Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia ditambah dengan era globalisasi


membawa berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dan masyarakat
sekitarnya. Risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja adalah kemungkinan timbulnya Penyakit
Akibat Kerja yang disebabkan oleh suatu faktor tunggal yang berasal dari tempat kerja, Penyakit
Terkait Kerja yang disebabkan oleh sejumlah faktor namun ada sebagian yang berasal dari
tempat kerja, dan penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko
gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cedera akibat kecelakaan kerja. Masalah
kesehatan kerja yang timbul ini merupakan tanggung jawab pemerintah bersaman dengan
pengusaha/investor untuk memberikan perlindungan secara menyeluruh yang meliputi aspek
regulasi, aspek perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, aspek perlindungan jaminan
sosial tenaga kerja, dan aspek perlindungan lingkungan kerja.

Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan
profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah
dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina sebaik-baiknya
adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja.
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2,2 juta serta kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 – 2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaan kerja, 5.000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang
aktif sebagai peserta Jamsostek. Tidak jarang karyawan yang mengalami kecelakaan kerja bukan
karena kelalaian dari dirinya saja tetapi juga karena perusahaan kurang memahami dan tidak
melindungi karyawan dengan alat pengaman ketika mereka bekerja. Kalau ini dibiarkan maka
motivasi dan kinerja karyawan bakal semakin menurun. Karena itu setiap perusahaan sewajarnya

1
memiliki strategi memperkecil dan bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan
karyawan sesuai dengan kondisi perusahaan.

I.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah strategi penerapan K3 di tempat kerja?


2. Apa visi dan misi K3 di Indonesia?
3. Bagaimanakah program dan kebijakan K3 yang diterapkan oleh Depnakertrans?

I.3. TUJUAN

1. Mengetahui strategi-strategi penerapan K3 dalam menghadapi permasalahan terkait


tenaga kerja?
2. Mengetahui visi dan misi K3 di tempat kerja terkait tenaga kerja?
3. Mengetahui program dan kebijakan K3 di Depnakertrans dalam melindungi tenaga kerja?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

Pusat K3 merupakan salah satu unit organisasi dari Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI yang mempunyai tugas melaksanakan analisa, pengkajian, pelayanan teknis,
pengembangan sumber daya manusia dan penyebaran informasi di bidang keselamatan kerja dan
higiene perusahaan, ergonomi dan keselamatan kerja. Menyadari pentingnya ketersediaan
fasilitas pendukung menghadapi era globalisasi dimana persaingan dunia industri semakin ketat,
maka Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes saat ini telah memiliki berbagai fasilitas dan sarana
pendukung antara lain sumber daya manusia yang kompeten, laboratorium yang terakreditasi,
sarana pemeriksaan tenaga kerja serta sarana pendukung lainnya seperti perpustakaan, fasilitas
pelatihan, penginapan dan lain-lain.

UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat (1) a) untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3 (pasal 86 ayat (2)); dan perlindungan dimaksud dilakasanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja
dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (penjelasan pasal 86,
ayat (2)).

Untuk menuju dunia usaha dan dunia kerja yang berbudaya K3 serta terlaksananya
implementasi peraturan perundangan K3 di Indonesia, maka Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N) sebagai institusi tripartit ekstra struktural memprakarsai untuk
menyusun Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program Kerja K3 Nasional.

1. STRATEGI PENERAPAN K3 D TEMPAT KERJA

Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:

3
1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam
menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial, kesadaran
karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan dan karyawan maka
perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat
formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara
tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal
dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-
kesepakatan.

3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana
tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu
memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan
karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan kesehatan kerja
yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan
sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk menterjemahkan strategi
itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini sangat bergantung
pada kondisi perusahaan. Secara umum program memperkecil dan menghilangkan kejadian
kecelakaan kerja dapat dikelompokkan: telaahan personal, pelatihan keselamatan kerja, sistem
insentif, dan pembuatan aturan penyelamatan kerja.

 Telaahan Personal

Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan tertentu yang


diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian keselamatan kerja:

1. faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih lebih aman
dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya,

4
2. ciri-ciri fisik karyawan seperti potensi pendengaran dan penglihatan cenderung
berhubungan derajad kecelakaan karyawan yang kritis, dan
3. tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan dan
penyelamatan dari kecelakaan kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja
karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan dapat
menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.

 Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir. Dalam bentuk
uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit tentang keselamatan kerja paling rendah dalam
kurun waktu tertentu, misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan
kecelakaan kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah berupa
peluang karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau bagi
kelompok karyawan di unitnya.

 Pelatihan Keselamatan Kerja

Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan. Fokus pelatihan
umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan
kerja, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.

 Peraturan Keselamatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang
menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja. Isinya
harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati
untuk mencapai keselamatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja
yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja. Dalam
pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan, penumbuhan kedisiplinan dan tindakan
tegas kepada karyawan yang cenderung melakukan kelalaian berulang-ulang.

5
Untuk menerapkan strategi dan program di atas maka ada beberapa pendekatan sistematis
yang dilakukan secara terintegrasi agar manajemen program kesehatan dan keselamatan kerja
berjalan efektif berikut ini.

 Pendekatan Keorganisasian
 Merancang pekerjaan
 Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program
 Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja,
 Mengkoordinasi investigasi kecelakaan.
 Pendekatan Teknis
 Merancang kerja dan peralatan kerja
 Memeriksa peralatan kerja,
 Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.
 Pendekatan Individu
 Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja,
 Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja,
 Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif.

2. VISI MISI PENERAPAN K3 DI INDONESIA

Visi :

Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia

Misi :

1. Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil (stakeholders) bidang K3


2. Meningkatkan kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3
3. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang K3

3. PROGRAM DAN KEBIJAKAN K3 DI DEPNAKERTRANS


 Kebijakan
1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.

6
2. Pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu menerapkan dan
meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang berkelanjutan.
 Strategi
1. Meningkatkan komitmen pengusaha dan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Meningkatkan peran dan fungsi semua sector dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya keselamatan dan
kesehatan kerja dari pengusaha dan tenaga kerja.
4. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen risiko dan manajemen
perilaku yang berisiko.
5. Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja (Audit SMK3) di dunia
usaha.
6. Mendampingi dan menguatkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam
menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi.
8. Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sejak usia dini hingga
pendidikan tinggi.
9. Meningkatkan peran organisasi profesi, perguruan tinggi, praktisi dan komponen
masyarakat lainnya dalam peningkatan pemahaman, kemampuan, sikap, perilaku budaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua bidang disiplin
ilmu.

7
8
9
10
11
12
13
BAB 3

PENUTUP

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas
pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa
kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja
dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak
lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya
yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan,
peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya
syarat-syarat K3 secara baik dan benar.
Program K3 yang dicanangkan Depnakertrans bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas karyawan dan perusahaan. Masih banyak perusahaan yang meragukan untuk
mengaplikasikan program K3 dengan berbagai pertanyaan mengenai keuntungan program
tersebut, belum lagi dengan tambahan biaya yang akan keluar. Dari aspek hukum sendiri, K3
merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang kuat dan wajib
dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses produksi, yaitu pengusaha dan
pekerja. Dari aspek perlindungan tenaga kerjanya, tenaga kerja merupakan asset perusahaan
yang harus dilindungi. Dari aspek ekonomi, program K3 dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan sehingga kualitas dan kuantitasnya terjamin, selain itu juga mengendalikan kerugian
akibat non injury accident atau damage accident.

14

Anda mungkin juga menyukai