Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Hampir satu abad berlalu sejak standar internasional jam kerja diberlakukan,
sebuah studi baru yang dilakukan oleh Organisasi Buruh se-Dunia (ILO)
memperkirakan bahwa satu dari 5 pekerja di berbagai penjuru bumi --atau lebih dari
600 juta orang-- masih bekerja lebih dari 48 jam per minggu. Studi bertajuk “Working
Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a Global
Comparative Perspective” itu mengungkapkan, 22% tenaga kerja global, atau 614,2 juta
pekerja, bekerja di atas standar jam kerja.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Australian National University,


Canberra, Australia menunjukkan bahwa tidak selamanya orang yang memiliki
pekerjaan juga memiliki kondisi kesehatan mental yang baik. Partisipan penelitian
tersebut, yang merupakan orang-orang yang baru memperoleh pekerjaan dengan
kualitas rendah setelah menganggur, justru menunjukkan kondisi kesehatan mental
yang kian memburuk. Penelitian yang dilakukan Gan Wenqi dan rekan dari University
of British Columbia ini melibatkan lebih dari 6.000 orang pekerja. Masing-masing dari
mereka telah bekerja selama 20 tahun. Peserta pun diminta untuk menilai bagaimana
tingkat kebisingan di tempat kerja mereka dan berapa lama mereka merasakan itu.
Peneliti memakai klasifikasi tempat kerja yang dinilai bising jika orang harus
mengeraskan volume suara mereka untuk berkomunikasi. Gan menemukan orang-
orang yang bekerja di lingkungan yang seperti ini setidaknya satu hingga satu setengah
tahun dua sampai tiga kali lebih mungkin mengalami masalah termasuk serangan
jantung dan nyeri dada yang parah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kerja?

2. Apa yang dimaksud dengan kebisingan di tempat kerja?

3. Apa pengaruh yang diakibatkan oleh bising?

4. Apa peranan Hearing Conservation Program?

1
C. TUJUAN

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja

2. Mengetahui kebisingan di tempat kerja dan dampak yang diakibatkanya

3. Mengeathui peranan dan pengendalian dampak kebisingan melalui Hearing


Conservation Program

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA

Workload (beban kerja)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), bahwa kapasitas adalah


kemampuan (kesanggupan, kecakapan) yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah,
sehingga dengan kemampuan yang dimiliki akan dapat berfungsi dan berproduksi
secara proporsional sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Menurut Komaruddin
(1996: 235) analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam
waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan
berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang
tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.

Analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun


kualifikasi karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu
menurut Menpan (1997), pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Mintorogo dan Sudarmayanti (1992:38)
menyatakan, bahwa untuk mencapai efisiensi perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

1. Berhasil-guna (efektif), yaitu pekerjaan telah dilaksanakan dengan tepat target,


dan tepat waktu.
2. Ekonomi, yaitu penggunaan biaya, tenaga, bahan, alat, waktu, ruangan, dan lain-
lain secara tepat sesuai rencana.
3. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung-jawabkan secara tepat.
4. Pembagian kerja yang nyata berdasarkan beban kerja.
5. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, yaitu wewenang harus sama dan
seimbang dengan tanggung jawabnya.
6. Prosedur kerja yang praktis untuk dapat dilaksanakan.

3
Dari semua uraian pemikiran sebagaimana tersebut di atas, tersirat makna
bahwa dalam melaksanakan analis beban kerja diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil analisis jabatan yang berupa informasi jabatan.


2. Menetapkan jumlah jam kerja per hari.
3. Adanya satuan hasil.
4. Waktu penyelesaian dari tugas-tugas/produk.
5. Adanya standar waktu kerja.
6. Adanya beban kerja yang akan diukur.
7. Perhitungan jumlah pegawai yang dibutuhkan.

Hour of Work (jam kerja)

Pengukuran jam kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang
dibutuhkan seorang operator (terlatih dan “qualified”) dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan
kerja yang terbaik pada saat itu. Jenis pengukuran waktu secara:

1. Langsung
a. Pengukuran Jam Henti (Stopwatch Time Study)

b. Sampling Kerja (Work Sampling)

2. Tidak langsung
a. Data Waktu Baku (Standard Data)
b. Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)

Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja,


maka yang terbaik dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu juga
ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang
dibutuhkan secara wajar, normal, dan terbaik.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGUKURAN WAKTU SECARA LANGSUNG

KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Praktis mencatat waktu saja tanpa harus 1. Dibutuhkan waktu lebih lama untuk
menguraikan pekerjaan ke dalam elemen- memperoleh data, waktu yang banyak
elemen pekerjaaannya tujuannya: hasil pengukuran yang teliti dan
akurat
2. Biaya lebih mahal karena harus pergi ke
tempat di mana pekerjaan pengukuran

4
kerja berlangsung.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGUKURAN WAKTU SECARA TIDAK LANGSUNG

KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Waktu relatif singkat, hanya mencatat 1. Belum ada data waktu gerakan berupa
pekerjaan satu kali saja tabel-tabel waktu gerakan yang menyeluruh
2. Biaya lebih murah dan rinci
2. Tabel yang digunakan adalah untuk orang
Eropa, tidak cocok untuk orang Indonesia.
3. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk
seorang pengamat pekerjaan karena akan
berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
4. Data waktu gerakan harus disesuaikan
dengan kondisi pekerjaan. Misal: elemen
pekerjaan kantor tidak sama dengan elemen
pekerjaan pabrik.

Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal
untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu.

WB = WN + 1

1 = kelonggaran (allowance)

Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh


pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata.

WN = WS × p

p = faktor penyesuaian jika:

p = 1, bekerja wajar

p < 1, bekerja terlalu lambat

p > 1, bekerja terlalu cepat

Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku kemudian diproses di tempat kerja. Waktu siklus juga merupakan jumlah waktu
tiap-tiap elemen job.

WS = Σ Xi/N

Xi = jumlah waktu penyelesaian yang teramati

N = jumlah pengamatan yang dilakukan

5
Environmental design (desain lingkungan)

Dalam upaya menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja di industri


maka waktu yang terbaik untuk merencanakan teknik pengendalian adalah pada saat
industri masih dalam tahap perencanaan. Secara umum pengendalian lingkungan kerja
di tempat kerja dapat dilakukan dengan cara:

1. Substitusi dari bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan


2. Penggantian atau perubahan proses
3. Isolasi proses untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang terpapar
4. Proses basah untuk mengurangi kadar debu di tempat kerja
5. Penggunaan local exhauster pada tempat kerja tertentu
6. Ventilasi yang baik
7. Pemakaian alat pelindung diri
8. House keeping
9. Control secara administrative
10. Metode control yang khusus untuk bahaya-bahaya yang spesifik
11. Pemeriksaan kesehatan awal bagi calon tenaga kerja dan secara berkala bagi
teaga kerja
12. Latihan dan pendidikan bagi tenaga kerja

Tugas-tugas professional KK & K

1. Pemeriksaan bahaya di tempat kerja


2. Evaluasi kesehatan kerja
3. Rekomendasi untuk mengurangi risiko
4. Pelatihan-pelatihan
5. Penelitian bahaya di tempat kerja
6. Perkembangan dari standard KK & K
7. Rencana program-program

8. Perbaikan motivasi dalam KK & K

B. KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA

6
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun
yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan  yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas alam (Schilling, 1981). Definisi kebisingan
seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
718/Menkes/Per/XI/1987: kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan
sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.

Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas


yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran
(Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993). Sedangkan menurut surat edaran Menteri
Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE 01/Men/1978: kebisingan ditempat
kerja adalah semua bunyi-bunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Rizeddin, dalam Suheryanto, 1994).
Pada umumnya kebisingan mengakibatkan pengaruh terhadap pendengaran dan non
pendengaran.

1. Pengaruh terhadap pendengaran


a. Temporary Threshold Shift (TTS), terjadinya pergeseran ambang pendengaran
yang bersifat sementara dan setelah pemaparan berakhir, ambang pendengaran
akan kembali seperti semula.
b. Permanent Threshold Shift (PTS), terjadinya akumulasi sisa ketulian dari TTS
yang belum pulih penuh yang berlangsung secara berulang dengan jangka waktu
yang cukup lama. Besarnya PTS dipengaruhi oleh faktor tingginya level suara,
lama pemaparan, spektrum suara, temporal pattern, kepekaan individu,
pengaruh obat-obatan, dan keadaan kesehatan.
2. Pengaruh terhadap non pendengaran
Gangguannya berpengaruh terhadap fisiologi tubuh berupa gangguan faal
pernapasan, kardiovaskuler, pencernaan, kelenjar dan syaraf yang disebabkan oleh
mekanisme stressor atau gangguan akibat bising. Efek non pendengaran meliputi:
a. Gangguan fisiologi
b. Gangguan komunikasi
c. Performance

7
d. Gangguan tidur
e. Gangguan psikologi/perilaku

Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai
rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama/terus menerus, selanjutnya ditulis
NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB pada suatu
level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar
pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran,
karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH,
1996). Waktu maksimum bekerja dengan paparan kebisingan adalah sebagai berikut:

