Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan

pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan adalah keterampilan

menulis. Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat

produktif aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus

dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa

menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang

mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan

ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika

pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menggunakan

ejaan yang tepat didalam karangan.

Kemampuan dan keterampilan mengarang yang dimiliki siswa

bukanlah merupakan hasil bimbingan guru yang diberikan secara sedikit demi

sedikit dan terus menerus. Hal ini berarti bahwa kemampuan dan keterampilan

mengarang yang diharapkan dapat dimiliki dan dikuasai siswa sebagian besar

dititikberatkan pada keterampilan mengarang yang bersifat fungsional

misalnya mengarang surat.

Mengarang merupakan sarana untuk menenangkan pikiran,

mengembangkan logika, merangkai gagasan, berlatih mengeluarkan pendapat

1
2

secara sistematis dan logis, menimbang-nimbang, memadu aksi-aksi,

berfantasi, dan sebagainya. Memang dapat dikatakan di sini bahwa program

pengajaran mengarang di sekolah bukan bermaksud menyiapkan semua siswa

menjadi sastrawan, melainkan mengarang ditujukan untuk melatih ingatan

siswa tentang pola-pola kalimat yang pernah dipelajari dan akan terampil

mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosa kata yang tepat

dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar serta

menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis yang baik.

Dalam mengarang diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan

pelajaran bahasa, seperti menentukan topik, membuat kerangka, pilihan kata

(diksi), paragraf, kalimat, dan ejaan yang benar.

Tujuan pelajaran mengarang di sekolah sebagai berikut ini:

Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang cukup

terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita;

Terampil mengembangkan gagasan, ide atau topik dan menyusunnya

menjadi karangan yang dapat dipertanggungjawabkan;

Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang telah

dikembangkan dan disusun dengan bahasa yang efektif;

Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman yang

diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa tulis.

Selain tujuan mengarang, siswa diarahkan dan dibekali ilmu yang

sesuai dengan daya tangkapnya, sehingga kemampuan siswa akan benar-benar

dapat diketahui dan diukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa


3

dalam menulis karangan. Pelajaran bahasa dan yang bersifat praktik. Siswa

dituntut terampil dalam menulis, membaca, mendengarkan, dan berbicara.

Mereka cenderung merasa bingung dan banyak menunggu arahan dari guru

yang bersangkutan. Hal ini disebabkan banyak siswa kurang suka menulis

atau membaca, sehinga semua pengalaman ide kreatif mereka tidak

dikembangkan.

Kesulitan yang dialami siswa dalam membuat suatu karangan terdapat

pada tata cara yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam hal ini

untuk dapat menyusun karangan yang baik dan benar diperlukan beberapa

syarat antara lain kemampuan memperoleh kata, menyusun kalimat, paragraf,

menggunakan ejaan, serta memilih tema karangan.

Mengacu dari kesulitan yang sering dialami oleh siswa mengarang

maka penulis bermaksud untuk meneliti dengan judul penelitian “Analisis

Kesulitan Mengarang Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba

Kabupaten Bulukumba.

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah yang akan diteliti

adalah kesulitan siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba.

membuat karangan yang berbentuk cerita (narasi). Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah, kesulitan apakah yang dialami siswa Kelas VII

SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba. dalam membuat karangan cerita

(narasi)?
4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kesulitan siswa dalam

membuat karangan narasi siswa kelas Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba

Kab Bulukumba membuat karangan cerita (narasi).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia khususnya

di kelas Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulumba membuat

karangan cerita (narasi).

2. Diharapkan dari hasil penelitiaan ini sebagai bahan acuan yang dapat

dipakai sebagai landasan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama serta

menambah wawasan peneliti khususnya.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Suatu penelitian yang dilaksanakan untuk membahas permasalahan

tertentu guna mencapai tujuan, tentu membutuhkan sejumlah teori yang akan

dijadikan kerangka landasan dalam penelitian. Oleh karena itu, perlu

diperjelas lebih dalam kerangka teori yang relevan dengan penelitian yang

dilaksanakan seperti pada uraian berikut:

1. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara

tertulis untuk menyampaikan informasi tentang peristiwa yang terjadi

sehingga dengan demikian timbullah komunikasi. Dalam pengertian ini,

keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan

dengan segi penggunaan kata maupun dengan segi pemakaian kalimat.

Menulis merupakan kegiatan menyusun kata, merangkai kalimat sedemikian

rupa supaya pesan yang terkandung dapat disampaikan dengan baik. Untuk

itu, kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatikal sehingga

mampu mendukung pengertian baik dalam taraf kebermaknaan maupun dalam

taraf penilaian. Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

produktif dan ekspresif. Seorang penulis haruslah terampil menggunakan

struktur bahasa dan ejaan bahasa yang tepat.

5
6

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan

harus melalui latihan dan praktik menulis secara teratur. Keterampilan menulis

merupakan ciri dari orang yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi.

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Menulis

bukanlah pekerjaan yang mudah, menulis haruslah penuh penelitiaan,

kesabaran, keuletan, serta mampu mencari dan menemukan ide, gagasan yang

dapat dituangkan kedalam tulisan.

Hawang (1982: 18), mengemukakan bahwa perbuatan menulis itu

bukanlah sekedar menuliskan kembang bahasa (lisan secara otografis), tetapi

lebih dari itu, perbuatan menulis tidak lebih daripada suatu proses pemilihan

dan pengorganisasian pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan semua

faktor, pikiran atau ide yang diperolah secara langsung (melalui membaca dan

mendengar). Ini disebabkan karena kemampuan menulis atau mengarang

membutuhkan proses berpikir yang aktif.

Untuk mendukung keberhasilan menulis harus menguasai beberapa

kemampuan, seperti kemampuan mengungkapkan gagasan, mengungkapkan

unsur-unsur bahasa, mengungkapakan bentuk-bentuk karangan, gaya, ejaan,

dan tanda baca. Semua kemampuan tersebut harus benar-benar dipahami dan

dapat diterapkan dalam bahasa tulis.

Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja,

tidak kurang penting daripada pembaca, walaupun pembaca itu dianggap

sebagai guru dalam mendapatkan pengalaman dan teori. Latihan merupakan

syarat utama untuk mencapai kecakapan apapun. Berpengetahuan tanpa

berlatih, tidak mungkin dapat menghasilkan kecakapan yang sempurna.


7

Kekurangmampuan berbahasa khususnya dalam keterampilan menulis

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, sikap pemakaian bahasa terhadap

bahasa, kesibukan para guru bahasa, metode dan teknik yang kurang

bervariasi, kurang minat siswa terhadap pelajaran menulis, dan latihan

mengajar yang masih kurang (Tarigan, 1987).

