelas.Hur
uf d

Cu
kup
jelas.Hur
uf e

Cu
kup
jelas.Hur
uf f

Status lahan misalnya berada pada kawasan


hutan dankawasan perkebunan.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18

c Pasal 22 . . .
c
Cukup jelas.
Pasal 19
Peraturan Menteri paling sedikit memuat mengenai
tata carapenetapan dan pengumuman pemenang lelang.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah
rekomendasi dalambentuk pemberian pertimbangan
yang berisi informasi mengenai pe m a n f a a ta n l a h a n
di WI UP d a n k a ra k te ris tik b u d ay amasyarakat
berdasarkan kearifan lokal dalam rangka
pelelanganWIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.

c
c -8-
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32

c Huruf a . . .
c
Cukup jelas.
Pasal 33
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP dalam
ketentuan ini
adalah c
  c yang dilarang untuk melakukan kegiatan
tahap
penambangan.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)

c
c -10-
Huruf a
Pelabuhan dalam ketentuan ini adalah pelabuhan
khususatau terminal khusus yang dibangun oleh
pemegang IUPOperasi Produksi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP dalam
ketentuan iniadalah c
  c  yang dilarang untuk
melakukan kegiatanpenambangan.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
c Ayat (2) .. .
c
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "komoditas tambang lainnya"
dalamketentuan ini adalah antara lain apabila dalam
WIUP komoditastertentu terdapat mineral lain atau
batubara.

c
c -12-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pihak lain dalam ketentuan ini adalah badan usaha,
koperasi,atau perseorangan selain pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPOperasi Produksi yang tidak
berminat atas komoditas tambang tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
c Ayat (1) .. .
c
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54

c
c - 14 -
Ayat (1)
Mengumumkan secara terbuka dalam ketentuan ini
yaitudilakukan:
a.c paling sedikit dimuat di 1 (satu) media cetak lokal
dan/atau 1(satu) media cetak nasional; dan
b.c di kantor kementerian yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang mineral dan
batubara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
c Pasal 65 . . .
c
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.

c
c - 16 -
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUPK dalam
ketentuan ini
adala h c
   c ya n g dilara n g u n tu k melak u ka n
kegiata n
penambangan.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74

c Huruf c . . .
c
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

c
c - 18 -
Huruf c
Yang dimaksud dengan bukti pembayaran
kewajibankeuangan dalam ketentuan ini adalah
iuran tetap, iuranproduksi, dan pajak.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 75
Cu
kup
jelas.Pas
al 76

Ayat (1)
Huruf a
Keadaan kahar dalam ketentuan ini antara lain
meliputiperang, kerusuhan sipil, pemberontakan,
epidemi, gempabumi, banjir, kebakaran dan
lain-lain bencana alam diluar kemampuan
manusia.
Huruf b
Keadaan yang menghalangi dalam ketentuan
ini antaral a i n meliputi blokade,
p e m o g o k a n , p e r s e l i s i h a nperburuhan di luar
kesalahan pemegang IUP atau IUPKdan
ketentuan peraturan perundang-undangan
c
Cukup jelas.Ayat (4) .. .
c
yangditerbitkan oleh menteri yang menghambat
kegiatan usahaperta mba ngan mineral atau
batubara yang sedangberjalan.
Huruf c
Kondisi daya dukung lingkungan dalam
ketentuan iniadalah apabila kondisi daya
dukung lingkungan wilayahtersebut tidak dapat
menanggung beban kegiatan operasi produksi
mineral dan/ atau batubara yang
dilakukandiwilayahnya.
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)

c
c - 20 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 77
Cu
kup
jelas.Pas
al 78
Cu
kup
jelas.Pas
al 79
Cu
kup
jelas.Pas
al 80
Cu
kup
jelas.Pas
al 81
Cu
kup
jelas.Pas
al 82
Cu
kup
jelas.Pas
al 83
c Pasal 87 . . .
c
Cu
kup
jelas.Pas
al 84
Cu
kup
jelas.Pas
al 85
Ayat (1)
Cu
kup
jelas.A
yat (2)
Cu
kup
jelas.A
yat (3)
Cu
kup
jelas.A
yat (4)
Peraturan Menteri paling sedikit memuat biaya penyesuaian
yang
dibebankan sebagai biaya
penjualan.Pasal 86
Cukup jelas.

c
c - 22 -
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Ayat (1)
Yang climaksucl pengolahan clalam ketentuan ini
antara lainmeliputi:
a.c penggerusan batubara ( c  r ;
c pencucian batubara ( c rc

c.c pencampuran batubara ( c


 r );cl. peningkatan mutu
batubara ( c
r r);
e.c pembuatan briket batubara ( c   r );
f.c pencairan batubara ( c    ); clan

c
Cukup jelas.Ayat (2) .. .
c
g.c gasifikasi batubara ( cr    ).
c cc .
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)

Cukup jelas.
Pasal 95
Ayat (1)

c
c - 24 -
Ayat (2)
Peningkatan nilai tambah dalam ketentuan ini
dilakukan dalamrangka meningkatkan dan
mengoptimalkan nilai tambang,tersedianya bahan
baku industri, penyerapan tenaga kerja,
danpeningkatan penerimaan negara.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "modal asing" adalah
modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing,badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badanhukum Indonesia
yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Ayat (2)
Cu
kup
jelas.Ay
at (3)
Cu
c
Cukup jelas.Ayat (9) .. .
c
kup
jelas.Ay
at (4)
Cu
kup
jelas.Ay
at (5)
Cu
kup
jelas.Ay
at (6)
Cu
kup
jelas.Ay
at (7)
Cu
kup
jelas.Ay
at (8)

c
c - 26 -
Ayat (9)
Cu
kup
jelas.Ay
at (10)
Cu
kup
jelas.Ay
at (11)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Ayat (1)
Cu
kup
jelas.Ay
at (2)
Yang dImaksud dengan kompensasI dalam ketentuan InI dapat
berupa sewa menyewa, jual belI, atau pInjam pakaI.
Pasal 101
Cu
kup
jelas.Pas
c Pasal 109 . . .
c
al 102
Cu
kup
jelas.Pas
al 103
Cu
kup
jelas.Pas
al 104
Cu
kup
jelas.Pas
al 105
Cu
kup
jelas.Pas
al 106
Cu
kup
jelas.Pas
al 107
Cu
kup
jelas.Pas
al 108
Cukup jelas.

c
c - 28 -
Pasal 109
Cukup
jelas.Pasal
110
Cukup
jelas.Pasal
111
Cukup
jelas.Pasal
112
Cukup
jelas.Pasal
113
Cukup
jelas.Pasal
114

Cukup
jelas.Pasal
115
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR


5111
c

Anda mungkin juga menyukai