Tajwid
Tajwid
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I 4
A. Pengertian Tajwid 4
B. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid 4
BAB II 8
A. Mad 8
a. Mad Thabi’I 8
b. Mad Far’I 9
B. Hukum Nun Mati Tanwin 13
a. Idghom 13
1. Idghom bigunnah/maal gunnah 14
2. Idghom Bilagunnah 14
b. Idzhar 14
c. Iqlab 15
d. Ikfha
Daftar Pustaka 16
3
BAB I
A. Pengertian Tajwid
Pengertian Tajwid menurut bahasa (etimologi) adalah: memperindah sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah
serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah s.w.t. memerintahkan Nabi s.a.w.
untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
4
Artinya: "Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali
sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur
lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang
shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan
Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan
(ucapan) huruf-hurufnya satu persatu." (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah s.a.w.
bersabda:
النه به اإلله أنزال , من لم يجود القرأن أثم ,األ خذ با التجويد حطم الزم
إلينا وصال$وهكذ منه
Artinya:“Membaca Alqur’an dengan tajwid hukumnya wajib”“Barangsiapa
yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa”“Karena dengan
tajwidlah Allah menurunkan Alqur’an”“Dan demikian pula AlQur’an sampai
kepada kita dariNYA”.
5
C. Tujuan
Tujuan mempelajari Ilmu tajwid adalah untuk menjaga lisan agar tidak
terjatuh pada kesalahan didalam membaca Alqur’an.
Kesalahan (Al Lahn) didalam membaca Alqur’an terbagi menjadi:
a. Al Lahn Al Jaly (kesalahan nyata)
Yaitu kesalahan yang nyata yang terjadi dalam lafal Alqur’an baik dapat
merubah arti ataupun tidak.
Contoh:
6
diperbolehkan meskipun dalam keadaan hadats terkecuali hadats besar
sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama (*lihat Mulakhas Fiqih
karya “Syaikh FauzanPada Bab “Amalan-amalan yang haram bagi orang yang
berhadats”)Namun demikian dalam keadaan yang memungkinkan Sangat
dianjurkan bagi seseorang untuk senantiasa berada dalam keadaan suci
meskipun tidak membaca Al Qur’an dengan menggunakan mushaf .Imam
Haromain berkata,“Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan Hadats,
dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia
meninggalkan sesuatu yang utama“. (At-Tibyan, hal. 58-59)
7
Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman
bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam
seminggu.
BAB II
A. Mad
8
2. Pada Washal
Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau
kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya
kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah.
Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, maka disyaratkan
agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharakat
seperti .
Dalam hal ini wau dan ya dibaca panjang 2 harakat (dengan syarat tidak
terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika
wakaf tidak dibaca panjang.
Contoh: 'Abasa (80): 35
3. Pada Wakaf
Mad asli atau thabi’i bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika
wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif
b. Mad Far'i
Mad yang merupakan tambahan terhadap mad thabi’i karena salah satu 2
sebab, yaitu: hamzah atau sukun. Mad far’I dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Mad Muttashil
Disebut mad muttashil, bila dalam satu kata bertemu mad thabi'i
dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad thabi'i dengan
huruf hamzah dalam satu kata.
9
Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4
harakat atau 5 harakat atau 6 harakat ketika berhenti.
Contoh: Ar-Ra'd (13): 21
2. Mad Munfashil
Disebut mad munfashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah
di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan
huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda. Aturan membacanya,
boleh 2 harakat, 4 harakat atau 5 harakat menurut imam Hafsh.
Termasuk mad munfashil, shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang
terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang
terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan
hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di
saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang.
Contoh : Al-'Anfaal (8): 72
3. Mad 'Aridh
Disebut mad 'aridh, bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan
sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan 'aridh karena mad asli
yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika di washal
dia tetap sebagai mad thabi'i.
Aturan membacanya boleh 3 macam: pendek (2 harakat), sedang (4
harakat), panjang (6 harakat).
Contoh: .
Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf.
Contoh: .
Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan
mudah.
Contoh: Al-Fajr (89): 6
10
4. Mad Badal
Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di
dalam 1 kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah.atau sukun).
Dinamakan badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf
hamzah, dimana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena
bertemunya 2 hamzah dalam 1 kata, yang pertama berharakat dan yang
kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi
huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang
pertama, untuk meringankan bacaan.
Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua
diganti menjadi huruf alif, seperti:
asalnya .
Jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua diganti
menjadi huruf ya, seperti:
asalnya .
Jika huruf yang pertama berbaris dhammah, maka yang kedua diganti
menjadi huruf wau, seperti:
asalnya .
Aturan membacanya, panjang dua harakat seperti mad thabi'i.
Contoh: Ali Imran (3): 173
5. Mad Lazim
Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap
ada baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun
tidak. Dinamakan lazim (harus), karena mad tersebut harus dibaca 6
harakat dan keharusan adanya sukun, baik ketika washal ataupun
wakaf.Mad lazim dibagi menjadi 4, yaitu:
11
5.1 Mad Lazim Mutsaqqal Harfi
Yaitu mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf)
pada salah satu huruf hijaiyah yang bertasydid.
Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf
mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiyah yang terletak di awal
beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya
akibat adanya tasydid pada sukun tersebut.
Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat.