2. Bentuk-bentuk Karangan

Karangan dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:

1) Karangan Narasi,

2) Karangan Deskripsi,

3) Karangan Argumentasi, dan

4) Karangan Eksposisi.

Keempat jenis karangan ini terkadang amat sulit untuk dibedakan satu

sama lain, karena batasan masing-masing bentuk seringkali cukup kabur.

Adapun jenis karangan yang diuraikan yaitu karangan yang berbentuk cerita

(narasi).

Menurut Natia (1994: 1) mengarang adalah suatu proses kegiatan

pikiran seseorang yang hendak mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya

kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam bentuk tulisan. Menurut

Akmal (2007: 2) mengarang adalah rangkaian kegiatan manusia yang

menggabungkan pengetahuan, pengalaman, tenaga, akal, dan kekayaan batin.

Menurut Arief (2007: 2) mengarang adalah proses mengemukakan pendapat.

Kegiatan yang harus dilakukan dengan sadar, berarah, dan mempunyai


8

mekanisme, serta persyaratan-persyaratan lain yang perlu diperhatikan agar

karangan berhasil dengan baik.

Mekanisme karangan meliputi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

pada tahap perencanaan karangan dan kegiatan-kegiatan pada tahap penulisan

karangan. Tahap perencanaan karangan merupakan tahap awal atau tahap

periapan dari rangkaian proses penulisan. Sedangkan tahap penulisan harus

memulai dengan topik yang cakupannya terbatas dan mudah dipahami

maksudnya bahwa topik itu tidak terlalu sempit ruang lingkupnya.

3. Definisi Narasi

“Djoko Ruwin (1996:130) mengemukakan bahwa narasi adalah


wacana yang terkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa”.

Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut

urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah memetik

hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain wacana semacam ini hendak

memenuhi keinginan pembaca yang selalu bertanya-tanya. Penataan peristiwa

didasarkan oleh urutan waktu (kronologis).

“Menurut Supriyadi (dalam Munirah, 2006: 5) karangan adalah


rangkaian tuturan yang manceritakan atau menyajikan suatu hal
kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas
pengetahuan pendengar atau pembaca”.

Menurut Fachruddin (1984: 181) narasi adalah karangan yang bersifat

subjektif. Isinya bergantung kepada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun

karangan itu bersumber dari kenyataan, misalnya biografi, namun materi cerita

dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan si pengarang. Sifat

subjektifitas inilah sebagai salah satu pembeda antara karangan narasi dengan
9

pembentuk karangan yang lain. Disamping itu, pada karangan narasi tidak

diperlukan adanya argumentasi untuk menjelaskan uraian ataupun laporan dari

suatu musyawarah.

Sebaliknya, dengan narasi kita dapat mengetahui berbagai cerita, baik

bersifat dongeng, kisah, maupun berupa fiksi dan drama.

Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:

a. Berupa cerita tentang suatu peristiwa, baik peristiwa yang sungguh terjadi

maupun peristiwa yang hanya khayalan (fiksi).

b. Menggunaankan titik pandang tertentu, misalnya penulis sebagai orang

pertama jamak, atau orang ketiga diluar cerita.

c. Rangkaian peristiwa disusun menurut urutan waktu terjadinya.

Dilihat dari isi cerita, Jenis-jenis karangan narasi terbagi atas:

a. Dongeng, ialah sebuah cerita yang isinya hayal semata. Cerita yang

diceritakan tidak akan pernah terjadi. Ada tiga jenis dongeng yaitu;

1) Legenda, ialah dongeng yang isinya dihubungkan dengan

keajaiban alam tentang asal mula suatu tempat, sungai dan sebagainya.

Contohnya: terjadinya Gunung Tangkubang Perahu.

2) Sage, ialah dongeng yang isinya dihubungkan dengan kejadian

yang bersifat sejarah, tetapi pada hakikatnya hayal semata. Contohnya:

dongeng terjadinya Majapahit.

3) Mite, ialah dongeng yang dihubungkan dengan dewa-dewa atau

makhluk lain yang sifatnya dengan ketuhanan. Contohnya: dongeng

terjadinya Gempa Bumi.


10

b. Hikayat, ialah sebuah narasi yang menceritakan tentang peristiwa yang

berhubungan dengan kehidupan keratin, tetapi penuh hayal.

c. Fiksi, ialah karangan yang berdasarkan imajinasi pengarang. Jenis karangan

ini ialah roman, novel, dan cerpen.

1) Roman, ialah jenis fiksi yang menceritakan sifat dan kehidupan

pelaku dari kecil hingga pelaku itu meninggal dunia. Contohnya:

Salah Asuhan, oleh Abdul Moeis.

2) Novel, ialah jenis fiksi yang menceritakan perkembangan jiwa

pelakunya, tetapi tidak perlu dimulai dari kecil. Contoh: Belenggu,

oleh Armin Pane.

3) Cerpen, ialah jenis fiksi yang melukiskan sebagian kecil dari

kehidupan pelakunya.

d. Riwayat hidup, ialah karangan yang mengutarakan riwayat hidup seseorang.

Jenisnya yaitu ;

1) Biografi, ialah karangan yang menceritakan riwayat hidup seseorang.

Contohnya: Ayahku, oleh Hamka.

2) Autobiografi, ialah karangan yang menceritakan riwayat hidup sendiri.

Contohnya: Hikayat Abdullah, oleh Abdullah Bin Abdul Kadir

Munsyi.

e. Kisah, ialah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau perjalanan

seseorang dari suatu negeri ke negeri yang lain. Contoh: Melawat ke Bara,

oleh Adinegoro.
11

f. Drama, ialah cerita yang dilakonkan atau dipentaskan. Contohnya: Sandykala

Ning Majapahit, oleh Sanusi Pane.

4. Teknik Penulisan Karangan Narasi

Teknik penulisan atau cara pengisihan cerita narasi dapat dibedakan

secara umum dalam lima golongan yaitu:

a. Penulis narasi sebagai pelaku utama narator beraksi atau biasa pula dikatakan

bahwa pelaku utama menuturkan ceritanya sendiri.

b. Tokoh bawahan menuturkan cerita tokoh utama, disini penulis tidak berlaku

aktif seperti pada cara.

c. Pengarang pengamat, menuturkan ceritanya dari luar. Biasanya gambaran

hanya sampai pada hal-hal luar saja.

d. Pengarang analitik, yang menuturkan cerita tidak hanya sebagai seorang

pengamat, tetapi berusaha juga menyelam kedalam diri setiap tokoh.

e. Penulis menggunakan cara campuran antara cara (1) dan (4) yaitu satu cara

yang melaksanakan cakapan batin (interior monolog). (Ruwin, 1996: 133-

134).

