Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
jenis penyakit yaitu penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit kronis. Penyakit
yang sering menjadi masalah kesehatan di Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia
salah satunya ialah HIV dan AIDS.

HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi


sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama Sel T CD4+ dan makrofaga. HIV merupakan
penyebab dasarAIDS. Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (Coffin et al., 1986) sebagai nama
untuk retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari
Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) (Barre-
Sinoussi et al., 1983) dan oleh Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya
HTLV-III (human T lymphotropic virus type III) (Popovic et al.,1984). HIV-1 telah berevolusi
dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam
subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte. HIV-2 merupakan spesies dari sebuah strain SIV
yang berbeda, ditemukan dalam sooty mangabeys, monyet dunia lama Guinea-Bissau (Reeves
and Doms, 2002).

Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkatAIDS) adalah sekumpulan gejala dan


infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV,  atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya. Para
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah
menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh
dunia. PadaJanuari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS
telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5
Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah.

1I 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV

1. Pengertian

Pada saat ini telah dikukuhkan bahwa penyakit AIDS disebabkan oleh retrovirus yang
disebut HIV (human immunodeficiency virus), HIV (human immunodeficiency virus) adalah
sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+
dan makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat
dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab
dasar AIDS.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV
baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit
maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia
terkena pilek biasa.

2. Struktur HIV

Virus HIV termasuk virus ss RNA positif yang berkapsul, dari famili Retroviridae.
Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom RNA yang dilapisi oleh
protein nukleokapsid. Pada permukaan kapsul virus terdapat glikoprotein transmembran gp41
dan glikoprotein permukaan gp120. Di antara nukleokapsid dan kapsul virus terdapat matriks
protein. Selain itu juga terdapat tiga protein spesifik untuk virus HIV, yaitu enzim reverse

2I 
transkriptase (RT), protease (PR), dan integrase (IN). Enzim RT merupakan DNA polimerase
yang khas untuk retrovirus, yang mampu mengubah genom RNA menjadi salinan rantai ganda
DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada DNA sel pejamu. Retrovirus juga memiliki sejumlah
gen spesifik sesuai dengan spesies virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi
struktural dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran plasma sel
pejamu).

3. Mekanisme masuknya Virus HIV

Terjadinya infeksi virus HIV adalah ketika seseorang terkontaminasi oleh cairan dari
tubuh orang lain yang mengandung virus tersebut. Bisa melalui darah, sperma, cairan kelamin,
dan juga air susu ibu yang terinveksi. Virus ini kemudian akan masuk ke dalam aliran darah, baik
melalui luka di dalam rongga mulut, luka di anus, organ seksual (penis atau vagina), atau juga
melalui kulit yang terluka.

3I 
4. HIV menular melalui
1. Hubungan kelamin dan hubungan seks oral atau melalui anus
2. Transfusi darah
3. Penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan
kesehatan
4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan,
tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

5. Cara Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku


beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami),
penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal.
Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan
jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan
hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi
obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu
formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai
luka pada kulit, mulut ataupun mata.

Virus HIV pada awal permulaan, umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang
khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena
virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk
mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang
merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

4I 
Gambar: Daur Hidup HIV

6. Terapi anti-HIV

Dalam siklus hidup virus HIV, ada empat tahap yang dapat diintervensi dengan obat
antiretroviral; yaitu:

1. Transkripsi balik (reverse transcription), yang dihambat dengan reverse transcriptase


inhibitor (RTI). RTI terbagi atas analog nukleosida (nucleoside reverse transcriptase
inhibitors, NRTI) dan analog nonnukleosida (non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitors, NNRTI).
2. Protease, yang dihambat protease inhibitors (PI)
3. Fungsi membran, yang dihambat oleh fusion inhibitors (FI).
4. Materi genetik (DNA), yang dihambat oleh integrase inhibitors (II).

5I 
Integra RTI bekerja dengan menghambat enzim reverse transkriptase selama proses
transkripsi RNA virus pada DNA pejamu. Analog NRTI akan mengalami fosforilasi menjadi
bentuk trifosfat, yang kemudian secara kompetitif mengganggu transkripsi nukleotida. Akibatnya
rantai DNA virus akan mengalami terminasi. Obat yang termasuk NRTI antara lain zidovudin,
zalcitabine, abacavir, didanosine, stavudine, lamivudine, dan tenofovir. Sedangkan analog
NNRTI akan berikatan langsung dengan enzim reverse transkriptase dan menginaktifkannya.
Obat yang termasuk NNRTI antara lain efavirenz, nevirapine, delavirdine, dan etravirine.

