SIKLUS METABOLISMA
Produk dari industri mikrobial dapat dibagi menjadi dua kategori, produk yang dihasilkan
dari metabolisme primer dan lainnya yang berasal dari metabolisme sekunder.
Perbedaan keduanya terkadang tidak jelas tetapi dengan pembedaan tersebut
mempermudah membahas produk-produk industri mikrobial.
Pada kenyataannnya, manfaat yang besar dari metabolit sekunder hingga saat ini
belum diidentifikasi dan belum dimanfaatkan, hal tersebut mungkin disebabkan oleh
metode screening yang kebanyakan bertumpu pada penemuan bahan-bahan antibiotic.
Dari hasil penelitian pada Peniciium urticae, istilah trophophase dan idiophase
diperkenalkan untuk membedakan dua fase pertumbuhan dari organisma yang
memproduksi metabolit sekunder. Trophofase (Greek, tropho=nutrisi) adalah fase
makan dimana metabolit primer dihasilkan. Pada system kultur batch, phase tersebut
berupa logaritmik pada kurva pertumbuhan yang dikuti dengan idiophase (idio=tidak
biasa/khas) fase dimana metabolit sekunder disintesa. Sintesa sekunder terjadi pada
fase akhir logaritmik, dan pada fase stasioner. Dapat dikatakan bahwa metabolit
sekunder dapat dikatakan sebagai “idiolite” untuk membedakannya dari metabolit
primer.
Sejak banyaknya produk-produk industry mikrobiologi adalah produk metabolism sekunder, para
pekerja berusaha mengetahui aturan dari metabolit sekunder pada organisma yang bertahan.
Mengingat keutamaan antibiotic dalam bidang medis, maka fokus pengerjaan adalah pada
antibiotic. Dalam diskusi ini selain antibiotic juga akan tercakup berbagai produk metabolit
sekunder.
Hippotesa awal mengenai keberadaan metabolism sekunder rupanya saat ini sudah tidak bias
diterima oleh para pekerja yang bekerja dilingkup ini. Hal ini termasuk bahwa metabolit
sekunder adalah merupakan bahan makanan simpanan, yang merupakan produk samping dari
hasil metabolism sel dan merupakan hasil dari penguraian molekul-molekul berukuran besar.
Teori tersebut kini sedang didiskusikan;
Rasionalisasi untuk mengamatinya adalah lebih mengerti mengenai fisiologi organism tersebut
akan membantu kearah bagaimana memanipulasi produksi yang lebih rasional agar diperoleh
produktifitas yang maksimum.
Some earlier hypotheses for the existence of secondary metabolism are apparently no
longer considered acceptable by workers in the field. These include the hypotheses that
secondary metabolites are food-storage materials, that they are waste products of the
metabolism of the cell and that they are breakdown products from macro-molecules. The
theories in currency are discussed below; even then none of these can be said to be water
tight. The rationale for examining them is that a better understanding of the organism’s
physiology will help towards manipulating it more rationally for maximum productivity.
. As further
(i) Hipotesis kompetisi, dalam teori ini, yang mengacu secara spesifik pada antibiotic,
organism penghasil metabolit sekunder (antibiotic) memungkinkan berkompetisi
untuk makanan dengan mikroorganisma tanah lainnya. Pendapat ini didukung
kenyataan bahwa produksi antibiotic dapat dihasilkan pada taah steril maupun non
steril yang diberi suplemen maupun tidak diberi bahan suplemen bahan organic.
Selanjutnya yang mendukung teori tersebut adalah bahwa kandungan lactamase pada
banyak mikroorganisma adalah untuk membantu organism menetralkan antibiotic
laktam. Kekruangan dari teori ini adalah hanya terbatas pada antibiotic dan
kemungkinan banyak antibiotic yang berada di luar β-laktam
(ii) Hipotesa pemeliharaan. Metabolisme sekunder biasanya muncul karena kekurangan
nutrisi vital seperti glukosa. Hal tersebut kemudian diklaim bahwa kelebihan selektif
dari metabolit sekunder adalah untuk menjamin terlaksananya mekanisme dari
perintah operasional multiplikasi sel ketika multiplikasi sel menjadi tidak mungkin.