Contoh: Al-Baqarah (2): 1
.
Catatan: huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat ada 14
huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
.
Ini terbagi ke dalam 4 bagian: Pertama, yang jumlah hurufnya ada 3,
dimana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada 7 huruf yang
termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat:
12
tengah-tengahnya. Hurufnya hanya 1, yaitu alif. Aturan membacanya
adalah biasa, tidak terdapat mad.
.
Contoh: Ali Imran (3): 61
13
Dari sudut bahasa: Memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Dari sudut
istilah Ilmu Tajwid: Memasukkan huruf pertama yang bertanda Sukun ke
dalam huruf berikutnya yang berbaris dan menjadikan huruf yang
berikutnya bersabdu serta terangkat lidah ketika menyebutnya. Idgham
ini terbahagi kepada dua bahagian:- Idgham Bighunnah (memasukkan
serta dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (memasukkan tanpa dengung).
Idgham tidak akan terhasil kecuali dari dua kalimah. Bilangan huruf
Idgham sebanyak enam huruf yang terhimpun di dalam kalimah( ) يرملون.
Pembagian Idgom dalam Nun mati dan tanwin ada 2:
1. Idgom bigunnah/maal gunnah
Idgham Bighunnah (memasukkan serta dengung)( ) إدغام بغنة.
Ia dari empat huruf yang terhimpun di dalam kalimah( ) ينموiaitu Ya', Nun,
Mim dan Wau. Apabila salah satu dari hurufnya bertemu dengan Nun Sukun
atau Nun Tanwin dengan syarat di dalam dua kalimah, ia mestilah dibaca
secara Idgham Bighunnah atau Ma'al Ghunnah kecuali pada dua tempat
iaitu: ( ن والقلم وما يسطرون- ) يس والقرآن الحكيم.
Hukum membacanya pula ialah Izhar Mutlaq berlainan dengan kaedah asal
kerana mengikut bacaan riwayat Hafs.
hurupnya 4 ; ya, nun, mim dan wau
Contoh :
قُلُ ْوبٌ ي َّْو َم ِئ ٍذ م – َع َذابٌ ُّمقِ ْي ٌم- ي
ن – َعنْ َّن ْفسِ ِه و – مِنْ َّو َرائ ِِه ْم
2. Idgham Bila Ghunnah( ) إدغام بدون غنة
yaitu memasukkan tanpa dengung. Ia terdiri dari dua huruf iaitu Ra' dan
Lam. Apabila salah satu dari dua huruf tersebut bertemu dengan Nun Sukun
atau Tanwin dengan syarat di dalam dua kalimah yang berasingan, ia
mestilah dibaca dengan Idgham Bila Ghunnah kecuali pada Nun( ) من راق
kerana di dalam bacaan ini wajib diam seketika (tanpa menyambung nafas)
dan ia tidak diidghamkan.
hurupnya ada 2 (ra dan lam)
Contoh : مِنْ لَّ ُد ْن ُه ر – َربٍّ رَّ ِحي ٍْم- ل
b. Idzhar ( )اإلظهار
Dari sudut bahasa: Menyatakan, menerangkan sesuatu. Dari sudut istilah Ilmu
Tajwid: Mengeluarkan sebutan setiap huruf dari makhrajnya (tempat
keluarnya) tanpa dengung. Ia dinamakan Halqi kerana enam hurufnya keluar
dari kerongkong. Huruf-huruf tersebut ialah: Hamzah( ) أ, Ha'( ) هـ, 'Ain( ) ع,
Ha'( ) ح, Ghain( ) غdan Kha'( ) خ.
14
- Hamzah ( )أcontoh زرف أمين/ من أمن
- Ha ( )هcontoh من هاد
- Ain ( )عcontoh من علم
- Ha ( )حcontoh من حليم
- Gin ( )غcontoh من غل
- Kho ( )خcontoh من خير
c. Iqlab ( ) اإلقالب.
d. Ikfha
Yang dinamakan ikhfa' haqiqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin
bertemu salah satu huruf lima belas, selain huruf-huruf yang telah
disebutkan di atas yaitu: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Cara membacanya adalah dengan menyamarkan (antara idzhar dan
idgham) disertai dengan dengung yang sempurna.
Contoh :
اَ ْن َج ْي َنا ُك ْم- َما ًء َثجَّ اجً ا ج- مِنْ َتحْ تِها َ ث- ت
ْهللا ذ – َمنْ َذاالَّذِي ِ ش – َع َذابًا َش ِديْداً د – مِنْ ُد ْو ِن
صالِحً ا َ ان ش – َع َذابٌ َش ِد ْي ٌد ص – َولَ ًدا َ س – اِنَّ ااْل ِ ْن َس
ُ
ض – َم ْنض ُْو ٍد ط – َو َما َينطِ ُق ظ – َعنْ ظه ُْو ِر ِه ْم
ْ
ف – ُع ْميٌ َف ُه ْم ق – ِر ْز ًقا َقالُ ْوا ك – ك َِرامًا َكات ِِبي َْن
15
DAFTAR PUSTAKA
http://belajartajwid3p.com/
http://ilmutajwid-rizky.blogspot.com/2009/08/hukuman-nun-mati-
dan-tanwin-2-idqom.html
http://www.icmkendari.com/pengantar-ilmu-tajwid/
http://fakhriyatunnisa.blogspot.com/
16