Dalam memulai menulis narasi, terdapat hal-hal yang perlu

diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca tulisan narasi dan menetapkan

tujuan dari penulisan narasi tersebut. Menulis narasi untuk anak-anak akan

sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Penetapan tujuan juga

sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut

mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai

tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur


12

pembaca. Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam

menulis narasi sehingga akan menghasilkan narasi yang berkualitas.

Untuk menghasilkan tulisan narasi yang berkualitas dan bermutu,

menulis narasi adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan

dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadiaan itu terjadi.

Ada empat hal penting dalam penulisan narasi yaitu:

a. Latar belakang,

b. Masalah,

c. Puncak masalah, dan

d. Penyelesaian.

Latar belakang adalah hal-hal yang mendasari penulisan narasi yaitu

karakter, tempat, dan waktu. Latar belakang ini akan memudahkan pembaca

dalam mengikuti alur cerita. Kemudian terdapat masalah yang akan

diselesaikan diakhir cerita. Masalah ini akan memuncak dan penuh dengan

kejadian-kejadian yang tidak terduga. Puncak masalah ini kemudian diikuti

oleh penyelesaian masalah.

Untuk menarik pembaca, dalam menulis narasi disertai dengan hal-hal

yang detail, baik karakter yang ada dalam cerita, tempat dan waktu kejadian.

Selain tiga hal di atas, pola bahasa sebaiknya juga diperhatikan. Kalimat

langsung dan tidak langsung (reported speech) sering digunakan dalam

penulisan narasi ini. Dengan pola ini, pembaca akan dibawa penulis seolah-

olah berada dalam cerita tersebut. Selain struktur kalimat diatas, kata

penghubung banyak digunakan dalam menulis narasi untuk menggambarkan

kejadian-kejadian yang terjadi. Kata penghubung yang sering digunakan


13

misalnya first, then, next, later, afterwards, dan finally. Kata-kata tersebut

adalah untuk memberikan tanda tentang kronologi cerita.

Berikut ini sepenggal contoh karangan cerita (narasi):

“Hari ini adalah hari pertama Fauzan bersekolah SMP Negeri 3


Bulukumba Ia bangun pukul 04.00 WITA, satu jam lebih awal dari
biasanya. Ia segera ke kamar mandi. Salat Subuh ia lakukan tepat setelah
azan selesai berkumandang. Pakaian seragam baru yang telah ia siapkan
dari kemarin malam, ia pakai dengan rapi. Meskipun tak biasa, ia mencoba
sarapan pagi. Tepat pukul 06.00 ia berpamitan kepada kedua orang tuanya,
kemudian berangkat dengan harapan dan semangat baru.

5. Topik Karangan/Tema Karangan

Menurut arti katanya tema/topik berarti “sesuatu yang telah diuraikan”,

atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini berasal dari kata Yunani

Tithenai yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Dalam kehidupan

sehari-hari kata tema sering dikacaukan pula pemakaiannya dengan istilah

topik. Kata topik juga berasal dari Yunani Topoi yang berarti tempat

(Keraf,1997: 121).

Adapun syarat-syarat topik atau tema antara lain :

a. Tema harus sempit atau terbatas,

b. Menarik perhatian,

c. Sesuai dengan kemampuan penulis,

d. Bahanya dapat diperoleh,

e. Dikenal dan diketahui dengan baik.

Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman,

pendapat/penalaran, pengamatan penyelidikan terhadap sesuatu baik yang

akan dilakukan sendiri di lapangan maupun melalui buku -buku dan karangan-
14

karangan lainnya. Selain itu, imajinatif (daya khayal) dapat dijadikan sumber

bahan penulisan. Namun, topik-topik yang di pilih untuk karangan ilmiah

banyak bersumber pada pengalaman, pendapat/penalaran, pengalaman, dan

penyelidikan.

a. Pemilihan Topik

Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema

sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaran. Penetapan topik

sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik

mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan

merupakan persoalan.

Semua pokok persoalan tersebut dapat dijadikan topik karangan

dengan mempergunakan salah satu bentuk cerita yaitu narasi.

b. Pembatasan Topik

Pembatasan topik memungkinkan penulis untuk menulis dengan

penuh keyakinan dan kepercayaan karena pokok itu benar diketahuinya.

Cara membatasi sebuah topik dilakukan dengan menggunakan cara

berikut:

1) Tetapkanlah topik yang ingin digarap dalam suatu kedudukan

sentral.

2) Mengajukan pertanyaan apakah topik yang berada dalam

kedudukan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut.


15

3) Menetapkan perincian yang akan dipilih.

4) Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci

lebih lanjut.

c. Tema yang Baik

Sebuah tema hanya akan dinilai setinggi-tingginya bila telah

dikembangkan secara jujur dan segar, digarap secara terpenuhi dan jelas.

Sehingga dapat menambah informasi yang berharga bagi perbendaharaan

pengetahuan pembaca.

Karangan yang sudah siap sepenuhnya tergantung pula dari tema

yang telah digariskan, baik yang berbentuk tesis, pengungkapan maksud,

maupun perincian dalam bentuk kerangka karangan. Sebab itu untuk

menyusun sebuah karangan, harus memperhatikan bahwa tema yang

disusunnya merupakan sebuah tema yang baik, yang berbentuk kalimat

maupun berbentuk alinea.

Selain dari sifat tersebut, dan ketetapan perumusan, maka beberapa

syarat lainnya perlu diperhatikan untuk menyusun sebuah tema yang baik

(Keraf, 1997: 138). Syarat-syarat tersebut sebagai berikut:

1) Kejelasan
2) Kesatuan
3) Perkembangan
4) Keaslian, dan
5) Judul yang cocok
16

d. Judul Karangan

Judul karangan adalah nama suatu karangan. Judul karangan tidak

selalu ditentukan sebelum memulai menulis, ada kalangan judul

ditentukan setelah karangan selesai ditulis seluruhnya. Judul bisa hanya

satu kata, kalimat pendek, atau berbentuk kalimat.

Hal-hal yang dipertimbangkan didalam pemilihan judul karangan,

antara lain:

1) Relevan,

2) Singkat,

3) Menarik, dan

4) Jelas

Dari rangkaian kegiatan perencanaan karangan ialah menentukan/

merumuskan judul yang cocok dan sering dikacaukan dengan pengertian

topik atau pokok pembicaraan.

Topik dan judul berbeda, topik adalah pokok pembicaraan atau

pokok masalah yang dibahas dalam karangan, sedangkan judul ialah

kepala atau nama sebuah karangan. Topik harus ditentukan sebelum

penulis memulai menulis, sedangkan judul tidak selalu demikian dapat

atau ditentukan setelah karangan selesai.

e. Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-

garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Sebuah kerangka
17

karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok

suatu topik harus dirinci dan dikembangkan. Kerangka karangan

menjamin suatu penyusunan karangan yang logis dan teratur, serta

memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari

gagasan-gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh

diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat

mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang

semakin lebih sempurna.

