Manajemen mutu terpadu menerapkan metode-metode kuantitatif dan sumber daya manusia
untuk manusia untuk meningkatkan mutu material dan pelayanan yang dipasok pada suatu organisasi,
semua proses dalam organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat sekarang
maupun di masa yang akan mendatang.
Tiga prinsip Total Quality Management menurut James R. Evan dan William M. Lindsay adalah
Dalam analisi objek ini dibahas mengenai usaha-usaha yang diberlakukan oleh perusahaan rokok
IMS, serta analisis usaha tersebut berdasarkan ke tiga prinsip TQM
Fokus Pelanggan
Di perusahaan rokok IMS pelanggan dibagi dua, pelanggan internal dan pelanggan eksternal.
Pelanggan internal adalah pelanggan yang terdapat di dalam perusahaan, suatu produk yang dibawa ke
perusahaan dan diterima di bagian operasional merupakan pelanggan dari produk tersebut.
Sedangkan pelanggan eksternal adalah pelanggan yang terdapat diluar organisasi, dalam hal ini
pelanggan adalah pembeli domestik dimana produk berupa rokok dijual langsung di pasar domestik.
Untuk memuaskan pelanggan bukanlah hal yang mudah karena selera pelanggan yang berubah
dari waktu ke waktu. Perusahaan mempunyai pelanggan di kawasan pedalaman dan sebagian kota kecil
di Indonesia. Untuk setiap produk baru perusahaan membuat jumlah kecil dari produk yang
bersangkutan yang digunakan sebagai contoh, contoh ini dikirim ke calon pemakai dengan penjelasan
lengkap tentang spesifikasinya, sedangkan untuk pelanggan lama, perseroan selalu menjaga hubungan
baik dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya serta berusaha mengantisipasi keinginan dan selera
pelanggan.
Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan mencari perbaikan yang terus menerus dari mesin, material,
tenaga kerja, dan metode produksi dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah output
bagi konsumen.
a. Raw Material
Perusahaan menyediakan bahan baku berupa tembakau mentah yang disimpan di dalam
gudang. Melalui proses rajang selama dua tahun didalam gudang, tembakau disimpan dengasn
suhu yang sudah dicocokkan. Apabila suhu yang ditetapkan terlalu lembab akan menyebabkan
tembakau rusak dan apabila tembakau disimpan di suhu yang terlalu panas, tembakau akan
menjadi kering.
b. Sortir
Dalam proses ini tembakau dibersihkan dengan cara di ayak agar debu dalam tembakau hilang.
Lalu memisahkan tembakau yang kualitasnya sudah tidak bagus lagi.
c. Blend
Dalam proses ini tembakau yang sudah disortir diberi rasa dengan cara di spray lalu tembakau
tersebut disimpan ke dalam wadah selama dua minggu. Setelah itu tembakau dimasukan ke
dalam mesin blend untuk dibumbui cengkeh.
d. Pelintingan
Proses ini menggunakan sistem manual, dengan melinting dengan kertas khusus untuk rokok
kretek.
e. Packaging
Proses ini memasukkan rokok yang sudah dilinting ke dalam bungkus rokok. Satu bungkus berisi
12 batang.
f. Storage
Rokok yang sudah dibungkus, lalu disimpan didalam gudang selama satu-dua minggu.
Pengawasan Mutu
Untuk menjaga mutu agar sesuai dengan standar IMS memberlakukan pengawasan yang ketat
terhadap mutu produk yang berupa:
a. Tahap pertama
Dalam tahap ini pengawasan terhadap mutu difokuskan pada tahap awal sampai
sebelum memasuki proses penggulungan, hal ini dilakukan agar pelintingan dan
packaging yang sudah jadi tidak ada cacatnya. Akan tetapi kesalahan yang sering terjadi
adalah sebagian kecil besar lintingan rokok dan hasil packaging tidak rapi bersumber
dari karyawan. Dengan pengawasan ini diharapkan kesalahan yang terjadi dapat ditekan
seminimal mungkin.
b. Tahap kedua
Selanjutnya setelah tahap pertama pengawasan mutu selesai dilakukan terhadap proses
setengah jadi yaitu pada proses pengolahan. Pengawasan yang dilakukan tembakau
haruslah bersih dan tidak ada cacat. Pada proses ini mendapatkan pengawasan mutu
yang cukup ketat karena apabila terjadi kesalahan, produk tidak akan laku di pasaran.
c. Tahap ketiga
Sebagai tahap akhir, pengawasan dilakukan setelah proses penyelesaian bersamaan
dengan proses pengepakan dan pengiriman kepada konsumen. Sebelum produk
dilakukan pengemasan dilakukan pengecekan ulang apakah telah memenuhi standar
mutu yang ditetapkan.