PI bekerja dengan cara menghambat protease HIV. Setelah sintesis mRNA dan
poliprotein HIV, protease HIV akan memecah poliprotein HIV menjadi sejumlah protein
fungsional. Dengan pemberian PI, produksi virion dan perlekatan dengan sel pejamu masih
terjadi, namun virus gagal berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel. Yang termasuk golongan
PI antara lain saquinavir, amprenavir, ritonavir, indinavir, lopinavir, dan atazanavir.

FI bekerja dengan menghambat masuknya virus ke dalam sel pejamu, dengan cara
berikatan dengan subunit gp41. Obat yang termasuk FI antara lain enfuvirtide dan maraviroc.
Namun secara spesifik, maraviroc digolongkan dalam CCR5 antagonis (CC chemokine receptor
5). Maraviroc bekerja dengan mengikat reseptor CCR5 di permukaan sel CD4+ dan mencegah
perlekatan virus HIV dengan sel pejamu.

II bekerja dengan menghambat penggabungan (integrasi) DNA virus dengan pejamu.


Obat yang termasuk golongan II adalah raltegravir.

Terapi anti-HIV yang dianjurkan saat ini adalah HAART (highly active antiretroviral
therapy), yang menggunakan kombinasi minimal tiga obat antiretroviral. Terapi ini terbukti
efektif dalam menekan replikasi virus (viral load) sampai dengan kadar di bawah ambang
deteksi.

B. Penyakit AIDS

1. Pengertian

6I 
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang
tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan.
Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang
menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-
orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan
penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap
AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam
jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem
imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

2. Tanda Dan Gejala Penyakit AIDS

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri
dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada
stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut
dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

7I 
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein
dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea
kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan


kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri
dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes
simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan
rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih,
menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami
peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDSKendatipun dari berbagai negara terus


melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak
ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV
penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah
untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang
diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

C. HIV DAN AIDS

8I 
Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan menyerang dan merusak sel darah
putih tertentu (CD4). Sebagaimana kita ketahui, di dalam tubuh, sel darah putih berfungsi
sebagai "tentara" yang menjadi basis pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan dari
luar.

Bagi mereka yang terinfeksi virus HIV, sistem kekebalan tubuhnya menjadi rusak.
Sehingga, lambat laun, sistem pertahanan ini melemah. Otomatis, jumlah sel CD4-nya semakin
berkurang. Jika kondisi ini berlanjut sampai ke level terendah, ia berada dalam tahap AIDS.

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian
besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda
AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang
dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berikut:

 Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai
AIDS.
 Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran
pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
 Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih
dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru),
 Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-
paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.

Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh
orang yang sehat, dapat diobati.

1. Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya
hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara

9I 
10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat
perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang
sehat, dapat diobati.

2. Faktor risiko penyakit HIV AIDS

Faktor risiko penyakit HIV AIDS maksudnya orang-orang yang berisiko besar tertular
penyakit HIV AIDS. Mereka adalah 

 Orang yang melakukan seks bebas tanpa memakai pelindung (kondom).


 Pengguna jarum suntik secara bersama-sama (biasanya para pengguna narkoba).
 Penerima transfusi darah.
 Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi virus HIV.

3. Epidemiologi

Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas
tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV
akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56 oC selama 10-20 menit. HIV
juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup
dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga
tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium
hidroksida.

4. Gejala Infeksi HIV/ AIDS

 Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2
minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan
(biasanya pada tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit
tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-
muntah.

10I 
 Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10
tahun.
 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan
penderita masuk dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak
tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu
merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang
berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,  penurunan berat badan yang tidak bisa
dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan
pendek, diare berat yang berlangsung lama,  infeksi jamur (candida) pada mulut,
tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya.

5. Stadium infeksi :

 Stadium I

Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.

 Stadium II

Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan
(dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering
kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi
saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat
aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.

 Stadium III

11I 
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya
lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan;
Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir;
Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di
tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.

 Stadium IV

Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak
diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan
yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Toksoplasmosis pada otak.
Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
Kriptokokosis di luar paru.
Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam
rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
Septikemia salmonela bukan tifoid.
TB di luar paru.
Limfoma.
Kaposi’s sarkoma.
Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir

6. Dampak HIV/ AIDS

12I 
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya
kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan
penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial
karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.

7. Cara Penularan

HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan
vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan
keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.

Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang
digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah,
transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun
menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita
HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir
(French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

Penularan HIV/ AIDS :

 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan
pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
 Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang
sudah tercemar virus HIV.
 Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik
secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan,
tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

13I 
8. Respon Imun

9. Cara Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku


beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami),
penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal.
Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan

14I 
jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan
hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi
obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu
formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai
luka pada kulit, mulut ataupun mata.