Menurut Natia (1994: 5), kerangka karangan adalah bagan

karangan yang memuat garis besar pokok pikiran. Menurut Keraf (1997:

149) karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar

dari suatu karangan yang akan digarap.

1) Manfaat Kerangka Karangan

Kerangka karangan, sehingga penulis dapat menghindari

kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan kerangka karangan

(outline) dapat membantu penulis dalam hal-hal seperti berikut ini:

a) Untuk menyusun kerangka secara teratur.

b) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-

beda.

c) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali

atau lebih.

d) Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.

e) Bila seorang pembaca tidak menghadapi karangan yang

telah siap.
18

2) Penyusunan Kerangka Karangan

Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis

selalu akan berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga

dapat diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Untuk

dapat dikemukakan beberapa langkah yang perlu diikuti oleh penulis

yang sudah mahir. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-

tulisan yang kompleks akan dapat mudah menyusun suatu kerangka

karangan yang baik. Namun, bagi penulis yang baru mulai,

memerlukan beberapa tuntutan.

Langkah-langkah sebagai tuntutan yang harus diikuti sebagai

berikut:

a) Rumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan

yang akan dicapai melalui topik. Tema dirumuskan haruslah

berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.

b) Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang

dianggap sebagai perincian dari tesis atau pengungkapan maksud.

c) Mengadakan evaluasi.

3) Tipe Susunan Kerangka Karangan

Tipe susunan kerangka karangan yang dikembangkan

berdasarkan jalan pikiran penulis adalah:

a) Urutan waktu (kronologis)

b) Urutan ruang (spasial)


19

c) Urutan klimaks atau antiklimaks

d) Urutan kausal

e) Urutan umum-sebab dan khusus-umum

f) Urutan familiaritas

g) Perbandingan dan pertentangan

h) Urutan pemecahan masalah, dan

i) Akseptabilitas

4) Macam-macam Kerangka Karangan

Kerangka karangan dapat dibedakan atas; kerangka karangan

yang berdasarkan sifat perinciannya, dan berdasarkan perumusan teks.

a) Berdasarkan perincian

Berdasarkan perincian yang dilakukan pada suatu kerangka

karangan, maka dapat dibedakan atas kerangka karangan sementara

(non formal) dan kerangka karangan formal.

b) Berdasarkan perumusan teksnya

Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit

sebuah kerangka karangan, maka dapat dibedakan kerangka

karangan atas kerangka topik dan kerangka kalimat.

5) Syarat-syarat Kerangka Karangan Yang Baik

Menurut Keraf (1997: 173) terlepas dari besar kecilnya

kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang dibuat,


20

tiap kerangka yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan

berikut:

a) Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas

Tesis menerapkan tema dari karangan yang akan dibuat.

b) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung

satu gagasan

Tiap unit tidak boleh dirumuskan dalam dua kalimat, atau

kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk berangkat atau

dalam frase koordinat.

c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun

secara logis

Topik-topik bawahan harus mempunyai hubungan dengan

topik atasannya. Tiap topik bawahan harus secara langsung dan

logis menunjang atau memperkuat topik atasannya.

d) Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten

Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua

hal, yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan

dan urutan unit-unitnya.

6) Mengembangkan Kerangka Karangan

Sesudah menyusun kerangka karangan, langkah berikutnya ialah

mengembangkan kerangka karangan atau penulisan karangan yang

sebenarnya.

Agar pembaca tertarik untuk membaca seluruh karangan, maka

selain perlu judul karangan yang baik dan menarik, juga kalimat-
21

kalimat dalam paragraf pertama itu sudah segera memikat dan

menggairahkan pembaca untuk membaca seterusnya.

a) Kalimat permulaan

Kalimat permulaan dapat diumpamakan anak kunci untuk

membuka karangan. Kalimat merupakan kontak yang mula-mula

sekali antara pembaca dengan penulis.

b) Paragraf pertama

Paragraf pertama dalam karangan sangat besar fungsinya.

Paragraf pertama mempunyai peranan sebagai perkenalan bagi

seluruh karangan.

c) Mengakhiri/menutup karangan

Bila yang kita tulis sebuah cerita, paragraf terakhir merupakan

klimaks atau puncak dari cerita.

f. Diksi (Pilihan Kata)

Menurut Arifin dan Fasai (2006: 29) diksi adalah pilihan kata yang

merupakan satu unsur yang sangat penting baik dalam dunia karang-

mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.

Menurut Kridalaksana (1984: 44) diksi adalah pilihan kata dan

kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan

umum atau dalam karang-mengarang.

Beberapa konsep atau pengertian yang hanya menunjukkan tingkat

perbedaan yang kecil dinyatakan dengan kata tertentu. Maka ketepatan


22

pemilihan kata (diksi) dan pemetaan kata menimbulkan kejanggalan yang

segera terasa oleh setiap pendengar atau pembaca.

g. Pembentukan Paragraf

Sebuah paragraf dapat terdiri atas sebuah kalimat atau lebih,

namun tidak satupun dari kalimat-kalimat tersebut membahas masalah

lain, semuanya membahas satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian

erat dengan masalah tersebut.

Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema dan

perkembangannya, Kridalaksana (1984: 154).

Membuat karangan ada dua macam cara penulisan paragraf, yaitu:

a) Cara tekuk, yaitu awal paragraf dengan menuliskan huruf awal

kalimat pertama menjorok ke tengah.

b) Cara lurus, awal paragraf lurus sama dengan garis pinggir.

Biasanya jrak spasi lebih lebar dari spasi biasa.

Menurut Arifin dan Tasai (2006: 132) ada beberapa macam

paragraf, yaitu:

a) Paragraf pembuka

b) Paragraf pengembang

c) Paragraf penutup

h. Kalimat Efektif dalam Karangan


23

Menurut Keraf (1997: 38) kalimat adalah suatu bentuk bahasa yang

menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara

keseluruhan untuk dikomunikasikan oleh orang lain. Menurut Arief (2007:

14) kalimat adalah susunan kata atau kelompok yang teratur dan

mengandung maksud atau pikiran yang jelas.

Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk

menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau

pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis.

Menurut Arifin dan Tasai (2006: 99) kalimat efektif dalam

karangan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Kesepadanan

Yang dimaksud kesepadanan di sini adalah keseimbangan antara

pikiran dan struktur bahasa yang dipakai.

b) Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang

digunakan dalam kalimat.

c) Ketegasan

Yang dimaksud ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan

penonjolan pada ide pokok kalimat.

i. Ejaan

Menurut Arifin, ejaan adalah keseluruhan peraturan

melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu


24

(penulisan dan penggabungan dalam satu bahasa). Secara teknik, yang

dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan

penulisan tanda baca.