Dengan membentuk enzim sekunder, enzim dari metabolism primer membentuk
precursor dari metabolisme sekunder oleh karena itu enzim dari metabolit primer
kemudian dihancurkan. Pada hipotesa ini, metabolit sekunder sendiri tidak perlu, hal
yang penting adalah siklus untuk menghasilkannya.
(iii) Hipotesa pertumbuhan teori pemeliharaan, hipotesa ini menyatakan bahwa
mekanisme control pada beberapa organisma terlalu lemah untuk menghindari
sintesis berlebih dari beberapa metabolit primer. Metabolit primer tersebut diubah
menjadi metabolit sekunder yang dikeluarkan oleh sel. JIka hal tersebut tidak terlalu
dapat diubah, maka akan menjadikan kematian pada organisma tersebut.
(iv) Hipotesa detoksifikasi. Hipotesa ini menyatakan bahwa molekul yang terakumulasi
pada sel dihilangkan racunnya untuk menghasilkan antibiotic. Pernytataan ini sesuai
dengan bukti bahwa precursor asam penicilanik lebih beracun dibandingan
Penicillium crrysogenumn dibanding benzy penicillin. Akantetapi Tidak banyak
precursor beracun dari antibiotik yang telah diteliti.
(v) Hipotesa regulasi; Produksi metabolit sekunder diketahui berhubungan dengan
perbedaan morfologi pada organisma penghasilnya. Pada jamur Neurospora crassa,
karotenoid diproduksi selama sporulasi. Pada Cephalospoium acremonium,
cephalosporin C diproduksi selama idiophase ketika arthospora diproduksi. Sejumlah
contoh dari penglepasan metabolit sekunder berubungan dengan perbedaan morfologi
telah diamati pada jamur. Satu hal yang sangat menarik hubungan antara perbedaan
bentuk dengan produksi metabolit sekunder adalah antara produksi antibiotic peptide
oleh Bacillus spp dengan pembentukan spora. Keduanya, yaitu pembentukan spora
dan produksi antibiotikdihambat oleh glukosa; mutan dari Bacilus yang tidak dapat
membentuk spora juga tidak memproduksi antibiotic, sedangkan pembentukan spora
yang diikuti dengan pembentukan antibiotic terjadi pada actinomycetes. Berbagai
macam siklus yang berhubungan dengan antibiotic dengan pembentukan spora telah
diketahui, tetapi yang paling jelas adalah produksi gramicidin pada saat sporulasi dari
Bacillus spp. Ketiadaan antibiotic menyebabkan terjadi defisiensi parsial pada
pembentukan enzim yang dibutuhkan dalam pembentukan spora, menghasilkan spora
abnormal yang sensitive terhadap panas. Antibiotik peptide oleh karenanya
menghambat gen vegetative yang medorong pertumbuhan spora yang sesuai. Pada
teori ini keberadaan dari metabolit sekunder adalah penting untuk mengatur beberapa
perubahan morfologi pada organisma. Tentu saja terdapat mekanisme eksternal yang
memicu produksi dari metabolit sekunder seperti juga terjadi perubahan morfologi
(vi) Hipotesa dari metabolit sekunder sebagai ekspresi dari reaksi evolusioner
Zahner telah meletakkan 4 siklus yang paling popular untuk metabolit sekunder. Untuk
menghargai hipotesanya, adalah penting untuk diingat bahwa baik metabolism primer
maupun sekunder dikontro oleh gen yang dibawa oleh organisma tersebut. Gen yang
tidak dibutuhkan akan hilang. Sesuai dengan hipotesa tersebut, metabolism sekunder
adalah rumah pembersihan atau tas yang berisi campuran berbagai reaksi biokimia, yang
sedang menjalani testuntuk dilihat kemunkinan bergabung dengan reaksi-reaksi primer
pada sel. Setiap rekasi pada tas campuran rekasi tersebut akan memberikan efek baik
pada setiap proses-proses primer dengan demikian menjadikan organisma lebih cocok
dan bertahan terhadap lingkungan, bergabung menjadi bagian dari metabolism primer.
