Anda di halaman 1dari 7

pengertian atau Definisi Otonomi Daerah

Posted On 30/05/2010 22:28:45 by LauraNeliana

Nama : LAURA NELIANA


Npm : 10208726
Kelas : 2 EA 10

Pengertian atau Definisi Otonomi Daerah

Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 1 huruf (h) UU NOMOR 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah). 

Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 huruf (i) UU NOMOR 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah). 

 Dasar Hukum 
Otonomi Daerah berpijak pada dasar Perundang-undangan yang kuat, yakni : 

1. Undang-undang Dasar
Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat
untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD menyebutkan adanya pembagian
pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah. 

2. Ketetapan MPR-RI
Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah : Pengaturan,
Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
kekuangan Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

3. Undang-Undang
Undang-undang N0.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas
Desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU No.22/1999 adalah mendorong untuk
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. 

Dari ketiga dasar perundang-undangan tersebut di atas tidak diragukan lagi bahwa pelaksanaan
Otonomi Daerah memiliki dasar hukum yang kuat. Tinggal permasalahannya adalah bagaimana
dengan dasar hukum yang kuat tersebut pelaksanaan Otonomi Daerah bisa dijalankan secara
optimal. 
 Pokok-Pokok Pikiran Otonomi Daerah 
Isi dan jiwa yang terkandung dalam pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya menjadi pedoman
dalam penyusunan UU No. 22/1999 dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut : 

1. Sistim ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip-prinsip pembagian kewenangan


berdasarkan asas konsentrasi dan desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 

2. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah
propinsi,
sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi berwenang untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. 

3. Pembagian daerah diluar propinsi dibagi habis ke dalam daerah otonom. Dengan demikian,
wilayah
administrasi yang berada dalam daerah Kabupaten dan daerah Kota dapat dijadikan Daerah
Otonom atau dihapus. 

4. Kecamatan yang menurut Undang-undang Nomor 5 th 1974 sebagai wilayah administrasi


dalam
rangka dekonsentrasi, menurut UU No 22/99 kedudukanya diubah menjadi perangkat daerah
Kabupaten atau daerah Kota. 

 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah 


Berdasar pada UU No.22/1999 prinsip-prinsip pelaksanaan Otonomi Daerah adalah sebagai
berikut : 

1. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek-aspek


demokrasi,  
  keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. 
2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab 
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan
daerah Kota,
  sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan Otonomi Terbatas. 
4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan Konstitusi negara sehingga tetap terjamin
hubungan
  yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. 
5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah Otonom, dan
karenanya
  dalam daerah Kabupaten dan daerah Kota tidak ada lagi wilayah administrasi. 
6. Kawasan khusus yang dibina oleh Pemerintah atau pihak lain seperti Badan Otorita, Kawasan
  Pelabuhan, Kawasan Pertambangan, Kawasan Kehutanan, Kawasan Perkotaan Baru, Kawasan
Wisata  
  dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan Daerah Otonom. 
7. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif
daerah, 
  baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan
  Pemerintahan Daerah. 
8. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah Propinsi dalam kedudukannya sebagai
Wilayah
  Administrasi untuk memelaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan
kepada  
  Gubernur sebagai wakil Pemerintah. 
9. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari Pemerintah Daerah
kepada Desa
  yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban
  melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.

 Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia 


Meskipun UUD 1945 yang menjadi acuan konstitusi telah menetapkan konsep dasar tentang
kebijakan otonomi kepada daerah-daerah, tetapi dalam perkembangan sejarahnya ide otonomi
daerah itu mengalami berbagai perubahan bentuk kebijakan yang disebabkan oleh kuatnya tarik-
menarik kalangan elit politik pada masanya. Apabila perkembangan otonomi daerah dianalisis
sejak tahun 1945, akan terlihat bahwa perubahan-perubahan konsepsi otonomi banyak ditentukan
oleh para elit politik yang berkuasa pada saat it. Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan
mengenai pemerintahan daerah sebagaimana yang terdapat dalam UU berikut ini : 

1. UU No. 1 tahun 1945


Kebijakan Otonomi daerah pada masa ini lebih menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala
daerah hanyalah kepanjangan tangan pemerintahan pusat. 
2. UU No. 22 tahun 1948
Mulai tahun ini Kebijakan otonomi daerah lebih menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi
masih ada dualisme peran di kepala daerah, di satu sisi ia punya peran besar untuk daerah, tapi
juga masih menjadi alat pemerintah pusat. 
3. UU No. 1 tahun 1957
Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat dualisme, di mana kepala daerah
bertanggung jawab penuh pada DPRD, tetapi juga masih alat pemerintah pusat. 
4. Penetapan Presiden No.6 tahun 1959
Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres ini
kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong praja. 