Pengaturan ejaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:

250), adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,

kalimat, dsb) dibentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Sejalan dengan pengertian di atas, Ruwin (1995: 30)

mengemukakan bahwa ejaan adalah perlambangan fonem huruf. Sistem

ejaan suatu bahasa ditetapkan sebagaimana fonem-fonem dalam bahasa

yang bersangkutan itu dilambangkan. Lambang fonem sering dinamakan

huruf dan satu huruf disebut abjad.

j. Tanda Baca

Tanda baca adalah karangan selalu berupa bahasa yang tertulis.

Bahasa tulis tidak sama dengan bahasa lisan. Banyak alat-alat bahasa

seperti lagu, jeda, nada, dengan bahasa tulis. Jadi, tanda baca itu

merupakan alat bantu untuk menjelaskan maksud penuturan.

1) Tanda titik (.)

2) Tanda koma (,)

3) Tanda titik koma (;)

4) Tanda ellipsis (…)

5) Tanda tanya (?)

6) Tanda seru (!)


25

7) Tanda kurung ( ( ) )

8) Tanda petik (“…”)

9) Tanda titik dua (:)

k. Penulisan Kata

Beberapa hal penulisan kata menurut Pedoman Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan (EYD), adalah:

1) Bentuk dasar atau gabungan kata, awalan dan akhiran

2) Penulisan kata majemuk termasuk istilah-istilah khusus

3) Kata depan di dan ke ditulis terpisah kecuali kepada

B. Kerangka Pikir

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa dalam mengarang bukan

hanya kemampuan merangkaikan kata-kata dan kalimat yamg perlu dikuasai,

tapi lebih jauh daripada itu harus menyesuaikan bentuk karangan dengan

isinya. Dengan kata lain, seorang pengarang harus menguasai suatu bentuk

dan isi karangan yang akan disampaikan pada pembaca atau pendengar.

“Menurut Supriyadi (dalam Munirah, 2006: 5) karangan adalah

rangkaian tuturan yang manceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian

melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan

pendengar atau pembaca”.

Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut

urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah memetik

hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain wacana semacam ini hendak
26

memenuhi keinginan pembaca yang selalu bertanya-tanya. Penataan peristiwa

didasarkan oleh urutan waktu (kronologis).

Sebaliknya, dengan narasi kita dapat mengetahui berbagai cerita, baik

bersifat dongeng, kisah, maupun berupa fiksi dan drama.

Dalam memulai menulis narasi, terdapat hal-hal yang perlu

diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca tulisan narasi dan menetapkan

tujuan dari penulisan narasi tersebut. Menulis narasi untuk anak-anak akan

sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Penetapan tujuan juga

sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut

mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai

tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur

pembaca. Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam

menulis narasi sehingga akan menghasilkan narasi yang berkualitas.

Selanjutnya, yang perlu diketahui dalam menulis narasi ada beberapa

langkah yang harus ditempuh, yaitu judul karangan, topik karangan, kerangka

karangan, diksi (pilihan kata), paragraf, kalimat dan ejaan.

Untuk lebih jelasnya, kerangka yang dijadikan sebagai acuan kerangka

berpikir di dalam menganalisis kesulitan mengarang cerita narasi pada

penelitian ini:
27

Bagan Kerangka Pikir

Mengarang

Karangan Narasi

Judul Topik Kerangka Diksi (pilihan


paragraf kalimat ejaan
Karangan Karangan Karangan kata)

Wujud Kesulitan Mengarang


Narasi
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah kesulitan

mengarang Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab. Bulukumba

Kab Bulukumba.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran singkat dari penelitian.

Desain penelitian adalah rancangan penelitian dari perumusan masalah

sampai akhir yang diperoleh.

Penulis menempuh beberapa tahap penelitian untuk memperoleh

hasil yang maksimal.Tahap yang ditempuh penulis adalah melakukan

observasi atau pengamatan terhadap objek. Kemudian melakukan studi

kepustakaan dengan bertujuan mengungkapkan latar belakang penelitian

serta mengidentifikasi pokok permasalahan yang menjadi ruang lingkup

penelitian, dan merumuskan masalah untuk memperjelas sasaran atau

tujuan, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.

Tahap selanjutnya adalah peneliti mengadakan penyelidikan

terhadap variabel yang telah dikemukakan. Kemudian mengumpulkan

beberapa teori melalui studi pustaka dengan cara mengamati dan mencatat
28
29

teori-teori tersebut, memberikan definisi terhadap variabel yang

telah ditentukan. Tahap berikutnya menentukan metode penelitian yaitu

metode analisis deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk memberikan

gambaran atau cerita tentang kesulitan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3

Bulukumba Kab Bulukumba. membuat karangan yang berbentuk karangan

Narasi.

Dalam menerapkan metode tersebut, penulis menerapkan beberapa

hal sebagai berikut:

a. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah bentuk

tugas tertulis. Bentuk tertulis yang dimaksud adalah pemberian tugas

secara tertulis kepada siswa yaitu membuat karangan berbentuk cerita

(narasi).

b. Cara Penilaian

Cara penilaian adalah penilaian kuantitatif. Dengan cara ini hasil

yang dicapai oleh siswa sampel disajikan dalam bentuk bilangan yang

mempunyai rentangan nilai 1-10.

c. Standar Penilaian

Sejalan dengan prinsip belajar tuntas dalam penelitian ini

digunakan standar penilaian mutlak, dengan krateria ketuntasan

maksimal (KKM) yaitu siswa sample harus mendapat nilai 6,8 ke atas

sebanyak 85% (KTSP). Dalam hal ini akan dipusatkan pada kesulitan

siswa kelas VII dalam membuat karangan narasi.


30

d. Analisis Penilaian

Analisis penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan

siswa kelas VII secara perorangan. Kita harus menafsirkan dan

menarik suatu kesimpulan dari suatu hasil tes. Skor mentah yang

diperoleh dari hasil tes tidak banyak artinya tanpa diolah lebih lanjut

Cara yang digunakan untuk memperoleh skor mentah adalah

mengubah skor mentah menjadi nilai dengan berpedoman pada

label penilaian.

e. Pengolahan Hasil Tes

Penelitian ini ditetapkan cara pengolahan nilai hasil

tugas dengan mengubah skor mentah menjadi nilai akhir dengan cara

sebagai berikut :

1) Karangan yang dibuat siswa maksimal 6 paragraf.

Karangan yang menggunakan judul yang baik diberi skor 5,

topik yang sesuai dengan judul diberi skor 10, kerangka karangan

yang sesuai dengan urutan dalam karangan diberi skor 5, pilihan

kata yang tepat dengan karangan diberi skor 10, kalimat yang

efektif diberi skor 10, ejaan yang sesuai dengan EYD diberi skor

10, paragraf yang beraturan diberi skor 10. Jadi, skor maksimun tes

itu adalah 6 x 10 = 60.