Menurut hipotesa ini, sifat sifat antibiotic dari beberapa metabolit sekunder secara tidak
sengaja dan bukan didisain melindungi mikroorganisma. Hiposesa ini menarik karena
berimplikasi bahwa metabolit sekunder harus sealu terjadi pada mikroorganisma karena
evolusi adalah prose yang terus berlanjut. Jika itu masalahnya, maka keberadaan
metabolit sekunder terbatas hanya karena keterbatasan pada teknik pendeteksiannya yang
kurang sensitif. Kemungkinan tersebut didukung dengan meningkatnya jumlah antibiotic
yang ditemukan setelah menggunakan metode baru pada proses seleksinya. Jika
kemudian metode deteksi diperoleh, bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi
metabolit sekunder yang ditemukan yang bermanfaat bagi manusia
5.5 SIKLUS SINTESIS METABOLIT PRIMER DAN SEKUNDER YANG PENTING DI INDUSTRI
Sumber utama dari karbon dan energy untuk media industri adalah karbohidrat. Akihr-akhir ini
sering digunakan hydrocarbon sebagai sumber penganti. Katabolisme dari senyawa-senyawa
tersebut akan diterangkan di bawah ini secara singkat karena merupakan rangka karbon dari
sintesis metabolit primer dan sekunder. Hubungan antara siklus dari metabolism primer dengan
metabolism sekunder juga akan diterngakan secara singkat di bawah ini.
Empat siklus dari kaatbolisme dari karbohidrat hingga menjadi asam piruvat telah diketahui.
Empat siklus tersebut terjadi pada bakteri, aktinomicetes dan fungi termasuk juga khamir.
Empat siklus tersebut adalah Embden-Meyerhof-Parmas, Siklus Pentose Phosphate, sikus Entner
Duodoroff dan siklus Phosphoketolase. Walaupun siklus tersebut untuk memecah glukosa,
tetapi karbohidrat lainnya juga dapat dianggap sama siklus pemecahan yang terjadi
(i) The Embden-Meyerhof-Parnas (EMP Pathways): Hasil akhir dari siklus ini adalah
mendegradasi glukosa (C6) menjadi pyruvat (C3) (Gambar 5.3). Daalm kondisi aerobic
biasanya fungsinya tergabung dengan siklus asam Trikarboksilat yang akan mengoksidasi
piruvat menjadi CO2 dan H2O. Dalam kondisi anaerobic piruvat difermentasi menjadi berbagai
macam produk fermentasi, beberapa merupakan produk penting dalam industry.
(ii) The pentose Phosphate Pathway (PP): Disebut juga HexoseMonophosphate Pathway
(HMP) atau siklus phosphogluconate. JIka prouk akhir dari siklus EMP adalah piruvat senyawa
C3, pada siklus PP tidak ada prduk akhir, tetapi gabungan dari triosa (C3), pentose (C5),
heksosa (C6) dan heptosa (C7) fofat. Tujuan utama dari swiklus PP utamanya adalah untuk
menghasilkan energy dalam pembentukan NADP2 untuk biosintesis dan tujuan-tujun lainnya
dan pentose fosfa untuk sintesis nukleotida (Fig 5.4)
Gambar 5.4. Pentose Phosphate pathway
Kompleksitas dati aktivitas di dalam sel telah disebutkan dalam bab 5 ketika mendiskusikan
metabolism dari sel khamir yang diletakkan pada larutan glukosa dan garam ammonium. Sel
khamir terlebih dahulu memungkinkan hidup dalam kondisi glukosa dan garam ammonium.
Pada kondisi yang cocok seperti pH dan suhu, pertumbuhan dari khamir dihasilkan dari
munculnya tunas dalam setengah jam. Hingga mencapai pertumbuhan tunas, ratusan aktivitas
terjadi dalam sel. Berbagai protein baru yang bergabung membentuk enzim dan mensintesis
struktur lainnya; asam nukleat untuk kromosom, dan karbohidrat untuk dinding sel, seluruhnya
disintesis. Ratusan jenis nzim berpartisipasi dalam aktivitas sintesis tersebut. Organisma harus
mensintesis setiap senyawa pada waktu yang tepat dalam jumlah yang tepat. Jika selama dalam
garam ammonium, asam amino di pasok, sel kemudian akan menghentikan absorbs dari garam
ammonium dan menggantikannya dengan asam amino sebagai substrat yang telah tersedia
Beberapa khamir dapat memanfaatkan pati. Khamir tersebut jika di pasok pati dan garam
ammonium, akan menghasilkan enzim untuk memecah pati menjadi gula. Gula yang dihasilkan
kemudian diabsorbsi dan digunakan dengan garam-gara ammonium untuk aktivitas yang
dijelaskan sebelumnya. Jelaslah ketika perlatan genetic organisma telah menentukan
keseluruhan dari bahan-bahan potensial yang harus disintesis, tetapi pada dasarnya apa yang
seharusnya disintesis tergatung pada apa yang tersedia di alam. Yang paling penting,
mikroorganisma tidak hanya dapat memutuskan kapan membuat dan mengsekresi enzim untuk
dapat memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekelilingnya tetapi juga dapat pula menentukan
kapan berhenti mensintessis senyawa tertentu jika telah tersedia. Kemampuan mekanisma on
dan off pada proses sintesis memungkinkan organisma mencegah terjadinya over
production dari suatu bahan tertentu. Jika tidak memiliki mekanisma regulasi, akan
menyianyiakan energy dan sumber-sumber (yang biasanya terbatas di alam) untuk
menghasilkan bahan yang tidak dibutuhkan.