10. Pemeriksaan HIV/ AIDS

Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam
pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6
bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko.  Apabila sudah terdiagnosis infeksi
HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes
Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan
oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.

Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :

1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar;
dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan
transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil
dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.

2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap
(whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf
dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel;
hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal
untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin
pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes
tidak terpikirkan implikasinya.

3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana;
cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih
aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing

15I 
yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya
mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.

4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif
dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus
terlatih.

5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah;


mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan :
kurang sensitif untuk tes darah.

6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling


yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

11. Pengobatan HIV/ AIDS

Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.

Jenis obat-obat antiretroviral :

 Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors
(mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru
yang sedang diteliti pada manusia.
 Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA
sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan
Non-Nukes.
 Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung
potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia
dimulai tahun 2001 (S-1360).
 Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA
menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di
pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).

16I 
 Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia,
termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian
tahap lanjut pada manusia.
 Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada
virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

12 Perawatan dan Dukungan

Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali.
Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat
memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/
AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih
lama menjadi apa yang mereka inginkan.

13. Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS

 Makan makanan bergizi.

 Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas.

 Istirahat cukup.

 Sayangilah diri sendiri.

  Temuilah teman/ saudara sesering mungkin.

  Temui dokter bila ada masalah/ keluhan.

 Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpa resep dan hindari
mengurung diri sendiri.

14. Perawatan di rumah (home care)

17I 
o Melakukan pendidikan pada keluarga tentang pengertian, cara penularan, pencegahan,
gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan
motivasi hidup.

o Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi


dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan,
menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan
masalah.

o Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju
tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.

o Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang
untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/
bersin, buanglah sampah pada tempatnya.

o Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat
nyamuk.

o Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik
(ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta
memperlakukan anak secara normal.

o Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.

o Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan,


membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).

Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan
tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.

15. Langkah-langkah dalam menghadapi pasien HIV khususnya bagi petugas


kesehatan

18I 
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir sama.
Namun berdasarkan fakta klinis pasien control ke rumah sakit menunjukkan adanya perbedaan
respon imunitas (CD4). Hal tersebut menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan
factor yang diduga sangat berpengaruh adalah stess. Berikut beberapa langkah dalam menangani
pasien HIV :

 Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan tubuh pasien
menggunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker,kaca mata pelindung,
penutup kepala, apron,dan sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuaikan dengan
jenis tindakan yang dilakukan. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, temasuk setelah melepas sarung tangan
 Dekontaminasi cairan tubuh pasien
 Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang di
pakai . tidak memakai jarum suntik lebih dari satu kali, dan tidak memasukkanya kembali
kedalam penutup jarum atau di bengkokkan
 Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
 Membuang limbah yang tercemar bagi cairan tubuh secara benar dan aman (DepKes
RI,1997)

16. Prosedur yang dilakukan bila karyawan terinfeksi HIV+

 Jangan meninggalkan karyawan bekerja sendiri. dalam artian, karyawan tetap di


perbolehkan bekerja dengan pengawasan dokter yang menanganinya.
 Tak perlu ada diskriminasi dalam perlakuan antara karyawan ODHA dan bukan, dan
menginformasikan penularan HIV dengan benar. Karyawan (ODHA) mendapat perhatian
yang lebih, dukungan yang positif, motivasi kerja tetap di berikan, dukungan spiritual
dari rekan kerja, dan atasan.
 Informasi mengenai karyawan yang terinfeksi, di harapkan tidak menyebar sampai
lingkup external. Karena itu dapat memberikan dampak negatif bagi rumah sakit dalam
menangani pasien lainnya atau memberikan citra rumah sakit yang tidak dapat
diharapkan membantu pasien lainya. Hingga mengakibatkan pasien takut untuk berobat
ke rumah sakit.

19I 
 Untuk dokter yang terinfeksi atau perawat yang terinfeksi, tetap bekerja sesuai aturan dan
kebijakan yang telah di tetapkan. Misalnya penggunaan alat pelindung dalam memeriksa
pasien, agar pasien yang tidak memiliki HIV tidak tertular dari dokter yang terinfeksi
HIV. Dalam penyuntikan atau pengobatan lainnya, dokter yang memeriksa pasien tetap
berada di bawah pengawasan dokter yang tidak terinfeksi agar proses membantu pasien
dapat berjalan dengan baik dan tidak menularkan ke pasien lain.

20I 

Anda mungkin juga menyukai