2) Apabila skor siswa tersebut ditafsirkan menjadi nilai

standar 1-10 maka memperoleh nilai dengan rumus:

Skor perolehan siswa


N = x 10
Skor maksimal
31

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah kesulitan

mengarang dalam bentuk karangan narasi siswa kelas VII yaitu kesulitan

dalam menentukan judul karangan, topik/tema karangan, kerangka karangan,

pilihan kata, kalimat yang tidak efektif, ejaan yang terdiri tanda titik, tanda

koma, huruf kapital, huruf miring, tanda titik koma, dan paragraf.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

populasi.

Populasi penelitian adalah semua individu yang menjadi subjek

penelitian, (Arikunto 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini sejumlah

individu pada objek penelitian, yang dijadikan populasi adalah Siswa

Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba. yang jumlahnya

214 siswa dengan perincian 108 Perempuan dan 106 siswa Laki-laki.
32

Tabel 1
Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab. Bulukumba.

No. Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah

VII.A 19 13 32
1.

VII,B 16 15 31
2.

3. VII.C 9 23 32

4. VII. D 16 14 30

5. VII.E 23 9 32

6. VII.F 14 16 30

7 VII G 11 16 27

108 106 214


Jumlah

Sumber : Daftar hadir Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba


Kab Bulukumba. tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Sampel

Berdasarkan pada tiori penarikan sampel yang dikemukakan.

Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa: “Apabila jumlah populasi

kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sebagai sampel.

Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20 – 25%

atau berapa saja, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari besar

kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.


33

Dengan mengacu pada pendapat tersebut diatas, dengan jumlah

populasi sebanyak 7 kelas, maka penulis hanya mengambil 62 siswa untuk

dijadikan randong sampel penelitian yaitu kelas VII.A dan kelas VII.D

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah memberikan tugas membuat karangan

Narasi kepada siswa Kelas VII.1 dan Kelas VII.4 SMP Negeri 3 Bulukumba

Kab. Bulukumba.

Setelah siswa sampel mengarang, peneliti mengumpul dan memeriksa

kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut untuk mengidentifikasi

kesulitan mengarang siswa. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan siswa

semakin besar pula tingkat kesulitannya.

Adapun yang akan dinilai peneliti adalah sebagai berikut ini :

1. Unsur-unsur karangan yang dinilai

1. Judul karangan

2. Pilihan kata (Diksi)

3. Kalimat

4. Ejaan

a. Tanda titik

b. Tanda koma

c. Tanda titik koma

d. Huruf capital

5. Isi karangan
34

2. Skor keseluruhan (skor maksimal) adalah 50 yaitu karangan yang

dibuat siswa harus memuat minimal 5 paragraf. Karangan yang

menggunakan judul yang baik diberi skor 10, pilihan kata yang tepat

dengan karangan diberi skor 10, kalimat yang efektif diberi skor 10, ejaan

yang sesuai dengan EYD diberi skor 10, Isi karangan yang sesuai dengan

jumlah paragrap yang ditentukan diberi Skor 10. Jadi skor maksimun tes itu

adalah 5 x10=50.

Tabel 2

Teknik Pemberian Skor karangan Siswa.

NO Aspek yang dinilai Rentang Skor


1 Judul 1 --- 10

2 Diksi (Pilihan kata) 1 --- 10

3 Penggunaan kalimat 1 --- 10

4 Penggunaan Ejaan 1 --- 10

5 Isi Karangan 1 --- 10


Jumlah Skor Maksimal 50

3. Untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh siswa sample, peneliti

menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor Perolehan Siswa


N = x 10
Skor Maksimal

Keterangan :

N = Nilai.

4. Teknik Analisis Data


35

a.Teknik persentase

Data penelitian yang telah dinilai dengan teknik persentase. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui persentase siswa.

Untuk memberikan nilai terhadap tugas setiap siswa, dilakukan

dengan jalan menggunakan rumus :

Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,8


N = x 100
Jumlah siswa yang diteliti

Keterangan N = Nilai

BAB IV
36

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Pada bagian analisis data, penulis akan menguraikan data penelitian

yang diperolh dalam pengumpulan data. Data penelitian yang akan diuraikan

penulis sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya.

Masalah yang menjadi fokus perhatian adalah kesulitan apakah yang dialami

siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba dalam membuat karangan cerita

(narasi). Adapun data yang ditemukan dalam dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 3

Hasil perolehan dan nilai sampel dalam membuat karangan narasi

No. Kode Sampel Skor Penilaian Nilai


1 2 3 4
1 001 30 6,0
2 002 32 6,4
3 003 34 6,8
4 004 41 8,2
5 005 40 8.0
6 006 45 9,0
7 007 37 7,4
8 008 43 8,6
9 009 45 9,0
10 010 23 4,6
11 011 25 5,0
12 012 22 4,4
37

13 013 41 8,2
14 014 30 6,0
15 015 31 6,2
16 016 32 6,4
17 017 34 6,8
18 018 36 7,2
19 019 34 6,8
20 020 22 4,4
21 021 35 7,0
22 022 26 5,2
23 023 24 4,8
24 024 27 5,4
25 025 21 4,2
26 026 31 6,2
27 027 35 7,0
28 028 34 6,8
29 029 36 7,2
30 030 40 8,0
31 031 29 5,8
32 032 37 7,4
33 033 24 4,8
34 034 32 6,4
35 035 21 4,2
36 036 32 6,4
37 037 27 5,4
38 038 28 5,6
39 039 30 6,0
40 040 34 6,8
41 041 38 7,6
42 042 25 5,0
43 043 24 4,8
38

44 044 26 5,2
45 045 25 5,0
46 046 23 4,6
47 047 21 4,2
48 048 31 6,2
49 049 44 8,8
50 050 43 8,6
51 051 43 8,6
52 052 27 5,4
53 053 25 5,0
54 054 27 5,4
55 055 23 4,6
56 056 22 4,4
57 057 22 4,4
58 058 28 5,6
59 059 29 5.8
60 060 31 6,2
61 061 26 5,2
62 062 37 7,4

Sumber: Hasil Pengumpulan Data Siswa Sampel

Dari table 3 di atas tampak dengan jelas hasil perolehan skor dari siswa

yang mnjadi sample penelitian. Hasil perolehan skor pada siswa sample tersebut

secara tidak langsung menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mengarang

narasi. Variasi perolehan skor pada table 3 diatas mengidentifikasi variasi tingkat

kesulitan siswa dalam membuat suatu karangan narasi pada siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Bulukuba.
39

Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan diuraikan peringkat hasi

tes siswa sample berdasarkan skor yang dicapai. Uraian hasil tes tersebut,

dilakukan untuk mengetahui tinkat kesulitan siswa dalam membuat karangan

cerita (narasi) selain itu dapat diketahui skor tertinggi yang dicapai siswa sample

sehingga degan muda dapat dilihat kesulitan yang dialami siswa dalam membuat

karangan narasi.