 82 dB : 16 jam perhari
 85 dB : 8 jam perhari
 88 dB : 4 jam perhari
 91 dB : 2 jam perhari
 97 dB : 1 jam perhari
1
 100 dB : jam perhari
2

Tingkat Kebisingan (dB)


No. Zona
Maks yang dianjurkan Maks yang dianjurkan

1 A 35 45

2 B 45 55

3 C 50 60

4 D 60 70

TINGKAT KEBISINGAN ALAT-ALAT KONSTRUKSI

8
LAMA MENDENGAR YANG DIIZINKAN PADA TITIK TERTENTU

Titik Bising (L) dBA Lama Mendengar per Hari (T) jam

90 8

92 6

95 4

97 3

100 2

102 1,5

105 1

110 0,5

115 0,25/kurang

Beban bising = Σ (Cn / Tn) < 1, di mana

Cn = lama mendengar pada tingkat bising tertentu

Tn = lama mendengar yang diizinkanpada tingkat bersangkutan

Contoh soal:

Besarnya Tingkat Bising Lama Mendengar Lama Mendengar yang Diizinkan

9
110 0,25 0,50

100 0,50 2,00

90 1,00 8,00

Beban bising = Cn / Tn < 1

0,25 0,50 1
= + + = 0,875 < 1
0,5 2 8

SKALA TINGKAT BISING

Kriteria Pendengaran Tingkat Bising (dBA) Ilustrasi

120
Menulikan Halilintar, meriam
110

100
Sangat Buruk Gerinda
90

80
Kantor gaduh, jalan, radio,
Kuat
pemukiman
70

60
Rumah gaduh, kantor umumnya,
Sedang
percakapan kuat, radio, pertokoan
50

40
Rumah tenang, kantor perorangan,
Tenang
auditorium, percakapan
30

20
Suara daun, berbisik
Sangat Tenang 10

0 Batas dengar terendah

Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing


loss),misalnya akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan
karena kerja (non occupational hearing loss). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ketulian akibat kerja (occupational hearing loss) adalah sebagai berikut:

10
1. Intesitas suara yang terlalu tinggi
2. Usia karyawan
3. Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja
4. Tekanan dan frekuensi bising tersebut
5. Lamanya bekerja
6. Jarak dari sumber suara

7. Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja

C. HEARING CONSERVATION PROGRAM

Tujuan Program

 Umum
Meningkatkan produktivitas kerja melalui pencegahan ketulian akibat bising di
tempat kerja dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang
melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan.
 Khusus
1. Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi kerja sesuai karakteristik
kegiatannya.
2. Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya
mengurangi paparan terhadap pekerja, baik teknis maupun administratif.
3. Deteksi dini adanya kasus Noise Induced Hearing Loss dan mencegah Temporary
Threshold Shift (TTS) yang timbul menjadi permanen.
4. Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh
terhadap kesehatan.
5. Meningkatkan disiplin dan kesadaran dalam penggunaan alat pelindung
diriterhadap kebisingan.
6. Menumbuhkan perubahan perilaku karyawan dan semua unsur terkait kearah
yang mendukung program di atas, melalui program promosi kesehatan di tempat
kerja.

Manfaat

 Bagi perusahaan
1. Sesuai dengan perundangan yang berlaku (taat hukum)
2. Meningkatkan kinerja (produktivitas) dan efisiensi

11
3. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja sehingga terbina hubungan baik
4. Mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, hilangnya hari kerja, menurunkan turn
over rate serta absenteeism (loss time).
5. Menekan biaya kesehatan akibat preventable diseases serta klaim kompensasi
6. Menghindari terjadinya kehilangan tenaga kerja yang terampil dan skilled
 Bagi karyawan
1. Mencegah terjadinya ketulian akibat bising yang bersifat menetap dan
irreversible
2. Bisa mengurangi stress
 Manfaat bersama
1. Membangun komitmen untuk selalu bersama-sama memperlihatkan kesehatan
dan keselamatan kerja
2. Meningkatkan safety awareness di kalangan karyawan
3. Perubahan perilaku yang tumbuh akan menjadi gaya hidup positif yang tidak
hanya mendukung konservasi pendengaran saja, namun juga akan membawa
perubahan perilaku yang positif dalam permasalahan kesehatan lainnya, seperti
mengurangi kebiasaan merokok serta gaya hidup sehat lainnya.