Dengan pengawasan terhadap mutu ini perusahaan berharap dapat memenuhi kebutuhan
konsumen dan memuaskan pelanggan. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses perbaikan
berkesinambungan harus mengidentifikasi kunci utama persoalan yaitu proses utama yang mempunyai
pengaruh paling kuat terhadap proses lainya serta berdampak terhadap kelancaran proses produksi.
Setelah di identifikasi, perbaikan yang kontinyu dan sistematis dapat dilaksanakan yaitu dengan
menunjuk orang-orang yang bertanggung jawab atas pola, oprasional dan perbaikan seluruh sistem.
Keterlibatan total
Proses akhir dari tqm adalah keterlibatan total dimana pada proses ini melibatkan keseluruhan
organisasi yaitu para manajer dan bawahanya.
Partisipasi sebanyak mungkin karyawan dan atasan perusahaan rokok dalam program peningkatan mutu
sering menjadi kunci utama pencapaian produktifitas, efisiensi dan efektifitas mutu produk. Dengan
meningkatkan daya saing dan pada akhirnya akan mempertahankan tingkat keuntungan perusahaan.
Dalam menganalisa sebab terjadinya masalah, karyawan diajak untuk bekerja sama karena
karyawan lah yang lebih mengerti perusahaan tersebut. Dengan melibatkan mereka manajer berharap
dapat memperoleh informasi penting untuk masalah yang terjadi.
Dengan demikian perusahaan rokok IMS sudah melibatkan seluruh karyawan dalam kegiatan
operasional dimana karyawan diberikan kebebasan untuk berkembang. Menurut prinsip TQM hal ini
telah sesuai dengan yang disarankan karena keberhasilan dan berkembangnya suatu perusahaan ada di
tangan pimpinan dan karyawan yang saling bekerja sama.
Gambar 4.1
Diagram tulang ikan (fishbone) Jenis Cacat pada Tembakau Busuk
MANUSIA Ceroboh
Kurang
Paham Proses kurang tanggung jawab
MATERIAL MESIN
MANUSIA Ceroboh
Kurang
Pengalaman kurang tanggung jawab
MATERIAL MESIN
a. Manusia
- Kurang pengalamanya karyawan
- Kurangnya rasa tanggung jawab dan mengakibatkan kecerobohan
- Kondisi karyawan yang kurang perhatian karena jenuh
b. Mesin
- Kurangnya perawatan mesin sehingga menganggu proses
- Adanya ganguan listrik sehingga mesin kurang maksimal
c. Material
- Kualitas bahan baku bungkus kertas kurang baik
- Kualitas lem kurang bagus
- Hasil pekerjaan tidakdiperiksa kembali.
Dapat disimpulkan bahwa jenis cacat kemasaan yang tidak rapih lebih dominan disebabkan oleh
faktor bahan baku yang kurang bagus dan komposisi bahan baku yang tidak tepat.
Gambar 4.3
Diagram tulang Ikan (fishbone) Jenis cacat Kemasan tidak Rapi
Kondisi tembakau
Komposisi tdk tepat busuk
Kualistas bahan kurang gangguan listrik
Ruangan terlalu
Lembab setelan mesin tdk tepat mesin tidak berfungsi
Dgn baik
Mesin macet
MATERIAL MESIN
a. Manusia
- Karyawan kurang tanggap dalam proses produksi karna kurang pengalaman
- Kurangnya motivasi sehingga karyawan kurang bertanggung jawab
- Kondisi karyawan yang kurang perhatian karena jenuh
b. Metode
- Prosedur kurang baik
c. Mesin
- Kurang perawatan mesin sehingga menganggu proses
- Adanya ganguan listrik menyebabkan mesin tidak berfungsi secar optimal
d. Material
- Kualitas bahan baku kurang baik
- Komposisi tidak tepat
- Suhu pengatur ruangan tidak tepat
Dapat disimpulkan bahwa jenis cacat tembakau kering lebih dominan disebabkan oleh
penyimpanan bahan baku yang kurang perawataan sehingga kulitas bahan baku kurang bagus.
Diagram pareto
Bagian produksi banyak menemui masalah-masalah seperti yang ditunjukan diagaram pareto
diatas yang berkaitan dengan mutu, sehingga dampak yang paling besar adalah tingginya biaya produksi
akibat banyaknya produk cacat. Sebelum membuat diaagram pareto pertama harus diperhatikan
proporsi keempat unsur biaya mutu terhadap total biaya mutu.
Tabel ini juga menunjukan bagaimana setiap unsur biaya mutu membentuk total biaya mutu
dan dari tabel tersebut dapat dibuat diagram pareto yang meberikan perhatian khusus pada biaya
kegagalan, baik biaya kegagalan internal ataupun eksternal.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa perusahaan rokok ims telah mengambil langakah
yang tepat dalam usahanya untuk memperbaiki mutu dimana terjadi biaya kegagalan dapat dikurangi.
Setelah biaya kegagalan tidak lagi menjadi prioritas utama maka perhatian perusahaan akan
memprioritaskan untuk biaya pencegahan.