Tabel 4

Peringkat hasil tes siswa sample dalam membuat Karangan Narasi

No. Kode Sampel Skor Penilaian Nilai


1 2 3 4
1 006 45 9,0
2 009 45 9,0
3 049 44 8,8
4 008 43 8,6
5 050 43 8,6
6 051 43 8,6
7 004 41 8,2
8 013 41 8,2
9 005 40 8,0
10 030 40 8,0
11 041 38 7,6
12 007 37 7,4
13 032 37 7,4
14 062 37 7,4
15 018 36 7,2
16 029 36 7,2
17 021 35 7,0
18 027 35 7,0
40

19 003 34 6,8
20 017 34 6,8
21 019 34 6,8
22 028 34 6,8
23 040 34 6,8
24 002 32 6,4
25 016 32 6,4
26 034 32 6,4
27 036 32 6,4
28 015 31 6,2
29 026 31 6,2
30 048 31 6,2
31 060 31 6,2
32 001 30 6,0
33 014 30 6,0
34 039 30 6,0
35 031 29 5,8
36 059 29 5,8
37 038 28 5,6
38 058 28 5,6
39 024 27 5,4
40 037 27 5,4
41 052 27 5,4
42 054 27 5,4
43 022 26 5,2
44 044 26 5,2
45 061 26 5,2
46 011 25 5,0
47 042 25 5,0
48 045 25 5,0
49 053 25 5,0
41

50 023 24 4,8
51 033 24 4,8
52 043 24 4,8
53 010 23 4,6
54 046 23 4,6
55 055 23 4,6
56 012 22 4,4
57 020 22 4,4
58 056 22 4,4
59 057 22 4,4
60 025 21 4,2
61 035 21 4,2
62 047 21 4,2
JUMLAH 388,8

SRATA-RATA NILAI 6,27

umber: Hasil perolehan skor nilai siswa sample

Dari uraian data pada table 4 di atas tampak dengan jelas peringkat hasil

tes siswa sample dalam membuat karangan narasi, terlihat skor tertinggi yang

diperoleh siswa 45 dengan memperoleh nilai 9,0; sedangkan Nilai terendah yang

diperoleh sisiwa sample adalah 21 dengan perolehan nilai 4,2. Hal tersebut secara

tidak langsung menunjukkan kesulitan yang dialami siswa dalam membuat suatu

karangan narasi. Dari skor terendah siswa yaitu 21 dengan nilai 4,2

memperhatikan bahwa diantara siswa sample tersebut masi terdapat siswa yang

masih mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasidi bawah rata-rata.

B. Pembahasan
42

Berdasarkan skor dan nilai tes kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba yang

membuat karangan narasi dapat diketahui distribusi frekwensi kesulitan dan

kemampuan mereka. Distribusi kesulitan dan kemampuan siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Bulukumba membuat karangan narasi akan disajikan pada table 5

berikut ini

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Skor dan Nilai Sampel membuat karangan narasi

SKOR NILAI FREKUENSI PERSENTASE


1 2 3 4
45 9,0 2 3,22
44 8,8 1 1,61
43 8,6 3 4,83
41 8,2 2 3,22
40 8,0 2 3,22
38 7,6 1 1,61
37 7,4 3 4,83
36 7,2 2 3,22
35 7,0 2 3,22
34 6,8 5 8,06
32 6,4 4 6,45
31 6,2 4 6,45
30 6,0 3 4,83
29 5,8 2 3,22
28 5,6 2 3,22
27 5,4 4 6,45
26 5,2 3 4,83
25 5,0 4 6,45
24 4,8 3 4,83
43

23 4,6 3 4,83
22 4,4 4 6,45
21 4,2 3 4,83

JUMLAH 62 1OO

Sumber: Hasil Peringka Hasil Tes Siswa Sampel

Dari uraian tabel 5 di atas dapat diketahui dengan jelas distribusi

frekwensi skor dan nilai siswa sample dalam membuat karangan Narasi,

berdasarkan table 5 menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 45 dengan nilai 9

sebanyak 2 orang siswa, dengan presentase 3,22%, skor 44 dengan nilai 8,8

sebnyak 1 orang siswa presentase 1,61%, skor 43 dengan nilai 8,6 sebanyak 3

orang siswa , presentase 4,83% skor 41 dengan nilai 8,2 sebanyak 2 orang siswa

presentase 3,22%, skor 40 dengan nilai 8,0 sebanyak 2 orang siswa presentase

3,22 %, skor 38 dengan nilai 7,6 sebanyak 1 orang siswa presentase 1,61%, skor

37 dengan nilai 7, 4 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 36 dengan

nilai 7, 2 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 35 dengan nilai 7, 0

sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 34 dengan nilai 6,8 sebanyak 5

orang siswa presentase 8,06 %, skor 32 dengan nilai 6,4 sebanyak 4 orang siswa

presentase 6,45 %, skor 31 dengan nilai 6,2 sebanyak 4 orang siswa presentase

8,45 skor 30 dengan nilai 6,0 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 29

dengan nilai 5,8 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 28 dengan nilai

5,6 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 27 dengan nilai 5,4 sebanyak

4 orang siswa presentase 6,45 %, skor 26 dengan nilai 5,2 sebanyak 3 orang siswa

presentase 4,83 %, skor 25 dengan nilai 5,0 sebanyak 4 orang siswa presentase
44

8,45 %, skor 24 dengan nilai 4,8 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor

23 dengan nilai 4,6 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 22 dengan

nilai 4,4 sebanyak 4 orang siswa presentase 8,45 %, dan skor 21 dengan nilai 4,2

sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83%;

Tabel 6

Hasil yang dicapai Siswa sample

Standar kemampuan dan kesulitatan Jumlah Siswa Persentase (%)

Nilai 6,8 keatas 23 37,09

Nilai kurang dari 6,8 39 62,91

Jumlah 62 100

Selanjutnya hasil presentase siswa yang memperoleh nilai 6,8 keatas

hanya 23 orang atau 37,09% dan nilai kurang dari 6,8 kebawah 39 orang atau

62,91 %, hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Bulukumba masih mengalami kesulitan dalam membuat karangan

narasi. Berdasarkan krateria ketuntasan maksimal (KKM) yaitu siswa sampel

harus mendapat nilai 6,8 keatas sebanyak 85% maka dalam penelitian ini dapat

dikatakan tingkat krateria ketuntasan maksimal pada siswa yang dijadikan

sample tidak tuntas.