Organisma yang efisien yang tidak menyianyiakan bahan baku dalam memproduksi bahan yang
tiak dibutuhkan, akan bertahan baik dalam lingkungan alam dimana kompetisi terjadi.
Organisma yang tersebut di atas yang dapat bertahan hidup di alam, tidak banyak digunakan
sebagai mikrobioogi untuk industry. Ahli-ahli industry mikrobiologi lebih menyukai, atau
mencari organisma yang tidak efisien, dimana mekanisma regulasinya tidak bagus sehingga akan
menghsilkan produk metabolit tertentu dengan berlebih. Pengetahuan mengenai mekanisma
regulasi dan siklus biosintesa dibutuhkan, agar dapat para microbiologist industry untuk merubah
ata mengacaukan sehingga organisma akan memproduksi bahan secara berlebih.
Dalam bab ini proses-proses dimana organisma mengatur sendiri dan mencegah terjadinya
produksi berlebih dengan melalui pengaturan enzim dan kontrl permeabilitas akan didiskusikan
pada awal. Kemudian akan dilanjutkan dengan diskusi metode bagaimana para microbiologist
merubah atau mengacaukan kedua mekanisme tersebut yang menyebabkan produksi berlebih.
Mnipulasi genetic akan dibicarakan kemudian.
Metode-metode regulasi dan cara mengubah mikroorganisman produksi agar dihasilkan
metabolit dengan produksi berlebih jeuh lebih mudah dimengerti pada metabolit-metabolit
primer dibandingkan dengan metabolit sekunder. Sebenarnya selama beberapa waktu dianggap
bahwa metabolit sekunder tidak perlu diatur Karena mikroorganisma tidak terlalu jelas
membutuhkannya. Dalam diskusi di atas metabolit primer menjadi hal yang utama
dipertimbangkan. Hanya sedikit contoh yang diberikan dalam hubungannya dengan metabolit
primer.
Tipe fermentor seperti pada gambar ( figure.9.1. ) adalah dengan kondisi tangki berbentuk
silinder, bagian atas tertutup rapat, sedangkan di bagian dalam ada empat atau lebih sudu-sudu
yang menempel pada dinding tangki, disekeliling tangki terdapat chamber sebagai jaket air dan
coil / elemen untuk pemanasan atau pendinginan, terdapat bagian yang disebut sebagai aliran
aerasi, juga ada mixer agitator yang biasanya terpasang impeller ( kipas pengaduk ), ada juga
bagian / lubang yang dipakai untuk memasukkan mikroorganisme ataupun makanya ( nutrisi )
sekaligus berfungsi untuk tempat pengambilan sample, dilengkapi juga dengan lubang
pembuangan gas. Fermentor modern biasanya dengan sistim automatis mengenasi sistim
monitorinya, pengawasanya atau data record mengenai pH, Oksidasi-reduksi Potensial, Oksigen
terlarut, sisa oksigen dan karbon dioksida yang keluar, dan komponen kimia larutan fermentasi (
untuk fermentasi beer disebut sebagai larutan baku sebelum diekstrak ).Tidak semua criteria
yang diproses menggunakan sistim automatis bisa dilakukan dengan fermentor sistim
manual.Hal yang pernting dalam pembuatan fermentor adalah tingkat dan cara kerbersihanya,
sebab fermentor baik cara pembuatan maupun instalasinya memerlukan biayamahal, begitu jua
dengan perawaytanya jika banyak melakukan modifikasi, jadi sebaiknya dibuat oleh sautu
instansi yang mengerti cara pembuatanya dan perawatanya untuk periode penggunaan fermentor
dalam jangka waktu yang lama, termasuk komponen penunjang/ spare-part yang akan untuk
periode kedepan.