Aktifitas yang Tercakup

Program ini mencakup aktifitas berikut:

 Survey paparan kebisingan


Identifikasi area dimana pekerja terekspos dengan level kebisingan yang berbahaya.
Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi, dilakukan penelitian tingkat
kebisingan (analisis kebisingan). Untuk mengukur tingkat intesitas kebisingan
digunakan Sound Level Meter tetapi bila ingin pengukuran lebih detail, maka
menggunakan Sound Level Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau enggan
menggunakan Noise Dose Meter.
 Test pendengaran
Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan
pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus
dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam. Dalam usaha
memberikan perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan audiometri sebagai berikut:;

12
1. Sebelum pekerja atau sebelum penugasan awal di daerah kerja yang bising
2. Secara berkala (periodik/tahunan)
3. Secara khusus pada waktu tertentu
4. Pada akhir masa kerja
Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu:
1. Audiogram dasar (Baseline Audiogram)
2. Monitor (Monitor Audiogram)
3. Tes ulangan (Retest Audiogram)
4. Tes konfirmasi (Confirmation Audiogram)
5. Tes akhir (Exit Audiogram)
 Pengendalian kebisingan
Pada dasarya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap
1. Sumbernya
a. Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya
b. Substitusi alat
c. Mengubah proses kerja
2. Perjalanannya
a. Jarak diperjauh
b. Akustik ruangan
c. Enclosure
3. Penerimanya
a. Alat pelindung telinga
b. Enclosure (misalnya dalam kontrol ruangan)
c. Adminitrasi dengan rotasi dan mengubah jadwal kerja
Selain dari ketiga di atas, dapat pula dilakukan dengan melakukan:
1. Pengendalian secara teknis (Engineering control) dengan cara:
a. Pemilihan equipment/proses yang lebih sedikit menimbulkan bising
b. Dengan melakukan perawatan (maintenance)
c. Melakukan pemasangan penyerap bunyi
d. Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik)
e. Menghindari kebisingan.
2. Pengendalian secara administratif (Administrative Control) dengan cara:
a. Melakukan shift kerja

13
b. Mengurangi waktu kerja
c. Melakukan training
Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan alat
pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet). Pengendalian kebisingan
dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara
pemeriksaan kesehatan secara teratur.
 Alat pelindung pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan.
Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga
mencapai level TWA atau kurang dari 85 dB. Ada tiga jenis alat pelindung diri, yaitu:
1. Earplug, dapat mengurangi kebisingan 8 – 30 dB. Digunakan untuk proteksi
sampai dengan 100 dB.
2. Earmuff, dapat mengurangi kebisingan 25 – 40 dB. Digunakan untuk proteksi
sampai dnegan 110 dB.
3. Helmet, mengurangi kebisingan 40 – 50 dB.
 Pendidikan dan motivasi
Semua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi pendengaran, harus
mendapatkan pendidikan dan training yang cukup setiap tahun baik yang terlibat
langsung maupun tidak pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan
edukasi pada dasarnya adalah perilaku pekerja.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja adalah beban kerja, jam kerja, dan
kondisi lingkungan pekerja

2. Kebisingan dapat berpengaruh terhadap pendengaran (ketulian menetap dan


sementara) dan non pendengaran (gangguan komunikasi, psikologi, fisiologi,
performance, dan tidur).

14
3. Ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing loss),misalnya
akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan karena
kerja (non occupational hearing loss).

4. Hearing Conservation Program bertujuan meningkatkan produktivitas kerja


melalui pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dengan melaksanakan
program konservsasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur dalam
perusahaan.

B. SARAN

1. Adanya pembagian yang jelas antara jam kerja dan beban kerja bagi pekerja.

2. Adanya perputaran jadwal kerja bagi pekerja di tempat yang terpapar


kebisingan.

3. Makalah ini dapat menjadi acuan dalam pengendalian dan pengawasan


kebisingan di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/1991558-beban-kerja/

http://dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3665/PENGUKURAN+
+WAKTU+KERJA.pdf

http://www.portalhr.com/beritahr/seputarhr/1id675.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6899/1/08E00192.pdf

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

15
http://www.handicap-international.org.uk/where_we_work/asia/indonesia

http://nzspinaltrust.org.nz/documents/WorkForAll_Research/FactorsEffectingEmploy
_SCI.pdf

http://web.jbjs.org.uk/cgi/reprint/83-B/4/506.pdfs

http://sehatnews.com/berita/4770-Kerja-Tempat-Berisik-Riskan-Jantungan.html

http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/752/tingkat-stres-pekerja-bisa-lebih-
tinggi-dibandingkan-penganggur

16

Anda mungkin juga menyukai