BAB V
45

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian data pada bab terdahulu tentang kesulitan

membuat karangan narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Siswa yang memperoleh nilai 6,8 keatas 23 orang atau 37,09% dan nilai

kurang dari 6,8 kebawah 39 orang atau 62,91 %, hal ini menggambarkan

bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba masih

mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasi karena kurang dari

85% siswa yang memperoleh nilai 6,8 ke atas.

2. Dari hasi analisis data menunjuukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai

6,8 ke atas hanya 37,09% mengiplikasikan bahwa perlu mendapat

perhatian dari berbagai pihak khususnya pengajar Bidang studi Bahasa

Indonesia untuk mencapai krateria ketuntasan pada setiap pokok bahasan

pada pembelajaran bahasa Indonesia.

B. SARAN

Penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam pengajaran bahasa Indonesia hendaknya diberikan pembiasaan

kepada siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan

baku.
46

2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan daya tarik siswa terhadap

materi Bahasa Indonesia dan khususnya materi mengarang agar

dilaksanakan lomba mengarang narasi pada saat kegiatan Perseni

tingkat sekolah

3. Perlu penyediaan buku-buku yang berkualitas dan memadai di

perpustkaan sekolah.

4. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa perlu pemberian

penhargaan kepada siswa yang masuk lima besar umum agar

direkomonadasikan untuk bebas tes masuk pada SLTA yang dia pilih

dalam Wilayah Kabupaten Bulukumba.

DAFTAR PUSTAKA
47

Akmal. 2007. Nulis Yulk. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Ambo Enre, Fachruddin. 1984. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis I. Ujung


Pandang: IKIP Ujung Pandang.

Arief, Suadi. 2007. Mengarang dan Menulis. Yogyakarta: BPFE.

Arifin. 1991. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Depdikbud.

Arifin, Zaenal dan Tasai Arman. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang


Disempurnakan. Bandung: PT Rama Widya.

Hanafi, Hawang. 1982. Kemampuan Menulis Siswa Kelas III SMU Negeri di
Sulawesi Selatan. Tesis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta:


Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Munirah. 2006. Dasar Keterampilan Menulis. Diktat. Makassar: FKIP UMM.

Natia, BA, I.K. 1994. Bimbingan Mengarang. Surabaya: Arloka.

Nirmalasari. 2008. Analisis Kesulitan Mengarang Siswa Kelas VI SD 190 Tanah


Jaya Kajang Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Makassar: FKIP UMM.

Ruwin, Djoko. dkk. 1997. Bahasa Indonesia. Diktat. Makassar: FKIP UMM.

Suharso, dkk. 2003. GITA SMU Bahasa Indonesia. Surakarta: PT. Pabelan.

Tarigan, Djago Guntur. 1987. Penulis sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:


Angkasa.
48
49

ANALISIS KESULITAN MENGARANG NARASI


SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BULUKUMBA
KAB. BULUKUMBA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Muhammadiyah Bulukumba

Oleh

SUNARTI
50

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2010
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A....................................................................Latar Belakang

B................................................................Rumusan Masalah

C..................................................................Tujuan Penelitian

D..............................................................Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .......................... 5


51

A.................................................................Tinjauan Pustaka

..........................................................................................................5

B....................................................................Kerangka Pikir

........................................................................................................25

C............................................................................Hipotesis

........................................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 28

A...............................................Variabel dan Desain penelitian

........................................................................................................28

B.................................................Definisi Operasional Variabel

........................................................................................................31

C...............................................Populasi dan Sampel ……….

........................................................................................................31

D....................................................Teknik Pengumpulan Data

........................................................................................................32

E............................................................Teknik Analisis Data

........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35


52
53

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v

MOTO ............................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

E....................................................................Latar Belakang

F................................................................Rumusan Masalah

G..................................................................Tujuan Penelitian

H..............................................................Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .......................... 5


54

D.................................................................Tinjauan Pustaka

..........................................................................................................5

E....................................................................Kerangka Pikir

........................................................................................................25

F............................................................................Hipotesis

........................................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 28

F...............................................Variabel dan Desain penelitian

........................................................................................................28

G.................................................Definisi Operasional Variabel


x
........................................................................................................31

H............................................................Populasi dan Sampel

........................................................................................................31

I......................................................Teknik Pengumpulan Data

........................................................................................................32

J.............................................................Teknik Analisis Data

........................................................................................................34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 35

A..........................................Penyajian dan Hasil Analisis Data

........................................................................................................35

B........................................................................Pembahasan

........................................................................................................40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 43


55

A........................................................................Kesimpulan

........................................................................................................43

B. Saran ..................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah yang maha kuasa yang

telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai Salah satu syarat yang harus

dipenuhi dalam rangka mencapai gelar sarjana pendidikan jurusan


56

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia pada sekolah tinggi keguruan

dan ilmu pendidikan muhammadiayah bulukumba.

Tidak sedikit tantangan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini, oleh

karena itu penulis sadari bahwa masih banyak kekuarangan dan kelemahan baik

dari segi materi maupun bahasanya. Yang jelas bahwa skripsi ini adalah

merupakan hasil jeri payah maksimal penulis disertai bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat dirampungkan. Oleh karena

itu melalui kesempatan ini perkenangkanlah penulis untuk menyampaikan

ungkapan terima kasih dan penhargaan yang setinggi-tingginya kepada:

- Ibu Dr Hj. A. Sumrah M.Si Sebagai Ketua STKIP Muhammadyah

Bulukumba beserta jajaran dan stafnya.

- Bapak Drs. M.Idris Amsy M.Si dan Drs Coddin M.Pd masing-masing

sebagai ketua dan anggota komisi penasehat atas bimbingan dan bantuan

moril yang telah diberikan mulai dari pengajuan judul penelitian,

pelaksanaan sampai pada perampungan penulisan skripsi ini.

- Para Dosen yang dengan ihlas memberikan bimbingan dan motivasi serta

pengagetahuan dan pelayanan yang baik kepada penulis selama

mengikuti proses belajar pada program strata satu Jurusan bahasa

Indonesia di STKIP Muhammadyah Bulukumba.

- Bapak Drs M. Rijal M.Si, sebagai kepala Sekolah bersama jajaran yang

telah memberikan Pelayanan dan kesempatan melakukan Penelitian pada

SMP Neg. 3 Bulukumba.


57

- Secara Khusus kepada suami yang tercinta dan putra-putriku yang

tersayan yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun

materil.

- Semua rekan-rekan yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu

yang telah memberikan bantuan dan mativasi kepada penulis terutama

dalam rangka penyelesaian studi.

Semoga karya ilmiah yang sangat sedehana ini dapat memberikan manfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahua terutama bagi guru bahasa Indonesia di

kabupaten Bulukumba dalam mengembankan proses belajar mengajar. Akhir kata

semoga Allah Subhana Wataala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua Ain.

Bulukumba, Desember 2010.

penulis

Anda mungkin juga menyukai