9.2.1. Bahan untuk pembuatan fermentor.
Fermentor sistim batch sederhana hanya dengan tangki terbuka yang terbuat dari kayu,
semen, besi tanpa adanya pengatur pH dan temperature, sedangkan pengaturan temperature
hanya dikendalikan didalam ruangan / gedung saja. Beberapa perlakuan untuk pembuatan
fermentasi beer, hanya doilakukan dengan fermentasi terbuka selama beberapa tahun. Perlakuan
tersebut tidak praktis, bahkan adanya jamur yang masuk bisa sebagai konsumsi makanan dari
hewan-hewan kecil yang hidup dipermukaan fermentor. Terjadinya kontaminasi harus dibatasi,
sebab kondisi asam dari media itulah yang dipakai. Bagaimanapun untuk fermentasi harus
dilakukan pembatasan kontaminasi dengan kondisisteril dan tertutup dari kondisi lingkungan
sekitarnya. Sebagai contoh dalam industri pembuatan antibiotic bahan yang akan dipakai
disterilisasi menggunakn uap / steam. Untuk ukuran besar suatu cairan bisa menggunakan cara
system tekanan hidrostatik kapasitas besar. Bahan material stainless-steel umum dipakai untuk
uji coba skala kecil dan produksi fermentasi. Fermentor skala laboratorium biasanya
menggunakan gelas pyrek didalam tabung autoclave.
Jika ada suatu material yang mudah korosif sepersi asam sitrat ( citric acid ), maka
sebaiknya fermentor dibuat dari stainless-steel yang tahan karat, beberapa material yang korosif
akan bercampur dengan media, seperti kandungan logam besi akan memnengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, jadi pelapisan fermetor akan sangat dianjurkan dalam pembuatannya,
pelapisanya bisa menggunakan material kaca / glass, atau plastic seperti phenol epoxy plastic
coating. Bahan pelapis yang digunakan harus sesuai dan tidak menyebabkan terjadinya abrasi /
pengelupasan dinding fermentor, penggunaan lapisan material kaca sangat sedikit digunakan,
sebab disamping biaya yang tinggi juga mudah pecah. Dalam rangka menghindari terjadinya
kontaminasi, maka dalam pembuatan tabung / tangki fermentor harus dilakukan dengan
pengelasan yang baik dan rapat, jika ada lubang sedikit saja maka bisa mengakibatkan adanya
kontaminasi dari timbuhnya mikroorganisme agar terjaga dalam kondisi steril. Tempat
sambungan masuk dan keluar sebaiknya dirancang adanya tempat / kotak khusus agar tidak
menyu;litkan proses sterilisasi, sedangkan gasket sambungan dipakai yang tidak berporous (
matial berlubang-lubang ).
( Gambar 9.2 )
Pemisah / tahanan seperti diuraikan di atas ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :
( I ) Gas- Film Penahan antara gas dan Pemisahnya
Gas- Cairan Tahanan Pemisah
( iii ) Cairan – Lapisan Penahan antara pemisah dan persediaan cairan
( iv ) Cairan – Saluran Penahan yang dikarektiriskan aliran persediaan oksigen.
( V ) Cairan – Lapisan Penahan sekitar cell atau koloni cell
( vi ) Penahan untuk reaksi( penyerapan ) oksigen dengan cell respirasi enzim.
Dalam sistim ini, dalam proses pemindahan / pengaliran oksigen dari gelembung gas ke dalam
cairan, akan tertahan / terhenti karena adanya lapisan gas dan lapisan cairan diantara kedua sisi
didalamnya. Penahan dalam lapisan ini aakan mengalirkan larutan tergantung dari derajat agitasi
/ pengadukan. Dalam beberapa kasus, bahwa oksigen akan tertahan pada lapisan, tetapi lapisan
tersebut akan rusak dengan adanya perputaran / pengadukan.