5. UU No. 8 tahun 1965


Pada masa ini kebijakan otonomi daerah menitikberatkan pada desentralisasi dengan
memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi diterapkan
hanya sebagai pelengkap saja 

6. UU No. 5 tahun 1974


Setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah terjadi kevakuman dalam pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan di daerah sampai dengan dikeluarkanya UU NO. 5 tahun 1974
yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Sejalan dengan kebijakan ekonomi pada
awal Ode Baru, maka pada masa berlakunya UU No. 5 tahun 1974 pembangunan menjadi isu
sentral dibanding dengan politik. Pada penerapanya, terasa seolah-olah telah terjadi proses
depolitisasi peran pemerintah daerah dan menggantikannya dengan peran pembangunan yang
menjadi isu nasional. 
7. UU No. 22 tahun 1999
Pada masa ini terjadi lagi perubahan yang menjadikan pemerintah daerah sebagai titik sentral
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengedapankan otonomi luas,
nyata dan bertanggung jawab.

 Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah 


1. Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali
kewenangan 
dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama,
serta kewenangan bidang lain. 
2. Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian 
pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara
dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan
standardisasi nasional. 
3. Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi harus
disertai 
dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. 
4. Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur dalam rangka dekonsentrasi
harus 
  disertai dengan pembiayaan sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan tersebut. 
5. Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan 
  yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan
tertentu 
  lainnya. 
6. Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom termasuk juga kewenangan yang tidak atau
belum dapat 
  dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. 
7. Kewenangan Propinsi sebagai Wilayah Administrasi mencakup kewenangan dalam bidang 
  pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah. 
8. Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggung 
  jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Daerah di wilayah laut meliputi: 

o Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut
tersebut; 
o Pengaturan kepentingan administratif; 
o Pengaturan tata ruang; 
o Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan 
  kewenangannya oleh pemerintah; dan 
o Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara. 

9. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di wilayah laut adalah sejauh sepertiga dari
batas 
  laut Daerah Propinsi. Pengaturan lebih lanjut mengenai batas laut diatur dengan Peraturan
Pemerintah. 
10. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua kewenangan
pemerintahan selain  
kewenangan yang dikecualikan seperti kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain yang mencakup
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro,
dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,
pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta
teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. 
11. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak mencakup kewenangan
pemerintahan yang 
menjadi kewenangan Daerah Propinsi. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. 
12. Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas
pembantuan 
disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah. Setiap
penugasan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. 

Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi: 


1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 

o Hasil pajak daerah 


o Hasil restribusi daerah 
o Hasil perusahan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. 
o Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,antara lain hasil penjualan asset daerah dan jasa giro 

2. DANA PERIMBANGAN 

o Dana Bagi Hasil 


o Dana Alokasi Umum (DAU) 
o Dana Alokasi Khusus 

3. PINJAMAN DAERAH 

o Pinjaman Dalam Negeri 


1. Pemerintah pusat 
2. Lembaga keuangan bank 
3. Lembaga keuangan bukan bank 
4. Masyarakat (penerbitan obligasi daerah) 

o Pinjaman Luar Negeri 


1. Pinjaman bilateral 
2. Pinjaman multilateral 
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah; 

o hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah Kabupaten/Kota lainnya, 
o penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

1. Desentralisasi vs Dekonsentrasi
o Desentralisasi : penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
NKRI.
o Dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
2. Otonomi Daerah vs Daerah Otonom
o Otonomi Daerah : hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
o Daerah Otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem NKRI.
3. Daerah Otonom vs Wil. Administratif
o Daerah Otonom : implikasi asas Desentralisasi  hak / wewenang mengatur dan
mengurus sendiri urusan RT-nya.
o Wilayah hak / wewenang mengaturAdministratif : implikasi asas Dekonsentrasi
dan mengurus urusan Pemerintah Pusat di daerah; oleh aparat Pusat di daerah;
dengan sumber daya Pusat di daerah.
4. Pemerintah Daerah vs Pemerintahan Daerah
o Pemerintah Daerah : unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang terdiri dari
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah.
o Pemerintahan Daerah : penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI.
5. Pemerintahan Daerah vs Pemerintahan di Daerah
o Pemerintahan Daerah : UU No. 22 / 1999 dan UU No. 32 / 2004
 Propinsi  Daerah Otonom dan “Wakil Pemerintah”
 Kab/Kota  Daerah Otonom saja.
 Kecamatan & Kelurahan adalah perangkat Daerah.
o Pemerintahan di Daerah : UU No. 5 / 1974
 Propinsi dan Kab/Kodya memiliki 2 (dua) kedudukan sebagai Daerah
Otonom sekaligus Wilayah Administratif.
 Kecamatan & Kelurahan adalah instansi vertikal / perangkat Pusat di
daerah.
6. Sumber: Data diolah dari berbagai media massa (2005 – 2007)
7. MASALAH 2 OTDA
o Pemekaran Wilayah
o Kelembagaan Perangkat Daerah
o SDM (pegawai)
o Keuangan (kapasitas fiskal)
o Akselerasi Pembangunan Daerah (pendidikan, kesehatan, pengentasan
kemiskinan, pelayanan publik, dll)

Anda mungkin juga menyukai