Fungsi dari proses pangadukandalam fermentasi sebagai berikut :
1. Terjadinya pencampuran gas atau udara sama air pada area bisa dalam jumlah besar.
2. Mereduksi faktor ketebalan, yaitu aliran oksigen yang tertahan oleh lapisan menjadi
lebih rata pada setiap gelembung.
Bentuk yang jernih seperti yang terlihat di gambar menunjukkan bahwa gelembung lebih bagus,
dalam jumlah oksigen lebih besar untuk total area, maka akan berpengaruh terhadap jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Agitasi / pengadukan dan aerasi menjadi faktor
yang sangat penting dari fermentor dengan sistim aerasi. Proses dengan kapasitas ribuan liter
media, maka proses agitasi dan aerasi memerlukan biaya yang cukup tinggi. Seperti yang telah
diuraikan sebaiknya melbatkan tenaga ahli dalam pembuatan fermentor agar beberapa faktor
seperti perhitungan tangki, aliran udara dan kebutuhan energy / power bisa diperhitungkan.
Penguapan air dari fermentor dilewatkan melalui filter / saringan yang disterilisasi dengan steam
/ uap dari waktu ke waktu / terus menerus. Perlakuan ini untuk menegah tumbuhnya
mikroorganisme yang bersifat pathogen ( seperti halnya Vaksin ). Posisi instalasi pipa penguapan
dimulai dari awal sterilisasi udara guna mencegah terjadinya kontaminasi. Untuk selanjutnya,
batang pengaduk impeller dihubungkan dengan motor enggerak dan seal / pelindung di dalam
tangki fermentor aga terhindar dari kontaminasi.
Udara steril yang diperlukan pada beberapa proses fermentasi aerob dan udara steril diproduksi
di dalam beberapa cara termasuk iradiasi, penyerapan partikel electrostatic, digunakan untuk
menghasilkan panas dari pemampatan gas. Tetapi method yang paling banyak digunakan adalah
melewatkan udara melalui filter-filter yang bahannya terbuat dari cellulose nitrat, atau bahan
cotton dan bahan-bahan lain yang telah distandarkan.Sterisasi akan diuraikan secara jelas pada
bab 11.
Persediaan oksigen disamping untuk pertumbuhan mikroorganisme, berfungsi juga untuk
menguangi tekanan udara dan membantu / mencegah terjadinya penguapan metabolism, bisa
juga berfungsi mengaurangi terjadinya kontaminasi oleh tekaan udara yang berleihan.
2. Fermentasi skala sedang, akan lebih cepat menghasilkan busa / foam, kemudian sistim
aerasi dan pengadukan bisa tidak optimal akibat busa ang berlebihan. Proses tersubut
akan mengakibatkan transfer oksigen menjadi berkurang.
3. Jika busa bisa dihilangkan, kemudian kontaminasi bisa diuraikan dengan adanya
gelembung yang besar dan dikembalikan dalam skala sedang melalui filter / saringan dan
lainya termasuk komponen yang tidak steril.
4. Bahan organic maupun ion an-organik yang membetuk ion komplek bisa dihilangkan dari
media dengan adanya gelembung terapung / melayang, fenomena ini bia dilihat pada
industry beer, ketika protein, resin, dekstrin dan lainya, akan terkonsentrasi membentuk
lapisan busa. Kehilangan nutrisi daro proses fermenasi adalah sangat mungkin dan
mengakibatkan hasil fermentasi bekurang.
5. Bisa dilihat bahwa pada hasil fermentasi bisa berkurang dengan pengujian pada saat
proses gelembung terapung. Adapun kehilangan secara nyata dalam pengujian
laboratorium dengan antibiotic, monamycin.
Busa bersifat tidak stabil, biasanya hanya akan bertahan pada kisaran 20 detik dan
berlangsung pada proses selanjutnya.
2. Tidak mempengaruhi rasa dan bau / aroma, karena adanya perubahan yang terasa secara
organoleptik akan mengakibatkan penolakan produk, apalagi yang berhubungan langsung
dengan konsumen ( produk consumer god ). Secaratepat dalam pemakaian antifoam
dengan basis silicon dalam industry beer harus sesuai dengan ambang batas yang di
tetapkandan tidak mempengaruhi kualitas saat proses pemanasan, kadar silicon harus
dihilangkan supaya tidak mengganggu kestabilan busa pada ruang permukaan diatas
untuk produk beer.
6. Bisa aktif untuk pemakaian dalam jumlah kecil, murah dan tahan lama.
Penambahan antibusa dapat dilakukan secara manual ketika tampak timbul busa. Akan tetapi
metode tersebut menjadi mahal karena proses harus selalu diperhatikan. Penambahan antibusa
secara otomatis sekarang lebih sering digunakan yang hanay bergantung pada sensor yang akan
bekerja ketika busa meningkat dan menyentuhnya. Metode modern adalah system yang
diaktifkan menggunakan listrik. Sistem lainnya adalah memberikan antifoam dengan
menyemprotkan bersama udara atau dengan memberikannya terus-menerus sedikit-sedikit.
Secara umum, bahan ini bekerja dengan cara memecahkan busa dan melarutkannya.
Beberapa kimia antifoam akan diuraikan dalam table 9.1. Kebanyakan antifoam berfungsi
dengan baik ika dalrutkan dengan bahan pereaks yang cocok. Seperti halnya Alkaterge C ( merk
dagang ) minyak paraffin merupakan bahan yang ditemukan sebagai pereaksi terbaik.
9.2.5. Proses control pada Fermentor
Proses ferentasi biasanya diikuti dengan memonitor berbagai jenis parameter
operasional seperti pH, udara masuk, Gas yang dihasilkan, suhu, factor-faktor lainnya
seperti rendemen sel, produksi bahan metabolit juga ikut diukur. Keakuratan
pengukuran berdasar pada peralatan yang digunakan. Disini akan dibicarakan prinsip
dari peralatan ukur yang digunakan dalam fermentasi.
Pada metode polarografik, arus elektrik negative voltase 0.6-0.8 dilalukan melalui
elektroda yang dicelupkan pada elektrolit yang terbuat dari potassium klorida netral.
Nogatif elektroda (katoda) tersebut terbuat dari lagam mulia seperti platimun atau emas
sedangkan anodanya terbuat dari calomel atau Ag/AgCl. Pada kondisi ini oksigen
terlarut kemudian direduksi pada permukaan dari katoda sesuai dengan reaksi sebagai
berikut :
Arus yang diukur setelah melalui elektrolit sebanding dengan oksigen yang terlarut yang
bereaksi pada katoda, anoda dan cairan elektrolit yang dipelajari. Oksigen terlarut
berdifusi melalui membrane dan reaksinya pada katoda diukur menggunakan alat
pengukur arus. (gambar 9.5). Elektrolite segera akan menjadi lemah akibat
penggantian konstan Cl oleh OH sehingga elektrolit harus diganti.
Pada metode galvanic, tidakada sumber listrik eksternal yang digunakan, dan listrik
tersebut dihasilkan antar logam dasar anoda (seng atau cadmium) dan logam mulai
katoda (perak atau emas) yang cukup untuk mereduksi oksigen pada katoda. Reaksi
tersebut adalah :
Cathode: O2 + 2H2 + 4e _ 4 OH
Anode: Pb _ Pb2+ + 2e
Overall: O2 + 2Pb + 2H2O _ 2Pb(OH)2
Pada prinsipnya sama dengan metode sebelumnya. Arus listrik yang dihasilkan dari
system sebanding dengan jumlah oksigen yang bereaksi pada katoda. Pada dasarnya
elektrolit tidak ikut bereaksi tetapi permukaan anoda lama-kelamaan akan teroksidasi.
9.2.5.4 Tekanan
Tekanan gas perlu diketahui agar tekanan positif dapat dijaga. Tekanan positif
membantu mengurangi kontaminasi dan berkontribusi terhadap kecukupan aerasi.
Tekanan dapat diketahui melalui alat manometer.
9.4.1.2.3 Fermentasi kontinyu satu atau lebih tahap dengan daur ulang
Broth yang keluar dari fermentor dapat terbebas dari organism dengan cara
disntrifugasi sedagkan supernatantnya dikembalikan lagi ke system. Sistem ini
digunakan jika bahan media sulit didegradasi atau tidak mudah untuk didegradasiatau
tidak mudah larut dalam air seperti misalnya kelompok hidrokarbon. Daur ulang dapat
dilakukan pada fermentor satu tahap. Pada fermentor multi tahap, daur ulang
melibatkan beberapa wadah yang berurutan sesuai dengan kebutuhan